Pengaruh Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PERENDAMAN BENIH KAKAO DALAM AIR KELAPA DAN PEMBERIAN PUPUK N P K Mg TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO ( Theobroma cacao L. ) SKRIPSI
Oleh: PUJI SETIAWAN 070301029 / BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

PENGARUH PERENDAMAN BENIH KAKAO DALAM AIR KELAPA DAN PEMBERIAN PUPUK N P K Mg TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO ( Theobroma cacao L. ) SKRIPSI
Oleh: PUJI SETIAWAN 070301029 / BDP-AGRONOMI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Judul Skripsi
Nama NIM Departemen Program Studi

: Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao ( Theobroma cacao L. )
: Puji Setiawan : 070301029 : Budidaya Pertanian : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Balonggu Siagian, MS.) Ketua

(Ir. Jonatan Ginting, MS.) Anggota


Mengetahui

Ir.T.Sabrina, M.Agr.Sc,Ph.D Ketua Departemen Agroekoteknologi

ABSTRAK
PUJI SETIAWAN. Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Dibimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan JONATAN GINTING.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, dimulai pada bulan Januari 2012 dan selesai pada Mei 2012. Rancangan yang diguankan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah lama perendaman air kelapa dengan 4 taraf, yaitu 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan18 jam. Faktor kedua adalah pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf, yaitu 0 g, 7 g, 14 g, 21 g. Perlakuan air kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST dan jumlah daun 2, 4, 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat basah tajuk dan berat kering tajuk.
Perlakuan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Interaksi antara perendaman air kelapa dan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.
Kata kunci : Air kelapa, pupuk NPKMg, kakao, pertumbuhan bibit.

ABSTRACT
PUJI SETIAWAN. The Effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. Guided by BALONGGU SIAGIAN and JONATAN GINTING.
This study aimed to investigate the effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. This research was conducted in desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, start on January 2012 and end on May 2012. The design used was a factorial randomized block design with two treatment factors. The first factor is the duration of soaking in coconut water in 4 stages, which are 0 hour, 6 hours, 12 hours and 18 hours. The second factor are the application of NPKMg fertilizer (15:15:6:4) in 4 stages: which are 0 g,7 g, 14 g, 21 g. The soaking of cocoa seeds in coconut water has significant effect on plant height 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST and number of leaves 2, 4, 6 MST, but has no significant effect on plant height, leaf size, fresh plant weight, fresh root weight, dry plant weight, and dry root weight.
NPKMg fertilizer application has no significant effect on plant height, number of leaves, leaf size, fresh plant weight, fresh root weight, dry plant weight, and dry root weight. Interaction between soaking of cocoa seeds in coconut water and NPKMg fertilizer application has no significant effect on all parameters.
Key words : coconut water, NPKMg fertilizer, cocoa, growth

RIWAYAT HIDUP
Puji Setiawan, lahir pada tanggal 22 September 1988 di Medan, Sumatera Utara, anak ke 3 dari 3 bersaudara, putra dari ayah drg. Zaniyar, MAP dan ibu Julastri.
Adapun pendidikan yang pernah di tempuh penulis hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SDN 010131 Kisaran lulus pada tahun 2000. Pendidikan Menengah Pertama di SLTPN 4 Medan lulus pada tahun 2003. Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 4 Medan lulus pada tahun 2006 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2007 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni sampai Juli 2010 di PT.Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan, Tebing Tinggi.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)“. Penulisan Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen-dosen pembimbing penulis yaitu Ir.Balonggu Siagian, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Jonatan Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sejak menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Dan Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada ayah drg. Zaniyar, MAP dan Ibu Julastri yang telah membesarkan dan mendidik penulis sampai sekarang ini. Serta semua rekan rekan mahasiswa BDP – Agronomi 2007 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan , Februari 2012
Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................................
ABSTRACT .......................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Hipotesa penelitian.................................................................................. Kegunaan Penelitian ...............................................................................

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ...................................................................................... Kakao Lindak................................................................................... ....... Syarat Tumbuh ........................................................................................ Iklim ............................................................................................ Tanah........................................................................................... Tanah Andisol ............................................................................. Air Kelapa ............................................................................................... Peran Auksin, Giberelin dan Sitokinin.................................................... Pupuk Majemuk NPKMg........................................................................ Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit ..................................................
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. Bahan dan Alat........................................................................................ Metode Penelitian ...................................................................................
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Dan Naungan ............................................................... Persiapan Media Pembibitan di polybag................................................. Aplikasi Perendaman Air Kelapa ........................................................... Pengecambahan Benih ............................................................................ Penanaman Kecambah di Polybag ..........................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
1 4 4 4
5 7 8 8 10 10 11 13 14 16
18 18 19
21 21 21 22 22

Pemupukan NPKMg sebagai perlakuan.................................................. Pemeliharaan Tanaman ........................................................................... Pengamatan Parameter ............................................................................
Tinggi Tanaman .......................................................................... Jumlah Daun ............................................................................... Diameter Batang.......................................................................... Luas Daun ................................................................................... Bobot Basah Tajuk...................................................................... Bobot Basah Akar ....................................................................... Bobot Kering Tajuk..................................................................... Bobot Kering Akar......................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................ Tinggi Tanaman .......................................................................... Jumlah Daun ............................................................................... Diameter Batang.......................................................................... Luas Daun ................................................................................... Bobot Basah Tajuk...................................................................... Bobot Basah Akar ....................................................................... Bobot Kering Tajuk..................................................................... Bobot Kering Akar...................................................................... Pembahasan............................................................................................. Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa terhadap pertumbuhan bibit kakao............................................................. Pengaruh pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao....................... ........................................................... Pengaruh Interaksi lama perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan kakao........... ..........................................................

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... LAMPIRAN

22 23 24 24 24 24 25 25 25 26 26
27 27 32 38 39 41 41 42 43 45
45
51
52
53 53
54

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1 Kandungan kimia pada air kelapa...................................

12

2 Pemberian pupuk perlakuan NPKMg.............................


23

3 Rataan tinggi tanaman (cm) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14

MST...............................................................................

28

4 Rataan jumlah daun (helai) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST

MST...............................................................................

32

5 Rataan diameter batang (mm) pada perendaman air


kelapa dan pemupukan NPKMg 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14

MST.................................................................................

38 6 Rataan luas daun (cm2) pada perendaman air kelapa dan

pemupukan NPKMg 2 dan 14 MST ...............................

40

7 Rataan bobot basah tajuk (g) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 14 MST..................................

41

8 Rataan bobot basah akar (g) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 14 MST..................................


41

9 Rataan bobot kering tajuk (g) pada perendaman air

kelapa dan pemupukan NPKMg 14 MST.......................

42

10 Rataan bobot kering akar (g) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 14 MST..................................

43

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

1


Hubungan antara tinggi tanaman dengan perendaman air kelapa pada 14 MST......................................................

30

2 Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan

pemupukan NPKMg dan perendaman air kelapa 2 –14 MST................................................................................

31

3 Hubungan antara jumlah daun dengan perendaman air

kelapa pada 2 MST........................................................

34

4 Hubungan antara jumlah daun dengan perendaman air

kelapa pada 4 MST........................................................


35

5 Hubungan antara jumlah daun dengan perendaman air

kelapa pada 6 MST........................................................

36

6 Grafik pertumbuhan jumlah daun dengan perlakuan

pemupukan NPKMg dan perendaman air kelapa 2 –14 MST................................................................................

37

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran 1 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)................ 2 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST....................... 3 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)................ 4 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST....................... 5 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)................ 6 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST....................... 7 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)................ 8 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST....................... 9 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST (cm).............. 10 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST..................... 11 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST (cm).............. 12 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST..................... 13 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 14 MST (cm).............. 14 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 MST..................... 15 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 2 MST (Helai).. 16 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 2 MST............ 17 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 4 MST (Helai).. 18 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 4 MST............ 19 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 6 MST (Helai)... 20 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 6 MST............ 21 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 8 MST (Helai).... 22 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 8 MST............

Hal 57 57 58 58 59 59 60 60 61 61 62 62 63 63 64 64 65 65 66 66 67 67


23 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 10 MST (Helai).. 24 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 10 MST.......... 25 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 12 MST (Helai).. 26 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 12 MST.......... 27 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 14 MST (Helai).. 28 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 14 MST.......... 39 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 2 MST (mm) 30 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 2 MST......... 31 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 4 MST (mm) 32 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 4 MST....... 33 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 6 MST (mm) 34 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 6 MST....... 35 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 8 MST (mm) 36 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 8 MST....... 37 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 10 MST (mm) 38 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 10 MST......... 39 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 12 MST (mm) 40 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 12 MST.......... 41 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 14 MST (mm) 42 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 14 MST.......... 43 Lampiran Tabel Pengamatan Luas Daun 2 MST (mm)........................ 44 Lampiran Tabel Sidik Ragam Luas Daun 2 MST................................ 45 Lampiran Tabel Pengamatan Luas Daun 14 MST (mm)...................... 46 Lampiran Tabel Sidik Ragam Luas Daun 14 MST.............................. 47 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Basah Akar (g)............................. 48 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Basah Akar (g).............................

68 68 69 69 70 70 71 71 72 72 73 73 74 74 75 75 76 76 77 77 78 78 79 79 80 80

49 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Basah Tajuk (g)............................. 50 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Basah Tajuk (g)............................ 51 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Kering Akar (g)............................. 52 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar (g)............................ 53 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Kering Tajuk (g)............................ 54 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tajuk (g)........................... 55 Lampiran Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian.......................................... 56 Lampiran Bagan Plot Penelitian............................................................ 57 Lampiran Hasil Analisis Tanah............................................................ 58 Lampiran Deskripsi Tanaman Kakao Lindak........................................ 59 Lampiran Dokumentasi Penelitian..........................................................

81 81 82 82 83 83 84 85 86 87 88

ABSTRAK
PUJI SETIAWAN. Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Dibimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan JONATAN GINTING.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, dimulai pada bulan Januari 2012 dan selesai pada Mei 2012. Rancangan yang diguankan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah lama perendaman air kelapa dengan 4 taraf, yaitu 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan18 jam. Faktor kedua adalah pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf, yaitu 0 g, 7 g, 14 g, 21 g. Perlakuan air kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST dan jumlah daun 2, 4, 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat basah tajuk dan berat kering tajuk.
Perlakuan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Interaksi antara perendaman air kelapa dan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.
Kata kunci : Air kelapa, pupuk NPKMg, kakao, pertumbuhan bibit.

ABSTRACT
PUJI SETIAWAN. The Effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. Guided by BALONGGU SIAGIAN and JONATAN GINTING.
This study aimed to investigate the effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. This research was conducted in desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, start on January 2012 and end on May 2012. The design used was a factorial randomized block design with two treatment factors. The first factor is the duration of soaking in coconut water in 4 stages, which are 0 hour, 6 hours, 12 hours and 18 hours. The second factor are the application of NPKMg fertilizer (15:15:6:4) in 4 stages: which are 0 g,7 g, 14 g, 21 g. The soaking of cocoa seeds in coconut water has significant effect on plant height 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST and number of leaves 2, 4, 6 MST, but has no significant effect on plant height, leaf size, fresh plant weight, fresh root weight, dry plant weight, and dry root weight.
NPKMg fertilizer application has no significant effect on plant height, number of leaves, leaf size, fresh plant weight, fresh root weight, dry plant weight, and dry root weight. Interaction between soaking of cocoa seeds in coconut water and NPKMg fertilizer application has no significant effect on all parameters.
Key words : coconut water, NPKMg fertilizer, cocoa, growth


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian Utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakanya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek. Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang – orang kulit putih di bawah pimpinan Christopher Columbus menemukan Amerika. Suku Indian Maya adalah suku yang dulunya hidup di wilayah yang kini disebut dengan Guatemala, Yucatan, dan Honduras ketiganya terletak di bagian Amerika tengah. Kedatangan suku Astek dari daerah Utara kemudian menaklukkan suku maya dan menguasai kebun – kebun kakao suku Maya. Mereka mulai belajar menanam serta mengolah kakao menjadi makanan dan minuman cokelat. Ketika bangsa Spanyol datang pada tahun 1519, suku Astek yang mereka kenal sebagai penanam dan yang mengusahakan tanaman kakao (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Kakao masuk ke Indonesia pada tahun 1560 di Sulawesi Utara dan berasal dari Filipina jenisnya adalah Criollo dan jenis ini diduga berasal dari Venezuella. Produksi dari tanaman kakao ini rendah dan peka terhadap hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806 perluasan kakao dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan kakao jenis Criollo (Soehardjo, 1996).
Perkembangan kakao dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal sungguh memuaskan, terutama perkebunan kakao rakyat dan perkebunan swasta.

Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri (Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas CPO dan karet. Pada tahun 2006 ekspor kakao mencapai US$ 975 juta atau meningkat 24,2% dibanding tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan mencapai US$ 1,719 juta atau meningkat 35,6% (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Untuk mengembangkan ekspor non – migas, komoditas pertanian yang mempunyai prospek baik terus ditingkatkan. Salah satu yang diharapkan dapat membantu meningkatkan devisa negara adalah coklat. Lahan penanamannya, setiap tahun terus ditingkatkan. Sebab biji coklat yang mengandung lemak sampai 50-60 % dari berat biji, bisa dibuat berbagai macam produk makanan. Bahkan juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan sabun, parfum, obat-batan dan bahan dasar pembuatan kosmetik (Spillane, 1995).
Untuk meningkatkan perkembangan akar dan pertumbuhan tunas maka dibutuhkan suatu bahan yang dapat merangsangnya, salah satunya dengan menggunakan air kelapa. Air kelapa adalah salah satu bahan alami, di dalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey, Syafii dan Sutrisna, 2006).
Menurut Azwar (2008), air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air

kelapa kaya akan kalium hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa.
Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum 60,61%. Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada variabel jumlah akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tunas. Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat meningkatkan panjang akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perendaman kecambah kakao dalam air kelapa dan pemupupuk NPKMg terhadap pertumbuhan kakao di masa pembibitan.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kakao.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh yang nyata dari lama perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kakao.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) memiliki sitematika sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Malvales

Family

Sterculiaceae

Genus

: Theobroma

Spesies

: Theobroma cacao L.

Coklat adalah tanaman dengan sebagian besar akar lateralnya (mendatar)

berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah 0-30 cm.

Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Secara

morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar,

dan tudung akar. Sedang secara anatomi (struktur dalam) akar tersusun atas

epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat (Tim Bina Karya Tani, 2009)

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan

berhenti tumbuh dan akan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat

percabangan dari batang utama ke plagiotrop dan khas hanya terdapat pada

tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan

ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut stipula

(semacam sisik yang terdapat pada kuntum bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut kemudian tumbuh 36 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 060° dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang-cabang primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh pada cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo, 1983).
Buah kakao merupakan buah yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebal kulit buah berkisar antara 1 hingga 2 cm. pada saat buah masih muda, biji menempel pada bagian kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji terlepas dari kulinya. Di dalam buah terdiri dari 20 hingga 60 biji, panjang biji 2-4 cm, diameter sekitar 1-2 cm, berbentuk oval atau elips ( Duke, 1998).
Batang kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam tunas, yaitu tunas ortotrop (chupon) dan tunas plagiotrop (fan). Anatomi kedua macam tunas tersebut pada dasarnya adalah sama. Xilem primer batang terkumpul pada bagian tepi empulur dan berdampingan dengan xilem sekunder yang tumbuh setelahnya. Diameter empelur cukup besar dengan bentuk se-sel isodiametris dengan ruang-ruang antar sel yang lebar. Di bagian empelur ini terdapat banyak sel lendir yang merupakan bentukan dari sekitar lima sel parenkim. Sel-sel tersebut memiliki dinding sel yang saling melarut sehingga membentuk saluran lendir memanjang di sepanjang batang (Wahyudi, Panggabean, pujiyanto, 2008).
Daun kakao tumbuh dari cabang primer dan sekunder mengikuti dua tipe kedudukan daun, yaitu pada cabang ortotrop dengan tipe kedudukan daun 3/8 dan pada cabang plagiotrop dengan tipe kedudukan daun ½. Bentuk helaian daun bulat

memanjang ( oblongus), ujung daun meruncing ( acuminatus) dan pangkal daun runcing ( acutus) dengan panjang 25-35 cm dan lebar 9-12 cm. Susunan daun menyirip dengan tepi daun rata ( Soehardjo, Hulman dan Dinardi, 1999 ).
Kakao Lindak
Kakao merupakan komoditas perkebunan, tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah kakao jenis Forestero (bulk cocoa atau kakao lindak), criolo (fine cocoa atau kakao mulia) dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo). Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang ditanam adalah jenis mulia (Siregar, Riyadi dan Nuraeni, 1997).
Varietas forastero merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah dan ditanam di Indonesia. Forastero (dalam bahasa Spanyol berarti pendatang) merupakan tipe yang bermutu rendah (kakao lindak, bulk cocoa) yang tumbuh pada ketinggian di bawah 400 meter dari permukaan laut. Ciri-ciri kakao lindak adalah buahnya berwarna ungu kuning dengan kulit buah yang hampir rata dan licin, biji berwarna ungu dan besar, cepat berbuah dengan aroma dan rasa yang kurang tajam dibandingkan Criollo (T. Wahyudi dkk, 2008).
Kultivar dari jenis yang ditanam di Indonesia antara lain Djati Runggo Hybrid dan Upper Amazone Hybrid (UAH). Kultivar UAH termasuk kakao lindak yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain pertumbuhannya cepat, produksi tinggi, cepat mengalami fase generatif/berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit vascular streak dieback (VSD), aspek budidayanya mudah dan fermentasi hanya 6 hari (Sunanto, 1999).
Ciri-ciri dari tanaman kakao kultivar UAH adalah bentuk buah bulat telur, warna buah muda hijau, apabila telah matang berwarna kuning, keadaan biji

gepeng dan kecil, dinding buah keras, endosperma berwarna ungu gelap dan rasa biji pahit (Heddy, 1990).
Syarat Tumbuh
Iklim
Pengaruh temperatur pada cokelat erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300 – 320 C (maksimum) dan 180 – 210 C (minimum). Kakao dapat juga tumbuh baik pada temperature 150 C perbulan dengan temperature minimum absolute 100 C per bulan (Rosniawaty, 2010).
Faktor-faktor lingkungan seperti : temperatur, sinar matahari, ketersediaan air dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Tanaman kakao dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan pencahayanya penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyinari tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relative pendek (Siregar dkk, 1997).
Intensitas sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis yang baik adalah lemah, yaitu sebesar 20 % - 50 % dari penyinaran matahari penuh. Karena pada dasarnya tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Untuk memperoleh intensitas sinar matahari yang lemah tersebut, diperlukan pohon

penaung untuk mengurangi penyinaran matahari penuh. Dengan demikian, tanaman dapat tumbuh dengan baik (Cahyono, 2010).
Sebagai tanaman C3, kakao memiliki raju fotorespirasi yang tinggi, yaitu 20-50 % dari hasil total fotosintesis yang berarti netfotosintesis hanya 50-80 %. Fotorespirasi meningka seiring dengan naiknya suhu udara. Di daerah tropis, idealnya laju fotorespirasi mencapai 40%. Tidak seperti fotosintesis, fotorespirasi tidak menghasilkan energi yang bermanfaat bagi tanaman sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Oleh karena itu, upaya menekan laju fotorespirasi identik dengan upaya meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan memberi pohon penanung. Dilain pihak respirasi dihubungkan dengan aktivitas untuk membentuk senyawa baru dan jaringan tanaman yang baru (T. Wahyudi dkk, 2008).
Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 – 3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 – 3000 mm akan terjadi evapotranspirasi melebihi presipitasi. Di daerah yang keadaan iklimnya demikian dianjurkan tidak menanam kakao kecuali ada irigasi seperti di Colombia dan Peru. Curah hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah Phytophtora dan VSD (Vascular Streak Dieback). Di samping itu, akan terjadi pencucian atau leaching yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, pH turun dan petukaran kation rendah (Susanto, 1994).
Keadaan angin tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga dan terganggunya proses penyerbukan bunga. Kecepatan angin yang baik untuk penyerbukan bunga adalah 2 – 5 m/detik (Cahyono, 2010).

Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kakao menghendaki tanah yang banyak mengandung bahan organik yang bebas dari unsur kimia yang mengandung racun ( Clack, 2001).
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur. (Siregar, dkk, 1997).
Tanah Andisol Tanah andisol (andosol) adalah tanah yang berwarna hitam kelam sangat
porous, mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silica, alumina atau hidroxida-besi. Tanah ini terbentuk dari abu vulakanik umumnya ditemukan di daerah dataran tinggi (Darmawijaya, 1990).
Salah satu bentuk khas dari bahan vulkanik adalah abu vulkan. Bahan ini merupakan bahan vulkanik yang disemburkan dari gunung api sewaktu gunung tersebut meletus. Abu volkan ada yang banyak mengandung gelas vulkan yang amorf ( tipe vitrik), ada pula yang banyak mengandung fragman batuan (tipe

litik). Tanah yang terbentuk dari abu vulkan umumnya merupakan tanah-tanah yang subur, misalnya tanah Andisol ( Andept) ( Hardjowigeno, 1986).
Data analisis tanah Andisol dari berbagai wilayah, menunjukkan bahwa Andisol memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat (30-65% liat), sampai berlempung kasar (10-20%). Reaksi tanah umumnya agak masam (5,6-6,5). Kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi, dan lapisan bawahnya umumnya rendah, dengan nisbah C/N tergolong rendah (6-10). Kandungan P dan K potensial bervariasi sedang sampai tinggi, umumnya kandungan lapisan atas lebih tinggi dari pada lapisan bawahnya. Dengan demikian potensi kesuburan alami Andisol termasuk sedang sampai tinggi (Pusat Penelitian dan pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005).
Air Kelapa
Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Volume dan komposisi kimia air kelapa tua dan muda berbeda. Menurut Banson dan Velasco (1982) volume air kelapa selalu berubah selama pemasakan buah. Volume air kelapa pada buah tergantung pada ukuran buah, jenis dan tingkat kesegaran buah, serta umur buah. Volume air kelapa yang maksimal dalam arti memenuhi seluruh rongga buahnya adalah buah kelapa yang berumur 7 bulan.
Berikut ini merupakan kandungan zat yang ada dalam air kelapa seperti data pada tabel I berikut :

Tabel 1. Kandungan Kimia pada Air Kelapa

Komposisi

Satuan

Folate Acid

mg/l

Nicotinate Acid

mg/l

Panthotenate Acid

mg/l

Biotin

mg/l

Pyridoxine ( B6 )

Hyboflavine

mg/l

Tyamin ( B1 )

Giberelat Acid

Auxins

mg/l

Sitokinin

mg/l

M-inositol

mg/l

Silo-inositol

mg/l

Sorbitol

mg/l

C1 mg/100 gram

Cu mg/100 gram

Fe mg/100 gram

K mg/100 gram

Mg mg/100 gram

Na mg/100 gram

P mg/100 gram

S mg/100 gram

Sumber : Suryanto, E (2009)

Konsentrasi
0,003 0,64 0,52 0,02 Very little 0,01 Very little Very little 0,07 5,8 0,01 0,05 15 183 0,040 0,1 312 30 105 37 15

Skoog dan miller dalam Prawiratana, Harran dan Tjondronegoro (1989)

melalui penelitian kultur kalus tembakau mengemukakan bahwa ke dalam basal

medium yang ditambahkan air kelapa telah dapat diisolasi adanya bahan aktif

kinetin dari air kelapa yang mampu mendorong pembelahan sel. Kinetin adalah

senyawa N6-furfuril adenine, suatu turunan dari basa adenine. Oleh para ahli

fisiologi tumbuhan kinetin yang diketahui mampu mendorong pembelahan sel

dikenal dengan nama sitokinin yang menggambarkan fungsinya dalam

pembelahan sel/sitokinesa (Wattimena, 1987).

Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa

terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama

perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akarnya adalah 12 jam.
Peran Auksin, Giberelin Dan Sitokinin
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar (Dewi, 2008).
Auksin ditemukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormone auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman nama lain dari hormone ini adalah IAA atau asam indol asetat, letak dari hormone auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar. Fungsi dari hormone auksin ini adalah membantu proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar manapun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. (Salisbury dan Ross, 1995).
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).

Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan sitokinin dan auksin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin lebih rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula (Wattimena, 1987).
Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein dan aktivitas cambium yg berpengaruh pada diameter batang (Wattimena, 1987).

Pupuk Majemuk NPKMg Rustika Yellow

Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur

hara dan memiliki persentase kandungan unsur tertentu. Pupuk majemuk lebih

efisien dalam aplikasinya dibanding pupuk tunggal, dimana beberapa unsur hara

penting yang dibutuhkan tanaman dapat diberikan sekaligus dalam sekali aplikasi.

Dengan menggunakan pupuk majemuk lengkap, waktu dan biaya tenaga

kerja serta ongkos

pengangkutannya

dapat

dihemat

(Sastrosoedirjo, Rivai dan Prawira, 1992).

Pada masa vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman

yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyak-

banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, sepeti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK, pupuk kandang dan humus (Socfindo, 2003).
Selain pupuk kandang dan posfat alam, perlu ditambahkan pula pupuk kimia NPK untuk meningkatkan pertumbuhan bibit. Pemupukan NPK dilakukan setelah bibit berumur satu bulan. Pemupukan dilakukan dua kali per bulan dengan dosis 2g per tanaman (Cahyono,B, 2010).
Tanaman dapat memenuhi kebutuhan akan hara dengan cara memanfaatkan unsur-unsur hara yang memang sudah tersedia didalam tanah. Namun, jika kadar hara di dalam tanah rendah, pembudidayaan mutlak harus memberi tambahan hara melalui pemupukan majemuk NPKMg. Tujuannya karena pupuk majemuk adalah pupuk berimbang, pengaplikasiannya dapat mengefisiensi waktu dan tak lain adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksinya. Jumlah hara yang ditambahkan harus memperhitungkan efisiensi pupuk yang diberikan karena tidak semua unsur hara dari pupuk yang diberikan dapat diserap tanaman (T. Wahyudi dkk, 2008).
Apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K, dan Mg akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, akar menjadi lemah dan jumlah akar berkurang, sehingga akan mempengaruhi dan mengakibatkan terganggunya proses pembentukan biomassa tanaman atau bagian-bagian vegetatif tanaman secara keseluruhan (Suseno, 1974).
Menurut Siregar, dkk (1997) pada saat pembibitan tanaman kakao bila diperlukan memberikan penambahan pupuk tambahan seperti pupuk rustica

15:15:6:4 sebanyak 1-2 gram tiap polibag, selang waktu pemberian 2 minggu. Pupuk NPK Rustica Yellow merupakan pupuk NPK dari Jerman. Merupakan pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK) disebut pupuk lengkap, dengan rumus kimia NH4NO3-NH4H2 P-O4-KCL dengan unsur hara 15 % N + 15 % P2O5 + 34 % K2O. Yang sifatnya berupa butir-butiran berwarna kekuning-kuningan. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pertumbuhan kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman tanaman selama pembibitan. Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan. Penggunaan media tanaman yang banayak mengandung bahan organik sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kakao. Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan kakao adalah berupa campuran antara tanah dan pupuk organik (Rosniawaty, 2010).
Adapun fungsi dari pupuk kompos tandan kosong bagi tanaman adalah membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen, merangsang pertumbuhan akar tanaman, mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman dan tidak mudah tercuci oleh air yang meresap ke dalam tanah (Pasaribu, 2010).
Hasil analisis di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menunjukkan bahwa kandungan hara dalam kompos TKKS relatif tinggi, salah satu keunggulannya adalah kandungan K yang tinggi, yaitu mencapai 2 – 3%. Selain itu, kompos dari tandan kosong kelapa sawit juga memiliki pH yang tinggi (mencapai pH 8) sehingga berpotensi sebagai bahan pembenah kemasaman tanah. Kompos TKKS mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang cukup tinggi

