ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat
dominan dan kuat, sehingga air estuari tercampur sempurna dan
tidak terdapat stratifikasi. Pencampuran air laut dan air tawar mempunyai pola pencampuran yang
khusus. Berdasarkan pola pencampuran air laut, secara umum terdapat 4 model estuari yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman dan pola
pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari sungai.
II.4. Pemodelan Estuari Sungai Deli
Ada 4 jenis pemodelan yang akan dijelaskan dalam Tugas Akhir ini. Yang nantinya akan dilaksanakan sesuai prosedur, peninjauan, pengolahan data dan
pemodelan. Banyak yang perlu kita uraikan dalam setiap pemodelan yang akan dibuat, namun tetap saja akan dibatasi ruang lingkup kerja agar tidak memakan
waktu yang lama dalam pengolahan data nantinya.
II.4.1. Pemodelan Bathymetri
Bathymetri adalah bentuk peta tiga dimensi dari suatu kawasan estuari. Estuari merupakan kawasan bagian muara yang umunya digunakan untuk
kegiatan pelayaran dan perkapalan yang selalu di tinjau secara rutin dan berkesinambungan. Peta bathymetri menggambarkan serta memaparkan
komponen-komponen pokok estuari seperti kedalaman, kontur dan biasanya lebar
Universitas Sumatera Utara
kawasan menjadi informasi tambahan yang berguna dan berpengaruh terhadap pasang-surut dan arus yang terjadi. Survey bathymetri dilakukan dengan
memanfaatkan keadaan estuari sekarang dan teknik-teknik perbaikan posisi dengan pemodelan. Hal ini akan menunjukkan serta membuktikan bahwa, pasang
mendominasi muara pada umumnya. Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya
menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk dasar laut berdasarkan defenisi dari Nontji 1993.
• Paparan shelf yang dangkal
• Depresi dalam berbagai bentuk basin, palung
• Berbagai bentuk elevasi berupa punggung rise, ridge
• Gunung bawah laut sea mount
• Terumbu karang dan sebagainya.
Menurut Ilahude 1997, dilihat dari ari segi skala atau besarnya bentuk – bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan ke dalam 3 golongan besar yaitu:
1. Relief Besar macro relief
• Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
• Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan
kilometer. 2.
Relief Pertengahan intermediate relief •
Secara vertikal berukuran ratusan meter. •
Secara horizontal berukuran puluhan kilometer •
Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
Universitas Sumatera Utara
3. Relief Kecil micro relief
• Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
• Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.
Gambar 2.1. Bentuk Dasar Laut Stewart, 2006
Sedangkan menurut Hutabarat 1985 bentuk-bentuk dasar laut antara lain terdiri dari :
• Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas laut sea floor yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan
• Trench
Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
• Abyssal Plain
Universitas Sumatera Utara
Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
• Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah
• Island Arc kumpulan pulau-pulau
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia yang mempunyai perbatasan dengan benua
• Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan pasifik
• Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.
• Seamout dan guyot
Gunung-gunung berapi yang mucul dari dasar lantai lautan tetapi tidak mencapai permukaan laut.
Keadaan mulut sungai yang meluap hingga menuju ke lautan meliputi sepanjang pantai yang terjadi karena faktor-faktor tertentu. Antara lain yakni yang
disebabkan oleh gletser dan juga karena turunnya sebgian daratan yang disebabkan oleh sebab-sebab tektonis. Untuk model ini lebih banyak dipengaruhi
dengan apa yang terjadi dialam.
II.4.1.1.Penentuan Bathymetri
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya ada beberapa cara dalam menentukan suatu bathymetri pada sebuah kawasan. Selain dengan melakukan survey terhadap kawasan
pengamatan seperti yang telah dilakukan ada cara-cara lain seperti dibawah ini. A.
Metode Akustik
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara
frekuensi, pulsa, intensitas; faktor lingkungan medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan
sistem akustik aktif. Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri.Sonar Sound Navigation And Ranging:
Berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air seperti ikan atau kapal selam atau dari dasar laut. Bila gelombang
akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air, jika c juga diketahui dari pengukuran
langsung atau dari data temperatur, salinitas dan tekanan.Ini adalah prinsip echo- sounder yang sekarang umum digunakan oleh kapal-kapal sebagai bantuan
navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar 30-45o vertikal tetapi untuk aplikasi khusus seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut
dasar laut lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan. Walaupun menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada laju
bunyi dalam air laut 1500 ms-1 relatif kecil dan sedikit perubahan pada c dapat menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan
menambah keburukan resolusi.
Universitas Sumatera Utara
Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan
Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik,
menghasilkan peta-peta batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA Geological Long Range Inclined Asdic, SeaMARC, dan TOBI
Towed Oceand Bottom Instrument menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar, menggunakan bunyi atau microwave. Echo-sounding banyak
juga digunakan oleh nelayan karena ikan menghasilkan echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air
Supangat, 2003. B.
Satelit Altimetri
Altimetri adalah Radar Radio Detection and Ranging gelombang mikro yang dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi
dengan wahana antariksa satelit atau pesawat terbang. Pengukuran ini dapat menghasilkan topografi permukaan laut sehingga dapat menduga geoid laut, arus
permukaan dan ketinggian gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan laut pertama kali
dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang disebut S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang
terakhir yang sangat terkenal adalah TOPEX POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit misi bersama antara Amerika Serikat NASA dengan Perancis
Susilo, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana bentuk tersebut menyerupai bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang
mempengaruhi paras laut dan hubungan antara gravitasi dan topografi dasar laut yang bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga memberikan bentuk
gambaran paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif terhadap pusat massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur
ketinggian satelit di atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggi satelit pada koordinat geosentris. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan
pemancar pulsa radar transmiter, penerima pulsa radar yang sensitif receiver, serta jam berakurasi tinggi.
Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik radar kepermukaan laut. Pulsa-pulsa
tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi
dari muka laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang
dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke satelit. Heri Andreas dalam Hasanuddin Z A.
II.4.1.2. Pemetaan Lebar dan Kedalaman
Pemetaan keadaan suatu estuari biasanya lebih dibuthkan untuk tujuan atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelayaran di bagian-bagian
yang hidrografis dan berkenaan dengan suatu chart datumtitik tinjau cd. Cd
Universitas Sumatera Utara
mendekati hal yang berkenaan denga pasang paling rendah, bahwa dapat diramalkan untuk terjadi dibawah kondisi-kondisi sesuai keadaan cuaca.
Chart datum cd merupakan batas perilaku pasang surut. Dimana hal ini menegaskan bahwa bukan suatu permukaan yang horizontal, tetapi berubah
dengan cakupan yang pasang surut disekitaran pantai atau didalam satu muara. Duduk Tengah DT Mean Sea Level MSL adalah permukaan laut rata-rata
yang merupakan suatu kedudukan yang ditentukan melalui pengamatan air laut pengamatan pasut untuk setiap jam, hari, bulan atau tahun. Dalam survey
hidrografi dikenal 4 istilah DT, yaitu : 1.
DT Harian pada umumnya ditentukan melalui pengamatan permukaan laut setiap jam selama satu hari dari jam 00.00 sampai dengan jam 23.00,
sehingga diperoleh 24 harga hasil pengamatan. 2.
DT Bulanan ditentukan melalui nilai rata-rata dari DT Harian untuk waktu satu bulan. DT Bulanan ini tidak memiliki masa perubahan yang pendek
seperti DT Harian di mana hampir memperlihatkan perubahan yang merata.
3. DT Tahunan ditentukan melalui nilai rata-rata dari DT Bulanan untuk
waktu satu tahun 12 bulan. 4.
DT Sejati, merupakan muka laut rata-rata ideal yang tidak lagi dipengaruhi oleh keadaan pasang surut, di mana pengamatan kedudukan permukaan
laut haruslah dilakukan paling sedikit selama 18,6 tahun. Djaja, 1979
II.4.1.3. Lebar dan Kedalaman Sebagai Fungsi Jarak
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari proses, analisis teori suatu dinamik estuari seorang ilmuan Inggris yaitu Prandle 1986 menyatakan bahwa banyak sekali estuari yang ada
pada umumnya menggunakan fungsi matematis seperti : 2.1
dan 2.2
dimana : W
x
= Lebar Estuari dititik x m W
L
= Lebar Estuari tepat dimulut muara m D
x
= Kedalaman Estuari dititik x m D
L
= Kedalaman Estuari tepat dimulut muara m x
= nilai ukur atau bentang jarak antara titik tinjauan m λ
= dimensi horizontal dari panjang kawasan estuari m m n = koefisien dari percobaan Prandel 1986
Formula diatas dapat kita aplikasikan pada estuari Sungai Deli dan disajikan kedalam tabel model sederhana, dan untuk menghitung pengaruh pasang
surut ditinjau dari awal kawasan pengamatan sampai ke mulut muara. Namun dalam penentuan besar koefisien lebar untuk pasang surut, maka
kita lebih baik menggunakan perhitungan yang titik pengamatan dihitung dari mulut muara. Seorang ilmuwan yang bernama Wright et al.1973
menyempurnakan formula dari Prandle 1986 dengan menunjukkan nilai exponensial dari lebar, kedalaman serta cross-section dengan jarak perhitungan
diambil dari mulut muara.
Universitas Sumatera Utara
W
x
=W
o
e
-axL
2.3
dan
D
x
=D
o
e
-bxL
2.4
dimana : W
x
= Lebar Estuari dititik x m Wo
= Lebar Estuari tepat dimulut muara m D
x
= Kedalaman Estuari dititik x m Do
= Kedalaman Estuari tepat dimulut muara m x
= nilai ukur atau bentang jarak antara titik tinjauan m L
= dimensi horizontal dari panjang kawasan estuari m a b
= koefisien lebar dan kedalaman Hasil survey menunjukkan bahwa keadaan lebar estuari sangat terganggu
dengan adanya kegiatan yang banyak merugikan kawasan estuari tersebut. Contohnya ialah banyaknya pemukiman penduduk yang menimbulkan banyaknya
sedimen dan mengganggu stabilitas dari estuari itu sendiri. Tabel 2.1. Nilai Data Hasil Survey Lebar Estuari Sungai Deli
Area Batas
Bawah Lebar
Batas atas Lebar
m m
51.87 54.82
0.5 66.69
69.64 1
85.64 88.59
1.5 109.87
112.82 2
140.85 143.8
2.5 180.46
183.41 3
231.11 234.06
3.5 295.88
298.83 4
378.7 381.65
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.2. Grafik hasil data survey pada kawasan estuari sungai deli.
II.4.2. Pemodelan Pasang Surut Tides
Pasang surut air laut terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari pada air laut. Pengaruh pasang surut oleh bulan atau matahari sangat bergantung
pada massa serta jarak bulan dan matahari dari bumi. Namun, jarak bulan dan matahari dari bumi mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada massanya.
Walaupun massa bulan jauh lebih kecil daripada massa matahari, tetapi karena jarak antara bulan dan bumi lebih dekar daripada jarak bumi-matahari, maka
pengaruh bulan lebih besar. Pasang surut akibat gaya tarik bulan dua kali lebih besar daripada yang diakibatkan gaya tarik matahari. Jika jarak bumi dan matahari
50 100
150 200
250 300
50 100
150 200
250 300
Le b
a r
E st
u a
ri m
Lebar Estuari m
LWS m HWS m
Model m
Universitas Sumatera Utara
dan bulan ke bumi sama, maka pasang surut matahari menjadi jutaan kali lebih besar daripada pasang surut akibat bulan.
