perusahaan yang kurang memiliki koherensi dalam operasinya. Banyak perusahaan yang tidak sesukses yang diharapkan, dan banyak dari akuisisi yang
terjadi pada tahun 1960-an tersebut akhirnya dijual atau dilepaskan. Pada tahun 1980-an jumlah penggabungan usaha mengalami peningkatan lagi. Pada periode
ini di lihat banyak terjadi leveraged buyouts, tetapi utang yang ditimbulkan dari transaksi tersebut menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kesulitan.
2.2 Pengertian Merger dan Akuisisi
Menurut Sjahrial 2009 merger merupakan “peleburan secara lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama
mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri. Sesudah suatu merger, perusahaan yang
meleburkan diri tadi setuju menjadi suatu wujud bisnis tersendiri”. Dengan kata lain bahwa merger adalah kesepakatan antara dua atau lebih
perusahaan untuk bergabung dan kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara perusahaan yang meleburkan diri
menghentikan operasionalnya dan bergabung dengan perusahaan utama. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 mendefinisikan
merger “sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar”.
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha business
combination. Penyatuan usaha itu sendiri didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Dari definisi di atas akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu 1 penyatuan kepentingan atau penyatuan
kepemilikan dan 2 akuisisi. Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi dan PSAK No.22 mendefinisikan
penyatuan kepentingan dengan suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan
kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut, selanjutnya perusahaan yang bergabung
memikul bersama segala risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai
perusahaan pengakuisisi.
Dalam terminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu
perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa tersebut baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang
terpisah. Dalam PSAK No.22 akuisisi didefenisikan sebagai “suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga mengakibatkan
berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut”. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan terakuisisi. Menurut Sjahrial 2009 ada beberapa faktor yang terkait dalam memilih
antara suatu akuisisi dengan saham atau merger :
1. Dalam suatu akuisisi dengan saham, tidak perlu mengadakan rapat umum pemegang saham dan tidak memerlukan hak suara.
2. Dalam suatu akuisisi dengan saham, perusahaan yang menawar dapat berhubungan secara langsung dengan para pemegang saham perusahaan
target dengan menggunakan suatu penawaran tender. 3. Akuisisi kadang-kadang tidak bersahabat. Dalam hal yang demikian, suatu
akuisisi saham digunakan dalam suatu usaha untuk mengecoh manajemen perusahaan target, dimana secara aktif menentang akuisisi.
4. Seringkalilah, kelompok pemegang saham minoritas yang penting akan menghalangi suatu penawaran tender.
5. Penggabungan yang lengkap dari suatu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya membutuhkan suatu merjer. Banyak akuisisi dengan saham
diikuti dengan suatu merjer yang formal kemudian.
Perusahaan lain dapat diperoleh dengan cara akuisisi saham, yaitu dengan membeli saham secara tunai, penyertaan saham atau surat berharga
lainnya. Proses ini sering dimulai oleh manajemen suatu perusahaan dengan memberikan penawaran secara langsung kepada pemegang saham perusahaan
lainnya. Penawaran ini dapat dilakukan dengan cara tender. Para pemegang saham tersebut memilih untuk menerima penawaran tender tersebut dengan
mempertukarkannya secara tunai atau ditukarkan dengan surat berharga lainnya, tergantung dari penawaran yang diberikan.
2.3 Klasifikasi Merger dan Akuisisi