( > 66,1 me/100g ) dan merupakan sumber unsur mikro Fe dan B (Darmosarkoro dan Winarna, 2001).
Kompos Tandan Kelapa Sawit sangat bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang makin tinggi. Dengan demikian tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang besar sebagai bahan penyubur tanah (Witjaksana, dkk.,2000).
Kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu bahan organik yang bahan bakunya tersedia cukup banyak pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama berperan dalam memperbaiki struktur tanah, kompos TKKS juga memiliki kandungan hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompos TKKS yang halus mempunyai kandungan hara C sebesar 35,1%, N 2,34 %, C/N 15 %, P 0,31 %, K 5,53%, Ca 1,46%, dan Mg 0,96 % (PPKS, 2008).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di desa Tanjung Selamat kecamatan Sunggal, Medan
yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2012 hingga bulan April 2012.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih kakao
(Theobroma cacao L.) yang diperoleh dari PKKS Medan, air kelapa dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) sebagai objek perlakuan, polybag ukuran 25 x 30 sebagai tempat media tanam, tanah top soil andisol dan TKKS sebagai media tanam, bambu sebagai tiang naungan, nipah sebagai atap naungan, label sebagai penanda tiap perlakuan dan pacak sampel sebagai penanda tiap sampel.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah timbangan untuk menimbang pupuk, pacak bambu untuk membuat plot, alat tulis dan kertas untuk mencatat data, gembor untuk menyiram, handsprayer untuk memupuk, cangkul untuk mengolah lahan, beko untuk mengangkut tanah dan pasir saat pencampuran media.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial

dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan 4 taraf,

yaitu:

K0 = Tanpa perendaman air kelapa

K1 = Perendaman selama 6 jam

K2 = Perendaman selama 12 jam

K3 = Perendaman selama 18 jam

Faktor II : Pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf, yaitu :

P0 = tanpa pupuk

P1 = 7 g / polybag

P2 = 14 g / polybag

P3 = 21 g / polybag

Sehingga diperoleh16 perlakuan kombinasi yaitu:

K0P0

K1P0

K2P0

K3P0

K0P1

K1P1

K2P1

K3P1

K0P2

K1P2

K2P2

K3P2

K0P3

K1P3

K2P3

K3P3

Jumlah ulangan

:

Jumlah perlakuan

:

Jumlah tanaman / petak :

Jumlah tanaman seluruhnya :

Jumlah sampel per petak :

Jumlah sampel seluruhnya :

Jarak antar plot

:

3 ulangan 16 perlakuan 5 tanaman 240 tanaman 3 tanaman 144 tanaman 30 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Jumlah tanaman/polybag : 1 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rancangan acak

kelompok 2 faktorial berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ+ρi+αj+βk+(αβ)jk+εijkl

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4

Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan perendaman kecambah kakao ke dalam air kelapa pada taraf ke-j dan Pupuk NPKMg pada taraf ke-k
Μ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i αj = Pengaruh perlakuan perendaman kecambah kakao ke dalam air

kelapa pada taraf ke-j

βk = Pengaruh perlakuan pemberian Pupuk NPKMg pada taraf ke-k (αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan perendaman kecambah kakao ke

dalam air kelapa pada taraf ke-j dan Pupuk NPKMg pada taraf ke-k

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan perendaman

kecambah kakao ke dalam air kelapa pada taraf ke-j dan pupuk

NPKMg pada taraf ke-k

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata maka analisis dilanjutkan

dengan