Analisis Makna dan Penggunaan Kata Sensei ditinjau dari Segi Semantik

(1)

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA

SENSEI

DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA

SENSEI

NO KOTOBA NO SHIYOUSHA

TO IMI

NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi

Persyaratan Mengikuti Ujian Sarjana

OLEH :

CAECILIA NESYA YOLANDA

080708027

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA

SENSEI

DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA

SENSEI

NO KOTOBA NO SHIYOUSHA

TO IMI

NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. Siti Muharami Malayu., SS, M.Hum.

NIP: 19600827 1991 03 1 004 NIP: 1961 0628 2006 04 2 001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012 


(3)

Disetujui oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Jepang Ketua Program Studi

Drs.Eman Kusdiyana, M.Hum NIP : 19600919 1988 03 1 001 Medan, Oktober 2012 Universitas Sumatera Utara


(4)

PENGESAHAN Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya.

Pada : Tanggal : Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A, NIP : 195110131 1976 03 1 001 Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. ( ) 2. ( ) 3. ( ) 4. ( ) 5. ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal atas kasih karunia dan berkatNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama proses penulisan skripsi ini, begitu banyak pelajaran yang diberikan olehNya, hingga sampai skripsi ini rampung ditulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua orang ataupun pihak terkait yang turut mengambil peran dalam penulisan skripsi ini, mulai dari proses pemilihan judul, pengajuan proposal hingga skripsi ini rampung. Semoga Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian.

Skripsi ini berjudul “Analisis Makna dan Penggunaan Kata Sensei

ditinjau dari Segi Semantik”

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku ketua jurusan Program Studi Sastra Jepang.

3. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A., selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas waktu, ilmu dan bimbingan yang didapatkan penulis selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Hj. Sitti Muharami Malayu, S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas waktu, ilmu, bimbingan dan juga saran dan nasehat yang didapatkan penulis selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Bapak Zulnaidi, S.S., M. Hum. Selaku dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas bimbingan yang beliau berikan kepada penulis sewaktu penulis menjalani perkuliahan di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen yang mengajar di departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasalah yang membalas semua kebaikan bapak/ibu.

7. Orang tua penulis, yakni Ibu Veronica Nurlinda br. Sembiring Depari, selaku ibunda penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada beliau atas bimbingan yang penulis dapatkan, mulai dari awal penulisan skripsi ini hingga skripsi ini rampung ditulis. Dan juga terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ir. Jokya Ginting, selaku ayahanda penulis. Terima kasih atas saran, masukan dan dukungan yang penulis dapatkan selama ini. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Rosman br. Sembiring Meliala, yang selalu ada dan selalu memberi semangat kepada penulis. Semoga ibunda sehat selalu dan panjang umur.

8. Kedua saudara penulis, Anastasia Ista Frisca br. Ginting dan Yodi Aditya Prananta Ginting. Terima kasih atas segala dukungan yang penulis terima selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga apa yang kalian cita-citakan dapat tercapai dan sukses selalu dalam segala bidang.


(7)

Mulai dari penulis memulai perkuliahan hingga skripsi ini rampung. Semoga kalian semua diberkati olehNya dan panjang umur. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

10.Seluruh mahasiswa Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya stambuk 2008, yakni Rimmeinda Yosefin br. Ginting, Debby Lianto, Aza Rayviza Fauzie, Rudy Setiawan Makmur, Asking, Sylvia Tobing, Ester Lasrina Sinaga, Tengku Rizka Maysarah, Daher Frans Pasaribu dan semua mahasiswa stambuk 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih atas waktu kurang lebih 4 tahun yang sudah kita lalui bersama. Mulai dari awal perkuliahan hingga sekarang. Terima kasih atas semua yang sudah pernah kita lalui bersama, karena kalian semua telah memberikan suatu pelajaran hidup yang begitu berharga bagi penulis. Semoga kita semua diberkati dan semakin sukses kedepannya.

11.Semua senpai dan kohai Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara. Terima kasih karena kalian semua telah membuat hidup penulis begitu berwarna di kampus. Semoga kalian semua semakin sukses kedepannya. 12.Kepada semua pihak yang berperan dalam proses penulisan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Mulai dari pemilihan judul, penyusunan proposal hingga penulisan skripsi. Terima kasih yang tak henti-hentinya penulis ucapkan, hanya Tuhanlah yang dapat membalas kebaikan kalian satu per satu. Dan semoga kedepannya kalian semakin diberkati olehNya dan semakin sukses.


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...………..i

DAFTAR ISI………...……...…...iv

BAB I PENDAHULUAN………...………1

1.1. Latar Belakang……….…...…...…………..1

1.2. Perumusan Masalah….……….………...…...…………12

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan……….…...………...13

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori…....………...………14

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian…....…………...……..19

1.6. Metode Penelitian………...……19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN KATA SENSEI DAN STUDI SEMANTIK………...………21

2.1. Etimologi Kata Sensei……….……….…21

2.2.1. Makna Kata Sensei……….…..21

2.2.2. Kelas Kata Sensei………...25


(9)

BAB III ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI…...44

3.1. Menyatakan Orang yang berprofesi Sebagai Pengajar…………..44

3.2. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Dokter………...….49

3.3. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang Seni………...52

3.4. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Pengacara…….…..54

3.5. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang tertentu…..……….56

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………..………58

4.1. Kesimpulan………..…………..58


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Tanpa adanya bahasa, tidak mungkin manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Menurut Chaer bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (1997 : 32). Menurut Hocket dalam Chaer, menjelaskan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan (2007 : 285). Bagi orang-orang tertentu, bahasa, yang dikembalikan ke prinsip dasarnya, merupakan sebuah tata nama, artinya sebuah daftar istilah yang mewakili sejumlah hal atau benda (Saussure, 1993 : 145). Keraf (1980 : 16) menyatakan bahwa bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan Sutedi (2008 : 2) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain.

Bahasa dan manusia adalah suatu bagian yang tidak mungkin dapat dipisahkan satu sama lain. Karena manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari jika tanpa menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, maupun pikiran kita kepada lawan bicara kita. Ide,


(11)

terjadi kesepahaman, yakni lawan bicara mengerti dan paham akan apa yang kita sampaikan tersebut. Jika ide, gagasan ataupun pikiran kita tersebut tidak dipahami oleh lawan bicara kita, berarti terdapat kesalahan komunikasi atau kesalahan penggunaan bahasa yang kita gunakan. Oleh karena itu, Chaer menjelaskan bahwa bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (2007 : 33).

Tiap-tiap daerah dibelahan muka bumi memakai bahasa yang berbeda-beda. Ada banyak sekali bahasa yang terdapat di muka bumi ini. Disetiap bahasa tersebut, memiliki aturan dan kaidahnya masing-masing. Mulai dari cara pengejaannya, cara pengucapannya dan masih banyak lainnya. Sama seperti bahasa Jepang, ada banyak aturan yang ada pada penggunaan bahasa tersebut. Ada penggunaan beberapa kata dalam bahasa Jepang yang penggunaannya akan berbeda jika kita gunakan pada orang yang berbeda.

Pada bagian ini, penulis tertarik untuk menganalisis makna kata sensei karena kata sensei digunakan kepada banyak orang, tidak hanya kepada guru ataupun dosen.

Dari bahan yang sudah dikumpulkan, penulis mendapat beberapa kalimat yang menggunakan kata sensei tetapi dengan makna yang berbeda-beda. Pada komik “Hai, Miiko!” volume 17, halaman 52, terdapat bagian cerita yang menggunakan kata sensei didalamnya. Pada komik ini diceritakan tentang 2 orang anak kelas V SD, Yamada Miiko dan Shimura Mari, yang bersahabat baik. Mereka berdua sedang duduk di sebuah supermarket dan menemukan lowongan sebagai asisten komikus. Shimura Mari yang memiliki ketertarikan terhadap


(12)

komik, langsung mengajak Yamada Miiko untuk mendaftar sebagai asisten komikus tersebut, yakni Kashiwabara Mari. Ditengah pekerjaan mereka sebagai asisten komikus, sang komikus pun kehilangan salah satu naskah komiknya. Cuplikan dari percakapannya adalah :

Kashiwabara : “Maaf ya… Halaman 31 ada ditangan kalian?” Mari : “Punyaku halaman 26”

Miiko : “Kalau aku, halaman 27, 28, 30” Kashiwabara : “Coba cari disebelah sana?”

Miiko : “Nggak ada di tempatmu, Mari chan? Mari : “Jangan-jangan didudukin Miiko!” Miiko : “Di tempat sensei tak ada ya?”

Kashiwabara : “Tak ada sama sekali! Dimana-mana taka da.. Kok bisa hilang ya?”

Miiko : “Kalau gak dicari, pasti muncul! Biasa deh kalau lupa taruh barang dimana!”

Pada cuplikan percakapan diatas, Yamada Miiko menggunakan kata sensei. Kata sensei tersebut digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai komikus.. Pada buku Minna No Nihongo bab 32 diceritakan bahwa Schmidt sedang tidak enak badan, dan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa badannya. Berikut cuplikan percakapannya :

シュ ッ :先生 悪い

(Schmidt : Sensei, doko ga waruin desuka?) Schmidt : “Dokter, dimana yang salah?”


(13)

Shigoto ha isogashii desuka?) Dokter : “Sebenarnya, tidak ada yang salah.

Apakah pekerjaan anda sibuk?”

シュ ッ :ええ 最近残業 多い

(Schmidt : Ee, saikin zangyou ga ooin desu)

Schmidt : “Iya, akhir-akhir ini banyak lembur dikantor.”

医者 :働 仕事 ス ス

(Isha : Hatarakisugi desune. Shigoto no sutoresu

deshou)

Dokter : “Wah, itu karena kebanyakan bekerja. Stres karena pekerjaan anda.”

シュ ッ : う

(Schmidt : Soudesuka) Schmidt : “Oh begitu ya”

医者 :無理 い う いい

少 休 い

(Isha : Muri wo shinai houga ii desuyo.Sukoushi

yasumi wo totte, yukkurishite kudasai.)

Dokter : “Lebih baik anda berhenti sebentar ya.. Silahkan ambil cuti dan beristirahatlah.”

シュ ッ : い わ

(Schmidt : Hai, wakarimashita.) Schmidt : “Ya, Saya mengerti.”


(14)

Pada percakapan diatas, kata sensei yang digunakan oleh Schmidt ditujukan kepada dokter yang memeriksanya.

Pada percakapan yang terdapat pada buku Minna no Nihongo II bab 38, terdapat kata sensei. Percakapan tersebut terjadi antara 2 orang, yakni seorang staf akademik dan seorang dosen yang bernama Jhon Watt. Tempat terjadinya percakapan ini adalah kantor Jhon Watt. Pada saat itu staf akademik tersebut datang ke kantor Jhon Watt untuk menyerahkan beberapa dokumen. Pada percakapan ini, pegawai kampus tersebut memperhatikan keadaan sekeliling kantor Jhon Watt. Staf akademik tersebut mengamati dan menyanjung kepintaran pak Watt dalam mendekor ruang kerjanya. Berikut cuplikan percakapan pada Minna No Nihongo bab 38 :

大学職員 :ワッ 先生 回覧

(Daigakushokuin : Watto sensei, kairan desu)

Staf akademik : Pak Watt, ada dokumen.

ワッ :あ 置い い

(Watt : “A, Sumimasen. Soko ni oitoite kudasai.”) Watt : “A.. Maaf. Tolong letakkan disitu.”

大学職員 :先生 研究室 い い

(Daigakushokuin : Sensei no kenkyuushitsu ha itsumo kirei

desune.)


(15)

ワッ :わ 片 好

(Watt : Watashi ha katazukeru no ga suki nan desu.)

Watt : “Saya menyukai keteraturan.”

大学職員 : 本 並 あ 物

,整理 置い あ 整

理 手

(Daigakushokuin : Hon mo kichinto narabete arushi, mono mo

seirishite oitearushi... seirisuru no ga jouzu nan desune.)

Staf akademik : “Bukunya disusun dengan rapi, penyusunan barang-barangnya pun rapi. Bapak pintar dalam hal penyusunan ya..”

Sedangkan pada percakapan yang terdapat pada bab 40 buku Minna No Nihongo II diceritakan bahwa Clara, ibu Hans, sedang berbicara dengan salah seorang guru yang bernama Itou Chiseko. Itou adalah salah seorang guru yang mengajar di sekolah tempat Hans belajar. Percakapan yang terjadi diantara Clara dan Itou ini menceritakan tentang keadaan Hans di sekolahnya. Berikut cuplikan percakapan yang terdapat pada Minna No Nihongo II bab 40 :

クララ :先生 ンス 学校 う う ?

(Kurara : Sensei, Hansu ha gakkou de doudeshouka?) Clara : “Bagaimana dengan Hans disekolah, Bu?”

伊藤先生 :大丈夫 ンス君 クラス 人

気 あ

(Itou sensei : Daijoubu desu. Hansu kun ha kurasu de totemo


(16)

Ibu guru Itou : “Tidak apa-apa kok. Hans dikelas cukup terkenal”

クララ : う 安心

勉強 う 漢字 大変 言 い

(Kurara : Soudesuka. Anshinshimashita.

benkyou wa doudesuka? Kanji ga taihen da to itteimasuga…)

Clara : “Ah, syukurlah. Bagaimana dengan proses belajarnya? Katanya kanji itu cukup sulit ya..”

伊藤先生 : 日漢字 ス い

ンス君 いい 績

(Itou sensei : Mainichi kanji no tesuto wo shiteimasuga, Hansu

kun wa ii seiseki desuyo)

Ibu guru Itou : “Setiap hari ada tes kanji, dan Hans selalu mendapat nilai baik kok.”

クララ : う あ う い

(Kurara : Soudesuka. Arigatou Gozaimasu)

Clara : “Ah begitu ya? Terima kasih banyak”

伊藤先生 : う 運動会

父 い い

(Itou sensei : Tokoro de. Mou sugu undokai desuga, Otousan

mo irrashaimasuka)

(Ibu guru Satou : “Ngomong-ngomong, sebentar lagi akan ada pertandingan olahraga. Apakah ayah Hans akan hadir untuk menonton pertandingan olahraga?”


(17)

(Kurara : Ee.)

Clara : “ya, dia akan hadir”

伊藤先生 〔 ンス君 学校 様子 ひ見

(Itou sensei : Hansu kun ga gakkou de donna yousu ka zehi

mite kudasai)

Ibu guru Itou : “Saya minta tolong perhatikan Hans di sekolah”

クララ 〔わ 願い

(Kurara : Wakarimashita.

Korekara mo yoroshiku onegaishimasu.)

Clara : “Ya, saya mengerti. Mulai hari ini akan saya perhatikan”

Tidak hanya pada bab 32, 38 dan 40 saja kata sensei digunakan, pada percakapan bab 49 buku Minna No Nihongo II pun terdapat penggunaan kata sensei. Pada percakapan bab ini, berlangsung antara Clara dengan salah seorang guru yang mengajar di sekolah Hans. Percakapan tersebut dilakukan dengan perantaraan telepon. Pada percakapan ini Clara, ibu Hans, ingin menyampaikan sesuatu hal kepada Itou Sensei, tetapi karena Itou Sensei tidak ada ditempat, maka Clara meninggalkan pesan kepada guru yang mengangkat teleponnya. Berikut cuplikan percakapannya :

先生 : い ひ わ 学校

(sensei : Hai, Himawari gakkou desu.)

Guru : “Sekolah Himawari disini”


(18)

クララ : う い

5 組 ンス シュ ッ 伊藤先生 い い

(Kurara : Ohayou Gozaimasu. Go nen ni gumi no Hansu Shumitto

no haha desuga, Itou sensei wa irasshaimasuka?)

(Clara : Selamat pagi. Saya ibu Hans Schmidt, siswa kelas 5-2, apakah ibu guru Itou ada?”

先生 :

(sensei : Mada nandesuga…)

Guru : Belum tiba di sekolah…

クララ : 伊藤先生 伝え い い

(Kurara : Dewa, Itou sensei ni tsutaeteitadakitain desuga.) Clara : “Ada hal yang ingin saya sampaikan pada beliau.”

