Data Hasil Survey Pengertian Estuari

Bab I Pendahuluan, yang berisikan penjelasan tentang estuari melalui pandangan secara umum serta tjuan yang hendak dicapai, ruang lingkup dan metodologi dalam penulisan tugas akhir ini. Bab II studi literatur yang menguraikan karakteristik estuari, serta menjabarkan tentang model yang digunakan. Bab III gambaran lokasi, menjelaskan tentang kondisi estuari Sungai Deli secara umum. Bab IV hasil pemodelan dan analisa, memaparkan hasil pemodelan yang dilakukan untuk muara Sungai Deli. Serta analisa tentang pemodelan tersebut diuraikan pula dalam bab ini. Kemudian dari data-data tersebut dianalisa menggunakan metode perhitungan yang akan dilakukan dengan program Microsoft Excel. Bab V kesimpulan dan saran, berisikan rangkuman dari hasil simulasi dan analisa yang dilakukan, serta berisi saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.

1.7. Data Hasil Survey

Berikut ini merupakan data hasil survey pertama yang dilakukan pada peentuan titik pengamatan dan titik pengamtan pasang surut. Tabel 1.1 Data Hasil Survei Lapangan dan Foto Satelit Kawasan Pengamatan Estuari Sungai Deli. Jarak Titik Koordinat salinitas lebar suhu kedalaman Kondisi Sungai XUTM YUTM ZUTM Waktu ppt m ฀C m Erosi Sedimentasi Struktur Sepadan A 464043 415007 ± 9 10.15 wib 52.17 26 3.4 ada ada ada Rmh Penduduk 500 B 464493 415199 ± 10 10.22 wib 55.54 25.3 3.2 ada ada ada Rmh Penduduk 1000 C 464875 415454 ± 11 10.39 wib 0.001 49.87 23 3.7 ada ada ada Rmh Penduduk 1500 D 465263 415666 ± 12 10.53 wib 0.02 55.78 21 4.5 ada ada Tiada Hutan Universitas Sumatera Utara 2000 E 465700 415852 ± 13 11.01 wib 0.043 56.93 22 3.9 ada ada Tiada Gudang Ikan 2500 F 466122 415883 ± 14 11.12 wib 0.055 63.06 21 4.1 ada ada Tiada Hutan 3000 G 466513 416085 ± 15 11.21 wib 0.233 84.14 20 4.3 ada ada Tiada Gudang Ikan 3500 H 466996 416317 ± 16 11.38 wib 0.963 284 20 6.2 ada ada Tiada Hutan 4000 I 467249 416570 ± 17 11.51 wib 12 277 20 9.1 ada ada Tiada Rmh Penduduk Gambar 1.2 Pengerukan sungai seruai untuk kebutuhan industri dinilai sangat mengganggu dari fungsi Estuari Sungai Deli.

I.8. Pengolahan Data

Setelah survey dilakukan akan diperoleh data-data lapangan yang menunjukkan kondisi sebenarnya dari kawasan estuari sungai deli. Yang mana data-data tersebut menggambarkan bagaimana bentuk estuari dari sungai deli dalam penyajian grafik. Selain survey pengukuran topografi, pengukuran arus juga ditekankan dalam setiap pemodelan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus. Hal ini sangat berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal. Titik lokasi dari survei pengukuran arus ini disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal, dimana arus mempunyai pengaruh yang sangat penting. Sungai Seruai Universitas Sumatera Utara Untuk mempermudah pengerjaan tugas akhir ini, disusun schedule kegiatan untuk pengolahan data pemodelan estuari. Tabel dibawah ini akan memaparkan waktu pengerjaan, rumus-rumus yang akan digunakan, serta hasil yang diperoleh dari perhitungan data-data tersebut. Sehingga dalam setiap pengerjaan model akan jelas arah dan tujuannya. Tabel 1.2. Schedule pengolahan data-data lapangan. Tanggal Model Estuari Keterangan Hasil 05 Mar sd 22 Mar 2010

I. Bathymetri Data yang digunakan :

- Peta lokasi - Lebar tiap titik Formula : W x =W o e -axL Wright et al.1973 - Kedalaman tiap titik Formula : D x =D o e -bxL Wright et al.1973 - Data lebar dan kedalaman tiap titik pengamatan - Cross-section, semuanya nanti kemudian akan di plot ke bentuk grafik. 01 Apr sd 18 Apr 2010