Sedangkan menurut Pariwono 1989, fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-
benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers 1964 pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-
benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi
tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang
rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut tidal range. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau
lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Gambar 2.3. Distribusi Perubahan Gaya Lonjakan Pasang Surut
Universitas Sumatera Utara
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer atmospheric tide, pasang surut laut oceanic tide dan pasang surut
bumi padat tide of the solid earth. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan bulge pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Perubahan pasang surut, disini nilai M
2
atau S
2
digambarkan dengan gelombang sinus dari sebuah rotasi yang menimbulkan 2 gelombang yang terpengaruh
oleh gravitasi.
Universitas Sumatera Utara
II.4.2.1. Teori Kesetimbangan Pasang Surut
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton 1642-1727. Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori
terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman Inertia diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya
permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut King, 1966. Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan
pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan
gaya pembangkit pasang surut atau GPP Tide Generating Force yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara
laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi Gross,
1987. Selanjutnya Newton menyebutkan bahwa besarnya gaya tarik menarik antara dua titik massa berbanding langsung dengan massanya dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jaraknya.
2.5
di mana : F = gaya tarik menarik antara dua titik massa N
M
1
= titik massa 1 M
2
= titik massa 2
Universitas Sumatera Utara
R
2
= jarak antara pusat titik massa 1 dan 2 k = konstanta gravitasi 6.67 x 10-11 New m2kg2
Jarak bumi-bulan lebih dekat dibandingkan dengan jarak bumi-matahari, maka gaya tarik menarik yang diakibatkan oleh bulan akan lebih besar 2,18 kali
daripada gaya yang diakibatkan oleh matahari, walaupun massa matahari jauh lebih besar.
Selain itu perputaran bumi pada porosnya rotasi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang merupakan fungsi dari kecepatan sudut rotasi dan jarak terhadap
sumbu bumi. Akibat dari pengaruh gaya tarik menarik dan gaya sentrifugal karena rotasi bumi, maka titik-titik massa di bumi dalam keadaan setimbang Teori
Keseimbangan Pasut tides equilibrium theory Dengan demikian maka terdapat beberapa gaya pembangkit pasang surut,
yaitu gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari serta gaya sentrifugal yang mempertahankan kesetimbangan dinamik dari seluruh sistem yang ada
II.4.2.2. Teori Pasut Dinamik Dynamical Theory
Pond dan Pickard 1978 menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang
konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk
dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace
1796-1825. Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan gelombang pasut tide wive yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor
lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant 1958, faktor-faktor tersebut adalah :
• Kedalaman perairan dan luas perairan
• Pengaruh rotasi bumi gaya Coriolis
• Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah Coriolis Effect. Di belahan bumi utara benda membelok ke
kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan
mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan 1966 berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi
tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase Phase lag serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal
perairan maka semakin besar pengaruh gesekannya. Semakin ke arah khatulistiwa, gaya coriolis makin mengecil. Gaya Coriolis dipengaruhi oleh posisi lintang suatu
wilayah. Semakin kecil letak lintang suatu wilayah, maka gaya Coriolis semakin kecil pengaruhnya Itulah sebabnya angin cyclon hampir tidak pernah terjadi di
wilayah khatulistiwa.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Efek gaya Coriolis
II.4.2.3. Faktor Penyebab Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi gaya coriolis, dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat,
bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan Wyrtki, 1961.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
Universitas Sumatera Utara
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan bulge pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari Priyana,1994
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik gravitasi yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71 permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan
kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang
lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam Priyana,1994.
Tabel 2.2. Komponen Utama Pasang Surut
JENIS NAMA
KOMPONEN PERIODA
jam FENOMENA
Universitas Sumatera Utara
II.4.2.4. Variasi Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut Dronkers 1964, ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu : 1.
Pasang surut diurnal : yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal : yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
Semidiurnal M
2
12.24 Gravitasi bulan dengan orbit lingkaran dan sejajr
ekuator bumi S
2
12.00 Gravitasi matahari dengan orbit lingkaran dan sejajr
ekuator bumi N
2
12.66 Perubahan jarak bulan ke bumi akibat lintasan yang
berbentuk elips K
2
11.97 Perubahan jarak bulan ke bumi akibat lintasan yang
berbentuk elips Diurnal
K
1
23.93 Deklinasi sistem bulan dan matahari
O
1
25.82 Deklinasi bulan
P
1
24.07 Deklinasi matahari
Perioda panjang
M
f
327.86 Variasi setengah bulanan
M
m
661.30 Variasi bulanan
S
sa
2191.43 Variasi semi tahunan
Perairan dangkal
2SM
2
11.61 Interaksi bulan dan matahari
MNS
2
13.13 Interaksi bulan dan matahari dgn perubahan jarak
matahari akibat lintasan berbentuk elips MK
3
8.18 Interaksi bulan dan matahari dgn perubahan jarak
bulani akibat lintasan berbentuk elips M
4
6.21 2 x kecepatan sudut M
2
M M
S S
4 4
2 2
. .
2 2
I I
n n
t t
e e
r r
a a
k k
s s
i i
M M
2 2
d d
a a
n n
S S
2 2
Universitas Sumatera Utara
3. Pasang surut campuran : yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa deklinasi kecil, pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki 1961, pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 bagian antara lain yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal Diurnal Tide : Merupakan pasut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari. 2.
Pasang surut harian ganda Semi Diurnal Tide : Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama
dalam satu hari. 3.
Pasang surut campuran condong harian tunggal Mixed Tide, Prevailing Diurnal : Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan
satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda Mixed Tide, Prevailing
Semi Diurnal : Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda. Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang
surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut,
keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasutTidal current. Gerakan arus pasut dari laut
Universitas Sumatera Utara
lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman Mihardja et,. al
1994. Berikut ini adalah daftar istilah yang ada pada pasang surut, yaitu :
Mean Sea Level MSL atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
• Mean Tide Level MTL adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah
pada suatu periode waktu. •
Mean High Water MHW adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.
• Mean Low Water MLW adalah tinggi air rata-rata pada semua surut
rendah. •
Mean Higher High Water MHHW adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang.
Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
• Mean Lower High Water MLHW adalah tinggi rata-rata air terendah dari
dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian diurnal.
• Mean Higher Low Water MHLW adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.
Universitas Sumatera Utara
• Mean Lower Low Water MLLW adalah tinggi rata-rata air terendah dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut
diambil sebagai air rendah terendah. •
Mean High Water Springs MHWS adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang
range pasut itu tertinggi. •
Mean Low Water Springs MLWS adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
• Mean High Water Neaps MHWN adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani neap tides, yaitu jika tunggang range pasut paling kecil.
• Mean Low Water Neaps MLWN adalah tinggi rata-rata yang dihitung
dari dua air berturut-turut selama periode pasut perbani. •
Highest Astronomical Tide HATLowest Astronomical Tide LAT adalah permukaan laut tertinggiterendah yang dapat diramalkan terjadi di
bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan
LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih
rendah. Secara umum permukaan level di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa
tahun.
Universitas Sumatera Utara
• Mean Range Tunggang Rata-rata adalah perbedaan tinggi rata-rata antara
MHW dan MLW. •
Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
• Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian
tunggal diurnal tides, namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda semidiurnal tides.
Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran mixed tides dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua
bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik,
tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal F yang dinyatakan dalam bentuk:
2.6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Pengelompokan tipe pasut
NILAI BENTUK
JENIS PASUT FENOMENA
O F 0.25 Harian ganda
2x pasang sehari dengan tinggi relatif sama
0.25 F 1.5
Campuran ganda
2x pasang sehari dengan perbedaan tinggi dan interval yang berbeda
1.5 F
f
3 Campuran tunggal
1 x atau 2 x pasang sehari dengan interval yang berbeda
F 3 Tunggal
1 x pasang sehari, saat spring bisa terjadi 2x pasang sehari
Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari
masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian,
karena interaksinya dengan bentuk morfologi pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-
komponen pasang surut yang baru
II.4.3. Pemodelan Arus currents
Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin,
sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut
air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak
Universitas Sumatera Utara
melintasi samudera ocean currents, maupun terjadi di perairan pesisir coastal currents.
Menurut King 1962, arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang
lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang Flood
dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan
bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas. Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut.
Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk ke dalam estuari atau
alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak menuju surut, maka terlihat gerakan arus laut mengalir ke luar.
Kedua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang muring
atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak menyusuri pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah tegak lurus atau miring
terhadap garis pantai. Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan
pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain,
di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian stratifikasi lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan
terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas.
II.4.3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Arus
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut,
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut
dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin Gross, 1990. Menurut Bishop 1984, gaya-gaya utama yang berperan
dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya
datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya
Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari
angin ke batas permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil
kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut,
Universitas Sumatera Utara
dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan
pergerakan air turbulen Supangat,2003. Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya
pergerakan angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik, hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan
pada fluida. Gaya viskositas dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari
transfer momentum diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer
antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-
kelompok air, bukan molekul individu, ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh
pertukaran molekul individu dan disebut viskositas eddy. Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan
membelokan arah angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis ini yang membelokan arus
dibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya
Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih
besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman
Universitas Sumatera Utara
makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan
dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan. bertambah dengan
bertambahnya kedalaman Supangat, 2003.
Gambar 2.6 .Pola arus spiral Ekman Gelombang-gelombang yang panjang pada lautan menghasilkan peristiwa
pasang surut air laut. Pasang surut ini menimbulkan pergerakan massa air yang mana prosesnya dipengaruhi oleh gaya tarik bulan, matahari dan benda angkasa
lainya selain itu juga dipengaruhi oleh gaya sentrifugal dari bumi itu sendiri. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa prinsip dasar dari pola aliran estuari
tergolong aliran kritis yang menunjukkan bilangan reynold, Froude, dan Richardson.
Universitas Sumatera Utara
2.7
dimana : W
o
= Lebar estuari tepat dimulut muara D
o
= Kedalaman estuari tepat dimulut muara L
= Panjang kawasan estuari = Perubahan kedalaman aliran per detik
Q = Debit air
a b = Koefisien Lebar dan kedalaman estuari
II.4.4. Pemodelan Salinitas dan Temperatur
Air mempunyai formula kimia H
2
O, bermakna bahawa satu molekul air terbina daripada dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Ia boleh digambarkan
secara ionik sebagai HOH, dengan satu ion Hidrogen H
+
yang terikat kepada ion Hidroksida OH
-
. Ia berada didalam keseimbangan dinamik di antara cecair dan wap yang berada pada suhu dan tekanan piawai. Pada suhu bilik, ia adalah cecair
yang sangat jernih, tawar, dan tak berbau. Air juga dirujuk di dalam sains sebagai pelarut universal dan hanyalah satu bahan yang dijumpai tulen secara semulajadi
dalam ketiga-tiga keadaan jirim. Air boleh menjadi banyak bentuk. Keadaan pepejal bagi air biasanya
dikenali sebagai ais walaupun banyak bentuk yang wujud, sila lihat pepejal air amorfous; keadaan gas dikenali sebagai wap air or stim, dan fasa cecair
biasanya disebut hanya sebagai air. Air adalah asas molekul bagi pelarut berakues. Berada di atas suhu kritikal tertentu dan tekanan 647 K dan 22.064 MPa,
molekul air menjadi keadaan superkritikal, dalam mana cecair berkelompok timbul di dalam fasa wap.
Universitas Sumatera Utara
Air berat adalah air di mana atom hidrogen digantikan dengan isotopnya yang lebih berat, deuterium. Secara kimia, ia adalah serupa dengan air biasa. Air
berat ini digunakan di dalam industri nuklear untuk memperlahankan neutron- nuetron.