先生 : い 何 う

(sensei : Hai, nandeshouka?)

Guru : Ya, apa yang mau anda sampaikan pada beliau?

クララ :実 ンス う 熱 出 い

(Kurara : Jitsu wa Hansu ga yuube netsu wo dashimashite, kesa mo

mada sagaranain desu.)

Clara : “Sebenarnya Hans terkena demam sejak semalam sore, sampai tadi pagi demamnya belum turun juga.”

先生 : い

(sensei : Sore wa ikemasen ne)


(19)

クララ : う 学校 休 先生

伝え い

(Kurara : Sore de, kyou wa gakkou wo yasumasete node, sensei ni

yoroshiku otsutae kudasai)

Clara : “Oleh karena itu, karena hari ini tidak pergi ke sekolah, saya minta tolong untuk sampaikan kepada beliau.”

先生 :わ う 大事

(sensei : Wakarimashita. Douzo odaijini.)

Guru : “Saya mengerti. Semoga lekas sembuh.”

クララ :失礼足

(Kurara : Shitsureitashimasu) Clara : “Maaf merepotkan anda.”

Berbeda dengan data yang didapat pada artikel yang terdapat pada situs http://www.rikkyo.ne.jp/grp/rala/natu.htm. Pada artikel tersebut menceritakan tentang kehidupan perkuliahan di jurusan hukum. Pada artikel ini, diceritakan cara bersosialisasi pada mahasiswa hukum dengan dosen mereka. Berikut cuplikan artikelnya :

, う , 方 い,弁護士先生

,室長 OB O低 いわ,会話 ,場 う,設

い いわ,会話 い う,内容 ,様々 あ ,

,学 あ,在 ,思い


(20)

, あ う ,就職 あ

,自 ,気持 い,次第 え,得

,出来 ,変わ う

(Yuugata ni wa bengoushi sensei ya shitsuchou, OB*OG to kaiwasuruba wo mouketeimasu. Kaiwa no naiyou wa samazama de ari, sokokara manaberu mono mo takusan aru to omoimasu. Sore wa, shihoushiken no koto de attari, roosukuuru no koto de attari shuushoku no koto de attarishimasuga, jibun no kimochi shidai de eru koto no dekiru mono wa kawaru deshou.)

Yang artinya:

Pada malam hari, anda harus mengatur tempat untuk berbicara dengan guru, ketua dan pengacara dan OB-OG. Saya pikir isi dari pembicaraan itu berbeda, da nada banyak hal yang dapat kita pelajari dari percakapan tersebut. Tentang ujian yang ada di jurusan hukum yang dapat diperoleh, tergantung pada perubahan hati.

Pada http://web-japan.org/nipponia/nipponia22/ja/feature/feature08_3.html terdapat cuplikan kalimat yang menggunakan kata sensei. Cuplikan tersebut berada pada sebuah artikel yang menuliskan tentang tarian tradisional Jepang, Ryukyu. Pada cuplikan kalimat tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang seorang penari tradisional, Yukako, seorang cucu penari ahli, Majikina Yoshiko. Sejak kecil, Yukako diajarkan menari oleh neneknya, Yoshiko, tetapi Ia tidak merasa tertarik, sehingga sewaktu Ia tamat SMA Ia pergi ke Tokyo. Sewaktu di Tokyo, Ia pergi ke berbagai pertunjukan Kabuki dan Noh. Karena sering menonton pertunjukan itu, Ia pun merasa kangen dan ingin belajar tari tradisional


(21)

Jepang kembali, dan kemudian Ia kembali ke Okinawa. Berikut cuplikan kalimat yang terdapat pada Nipponia Online:

あ のりこ

,安次富紀子 せんせい

,先生

い ,舞

う ,指導

う , いにち

, 日 さいてい

,最

かん ,時間

けいこ ,稽古

(Ajitomi Noriko sensei kara mai no shidou wo ukeru makyuuna. Mainichi san jikan wa keiko wo suru.)

“Majina Yukako belajar tari tradisional Jepang dari Ashitomi Noriko. Dia melakukannya 3 jam dalam sehari.”

Ternyata dalam penggunaannya pada kehidupan sehari-hari, kata sensei digunakan kepada banyak orang dengan profesi yang bermacam-macam. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas skripsi dengan judul “ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI DITINJAU DARI SEGI

SEMANTIK”

B. Perumusan Masalah

Pada percakapan sehari-hari, kita pastinya sering menggunakan kata-kata sapaan atau panggilan khusus kepada orang-orang tertentu. Pastinya ada panggilan-panggilan khusus yang kita gunakan untuk orang yang khusus juga. Hal ini cukup jarang kita jumpai pada bahasa Indonesia. Sapaan pada bahasa Indonesia jumlahnya terbatas, tetapi sangat mudah kita jumpai pada bahasa Jepang.

Kata sensei sering juga digunakan secara tidak tepat oleh para pembelajar bahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis merasa perlu membahas makna


(22)

penggunaan kata sensei dari segi semantik, agar para pembelajar Bahasa Jepang juga memahami dan dapat menggunakan kata sensei dengan tepat.

Adapun permasalahan yang dirangkum oleh penulis adalah :

a) Apa makna kata sensei?

b) Kepada siapa sajakah kata sensei digunakan?

C. Ruang Lingkup Pembahasan

Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang makna dan penggunaan kata sensei yang digunakan pada berbagai sarana, seperti komik, artikel, buku pelajaran maupun majalah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan berbagai sarana sebagai bahan, yakni komik, situs online, buku pelajaran dan juga video.

Komik yang digunakan pada penelitian ini adalah komik yang berjudul “Hai, Miiko!” volume 17 karangan Ono Eriko. Komik tersebut menceritakan tentang kisah dua anak kelas V SD yang bersahabat, Yamada Miiko dan Shimura Mari, sedang berkunjung ke supermarket. Mereka menemukan lowongan kerja sebagai asisten komikus, lalu mereka melamar menjadi asisten komikus tersebut. Setibanya mereka di rumah komikus yang benama Kashiwabara Mari tersebut, Miiko dan Mari langsung mengerjakan pekerjaan mereka sebagai asisten komikus.

Lain halnya dengan percakapan yang terdapat pada buku Minna No Nihonggo II. Pada buku ini, kata sensei digunakan pada percakapan bab 32 dan 38,


(23)

40 dan 49. Pada percakapan tersebut, kata sensei yang digunakan berbeda maknanya satu sama lain.

Pada cuplikan tayangan “TV Champion” yang di tayangkan oleh TV Tokyo, edisi   “増田裕樹 TVチャン オンケ キ職人選手権” yang dirilis pada tanggal

27 November 2011, menayangkan acara pertandingan memasak kue. Program yang disiarkan di stasiun televisi swasta “TV Tokyo” ini diikuti oleh empat peserta. Keempat peserta tersebut berprofesi sebagai koki. Keempat orang peserta tersebut adalah Masuda Yuuki, Wakabayashi Shigeru, Okada Hideichi dan Oohama Yukio. Acara yang dibawakan oleh Tanaka Yoshitake, Matsumoto Akiko dan seorang pembawa acara tamu Adachi Yumi ini menampilkan sebuah perlombaan yang terdiri atas 3 babak. Pada babak pertama, para peserta ditentukan untuk membuat ice cake, babak kedua para peserta duharuskan untuk membuat kue yang bertemakan permainan. Sedangkan pada babak terakhir, para peserta diharuskan untuk membuat wedding cake. Pada video yang terdapat di http://www.youtube.com/watch?v=wduBw1Z5Nps ini memiliki bagian yang menggunakan kata sensei. Seperti terdapat pada menit 8’54” dan menit ke 25’06”.

Kata sensei biasanya digunakan untuk memanggil orang tertentu yang memiliki profesi tertentu juga. Yang paling mudah ditemui adalah penggunaan kata sensei kepada guru dan dokter. Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada penggunaan kata sensei kepada orang yang berprofesi apa saja.


(24)

a. Tinjauan Pustaka

Bahasa adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-harinya. Karena bahasa memiliki fungsi sebagai alat penyampai maksud atau pikiran dari seseorang kepada orang lain. Bahasa juga merupakan suatu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna ; suatu system tuturan yang akan dipahami oleh masyarakat linguistik. (http://id.wikipedia.org). Sedangkan menurut Kridalaksana dalam Aminuddin (1985 : 28) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.

Dalam buku “Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang” dijelaskan bahwa bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain (Sutedi, 2008 : 2). Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud. Hal ini terjadi karena sang lawan bicara tersebut mengerti dan menangkap makna (imi) yang kita sebutkan didalam bahasa yang kita gunakan. Jadi, fungsi bahasa itu sendiri adalah media untuk menyampaikan (dentatsu) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.

Pentingnya memahami makna pada lawan bicara tidak hanya berlaku pada bahasa Indonesia saja, tetapi bagi pemakai bahasa Jepang juga penting. Bagi para


(25)

mengerti akan makna-makna kata dalam bahasa Jepang itu sendiri. Tidak hanya makna kata saja, tetapi juga perasaan sang lawan bicara yang tercipta juga harus dipahami secara mendalam. Misalnya pada pemaknaan kata sensei, sering kali para pembelajar bahasa Jepang menggunakan kata sensei kepada setiap orang Jepang yang diajaknya berbicara. Jika ditinjau dari segi maknanya, kata sensei tidak dapat digunakan kepada sembarang orang. Hanya dapat digunakan kepada guru, dokter, pengacara dan juga para seniman.

Menurut kelas katanya, kata sensei termasuk dalam kelas kata benda. Kata benda atau nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak ; dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya untuk bergabung dengan suffix plural (Sudjianto, 2004 : 34). Kridalaksana dalam Sudjiatnto menjelaskan bahwa kelas kata ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa ; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa. Dalam bahasa Jepang, kata benda disebut dengan meishi. Meishi adalah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat atau adverbial. Meishi memiliki beberapa ciri-ciri khas (Situmorang. 2007 : 34), yakni :

a. Dapat berdiri sendiri

b. Tidak mengenal konjugasi (perubahan)


(26)

Kata sensei termasuk kepada kata benda atau meishi. Kata sensei dapat digunakan sebagai subjek, predikat, ataupun objek. Kata sensei biasanya digunakan sebagai panggilan kepada guru ataupun dokter.

b. Kerangka Teori

Setiap kata yang terdapat pada bahasa yang kita gunakan pada kehidupan sehari-hari memiliki makna yang berbeda-beda. Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda (Chaer, 2007 : 289). Moeliono, dkk (2008 : 165) menjelaskan bahwa makna adalah arti ; maksud pembicara atau penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasan.

Dalam bidang ilmu linguistik, yang membahas tentang makna suatu kata adalah semantik dan dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Aristoteles dalam Aminuddin (1985 : 15) menjelaskan bahwa semantik adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Beliau juga mengungkapkan bahwa makna kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, serta makna kata yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal.

Makna kata terdiri dari beberapa bagian. Menurut Chaer, makna kata terdiri dari beberapa bagian (2007 : 289), yakni :


(27)

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem, mesti tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasanya dikendarai’. Dengan contoh itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya.

b. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang timbul setelah terjadinya proses gramatikal, misalnya afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.

c. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tenpat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

d. Makna Refrensial

Makna dari suatu kata yang ditimbulkan akibat adanya refrensi atau acuan terhadapnya. Sebagai contoh kata yang memiliki makna refrensial adalah kuda, merah dan gambar. Pada kata kuda, merah dan gambar termasuk kata yang memiliki makna refrensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya pada kata dan, atau dan karena, tidak memiliki makna refrensial karena kata-kata tersebut tidak memiliki referensi atau acuan yang nyata.


(28)

Berdasarkan teori diatas, makna kata yang digunakan pada penelitian ini adalah makna kontekstual, yakni kata sensei dimaknai berdasarkan konteks atau situasi yang tergambar dalam kalimat. Jadi, situasi yang tergambar pada kalimat dijabarkan, kemudian kata sensei yang terdapat pada kalimat tersebut dianalisis dan kemudian diberi makna sesuai dengan situasi yang tergambar pada kalimat tersebut.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan makna kata sensei yang digunakan dalam Bahasa Jepang.

2. Mendeskripsikan kepada siapa kata sensei tersebut digunakan.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis pada khususnya dan para pembelajar bahasa Jepang pada umumnya tentang penggunaan kata sensei dalam Bahasa Jepang.


(29)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nawawi (1993 : 25) menjelaskan bahwa pada penelitian deskriptif mengungkapkan masalah yang dihadapinya dengan menggambarkan setiap aspeknya sebagaimana adanya. Kegiatannya dilakukan dengan menghimpun data atau fakta (fact finding) yang berhubungan dengan masalahnya tanpa memberikan interpretasi.

Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (library research). Yakni mencari data dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan. Objek dalam penelitian ini adalah kata sensei yang digunakan pada berbagai sarana yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantarnya. Misalnya pada buku pelajaran bahasa Jepang, artikel-artikel yang menggunakan bahasa Jepang, dan juga video-video yang yang berasal dari Jepang.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Mencari sumber data yang memakai kata sensei didalamnya. 2. Mencari makna kata sensei.

3. Mencari tahu kepada siapa saja kata sensei digunakan.


(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN KATA SENSEI DAN

STUDI SEMANTIK 2.1. Etimologi Kata Sensei

2.1.1. Makna kata Sensei

Kata sensei (先生) bila dilihat dari kanjinya, terdiri atas 2 kanji, yakni kaji sen (先) dan kanji sei (生). Kanji sen (先), memiliki kunyomisaki’. Dalam Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia karangan Andrew N. Nielson (2008 : 570), kanji sen (先) memiliki makna masa depan, prioritas, yang didahulukan / diutamakan. Sedangkan kanji sei (生) bermakna kelahiran, kehidupan, eksistensi, nafkah, mahasiswa (2008 : 616). Jika kanji sen (先) dan sei (生) digabungkan menjadi sensei (先生), maka makna yang ditimbulkan dari kanji tersebut menurut Kamus Kanji Modern Andrew N. Nielson adalah guru, dokter dan sarjana (2008 : 167). Berbeda dengan makna kata yang terdapat dalam Kamus Standar


(31)

yang digunakan kepada guru dan juga dokter. Sedangkan pada Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia (2008 : 186) dijelaskan bahwa sensei bermakna guru, sarjana dan dokter. Pada Kamus besar Jepang – Indonesia Kenji Matsuura, dijelaskan bahwa kata sensei pada bahasa Indonesia memiliki makna “guru ; dokter”. Pada kamus bahasa Jepang, yakni “Nihongo Daijiten” (1978) makna kata sensei dituliskan sebagai berikut :

先生 名 :

(sensei [na])

1. 文 自 先 生 人 い,類:先輩

([bun] [jibunyori] sakini umareta hito. Tagui : senpai)

2. 自 師事 い ,学問 い ,芸術 い う,芸能 う

,指導者 う,師匠 人 い,対 い う,敬称

([jibun ga ijishiteiru] gakumon, geijutsu, geinou nado no shidousha,

shishou. Mata, sono hito ni taisuru keishou.)

3. 教員 医師 作家 弁護士 い ,代議士 う,職業 い い 人 い,対 い う,敬称

(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.)

Yang artinya :


(32)

2. Bagi orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, seniman, para pemimpin panggung hiburan, dan juga dokter. Selain itu juga, panggilan ini digunakan kepada orang sebagai gelar kehormatan.

3. Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu.

Sedangkan berdasarkan kamus “Shinshuu Kanwa Daijiten” ada beberapa makna dari kata sensei yakni :

1.

,

,生 ,道 ,知 ひ

,人

(ware yori umarete michi wo shireru hito.) 2.

,教師 う

,師匠

(kyoushi. Shishou.) 3.

, 長者

(nenchousha) 4.