II. Tides pasang surut

Data yang digunakan : - Nilai pasang surut di sepanjang kawasan pengamatan. - Tinggi lonjakan air pasang saat periode waktu rotasi bulan mengelilingi matahari S 2 Formula : - Lonjakan air pasang saat periode waktu rotasi bulan mengelilingi bumi M 2 Formula : - M 4 Formula : - Aplikasi data kedalam grafik - Mengetahui lokasi dan keadaan muara maupun sekitar kawasan estuari terhadap pengaruh pasang surut. - Besarnya pasang penuh dan pasang perbani pada setiap titik pengamatan. Universitas Sumatera Utara Pugh 2004 22 Mei sd 12 Jun 2010

III. Currents Aliran

Data yang digunakan : - Jarak antara tiap titik pengamatan - Besar volume air menuju hulu per titik pengamatan Formula : - Pasang surut Flow Formula : - Pemodelan perubahan volume aliran di tiap-tiap titik pengamatan menuju hulu. - Grafik dan nilai aliran pasang surut yang terjadi. - Debit aliran pada tiap titik pengamatan. 12 Jun sd 20 Jun 2010 IV. Temperature and Salinity Suhu dan kadar garam Data yang digunakan : - Diambil dari fungsi Gaussian - Nilai salinitas tiap titik tinjau yang diperoleh dari survei Formula : - Nilai suhu dari kawasan estuari yang diperoleh dari survey yang dilakukan. Formula : - Hasil perhitungan suhu dan kadar garam dalam grafik - Menunjukkan grafik daribilangan gauss, yang mempengaruhi baik atau tidaknya suhu dan kadar garam estuari tersebut semua formula akan dijabarkan lebih detail untuk Microsoft excel pada bab IV Agar lebih mempermudah untuk mengerti tujuan yang hendak dicapai, maka studi pemodelan ini akan dijabarkan didalam satu buah framework berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 1.3. Framework pemodelan data-data lapangan. Hal MODEL Bathymetri Pasang surut Arus Temperatur salinitas V ar ia be l ya ng di guna ka n Data Survey : Lebar Kedalaman Koefisien lebar kedalaman a b Data Pasang surut dari survey komponen Utama Pasang surut Penentuan formzall untuk tipe pasut S ₂ M ₂ M ₄ Pengaruh Pasang surut Perubahan kedalaman dari data pasang surut. Debit rata-rata Cross-section tiap titik Jarak dan luas penampang Data survey : temperatur Salinitas Koefisien nilai σ untuk pers.gauss M et ode ya ng di guna ka n Lebar W x =W o e -axL Kedalaman D x =D o e -bxL Koefisien lebar kedalaman Triall Error Metode Admiralty Total aliran=kec.aliran- aliran pada titik x Jarak titik dikalikan Luas penampang titik menghasilkan volume upstream dari kawasan tersebut. Metode Gaussian Triall Error Universitas Sumatera Utara H as il ya ng di pe rol eh Perbandingan kedalaman lebar Estuari antara data survey dengan data hasil pemodelan yang menggunakan variabel a b. Cross-section dari sepanjang kawasan estuari yang diamati. Grafik Pasang surut Perubahan kedalaman tiap jam akibat pengaruh S ₂, M₂, dan M ₄ Naik turunnya muka air pada saat pasang dan surut Kec aliran ms Volume Upstream m³x10 ⁶ Total aliran ms Nilai temperature dan salinitas pada tiap titik Perbandingan temperature dan Salinitas pada tiap2 titiknya Grafik perbandingan salinitas dan temperature antara pemodelan dan Hasil survey Perhitungan pengaruh banjir dengan rentang waktu 5 tahun dengan menggunakan metode hasper-Log person III.

BAB II STUDI LITERATUR

Universitas Sumatera Utara

II.1. Pengertian Estuari

Estuari adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuari adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut. Estuari merupakan bagian dari lingkungan perairan yakni daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya saluran air tawar dan genangan air tawar. Lingkungan estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut Kasim, 2005. Menurut Bengen, 2002 dan Pritchard, 1976 dalam Tiwow 2003, estuari adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain: 1. Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya; 2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut; Universitas Sumatera Utara 3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya; dan 4. Tingkat kadar garam di daerah estuari tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuari tersebut.

II.1.1. Pola pencampuran air laut dan air tawar pada estuari

Pencampuran air laut dan air tawar mempunyai pola pencampuran yang khusus. Berdasarkan pola percampuran air laut, secara umum terdapat 3 model estuari yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai Kasim, 2005. Berikut ini adalah pola pencampuran air tawar : 1. Pola dengan dominasi air laut Salt wedge estuari yang ditandai dengan desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari estuari ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah di banding lapisan bawah yang lebih tinggi. 2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai well mixed estuari. Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut. Universitas Sumatera Utara 4. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata Partially mixed estuari. Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal. 4. Pada beberapa daerah estuari yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuari. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

II.2. Rumusan Permasalahan