UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Antioksidan sekunder
Berfungsi untuk menangkal radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar, misalnya vitamin E, vitamin C, Cod Liver Oil, Virgin Coconut Oil dan betakaroten.
c. Antioksidan tersier
Berfungsi untuk memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, yang termasuk dalam kelompok
ini adalah jenis enzim, misalnya metionin sulfoksida reduktase yang dapat memperbaiki DNA pada penderita kanker.
2.9 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Metode DPPH 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor
elektron atau atom hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar
maupun nonpolar. Beberapa metode lain terbatas mengukur komponen yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam analisa. Metode DPPH
mengukur semua komponen antioksidan, baik yang larut dalam lemak maupun dalam air Prakash, 2001.
DPPH DPPH-H
2,2-difenil-1-pikrilhidrazil 2,2-difenil-1-pikrilhidrazin
Gambar 2.2
Reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas Praksah, et al., 2001
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Metode DPPH 2,2-diefnil-1-pikrilhidrazil merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat peka, serta hanya memerlukan sedikit
sampel. DPPH adalah senyawa radikal bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri-ciri padatan berwarna ungu kehitaman, larut
dalam pelarut DMF atau etanolmetanol 394,3 gmol, rumus molekul C
18
H
12
N
5
O
6
Prakash, 2001. Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan
memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat
elektronnya berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan jumlah elektron DPPH yang menangkap atom
hidrogen. Sehingga pengurangan intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan antioksidan untuk menangkap radikal bebas
Prakash, 2001. Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan aktivitas.
Nilai ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut Molyneux, 2004. Inhibisi =
x 100 Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi tingkat diskolorisasi
absorbansi semakin kecil maka semakin tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal bebas Molyneux, 2004.
Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC
50
Inhibition Concentration. IC
50
adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar
50. Semakin kecil nilai IC
50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan Blois, 1958.
AAI Antioxidant Activity Index adalah nilai yang menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji.
Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara menghitung konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji ppm dibagi dengan nilai IC
50
yang diperoleh ppm. Penggolongan nilai AAI ini dilakukan oleh Scherer dan
Godoy 2009. Nilai AAI 0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI 0,5-1 menandakan antioksidan sedang, AAI 1-2 menandakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
antioksidan kuat, dan AAI 2 menandakan antioksidan yang sangat kuat Vasic, et al., 2011.
2.10 Spektrofotometer UV-