,父兄

(fukei) 5. うひ ,郷人 ,官

,退

いえ

,家 い

,居 ,者 う

,称

(gouhito no kan wo taisate ie ni irumono no shou) 6. い う,敬称

(keishou)

Yang artinya:

1. Orang yang terlebih dahulu menggeluti suatu bidang tertentu. 2. Guru. Dokter.


(33)

4. Abang dan orang tua ; wali

5. Gelar yang diberikan kepada orang yang bekerja di instansi pemerintah desa.

6. Gelar kehormatan.

Pada kamus “Informative Japanese Dictionary” dituliskan beberapa makna dari kata sensei, yakni :

,学問 ,技術 ,知識 ,持 い ひ ,人

,教え う,指導 ひ ,人 い ,芸術家

,政治家 ,学者 う ,弁護牛 ,呼 使う

(gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni

oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha, bengoushi nado wo yobu tokini mo tsukau koto ga arimasu.)

Yang artinya :

Orang yang mengajarkan atau membimbing orang lain dalam bidang pengetahuan, seni dan informasi. Selain itu panggilan ini juga digunakan kepada seniman, politikus, sarjana / cendikiawan, pengacara dan lain-lain.

Pada kamus “Reikai Shinkokugo” dituliskan makna sensei seperti berikut :

,人 ,教え う,指導 ,立場 あ ひ ,人 ひ

,人 う い,言い う う ,教師 い ,医者 い


(34)

(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga, geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.)

Yang artinya :

Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.

2.1.2. Kelas Kata Sensei

Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan hinsi bunrui. Hinshi berarti jenis kata atau kelas kata (word class atau part of speech), sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori atau pembagian. Jadi hinshi bunrui dalam Sudjianto, dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal (2004 : 25). Dalam Yamada Bunpo terdapat 14 kelas kata pada bahasa Jepang, yaitu : meishi, daimeshi, sushi, doushi, keiyoushi, sonzaishi, keishiki doushi, keishiki keiyoshi, joutai fukushi, teidofukushi, chinjutsu fukushi, setsuzoku fukushi, kandoushi dan joushi.

Menurut kelas katanya, kata sensei termasuk kepada kelas kata jiritsugo. Menurut Sudjianto dalam bukunya yang berjudul “Gramatika Bahasa Jepang” dijelaskan bahwa jiritsugo adalah kelompok kelas kata yang dapat berdiri sendiri, dapat membentuk sebuah kalimat tanpa sokongan kata lain. Satu jiritsugo selalu


(35)

1. Jiritsugo yang mengenal konjugasi/deklinasi

Jiritsugo jenis ini adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri, harus diikuti oleh fuzokugo.Contoh kalimatnya :

ホ 親

(Miho san wa shinsetsu da) Miho adalah orang yang ramah

Pada contoh kalimat diatas, ada bagian kalimat yang menjadi jawaban pertanyaan “Bagaimana seseorang/sesuatu itu?” maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “shinsetsu da”. Bagian dari jawaban pertanyaan tersebut itu yang disebut sebagai jiritsugo yang mengenal konjugasi / deklinasi.

2. Jiritsugo yang tak mengenal konjugasi / deklinasi 

Jiritsugo yang tidak mengenal konjugasi adalah jiritsugo yang dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh fuzokugo. Contoh kalimatnya adalah :

a. ,僕 あ ,朝野  

(Boku ga Asano desu) Saya adalah Asano 

b. い う,北海道 日本 一番来 あ  

(Hokkaido wa Nihon no ichiban kita ni aru)


(36)

Pada dua kalimat diatas terdapat kata boku dan Hokkaido. Dua kata tersebut adalah jiritsugo yang tak mengenal konjugasi / deklinasi. Bila jiritsugo tersebut dapat digabungkan dengan fuzokugo (partikel atau kata bantu) sehingga membentuk sebuah bunsetsu, itu disebut dengan meishi (kata benda).

Nomina disebut juga kata benda dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris disebut noun, sedangkan dalam bahasa Jepang disebut meishi. Nomina (noun) ialah kelas kata yang yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak; yang dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya untuk bergabung dengan sufix plural; misalnya rumah adalah nomina, karena tidak rumah adalah tidak mungkin. Kridalaksana dalam Sudjianto menjelaskan bahwa kelas kata ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa.

Nomina atau kata benda dalam gramatikal bahasa Jepang disebut meishi. Meishi adalah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat atau adverbia. Meishi disebut juga dengan taigen (Masao, 1982 : 148). Didalam “Gaikokujin No Tame No Kihongo Yorei Jiten” lebih jelas lagi diterangkan bahwa meishi ialah kata yang menyatakan (nama-nama) benda, tempat atau orang, misalnya hana (bunga), hon (buku), gakkou (sekolah), Tokyo (nama kota), Tanaka (nama orang) dan sebagainya. Meishi dapat menyatakan benda abstrak atau benda yang tidak


(37)

(perdamaian), kekkon (pernikahan), ryuugaku (masuk sekolah / perguruan tinggi), kangae (pikiran), yorokobi (kegembiraan) dan sebagainya. Ciri-ciri meishi adalah:

1. Meishi (nomina) termasuk kelas kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya kedalam bentuk lampau, bentuk negatif dan sebagainya. Ciri yang pertama ini membedakan meishi dengan doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i), keiyoudoshi (adjektifa-na) dan joudoshi (verba bantu). Keempat belas kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelas kata yang mengalami konjugasi / deklinasi.

2. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat dan adverbia, sehingga secara langsung dapat diikuti joshi (partikel) atau jodoushi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti jodoushi itu dapat membentuk sebuah bunsetsu.

a. Meishi bila diikuti joshi (partikel) wa, ga, mo, koso,dake atau sae dapat menjadi subjek atau tema dalam suatu kalimat. Contoh kalimatnya :

a. ,電車 来

(Densha ga kimashita) Kereta listrik sudah datang


(38)

(Chikyuu wa marui) Bumi itu bulat

c. 先生 出席

(Sensei mo shusseki saremasu) Bapak / Ibu sudah hadir

Meishi bila diikuti joshi (partikel) yo, diikuti jodoshi (verba bantu) da, desu, rashii dan bila diikuti joshi (partikel) no + verba bantu you da dapat menjadi predikat. Contoh kalimatnya adalah :

a. 私 本

(Sore wa watashi no hon yo) Itu adalah buku saya

b. 桜

(Kore wa sakura da) Ini adalah bunga sakura

d. Meishi bila diikuti partikel o dapat menjadi objek. Contoh kalimatnya adalah :

a. 見

(Terebi o mimasu) Menonton televisi

b. 食

(Ringo o taberu) Makan jeruk


(39)

e. Meishi bila diikuti partikel o, ni, e, to, yori, kara, atau de dapat menjadi keterangan (adverbia). Contoh kalimatnya adalah :

a. 空 飛

(Sora o tobu) Terbang ke langit b. 山

(Yama ni noboru) mendaki gunung

c. 進

(Kita e susumu) Maju ke utara d. 姉 出

(Ane to dekakeru)

Pergi keluar rumah bersama kakak

Ada juga meishi yang berfungsi sebagai adverbia tanpa diikuti pertikel. Contoh kalimatnya adalah :

a. 父 朝散歩 い

(Chichi wa maiasa sanposhiteimasu) Setiap pagi ayah berjalan-jalan b. 昨日火事 あ

(Kinou kaji ga atta) Semalam ada kebakaran

Sedangkan apabila meishi diikuti joshi (partikel) no maka dapat menerangkan meishi yang lainnya. Contoh kalimatnya adalah :


(40)

(Sekai no heiwa) Perdamaian dunia

b. 日本 歴史

(Nihon no rekishi) Sejarah Jepang

3. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen. Hal ini membedakan meishi dengan doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i) dan keiyoudoshi (adjektiva-na). Ketiga kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelompok yougen.

4. Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat, orang atau hal lain yang dibendakan baik benda konkret maupun benda abstrak. Ciri yang terakhir ini tidak dimiliki oleh kelas kata lain, sehingga hal inilah yang membedakan meishi dengan kelas kata lain.

Menurut Hamzon Situmorang, (2007 : 34) kata benda terbagi atas 4, yakni :

1. Futsuu meishi

Futsuu meishi adalah kata benda yang menyatakan suatu benda. Misalnya hito, inu, mizu.


(41)

Koyuu meishi adalah kata benda terbatas. Pada koyuu meishi ini terbagi 2 jenis, yaitu :

a. Kata benda yang menjelaskan nama daerah / tempat Misalnya : Medan, Tokyo, Jakarta

b. Kata benda yang menjelaskan nama orang Misalnya : Suzuki, Ali, dll

3. Suushi

Suushi merupakan kata benda yang menyatakan bilangan. Suushi ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis.

4. Daimeshi

Daimeshi atau yang sering disebutkan kata ganti nama terdiri dari 3 jenis, yakni :

a. Kata ganti penunjuk pertama

Misalnya : watashi, watakushi, atashi, ore, dll


(42)

Misalnya : anata, anta, kimi, dll

c. Kata ganti penunjuk ketiga

Misalnya : kare, kanojo, sonohito, dll

2.2. Studi Semantik

Dalam bidang ilmu yang membahas tentang bahasa, pasti akan berhubungan dengan ilmu linguistik. Kata linguistik berasal dari bahasa Latin, yakni Lingua yang berarti ‘bahasa’. Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang ilmu linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2008 : 111). Menurut Ency Britanica dalam Fatimah, semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas bicara (2008 : 4). Menurut Chomsky dalam Chaer (2007 : 285) menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi), dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik ini. Menurut Bapak Linguistik modern, Ferdinand de Saussure, tanda linguistik (signe linguistique) terdiri dari komponen signifian dan signifie. Komponen signifian (yang mengartikan) adalah komponen yang wujudnya berupa runtunan bunyi. Sedangkan komponen signifie (yang diartikan) adalah komponen yang wujudnya berupa pengertian atau konsep yang dimiliki oleh signifian. Sebagai contoh kata meja, komponen signifian yang terdapat dalam kata tersebut adalah /m/, /e/, /j/, /a/; dan komponen signife yang terdapat pada kata tersebut adalah berupa konsep atau makna ‘sejenis perabot kantor atau rumah


(43)

Objek studi semantik adalah makna yang terdapat pada satuan-satuan ujaran, seperti kata, frase, klausa dan kalimat. Menurut Fatimah (2008 : 5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Menurut Lyons dalam Fatimah, mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni :

a. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, b. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan,

c. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.

Makna yang menjadi objek kajian semantik dapat dikaji dari berbagai segi, terutama teori atau aliran yang berada dalam linguistik. Jenis-jenis semantik termasuk dalam teori kajian tersebut. Jenis-jenis semantik tersebut adalah :

a. Semantik Behavoris

Pada semantik jenis ini, makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. Oleh karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Proses memahami makna dilakukan berdasarkan pengalaman dan data yang ada.


(44)

b. Semantik Deskriptif

Semantik deskriptif adalah jenis semantik yang mengkaji makna pada saat sekarang sedang berlaku. Dalam semantik deskriptif ini, makna yang diperhatikan adalah makna yang berlaku pada saat ini dan diketahui secara umum, bukan karena kata tersebut kebetulan ada dalam bahasa daerah ataupun dialek bahasa daerah tersebut. Makna yang muncul pada awal proses pemaknaan sudah tidak diperhatikan lagi.

c. Semantik Generatif

Pateda (2001 : 69) menjelaskan bahwa teori semantik generatif ini menjelaskan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran. Kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut transformasi. Pada semantik generatif ini lebih banyak membicarakan makna yang muncul didalam kalimat.

d. Semantik Gramatikal

Makna yang terdapat dalam satuan kalimat adalah kajian utama pada semantik gramatikal.


(45)

e. Semantik Historis

Masyarakat sebagai pengguna bahasa adalah satu hal yang mengalami perkembangan secara terus menerus tanpa ada batasannya. Sama seperti sifat bahasa yang bersifat dinamis. Pada semantik historis ini ditekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan mengkaji sejarah perubahan bentuk makna. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu.

f. Semantik Leksikal

Semantik leksikal ialah semantik yang memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Dalam semantik leksikal ini, hal yang diperhatikan adalah bagian makna yang terdapat delam kata sebagai satuan mandiri, misalnya makna yang terdapat pada kamus. Oleh karena itu, pada semantik jenis ini tidak membahas makna kata yang sudah terangkai dalam satu kalimat.

g. Semantik Logika

Semantik jenis ini membahas tentang konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa. Dalam semantik logika, hal yang dikaji adalah sistem makna yang dilihat dari logika, seperti yang berlaku pada matematika, yang mengacu pada pengkajian makna atau penafsiran ujaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika. Dalam semantik logika dibahas makna proporsi yang dibedakan dalam


(46)

kalimat. Satu kalimat dapat diujarkan dengan proporsi berjumlah dua atau lebih.

Ada banyak jenis makna yang diungkapkan oleh para ahli. Dalam Chaer (2007 : 289) ada berbagai jenis makna yang dijelaskan, yakni :

1. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem, mesti tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasanya dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya.

2. Makna Gramatikal

Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber-dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’.

3. Makna Kontekstual


(47)

berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

4. Makna Refrensial

Sebuah kata atau leksem disebut bermakna refrensial kalau ada refrensnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna refrensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.

5. Makna Non refrensial

Makna non-refrensial adalah makna dari suatu kata yang timbul tetapi tidak ada refrensi yang mengacu kepada kata tersebut. Pada kata dan, atau dan karena tidak memiliki makna refrensial karena kata-kata tersebut tidak memiliki referensi atau acuan yang nyata, tetapi tetap memiliki arti jika dipadankan dengan kata-kata lain dalam suatu kalimat.

6. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh leksem. Makna denotatif memiliki kesamaan dengan makna leksikal, yakni memaknai suatu leksem sesuai dengan makna asli dari leksem tersebut. Misalnya kata ushi dalam bahasa Jepang memiliki makna ‘sejenis binatang berkaki


(48)

empat yang biasa diternakkan dan dimanfaatkan daging dan susunya’.

7. Makna Konotasi

Makna konotasi adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata babi. Bila ditinjau dari makna denotasinya, maka kata babi tersebut bermakna hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya. Tetapi bila ditinjau dari makna konotasinya, maka makna yang dihasilkan bukan lagi sama seperti makna sebelumnya, yakni hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya, melainkan ada perasaan negatif yang muncul ketika mendengar kata tersebut.

8. Makna Konseptual

Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Sebenarnya makna konseptual ini memiliki kesamaan proses pemaknaan dengan makna denotatif, makna leksikal dan makna refrensial.


(49)

Makna asosiatif sama seperti lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada asal kata tersebut. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya kata merah yang berasosiasi dengan ‘berani’ atau ‘paham komunis’.

10.Makna Kata

Makna kata adalah makna yang baru jelas maknanya kalau kata itu sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Makna kata tidak dapat dimaknai secara langsung pada kata yang belum mengalami proses kalimatisasi. Makna kata akan terlihat semakin jelas jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimat atau konteks situasinya.

11.Makna Istilah

Makna istilah adalah makna yang mempunyai makna yang pasti, jelas, yang tidak meragukan meskipun tanpa konteks kalimat. Istilah-istilah hanya digunakan pada bidang kelimuan atau kegiatan tertentu. Misalnya istilah yang terdapat pada linguistik, yakni morferm, alomorf, variansi, dan lain-lain.


(50)

Idiom ialah suatu ujaran yang maknanya tidak dapat dimaknai secara langsung, baik itu secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya idiom “menjual gigi” bila dimaknai langsung secara gramatikal adalah menjual gigi. Tetapi makna yang sebenarnya bukanlah itu, melainkan tertawa terbahak-bahak. Jadi, makna idiom adalah makna yang tidak dapat dimaknai secara langsung, baik secara gramatikal maupun leksikal.

Sementara itu, menurut Dedi Sutedi dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar linguistik Bahasa Jepang” memaparkan berbagai jenis makna seperti berikut:

1. Jishouteki Imi (Makna Leksikal)

Dalam bahasa Jepang, makna leksikal disebut dengan jishoteki imi (辞書的意味) atau goiteki imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan refrensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau dapat dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata hana (花) dan kata gakkou (学校) memiliki makna leksikal: <bunga> dan <sekolah>.

