27 b. Harga E
logam semakin ke kanan makin besar. Hal ini berarti bahwa logam- logam di sebelah kanan lebih mudah mengalami reduksi menangkap elektron
atau sukar mengalami oksidasi melepaskan elektron, begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itulah emas paling sukar teroksidasi.
c. Makin ke kanan, sifat reduktor makin lemah sukar teroksidasi. Makin ke kiri, sifat reduktor makin kuat mudah teroksidasi. Itulah sebabnya, unsur-unsur
dalam deret volta hanya mampu mereduksi unsur-unsur di sebelah kanannya.
2.6. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan dua proses yang umumnya terdapat dalam pengolahan limbah cair dan air bersih. Kedua proses ini merupakan satu paket yang
terjadi berurutan pada satu tahap, yaitu dimulai koagulasi baru flokulasi Syahputra, B., 2007. Proses lain yang terkadang terjadi bersamaan pada tahap ini yaitu flotasi, sehingga
pada tahap ini, umumnya terjadi 3 proses ini, yaitu koagulasi, flokulasi dan flotasi.
Partikel-partikel koloid tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik, karena partikel-partikel koloid tidak memiliki berat yang cukup untuk
mengendap, selain itu partikel-partikel koloid memiliki muatan yang seragam biasanya bermuatan negatif, sehingga sukar untuk bergabung membentuk agregat
yang lebih berat. Menurut Mysels 1959, partikel-pertikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah cair melalui sifat
adsorpsi koloid, sehingga partikel tersebut bermuatan negatif. Dengan gaya Van der Walls, koloid bermuatan negatif menarik ion-ion yang berlawanan membentuk
Universitas Sumatera Utara
28 lapisan kokoh lapisan stern mengelilingi inti. Selanjutnya lapisan stern yang
bermuatan positif ini menarik ion-ion negatif lainnya membentuk lapisan kedua lapisan difusi. Kedua lapisan ini menyelimuti partikel koloid dan membuatnya
stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil tidak mau bergabung membentuk flok, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi atau filtrasi.
Menurut Eckenfelder 1986 dan Suryadiputra 1995, koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau
dalam bentuk koloid dengan menambahkan bahan koagulan. Pada koagulasi, terjadi penambahan ion-ion dari bahan koagulan dengan muatan yang berlawanan. Dengan
penambahan ion-ion yang muatannya berlawanan, akan terjadi de-stabilisasi partikel koloid. Lapisan difusi akan mengecil dan memungkinkan bekerjanya gaya tarik
menarik antar partikel koloid dengan ion-ion dari elektrolit yang muatannya berlawanan. Diharapkan muatan ini dapat dinetralkan, sehingga terjadi penggumpalan
Linggawati, dkk., 2002. Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan biasanya disertai dengan pengadukan
lambat pada air limbah. Flokulasi merupakan proses pembentukan agregat yang lebih besar macroflock dari gumpalan partikel-partikel koloid microflok disertai
penggabungan flok-flok tersebut hingga mencapai berat tertentu untuk mengendap. Adapun flotasi, secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana
padatan, cairan atau zat terlarut yang bersifat non-polar mengapung di permukaan larutan dengan menempel pada zat yang bersifat hidrofobik, yang mempunyai berat
jenis lebih kecil dari air, misalnya gelembung gas Karamah dan Bismo, 2008. Pada
Universitas Sumatera Utara
29 flotasi, separasi dihasilkan oleh gelembung-gelembung gas diffuser yang digunakan.
Diffuser yang ditambahkan ke dalam larutan air limbah akan mengalami kontak dengan partikel-partikel kandungan air limbah, sehingga menghasilkan gaya apung
yang cukup besar, yang menyebabkan partikel-partikel tersebut mengapung ke permukaan.
Secara umum, proses koagulasi dilakukan dengan penambahan koagulan seperti Al
2
SO
4
dan PAC. Sampai saat berbagai macam koagulan telah ditemukan baik yang sintetis maupun yang alami. Pada dasarnya, hal yang terpenting dari suatu bahan
koagulan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyumbangkan spesi yang berlawanan biasanya kation dengan muatan partikel koloid. Berdasarkan hal
tersebut, maka teknik elektrokoagulasi merupakan alternatif yang juga bisa digunakan sebagai pengganti proses koagulasi, bahkan bisa digunakan untuk menurunkan kadar
kontaminan lain selain padatan tersuspensi.
Hal ini dikarenakan pada teknik elektrokoagulasi juga menghasilkan kation-kation yang bisa bertindak sebagai koagulan.
Universitas Sumatera Utara
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Limbah, Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKSIndonesian Oil Palm Research Institute IOPRI, Jl. Brigjend. Katamso
No.51, Kampung Baru, Medan - Sumatera Utara, dan Laboratorium PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Jl. Sisingamangaraja No.1, Medan. Penelitian dilakukan
selama 6 enam bulan, mulai Februari 2010 sampai Juli 2010. 3.2. Alat dan Bahan Percobaan
3.2.1. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pabrik kelapa sawit LCPKS hasil pengolahan Reaktor Anaerobik Unggun Tetap
RANUT yang berada di Pabrik Kelapa Sawit Kebun Adolina PTPN IV, Serdang Bedagai. Sebagai bahan tambahan akan digunakan amonium hidroksida NaOH 5 N
dan asam sulfat H
2
SO
4
2 M untuk mengkondisikan pH. Untuk analisa parameter respon dibutuhkan COD Reagent Vial, aquadest dan kertas saring berpori 0,45 µm,
serta H
2
SO
4
p.a. untuk pengawetan sampel analisa COD.
Universitas Sumatera Utara