Gambar 2.7 . Struktur molekul dari Air
II.4.4.1. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5. Lebih dari 5, ia disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam
sekitar 3,5. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati
memiliki kadar garam sekitar 30.
Universitas Sumatera Utara
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak dari
elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” parts per thousand , ppt atau
permil ‰, kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan
didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap Copenhagen water, air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978,
oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units psu, Unit Salinitas Praktis: rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL
standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam perliter larutan.
Tabel 2.4.Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut Air tawar
Air payau Air saline
0.05 0.05 - 3
3 - 5
Air laut mengandung 3,5 garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman
mempengaruhi sifat fisis air laut seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum beberapa tingkat, tetapi tidak
menentukannya. Beberapa sifat viskositas, daya serap cahaya tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah
Universitas Sumatera Utara
garam di laut salinitas adalah daya hantar listrik konduktivitas dan tekanan osmosis.
Gambar 2.8. Penyebaran Salinitas dilaut dunia
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida 55, natrium 31, sulfat 8, magnesium 4, kalsium 1, potasium 1 dan
sisanya kurang dari 1 teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di
darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal hydrothermal vents di laut dalam.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk
mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida Cl. Kandungan
klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada
Universitas Sumatera Utara
satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah
menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan
klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai:
S
o oo
= 0.03 +1.805 Cl
o oo
1902 2.8
Lambang
o oo
dibaca per mil adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5 sebanding dengan 35
o oo
atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut. Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03
o oo
jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk
pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara
klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus:
S
o oo
= 1.80655 Cl
o oo
1969 2.9
Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan definisi sebelumnya.
Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan. Sejak tahun
Universitas Sumatera Utara
1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity Scale Skala Salinitas Praktis dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas.
Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari konduktivitas listrik K sampel air laut pada temperatur 15
o
C dan tekanan satu standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida KCl, dimana bagian massa KCl
adalah 0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama. Rumus dari definisi ini adalah:
S = 0.0080 - 0.1692 K
12
+ 25.3853 K + 14.0941 K
32
- 7.0261 K
2
+ 2.7081 K
5
2.10
Dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio, maka satuan
o oo
tidak lagi berlaku, nilai 35
o oo
berkaitan dengan nilai 35 dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan psu dalam
menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari practical salinity unit. Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki
satuan, jadi penggunaan satuan psu sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak diperlukan. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat ini,
pengukuran harga salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran konduktivitas.
Salinitas di daerah subpolar yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub rendah di permukaan dan bertambah secara tetap monotonik
terhadap kedalaman. Di daerah subtropis atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5
o
- 40
o
LU atau 23,5
o
- 40
o
LS, salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi penguapan. Di kedalaman sekitar 500
sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di
Universitas Sumatera Utara
permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi curah hujan.
II.4.4.2. Temperatur
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu selanjutnya disebut sebagai temperatur saja dan
temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas
energi, semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas
spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu
satuan massa fluida sebesar 1
o
. Jika kandungan energi panas nol tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida maka temperaturnya secara absolut juga
nol dalam skala Kelvin. Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida.
Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan heating di daerah tropis dan pendinginan cooling di daerah lintang tinggi. Kisaran harga
temperatur di laut adalah -2
o
s.d. 35
o
C. Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan kompresi atau pengembangan ekspansi. Jika parsel
air mengalamai penekanan secara adiabatis tanpa terjadi pertukaran energi panas, maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air
Universitas Sumatera Utara
mengalami pengembangan juga secara adiabatis, maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan
pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin
membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka
dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya
digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur potensial. adi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika
parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah jika dibandingkan dengan
tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam, maka temperatur potensial yang dihitung pada tekanan permukaan akan selalu lebih rendah daripada temperatur
sebenarnya. Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung
kandungan energi panas dan transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0
o
C = 273,16K. Perubahan 1
o
C sama dengan perubahan 1K. Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan
energi panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas persatuan volume dihitung dari harga temperatur
menggunakan rumus Q = densitasenergi panas specifiktemperatur temperatur dalam satuan Kelvin. Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi
Universitas Sumatera Utara
panas di lautan harus menggunakan temperatur potensial. Satuan untuk energi panas dalam mks adalah Joule. Sementara itu, perubahan energi panas
dinyatakan dalam Watt Jouledetik. Aliran fluks energi panas dinyatakan dalam Wattmeter
2
energi per detik per satuan luas.
BAB III GAMBARAN LOKASI ESTUARI SUNGAI DELI
III.1. Gambaran Umum Kawasan Estuari Sungai Deli III.1.1. Lokasi Muara Sungai Deli
Kecamatan Medan Belawan adalah merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan. Kota Belawan terletak pada koordinat 03°46
’ 40
” LU
dan 98°40 ’
47 ”
BT. Kota Belawan memiliki luas wilayah sebesar 26,25 km
2
. Kota Belawan memiliki batas-batas administratif sebagai berikut :
• Utara berbatasan dengan Selat Malaka
• Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
• Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
• Barat berbatasan dengan Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya estuari adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan menerima masukan air tawar dari daratan.
Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuari adalah muara
sungai, teluk dan rawa pasang-surut. Muara Sungai Deli sendiri terdapat pada sebelah selatan kota Belawan.
Yaitu di sekitaran kampung Nelayan. Muara Sungai Deli terletak pada kawasan pantai Timur Sumatera yang langsung berbatasan dengan selat malaka. Kawasan
estuari Sungai Deli sendiri memiliki panjang 4 km dengan lebar bervariasi antara 20 m sampai dengan 150 m. Setiap sisinya baik kanan maupun kiri dipenuhi
dengan rawa-rawa, tambak ikan, dan gudang-gudang tempat penyimpanan ikan- ikan hasil tangkapan nelayan. Namun dibahagian ujung kawasan estuari menju
sungai banyak terdapat rumah-rumah penduduk. Seperti estuari pada umumnya, estuari Sungai Deli juga terpengaruh
dengan keadaan lingkungan sekitar maupun lingkungan aliran Sungai Deli dari hulu. Kita tahu kawasan estuari Sungai Deli sangat terkontaminasi dari kegiatan-
kegiatan yang ada dan terjadi di kawasan tersebut. Sepertinya halnya perumahan penduduk yang memberikan limbah yang mengganggu ekosistem dan fungsi dari
estuari itu sendiri. Banyaknya kegiatan-kegiatan pabrik yang ada disekitar kawasan Sungai Deli juga merupakan ancaman terbesar yang dapat merusak
kawasan estuari tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar..3.1. Peta Sungai Deli yang terakhir diambil pada tahun 2009 melalui satelit.
Pada gambar diatas dapat kita lihat perubahan yang terjadi pada estuari Sungai Deli. Hal yang paling mencolok adalah berupa sungai buatan yang dibuat
menuju daerah Percut. Sungai ini dibuat karena kebutuhan pabrik-pabrik untuk membuang limbahnya. Namun, sungai buatan tersebut berpengaruh besar
terhadap kawasan estuari itu sendiri. Limpahan air dari laut yang seharusnya masuk ke Sungai Deli, kini beralih ke sungai buatan tersebut. Hal itu merupakan
suatu fenomena yang membuat estuari berubah fungsi. Seperti halnya dari nilai kadar garam, suhu, aliran, dan pengaruh pasang surut muka air laut.
III.1.2. Lokasi Pengamatan Kawasan Estuari Sungai Deli
Simpang titi merupakan awal titik tinjauan yang merupakan lokasi yang menunjukkan tempat akhir dari pengaruh pasang surut dan kadar garam dari
sebuah kawasan estuari. Oleh karena itu simpang titi dijadikan lokasi awal survei yang dilakukan. Ditempat ini merupakan lokasi dimana berkumpulnya para
nelayan setelah melaut untuk menangkap ikan, yang kemudian menjual melelangkan hasil tangkapannya.
Universitas Sumatera Utara
Selain gudang-gudang tempat lokasi perdagangan ikan, disini juga banyak terdapat rumah-rumah penduduk. Penduduk yang tinggal disini pun mayoritas
berprofesi sebagai nelayan. Daerah pantai disekitar muara Sngai Deli terdiri dari hutan mangrove dengan jenis tanah lumpur.
Gambar..3.2. Simpang Titi merupakan lokasi awal survey yang memiliki lebar 52.17m.
Titik tinjauan B adalah tepat berlokasi antara simpang titi dan jalan tol belmera. Tepat 500 m dari titik A terdapat jembatan sebagai media penghubung
untuk kampung nelayan. Kawasan ini juga masih banyak terdapat rumah penduduk dan gudang-gudang kecil yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan
ikan. Lokasi B juga berpengaruh besar terhadap nilai atau loncatankenaikan muka air pada saat pasang ataupun surut. Namun lain halnya dengan tingkat kadar
garam yang ada, lokasi ini memiliki kadar garam yang hampir tak terdeteksi
Universitas Sumatera Utara
dengan mulut saja atau sama dengan memiliki tingkat kadar garam yang rendah. Lokasi ini juga sangat dipenuhi oleh sedimen-sedimen yang dihasilkan dari
perumahan-perumahan penduduk. Inilah dampak buruk yang terjadi, yang lama kelamaan akan merusak fungsi awal dari suatu kawasan estuari itu sendiri.
Gambar..3.3. Lokasi titik pengamatan B.memiliki lebar kawasan sebesar 55.54 m.
Lain halnya dengan lokasi C, disini terdapat beberapa kolam ataupun tambak ikan berskala kecil milik penduduk. Namun masih tetap terdapat banyak
rumah-rumah nelayan. Sisi sebelah kanan beberapa bagian dipenuhi rawa dan sedikit pantai dengan tanah lempung. Sedimen juga memenuhi pinggiran dari
lokasi ini, baik sedimen berupa limbah cair dari pemukiman penduduk maupun sampah-sampah yang tidak larut dalam air seperti halnya bungkusan plastik.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan, ekosistem dan fungsi yang terdapat pada suatu kawasan estuari tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan lokasi tersebut kedepannya.
Gambar..3.4. Lokasi titik tinjau C.
Sedangkan lokasi titik tinjau D memiliki kesamaan dengan kawasan titik E, F, dan G. Namun lebar tiap-tiap kawasan semakin mengcil dari kawasan
sebelumnya, yakni kawasan C dan B. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan titik pengamatan D,E,F dan G dipengaruhi oleh dampak-dampak yang tidak baik
akibat pengaruh dari lingkungan sekitar DAS tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar..3.5. Lokasi titik tinjau D, E, F dan G. Titik H merupakan tempat dimana aliran dari Sungai Deli menyatu dengan
aliran yang berasal dari sungai seruai. Dapat kita katakana kawasan ini merupakan kawasan transisi ataupun muara dari Sungai Deli tersebutmulut muara. Namun
banyak factor telah mengubah fungsi dari kawasan estuari tersebut. Antara lain dengan dibuatnya sungai seruai yang berada tepat disamping muara sungai deli,
Universitas Sumatera Utara
sehingga memiliki mulut muara yang sama dengan sungai deli. Teluk ini telah banyak mengubah struktur alami dari estuari sungai deli.
Gambar..3.6. Lokasi titik tinjau H. Penggerukan yang terus dilakukan pada sungai seruai membuat sungai
tersebut jauh lebih baik dari sungai deli. Ini dikarenakan sungai seruai terus dipakai untuk jalur industri dimana sebagai tempat berlayarnya kapal pengangkut
bahan-bahan industri untuk perindustrian dikawasan tersebut. Lokasi selanjutnya adalah lokasi I. lokasi pengamatan terakhir ini
merupakan lokasi dimana ketiga arus air tersebut bertemu. Yakni antara arus Sungai Deli, aliran sungai buatan dan aliran laut lepas. Survei sebelumnya telah
membuktikan bahwa terdapat putaran air yang terjadi akibat menyatunya ketiga aliran tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar..3.7. Lokasi titik pengamatan I, memiliki lebar 277 m. serta berdampingan dengan pemukiman penduduk.
Dari keterangan untuk setiap lokasi titik pengamatan diatas dan dari hasil survei lapangan yang telah dilakukan dapat kita simpulkan, bahwa kawasan
estuari Sungai Deli tersebut dapat dilihat di dalam tabel 3.1
Tabel 3.1. Data Hasil Survei Estuari Sungai Deli
Jarak Titik Koordinat
salinitas lebar
suhu kedalaman Kondisi Sungai
XUTM YUTM ZUTM Waktu
ppt m
C m
Erosi Sedimentasi Struktur Sepadan
A 464043
415007 ± 9
10.15 wib 52.17
26 3.4
ada ada
ada Rmh Penduduk
500 B
464493 415199
± 10 10.22 wib
55.54 25.3
3.2 ada
ada ada
Rmh Penduduk 1000
C 464875
415454 ± 11
10.39 wib 0.001
49.87 23
3.7 ada
ada ada
Rmh Penduduk 1500
D 465263
415666 ± 12
10.53 wib 0.02
55.78 21
4.5 ada
ada Tiada
Hutan 2000
E 465700
415852 ± 13
11.01 wib 0.043
56.93 22
3.9 ada
ada Tiada
Gudang Ikan 2500
F 466122
415883 ± 14
11.12 wib 0.055
63.06 21
4.1 ada
ada Tiada
Hutan 3000
G 466513
416085 ± 15
11.21 wib 0.233
84.14 20
4.3 ada
ada Tiada
Gudang Ikan 3500
H 466996
416317 ± 16
11.38 wib 0.963
284 20
6.2 ada
ada Tiada
Hutan 4000
I 467249
416570 ± 17
11.51 wib 12
277 20
9.1 ada
ada Tiada
Rmh Penduduk
III.2. Hidro-Oseanografi
Universitas Sumatera Utara
Untuk melengkapi pemodelan estuari ini dibutuhkan data pasang surut. Data pasang surut diambil dari data survei yang dilakukan selama 14 hari.
Kemudian dihitung dengan metode admiralty. Setelah diperoleh data pasang surut, kita dapat melihat bagaimana keadaan sungai terhadap pengaruh air laut. Kita juga
dapat memperoleh nilai komponen utama pasut yang telah dijabarkan pada bab II. Berikut adalah data hasil survei pasang surut pada muara sungai deli.
Tabel 3.2. Data Hasil Survei Pasang Surut Estuari Sungai Deli
Tanggal Waktu jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 11-Feb-10
73 93 123 143 163 163 163 153 143 123 113 113 123 133 153 163 183 183 173 163 143 113 93 83 12-Feb-10
73 73 93 113 133 153 163 163 163 153 143 133 123 123 123 133 143 143 163 173 163 143 123 103 13-Feb-10
93 73 73 83 93 123 143 163 173 183 173 163 143 123 113 113 113 113 143 163 173 173 163 143 14-Feb-10
113 93 73 63 73 93 113 153 173 193 203 193 173 143 113 93 83 83 113 133 163 183 183 173 15-Feb-10
153 123 83 63 53 63 83 123 163 193 213 223 203 173 133 93 73 73 73 103 143 173 193 203 16-Feb-10
183 153 113 73 53 43 53 93 133 183 223 233 233 203 153 113 73 73 53 73 113 153 183 203 17-Feb-10
203 183 143 103 63 43 43 63 113 163 203 233 243 223 183 133 83 83 33 43 73 123 163 203 18-Feb-10
213 203 173 133 83 53 33 53 83 133 183 223 253 243 213 163 113 113 33 23 43 93 133 183 19-Feb-10
213 213 193 163 113 73 43 43 63 103 163 203 243 253 233 193 133 133 43 23 33 63 103 153 20-Feb-10
193 213 203 183 143 103 63 53 63 93 133 183 223 243 243 213 163 133 103 83 83 113 153 183 21-Feb-10
223 243 213 173 113 63 23 13 23 63 123 173 223 243 233 203 153 103 63 43 43 73 123 173 22-Feb-10
203 243 233 203 153 93 43 13 13 43 93 143 203 243 243 223 183 133 83 43 33 53 93 143 23-Feb-10
193 233 243 223 183 123 73 33 13 33 63 123 173 193 243 233 203 163 103 63 43 43 73 113 24-Feb-10
163 203 223 223 193 153 103 63 33 33 53 93 143 193 223 233 213 183 133 93 63 43 63 93 25-Feb-10
133 173 203 213 203 173 133 93 63 43 53 83 123 173 203 223 203 193 163 123 83 63 63 83
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur sebagaimana yang kita ketahui. Analisa pasang surut dilakukan untuk memperoleh elevasi muka air
penting, dengan urutan analisa sebagai berikut:
a. Menguraikan konstanta pasang surut
b. Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut selama 1 satu periode
pasang surut c.
Menghitung elevasi muka air penting Perhitungan konstanta pasang surut dapat dilakukan dengan menggunakan Metoda Least Square. Komponen pasang surut
hasil penguraian dengan Metoda Least Square, dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Komponen Pasang Surut Estuari Sungai Deli Dengan Menggunakan Metode Admiralty
Karakteristik Pasang Surut
Lokasi Sungai Deli Amplitudo m
Fasa
o
M
2
82.03 230.49
S
2
36.52 21.24
N
2
22.53 148.12
K
1
19.58 250.67
O
1
10.01 70.44
P
1
15.00 44.00
K
2
13.00 321.00
Bilangan Formzall
0.251
Tipe Pasang Surut Campuran, Semi diurnal
Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut selama 15 hari, yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan di lokasi kajian. Hasil
peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.8. Grafik Data Survei Pasang Surut Muara Sungai Deli Dengan menggunakan metode admiralty dapat kita ketahui komponen
utama dari pasang surutnya. Sehingga menghasilkan data-data berikut ini ; Tabel 3.4. Elevasi Muka air penting
Elevasi Muka Air Elevasi
LWS= Ho - H -34.572
HWS= Ho + H 296.476
Dengan analisa pasang surut metoda Admiralty ini dapat ditentukan besarnya tinggi muka air rata-rata dengan cara sederhana, yaitu dengan
menggunakan rumus : Ho = 1n E hi
Pers. 3.2 dimana :
Ho = kedudukan muka air rata-rata terhadap skala nol palem
n = jumlah data pengamatan
hi = kedudukan permukaan air laut tiap jam
50 100
150 200
250 300
10 -F
eb -10
11 -F
eb -10
12 -F
eb -10
13 -F
eb -10
14 -F
eb -10
15 -F
eb -10
16 -F
eb -10
17 -F
eb -10
18 -F
eb -10
19 -F
eb -10
20 -F
eb -10
21 -F
eb -10
22 -F
eb -10
23 -F
eb -10
24 -F
eb -10
25 -F
eb -10
26 -F
eb -10
27 -F
eb -10
P e
m b
a c
a a
n p
a le
m C
m
Waktu
Grafik Pasang Surut Lokasi Muara Sungai Deli
Pasut Lapanagan
Universitas Sumatera Utara
Gerakan pasang surut laut dipengaruhi 5 komponen harmonik pasang surut yang paling dominan, yaitu :
M
2
: komponen pasut harian ganda yang dipengaruhi bulan dengan periode 12.4 jam
N
2
: komponen pasut harian ganda pengaruh eliptis bulan dengan periode 12.6 jam
S
2
: komponen pasut harian ganda yang dipengaruhi matahari periode 12 jam O
1
: komponen pasut harian tunggal yang dipengaruhi deklinasi bulan dengan periode 25.82 jam
K
1
: komponen pasut harian tunggal yang dipengaruhi deklinasi matahari dengan periode 23.93 jam
Pengaruh dari kelima kompnen di atas akan mengakibatkan terjadinya air rendah menengah dan air tinggi menengah. Didefinisikan bahwa :
H = AM2 + AN2 + AS2 + A01 + AK1
Pers. 3.3 Menghasilkan nilai sebesar 165.52. Kedudukan air tinggi menengah
ATM: ATM = Ho + H
Pers. 3.4 Dan
Kedudukan air rendah menengah ARM: ARM = Ho – H
Pers. 3.5 Masing-masing menghasilkan nilai sebesar 296.48 dan -34.57.
Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus. Hal ini sangat berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal.
Universitas Sumatera Utara
Titik lokasi dari survei pengukuran arus ini disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal, dimana arus mempunyai pengaruh yang sangat penting.
Dalam pengukuran arus, yang dilakukan adalah pengukuran distribusi kecepatan. Dalam hal ini pengukuran dilakukan pada beberapa kedalaman dalam
satu penampang, yaitu pada kedalaman 0.2d, 0.6d, dan 0.8d. Kecepatan arus rata- rata pada suatu penampang yang besar dihitung dengan persamaan:
V = 0.25 v0.2d + 2.v0.6d + v 0.8d Pers.3.1.
dimana : v0.2d = arus pada kedalaman 0.2d
d = kedalaman lokasi pengamatan arus.
Data arus yang digunakan pada kajian ini merupakan hasil pengukuran arus secara simultan pada lokasi pengamatan.
III.3. Kondisi Klimatologi
Terletak pada kawasan yang tropis menyebabkan tekanan dara yang cukup rendah disekitar kota Belawan termasuk muara Sungai Deli. Suhu udara harian di
Belawan berkisar antara 27 °C – 35 °C sekarang ini, dengan kelembaban yang mencapai rata-rata 85 . Curah hujan pada kawasan Medan Belawan bervariasi,
berkisar antara 140-170 mmbulantabel.3.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan
Kawasan pantai timur Belawan didominasi oleh angin muson. Angin ini bertiup disekitaran bulan November hingga bulan Maret. Sedangkan angin muson
Barat Daya bertiup dari bulan Juni hingga bulan September dengan kekuatan rata – rata di Selat Malaka 10 knots.
No Bulan
2005 2006
2007 2008
Hari hujan mm
Hari hujan mm
Hari hujan mm
Hari hujan mm
1 Januari
5 179
5 156
5 122
5 88
2 Februari
7 87
7 45
7 165
6 173
3 Maret
4 183
7 113
4 108
8 118
4 April
6 182
9 98
6 113
9 119
5 May
8 43
4 73
10 151
12 188
6 Juni
9 56
12 152
9 31
7 46
7 Juli
5 69
6 166
5 162
14 125
8 Agustus
10 109
5 63
12 92
2 100
9 September
8 344
2 178
8 124
8 134
10 Oktober 15
193 14
334 8
426 10
417 11 November
7 172
6 215
7 148
9 128
12 Desember 9
193 9
314 9
114 11
147
Rata-rata 8
151 7
159 8
146 9
149
Universitas Sumatera Utara
Alur Pelabuhan Belawan terdapat di lokasi bermuaranya dua buah sungai, yaitu sungai Belawan dan Deli. Oleh karena itu, data debit aliran dan konsentrasi
sedimen dari kedua sungai tersebut dapat dijadikan syarat batas dalam pemodelan matematika.
BAB IV PEMODELAN DAN ANALISA
IV.1. Analisa Estuari Sungai Deli