2. Bunpuoteki Imi (Makna Gramatikal)

Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut dengan bunpouteki ( ), yaitu makna yang muncul akibat proses


(51)

gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, joshi (助詞) <partikel> dan jodoushi (助動詞) <kopula> tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. Verba dan ajektiva memiliki kedua jenis makna tersebut, misalnya pada kata (忙 い) dan (食 ), bagian

gokannya {い } dan { } bermakna leksikal <sibuk> dan

<memakan>, sedangkan gobinya, yaitu {い/i} dan { /ru} sebagai makna gramatikal, karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya. Partikel ni ( ) secara leksikal tidak jelas maknanya, tetapi baru jelas kalau digunakan dalam kalimat. Misalnya Bandon ni sundeiru ( ン ン い ) <tinggal di Bandung>.

3. Meijiteki imi (Makna Denotatif)

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi (明示

的意味) atau gaien ( 延), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Misalnya 父(chichi) dan 親 父(oyaji) memiliki makna denotatif yang sama, karena menunjuk kepada refren yang sama yaitu ayah.

4. Anjiteki imi (Makna Konotatif)

Makna konotatif disebut anjiteki imi () atau naihou () yakni makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan


(52)

lawan bicaranya. Misalnya pada kata chichi () dan oyaji () kedua-duanya memiliki makna yang sama, yakni <ayah> dan dapat dijelaskan dengan komponen makna sebagai berikut :

父 = 親父: <人間> <+男性> <+一世代 >

Chichi = Oyaji : <ningen> <+dansei> <+chichi sedai ue> <insan> <+jantan> <+satu generasi diatas>

Makna denotatif dari kedua kata tersebut sama, karena menunjuk pada refren yang sama tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi digunakan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata oyaji terkesan lebih dekat dan lebih akrab.

5. Kihon gi (Makna Dasar)

Makna dasar disebut dengan kihon gi (基本儀) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini. Hal ini perlu ditegaskan karena berbeda dengan gen gi (原義) <makna asal>, dalam bahasa Jepang modern banyak sekali makna asal suatu kata yang sudah berubah dan tidak digunakan lagi. Makna dasar terkadang disebut juga sebagai makna pusat (core) atau makna protipe, meskipun tidak sama persis.


(53)

Makna perluasan ten gi (転義) merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majzas (hiyu). Hal ini dikemukakan oleh para penganut aliran linguistik kognitif. Aliran linguistik kognitif dalam mendeskripsikan hubungan antar makna dalam suatu polisemi, banyak menggunakan gaya bahasa. Perubahan makna suatu kata dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa tersebut; perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau pengaruh bahasa asing.

BAB III

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI

Dalam menganalisis makna dan penggunaan kata sensei dalam kalimat, penulis mencari dari berbagai sumber berbahasa Jepang yang terdapat kata sensei didalam kalimat tersebut. Penulis menganalisis makna kata sensei didalam kalimat tersebut sesuai dengan makna kontekstualnya. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks. Makna konteks dapat


(54)

juga berkenaan dengan situasinya,, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. Jadi penulis melihat kata sensei yang digunakan sesuai dengan konteks yang sedang terjadi pada kalimat tersebut.

3.1. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Pengajar

Dalam menganalisis makna kata sensei yang menjelaskan panggilan kepada orang yang berprofesi sebagai pengajar, penulis mengambil salah satu contoh percakapan yang terdapat pada buku Minna No Nihongo II bab 38.

Cupikan percakapan :

大学職員 :ワッ 先生 い ,回覧

(Daigakushokuin : Watto sensei, kairan desu)

Staf akademik : Pak Watt, ada dokumen.

ワッ :あ 置い い

(Watt : “A, Sumimasen. Soko ni oitoite kudasai.”) Watt : “A.. Maaf. Tolong letakkan disitu.”

大学職員 :先生 研究室 い い

(Daigakushokuin : Sensei no kenkyuushitsu ha itsumo kirei

desune.)

Staf akademik : “Ruang penelitian bapak selalu terlihat indah ya..”


(55)

(Watt : Watashi ha katazukeru no ga suki nan desu.)

Watt : “Saya menyukai keteraturan.”

大学職員 :本 並 あ 物 整理

置い あ 整理

(Daigakushokuin : Hon mo kichinto narabete arushi, mono mo

seirishite oitearushi... seirisuru no ga jouzu nan desune.)

Staf akademik : “Bukunya disusun dengan rapi, penyusunan barang-barangnya pun rapi. Bapak pintar dalam hal penyusunan ya..”

Dalam cuplikan percakapan ini, digambarkan bahwa percakapan tersebut terjadi antara Jhon Watt dan daigakushokuin (staf akademik). Dalam percakapan ini terjadi pada ruang kerja Jhon Watt. Staf akademik tersebut datang ke ruang kerja Watt sensei untuk menyerahkan beberapa dokumen. Setelah menyerahkan dokumen tersebut, sang staf akademik tersebut mengamati dan melihat ruang kerja Watt sensei. Pada kalimat pertama yang diucapkan oleh staf akademik tersebut, terdapat kata sensei yang digunakan. Cuplikan kalimat percakapan yang menggunakan kata sensei ada 2, yakni :

大学職員 :ワッ 先生 回覧

(Daigakushokuin : Watto sensei, kairan desu)

Staf akademik : Pak Watt, ada dokumen.


(56)

(Daigakushokuin : Sensei no kenkyuushitsu ha itsumo kirei desune.)

Staf akademik : “Ruang penelitian bapak selalu terlihat indah ya..”

Pada dua cuplikan kalimat tersebut muncul kata sensei. Hal ini disebabkan karena lawan bicara daripada staf akademik tersebut (daigakushokuin) adalah seorang dosen, ataupun orang yang berprofesi sebagai pendidik di dunia pendidikan. Makna kata sensei yang berarti staf pengajar tidak hanya terdapat pada percakapan ini saja, pada percakapan lainnya juga ada. Pada percakapan yang terdapat dalam buku Minna No Nihongo II bab 40, terdapat cuplikan percakapan. Percakapan yang terjadi antara orang tua Hans Schmidt, Clara Schmidt, dengan Ibu guru Itou. Ibu guru Itou adalah guru disekolah Hans. Percakapan ini, Clara menanyakan keadaan Hans di sekolah kepada Ibu guru Itou. Ibu guru itou pun menjelaskan bahwa keadaan Hans di sekolah tidak perlu dikhawatirkan, karena Hans dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan cukup terkenal dikalangan murid-murid disekolahnya. Cuplikan kalimat yang terdapat pada percakapan yang memakai kata sensei adalah :

クララ :先生 ンス 学校 う う ?

(Kurara : Sensei, Hansu ha gakkou de doudeshouka?) Clara : “Bagaimana dengan Hans disekolah, Bu?”

Kata sensei pada percakapan itu muncul karena, Itou adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengajar di sekolah Hans, anak Clara. Karena Itou adalah seorang pengajar atau guru di sekolah tempat Hans bersekolah, maka Clara, ibu Hans, menggunakan kata sensei dalam percakapannya dengan Itou. Kata sensei


(57)

dalam percakapan ini ditujukan kepada orang yang berprofesi sebagai pengajar. Hal ini sama seperti yang ditemukan pada cuplikan percakapan diatas.

Pada percakapan yang terdapat pada buku Minna No Nihongo II bab 49 ditemukan kata sensei digunakan pada percakapan itu. Cuplikan percakapan itu adalah :

クララ : う い

5 組 ンス シュ ッ 伊藤先生 い い

(Kurara : Ohayou Gozaimasu. Go nen ni gumi no Hansu Shumitto

no haha desuga, Itou sensei wa irasshaimasuka?)

(Clara : Selamat pagi. Saya ibu Hans Schmidt, siswa kelas 5-2, apakah ibu guru Itou ada?”

