Metode Analisis Data Gambaran Umum Perusahaan .1 Profil

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data kuantitatif. Menurut Situmorang 2012 data kuantitatif yaitu “data berbentuk angka, misalnya : harga saham, besarnya pendapatan,dsb. Data kuantitatif bisa disebut sebagai data berupa angka dalam arti sebenarnya”. Penelitian ini mengambil data pada Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan tahunan perbankan asing.

3.8 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Pair Sample T-Test dan analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Sebelumnya data yang terkumpul dianalisis secara bertahap dengan dilakukan analisis rasio keuangan statistik deskriptif terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji distribusi normal dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Tahap selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis parsial untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan uji analisis Pair Sample T-Test. Untuk tingkat sig nifikansi atau nilai alpha α yang umum dipakai adalah 0,05 dan 0,01, kemudian pada penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi atau probabilitas kesalahan adalah sebesar 0,05 atau 5. H diterima jika nilai probabilitas sig t 0,05 dan p value 0,05 dan H ditolak jika nilai probabilitas sig t 0,05 dan p value 0,05.

3.9. Pengujian Hipotesis

Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji apa yang paling sesuai digunakan dalam pengujian hipotesis. Sebelumnya dilakukan uji distribusi normal dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya digunakan uji parametrik Pair Sample T-Test. Uji beda T-Test ini digunakan untuk analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subyek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Situmorang, 2012. Data berasal dari dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek yang dipasangkan. Pengamatan pada penelitian ini adalah peristiwa merger dan akuisisi. Jika perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap objek maka nilai rata-rata pengukurannya adalah sama dengan atau dianggap nol atau hipotesis nol H diterima. Jika ternyata pernyataan berpengaruh, nilai rata- rata pengukuran tidak sama dengan nol dan hipotesis nolnya H ditolak, berarti hipotesis alternatifnya diterima.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Bank Victoria Syariah PT Bank Victoria International Tbk. berdiri sejak tahun 1992 dan memulai kegiatan operasional sebagai Bank Umum sejak 5 Oktober 1994. Bank Victoria terus mengukuhkan eksistensi sebagai bank retail dalam persaingan di dunia perbankan nasional. Sebagai bank publik, Bank Victoria telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1999 dan hingga saat ini aktif melaksanakan aksi korporasi seperti penawaran umum terbatas dan menerbitkan Obligasi. Pada tahun 2007, Bank Victoria menerbitkan Obligasi II dan Obligasi Subordinasi I masing-masing berjumlah Rp 200 Milyar. Selain itu, untuk mendukung Arsitektur Perbankan Indonesia, pada tahun 2007 Bank Victoria telah melakukan akuisisi terhadap Bank Swaguna atas 99,80 saham Bank Swaguna dan telah disetujui oleh Bank Indonesia pada September 2007, Bank telah merealisasi penempatan modal pada Bank Swaguna, dan melakukan penyetoran modal untuk meningkatkan modal Bank Swaguna sehingga sesuai dengan persyaratan minimum permodalan Bank menurut Arsitektur Perbankan Indonesia API, dan mempersiapkan konversi Bank Swaguna sebagai Bank Victoria Syariah sehingga dapat resmi beroperasi pada tahun 2010. Bank Victoria Syariah dikonversi menjadi Bank Umum Syariah dengan izin operasional dari Bank Indonesia BI dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No128KEP.GBIDpG2010 tanggal 10 Februari 2010 dan efektif sejak tanggal 1 April 2010. Selaras dengan Visi dan Misi, PT Bank Victoria Syariah fokus pada pembiayaan dan pelayanan perbankan syariah untuk usaha mikro, kecil dan menengah UMKM. Strategi Bank dalam memasuki bisnis mikro, antara lain: 1. Melakukan pengembangan organisasi bank, di tingkat Kantor Pusat membentuk Divisi Pembiayaan Mikro dan di tingkat Kantor Cabang Capem membentuk Unit Kerja Mikro. 2. Menyusun Kebijakan dan Prosedur Bank terkait dengan bisnis pembiayaan Mikro. 3. Melakukan rekrutmen SDI yang berkompeten. 4. Melakukan training pelatihan yang memadai. Pemegang Saham PT. Bank Victoria Syariah: 1. PT. Bank Victoria International, Tbk : 99,98 2. Masyarakat Lain : 0,02

4.1.2 Profil Bank of India Indonesia

Bank of India Indonesia dulunya Bank Pasar Swadesi Bank Swadesi adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2002. Sebagai wujud komitmennya untuk menawarkan produk dan layanan terbaik bagi masyarakat dan pembangunan ekonomi Indonesia, bank ini juga telah mengembangkan jaringan operasional di dua kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta dan Surabaya, yang terdiri dari 4 cabang, 5 sub cabang, 5 payment point, dan 1 unit kas mobil. Pada awal berdirinya, Bank Swadesi dikenal sebagai BPR Bank Pasar Swadesi di Surabaya. Pada tahun 1984 kepemilikan penuh bank ini diambil alih oleh keluarga Chugani yang mengarahkan bisnis perbankan menjadi bank umum pada tanggal 2 September 1989, dengan nama PT Bank Swadesi. Pada tahun 1990, Bank Swadesi telah melakukan merger dengan PT Bank Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang beroperasi di Surakarta, yang memungkinkannya untuk membuka Cabang di Jakarta. Setelah menerima persetujuan dari Bank Indonesia, pada tahun 1992 Bank Swadesi diizinkan untuk melakukan bisnis penukaran uang. Pada tanggal 22 Juni 2007, untuk memperkuat posisinya di antara masyarakat perbankan nasional, Bank Swadesi memutuskan untuk terikat dengan aliansi strategis dengan mengundang investor yang kuat. Upaya ini berhasil dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham antara pemegang saham utama dan Bank of India yang menginginkan untuk mengakuisisi saham mayoritas Bank Swadesi yaitu 235.600.000 saham yang merupakan 76 dari total modal Bank Swadesi. Sejak saat itulah Bank of India resmi menjadi pemegang saham pengendali pemegang saham mayoritas Bank Swadesi.

4.1.3 Profil Bank OCBC NISP

Bank OCBC NISP sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP kemudian berkembang menjadi bank yang solid dan handal, terutama melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah UKM. Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di BEI pada tahun 1994. Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia tanpa dukungan obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis selesai. Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi. Reputasi Bank OCBC NISP yang baik serta pertumbuhannya yang menjanjikan telah menarik perhatian International Finance Corporation IFC, bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP. OCBC Bank-Singapura akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85,06 di Bank OCBC NISP. Dengan dukungan dari OCBC Bank-Singapura, Bank OCBC NISP telah menetapkan program yang agresif untuk memperkuat infrastruktur, termasuk sumber daya manusia, teknologi informasi dan jaringan kantor. Program ini yang kemudian memicu kepindahan kantor pusat ke OCBC NISP Tower di pusat Jakarta yang memungkinkan Bank OCBC NISP memiliki akses langsung ke pusat bisnis Indonesia.

4.1.4 Profil Bank UOB Indonesia

Bank UOB Indonesia merupakan salah satu penyedia jasa keuangan di Indonesia. Bank ini pertama kali didirikan sejak tanggal 31 Agustus 1956 dengan nama PT Bank Buana Indonesia. Pada tahun 1972 perusahaan kemudian melakukan akuisisi terhadap salah satu bank di Bandung yakni PT Bank Pembinaan Nasional. Dua tahun berselang, perusahaan kembali melakukan akuisisi terhadap salah satu bank yang berbasis di Semarang yang bernama PT Bank Kesejahteraan Masyarakat dan juga mulai mengakuisisi kembali PT Bank Aman Makmur-Jakarta pada tahun berikutnya. Perkembangan bank ini semakin pesat sehingga sejak tahun 1976 bank ini kemudian memperoleh izin sebagai Bank Devisa. Selain itu perusahaan juga resmi mengganti statusnya sebagai perusahaan terbuka seiring dengan keberhasilan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya melalui penawaran umum perdana sejak tahun 2000. Pertumbuhan perusahaan akhirnya dapat menarik perhatian perusahaan asing yakni Internasional Finance Corporation IFC untuk menanamkan sahamnya di perusahaan melalui penawaran umum terbatas II. Masuknya pemegang saham terbesar kedua setelah PT Sari Dasa Karsa yakni UOB International Investment Private Limited UOBII pada tahun 2004 semakin memperkokoh kedudukan perusahaan. Seiring dengan lepasnya IFC dalam jajaran pemegang saham perusahaan, maka UOBII menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan sebesar 61,11 sejak tahun 2005. Pada tahun 2007, United Overseas Bank Limited UOB masuk menjadi pemegang saham utama pada perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan kemudian resmi berganti nama dari PT Bank Buana Indonesia Tbk menjadi PT Bank UOB Buana Tbk. Pada tahun 2008, perusahaan memutuskan untuk merubah status kembali menjadi perusahaan tertutup sesuai dengan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Dengan hal ini maka kepemilikan saham UOBII terhadap perusahaan semakin meningkat menjadi 98,997 seiring dengan penghapusan pencatatan saham bank delisting. Sejak tahun 2010 PT Bank UOB Indonesia melakukan merger dengan PT Bank UOB Buana sehingga bank mengganti nama menjadi PT Bank UOB Indonesia yang mulai dipakai sejak tahun 2011 hingga sekarang. Bank ini terfokus pada pelayanan nasabah ritel khususnya usaha kecil menengah UKM yang mampu bertahan dalam kondisi ekonomi apa pun. Dengan visi bank menjadi bank terkemuka di Indonesia, berkomitmen untuk menyediakan produk yang berkualitas dan memberikan layanan yang terbaik, bank ini telah melayani nasabah-nya melalui jaringan pelayan yang telah tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan tujuan menjadi The Premier Banking in Indonesia Bank UOB Indonesia terus melakukan pengembangan dalam sistem teknologi informasi, struktur permodalan serta sumber daya manusia demi menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi para pemegang saham.

4.1.5 Profil Bank Windu Kentjana International

Bank Windu Kentjana International adalah lembaga keuangan perbankan. Bank ini merupakan hasil merger dari Bank Multicor Tbk. dan PT Bank Windu Kentjana pada tanggal 8 Februari 2008. Bank yang dikenal dengan sebutan Bank Windu ini adalah Bank Umum Devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.Bank Windu telah memiliki 74 kantor jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia seperti di kota Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, bahkan juga ada di Lampung dan Pontianak dan Tanjung Pinang serta Palembang. Bank Windu, sebagai Relationship Based Bank secara aktif mengembangkan jaringan untuk menjadi A Leading Small-Medium-Enterprise Bank. Daftar panjang penghargaan Bank Windu tentu tidak lepas kaitannya dengan komitmen mereka untuk menjadi Bank fokus usaha kecil dan menengah yang terkemuka. Usaha mereka dalam memberikan layanan prima yang mengesankan bagi para nasabah, seiring dengan kepedulian mereka pada perkembangan usaha nasabah, serta hubungan baik yang terus dibangun bisa jadi merupakan alasan terus meningkatnya performa Bank Windu. Bank ini juga selalu memastikan ketepatan, integritas dan akuntabilitas serta layanan.Bank Windu juga bersedia untuk memberikan kinerja dengan kualitas, tanggung jawab dan tenaga kerja yang terpercaya kepada para nasabah. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif