Latar Belakang Masalah Analisis Pemakaian Verba Shinu Dengan Nakunaru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada mahkluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang ada disekitar manusia misalnya : Peristiwa-peristiwa, binatang-binatang,tumbuhan, hasil karya cipta manusia dan lain sebagainya mendapat tanggapan dalam pikiran manusia. Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran. Sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan adalah suatu pengertian,suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau pikiran maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna Chaer,Abdul 1994 : 57. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu didalam bahasa merupakan satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Semua satuan satuan tersebut mampunyai makna. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Sehingga perkembangan yang terjadi dalam aspek-aspek kehidupan manusia mempunyai perkembangan suatu bahasa. Universitas Sumatera Utara Aspek-aspek kehidupan manusia mempengaruhi perkembangan suatu bahasa. Dengan demikian fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan makna seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat diseluruh pelosok Negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antar anggota masyarakat Jepang. Dipakai sebagai bahasa pengantar disemua lembaga pendidikan di Jepang. Sejak sekolah taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dengan demikian Bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa yang dipakai oleh sekelompok masyarakat penutur yang berada disuatu wilayah atau suatu Negara. Dalam mempelajari suatu bahasa ada beberapa subsistem linguistik yaitu : Fonologi mempelajari tentang bunyi, morfologi mempelajari tentang betuk-bentuk kata, sistaksis mempelajari tentang susunan kalimat dan semantik mempelajari tentang makna. Baik pengajar maupun pembelajar Bahasa Jepang perlu memahami minimal mengetahui sedikit tentang linguistik Bahasa Jepang. Pengetahuan ini merupakan media memperlancar pemahaman dan penguasaan Bahasa Jepang. Kesalahan pembelajar umumnya terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dan Bahasa Jepang. Kesalahan ini muncul bisa berupa penggunaan kalimat, dan sebagainya yang kurang tepat yang semuanya merupakan objek kajian semantik. Semantik adalah suatu cabang linguistik yang membahas arti dan makna, objek kajian semantik antara lain ; makna kata Go No Imi, relasi makna Go No Imi Kankei. Yaitu antara satu dengan yang lain makna frase dalam satu idiom Ku No Imi, dan makna kalimat Bun no Imi. Sutedi, 2003 : 103 Universitas Sumatera Utara Makna setiap kata menjadi objek kajian semantik karena komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti Bahasa Jepang, baru akan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam setiap komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicaranya. Karena setiap kata memiliki perbedaan apabila dilihat dari konteks kalimatnya. Berdasarkan fungsinya, bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Yang dimaksud secara internal adalah pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, yaitu : Struktur fonologis, struktur morfologis, dan semantik. Selanjutnya kajian ini akan menghasilkan varian-varian bahasa tanpa berkaitan dengan masalah diluar bahasa. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan norma yang telah ada didalam disiplin ilmu linguistik. Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat. Bentuk kalimat sangat bervariasi dan tidak ada aturan-aturan khusus. Predikat dalam kalimat merupakan bagian yang paling penting. Dengan adanya predikat maka bentuk, fungsi, dan makna kalimat ini akan berbeda-beda. Biasanya jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah satu kelas kata dalam Bahasa Jepang. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Verba Bahasa Jepang dapat mengalami perubahan Katsuyou dan dapat berdiri sendiri, dengan sendirinya dapat menjadi predikat.Nomura, 1992 : 158 Verba Doushi dapat membentuk sebuah perubahan walaupun tanpa bantuan kelas kata lain, dan dapat menjadi predikat bahkan dengan sendirinya memiliki potensi menjadi sebuah kalimat. Verba ditempatkan sebagi predikat dalam sebuah kalimat sesuai dengan situasi pemakainya. Jika tidak maka kalimat akan mengalami kerancuan. Karena itu sangat penting mempelajari tata bahasa gramatikal yang baik dan benar, terutama ketika Universitas Sumatera Utara hendak berbicara dengan seseorang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini menjadi penting bila kita ingin berkomunikasi dengan orang lain. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi sering terjadi karena adanya penafsiran makna berbeda antara pembicara dan lawan bicara. Ini dikarenakan banyaknya persamaan makna dan asingnya bahasa yang dipakai oleh seseorang yang bukan penutur asli. Seperti halnya penggunaan verba shinu dan nakunaru dalam Bahasa Jepang. Setelah melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba, khususnya verba shinu dan nakunaru yang memiliki perbedaan cara penggunaannya dalam kalimat. Contoh: 生ま 死 ま 父 間違 一 Umarete kara shinu made chichi wa machigatta koto wa hitotsu mo shinakatta. ‘Sejak lahir hingga meninggal dunia, Ayah tidak pernah melakukan satu kesalahan sekalipun’. Gaikokujin no Tame no Kihongo Yourei Jiten, 1987 : 441 母 私 歳 亡 ま Haha wa watashi ga sansei no toki nakunarimashita. ‘ Ibu meninggal dunia ketika saya berusia 3 tahun’. Gaikokujin no Tame no Kihongo Yourei Jiten, 1987 : 746 Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa kata-kata tersebut mengandung makna “meninggal dunia”, tetapi menggunakan verba yang berbeda. Penulis mencoba menganalisis verba-verba tersebut secara teoritis. Pembahasan ini lebih diarahkan kepada analisis perbedaan nuansa dari penggunaan verba shinu dan nakunaru di dalam kalimat. Dengan demikian pendekatan di dalam analisis ini adalah pendekatan linguistik terutama dalam bidang semantik. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah