Analisa Awal Karakteristik Limbah Cair Effluent RANUT

39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Awal Karakteristik Limbah Cair Effluent RANUT

Limbah cair yang diolah dalam penelitian ini adalah limbah cair yang berasal dari buangan Reaktor Anaerobik Unggun Tetap. Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini yaitu untuk melihat persentase penyisihan polutan, maka perlu adanya analisa awal karakteristik limbah cair yang akan diolah. Analisa dilakukan pada setiap sampel limbah yang diberikan kombinasi perlakuan. Analisa yang dilakukan meliputi analisa parameter pH, warna, turbiditas, TSS, dan COD. Adapun hasil analisa tersebut disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Hasil Analisa Awal Karakteristik Limbah Cair Effluent RANUT Kode pH Turbiditas NTU Warna Pt.Co COD mgL TSS mgL SB-1 6,98 622,00 6553,40 1117,50 723 SB-2 7,11 546,00 6313,40 1050,25 714 SB-3 6,95 102,33 9913,40 1873,40 1084 SB-4 7,09 942,33 9466,60 1753,40 1051 SB-5 6,92 899,00 8406,60 1631,65 953 SB-6 7,13 756,33 7993,40 1548,35 918 SB: sampel sebelum pengolahan Dari hasil analisa di atas diketahui bahwa karakteristik effluent RANUT terutama untuk parameter TSS dan COD, masih sangat jauh dari standar baku mutu limbah cair yang berlaku Tabel 2.2. Hasil analisa menunjukkan bahwa pH limbah effluent RANUT ini relatif netral, namun untuk keperluan keseragaman kemudahan Universitas Sumatera Utara 40 dalam penelitian ini, maka pada saat akan dilakukan pengolahan, limbah tersebut diturunkan pH nya menjadi + 6,5. Nilai ini merupakan nilai pH secara umum untuk effluent RANUT Yuliasari, dkk., 2001. Adapun secara fisik, limbah ini berwarna hitam sampai hitam kecoklatan, sedikit berbau dan bertemperatur 30-35 C. 4.2. Analisa Berat Anoda dan Endapan Pasca Pengolahan Teknik elektrokoagulasi menggunakan pasangan elektroda anoda dan katoda. Pada proses elektrokoagulasi, anoda akan meluruh membentuk kation logamnya M +n yang berperan sebagai agen koagulan, sehingga akan terjadi pengurangan berat anoda selama proses berlangsung Othman, dkk., 2006; Roihatin dan Rizqi, 2008, oleh sebab itulah anoda disebut juga sebagai elektroda korban. Adapun katoda, tidak mengalami pengurangan berat, karena katoda adalah elektroda tempat terjadinya reaksi reduksi, sehingga logam katoda tetap dalam bentuk logam netral. Penimbangan berat anoda dilakukan untuk mengetahui korelasi antara berat anoda yang berkurang dengan besar tegangan dan jarak elektroda yang diberikan. Profil berat anoda yang berkurang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Adapun data berat anoda yang berkurang untuk ketiga meterial elektroda Al, Zn, Fe disajikan pada Lampiran 2. Kation logam yang dihasilkan selanjutnya akan membentuk endapan hidroksida logam MOH n yang akan mengkoagulasi dan mengadsorbsi partikel- partikel polutan yang selanjutnya akan mengendap setelah mencapai berat yang cukup untuk mengendap. Endapan yang dihasilkan ditimbang untuk mengetahui keterkaitannya dengan berat anoda yang berkurang, karena flok yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara 41 terbentuk dari kation logam yang dihasilkan selama proses berlangsung. Profil berat endapan disajikan pada Gambar 4.2, sedangkan data endapan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari kedua grafik di atas diketahui bahwa secara keseluruhan profil berat anoda yang berkurang sama dengan profil berat endapan yang dihasilkan. Artinya, jika berat anoda yang berkurang semakin besar dengan bertambahnya tegangan, maka berat endapan yang dihasilkan juga demikian. Pengurangan berat anoda dan jumlah endapan berbanding lurus dengan tegangan pada jarak elektroda tetap, dan sebaliknya berbanding terbalik dengan jarak elektroda pada tegangan tetap. Hal ini berlaku untuk ketiga jenis logam yang digunakan. Penambahan tegangan akan mempercepat jalannya reaksi oksidasi logam anoda untuk membentuk kation logam, karena dalam proses elektrolisis, arus

2.00 4.75