Dalam percakapan ini, terdapat 2 orang yang melakukan percakapan ini, yakni Clara dan salah seorang guru yang mengajar di sekolah Himawari. Percakapan ini terjadi melalui telepon. Clara menelpon sekolah Himawari dengan tujuan ingin berbicara dengan Itou, tetapi pada saat itu Itou belum datang, sehingga Clara pun berbicara dengan salah seorang guru. Clara ingin memberitahu bahwa pada hari itu Hans tidak dapat hadir ke sekolah seperti biasa karena demam. Karena Itou belum datang, maka Clara meninggalkan pesan kepada guru yang mengangkat teleponnya itu. Clara berpesan agar alasan Hans tidak datang ke sekolah, disampaikan kepada Itou.

Penggunaan kata sensei kepada orang yang berprofesi sebagai pengajar didalam instansi pendidikan didukung dengan pernyataan yang terdapat pada kamus Nihongo Daijiten, yakni :


(58)

教員 医師 作家 弁護士 い ,代議士 う,職業 い い 人 い,対 い う,敬称

(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.)

“Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu.”

Pada kamus “Shinshuu Kanwa Daijiten” juga dijelaskan bahwa kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai guru.

,教師 う

,師匠

(kyoushi. Shishou.) Guru. Dokter.

Pada cuplikan kalimat-kalimat yang terdapat diatas, kata sensei yang digunakan pada percakapan, memiliki makna guru atau dosen. Penggunaan kata sensei pada percakapan tersebut digunakan pada orang yang berprofesi sebagai pengajar.

3.2. Menyatakan Orang yang Berprofesi sebagai Dokter

Cuplikan percakapan yang diambil oleh penulis berasal dari buku Minna No Nihongo II  bab 32. Pada percakapan yang terdapat pada buku Minna No Nihongo II  bab 32, terdapat kata sensei yang digunakan. Percakapan tersebut dilakukan oleh Schmidt dan dokter. Pada saat percakapan ini terjadi, Schmidt sedang pergi memeriksakan kesehatannya dengan dokter tersebut. Keadaan kesehatan Schmidt sedang memburuk, sehingga Ia pergi untuk memeriksakan kesehatannya. Schmodt bertanya, apakah ada yang salah dengan tubuhnya. Dan


(59)

ternyata Schmidt lelah dan stres karena terlalu banyak lembur di kantor. Berikut adalah cuplikan percakapan dari buku Minna No Nihongo II.

Cuplikan :

シュ ッ :先生 悪い

医者 :特 悪い あ

仕事 忙 い

シュ ッ :ええ 最近残業 多い

医者 :働 仕事 ス ス う

シュ ッ : う

医者 :無理 い う いい

少 休

シュ ッ : い わ

Suasana dalam percakapan diatas adalah Schmidt yang datang untuk memeriksakan keadaan badannya yang kurang sehat. Sewaktu memanggil sang dokter, Schmidt menggunakan kata sensei. Hal tersebut dapat kita lihat di cuplikan kalimat percakapan Schmidt, yakni :

先生 悪い

Pada kalimat tersebut, Schmidt bertanya tentang apa yang terjadi pada badannya. Dari cuplikan percakapan ini, kata sensei yang digunakan oleh Schmidt adalah untuk dokter. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada kamus Nihongo Daijiten, yakni :


(60)

教員 医師 作家 弁護士 い ,代議士 う,職業 い い 人 い,対 い う,敬称

(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.)

“Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu.”

Pada kamus Nihongo Daijiten dijelaskan bahwa kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai dokter. Tidak hanya pada kamus Nihongo Daijiten saja, pada kamus Reikai Shinkokugo juga dijelaskan bahwa penggunaan kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai dokter.

,人 ,教え う,指導 ,立場 あ ひ ,人 ひ

,人 う い,言い う う ,教師 い ,医者 い

,芸術家 い ,政治家 ,使う

(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga, geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.)

Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.

Pada kamus Shinshuu Kanwa Daijiten juga dijelaskan bahwa kata sensei juga dapat digunakan kepada dokter.

,教師 う

,師匠


(61)

Penggunaan kata sensei yang terdapat pada kalimat percakapan tersebut, digunakan pada orang yang berprofesi sebagai dokter.

3.3. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang Seni

Untuk menganalisis makna sensei yang menyatakan orang yang ahli dibidang seni, maka penulis mengambil cuplikan percakapan yang terdapat pada komik “Hai, Miiko!” volume 17 halaman 52. Pada cuplikan tersebut, terdapat penggunaan kata sensei.

Cuplikan :

Kashiwabara : “Maaf ya… Halaman 31 ada ditangan kalian?” Mari : “Punyaku halaman 26”

Miiko : “Kalau aku, halaman 27, 28, 30” Kashiwabara : “Coba cari disebelah sana?”

Miiko : “Nggak ada di tempatmu, Mari chan? Mari : “Jangan-jangan didudukin Miiko!” Miiko : “Di tempat sensei tak ada ya?”

Kashiwabara : “Tak ada sama sekali! Dimana-mana taka da.. Kok bisa hilang ya?”

Miiko : “Kalau gak dicari, pasti muncul! Biasa deh kalau lupa taruh barang dimana!”

Yamada Miiko dan Shimura Mari adalah dua anak kelas V SD yang sudah bersahabat sejak lama. Pada suatu hari, mereka pergi ke sebuah supermarket dan kemudian menemukan lowongan kerja sebagai asisten komikus yang bernama Kashiwabara Mari. Percakapan tersebut terjadi di apartemen Kashiwabara Mari.


(62)

Pada saat itu, mereka sedang menggambar sketsa komik. Tetapi mereka kehilangan salah satu lembaran sketsa yang sudah mereka selesaikan. Pada situasi ini, Miiko memanggil sang komikus tersebut dengan panggilan sensei. Cuplikan kalimatnya adalah :

“Di tempat sensei tak ada ya?”

Dari cuplikan kalimat percakapan yang diutarakan oleh Miiko diatas, dapat dilihat bahwa kata sensei yang digunakan pada kalimat tersebut, digunakan untuk menyatakan orang yang ahli dibidang seni, yakni komikus. Kata sensei yang digunakan Miiko untuk memanggil Kashiwabara pada percakapan ini, diartikan untuk menyatakan orang yang ahli dibidang seni. Penggunaan kata sensei kepada orang yang berprofesi sebagai seniman ini didukung oleh pernyataan yang terdapat pada kamus Informative Japanese Dictionary, yakni

,学問 ,技術 ,知識 ,持 い

,人

,教え

,指導

,人

,芸術家 い

,政治家 ,学者 う ,弁護牛 ,呼 使う

(gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni

oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha, bengoushi nado wo yobu tokini mo tsukau koto ga arimasu.)

“Orang yang mengajarkan atau membimbing orang lain dalam bidang pengetahuan, seni dan informasi. Selain itu panggilan ini juga digunakan kepada seniman, politikus, sarjana / cendikiawan, pengacara dan lain-lain.”


(63)

Tidak hanya pada Kamus Informative Japanese Dictionary saja, pernyataan ini juga didukung dengan pernyataan yang terdapat pada kamus Reikai Shinkokugo, yakni :

,人 ,教え う,指導 ,立場 あ ひ ,人 ひ

,人 う い,言い う う ,教師 い ,医者 い

,芸術家 い ,政治家 ,使う

(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga, geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.)

“Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.”

3.4. Menyatakan Orang yang Berprofesi sebagai Pengacara

Untuk menganalisis kata sensei dalam hal menyatakan orang yang berprofesi sebagai pengacara, penulis mengambil cuplikan kalimat dari sebuah artikel yang terdapat pada http://www.rikkyo.ne.jp/grp/rala/natu.htm.    .  Pada

cuplikan artikel ini, diceritakan cara-cara bersosialisasi di jurusan hukum. Cuplikan artikel itu adalah :

, う , 方 い,弁護士先生 う,室長 OB O低 いわ

,会話 ,場 う,設 い いわ,会話 い う,内容

,様々 あ , ,学 あ,在

,思い う ,司法試験 あ

, ,スク , あ


(64)

,自 ,気持 い,次第 え,得 ,出来

,変わ う

“Pada malam hari, Anda harus mengurus suatu tempat untuk berbicara dengan guru dan kepala pengacara, dan OB · OG. Saya pikir isi percakapannya bermacam-macam, dan ada banyak hal yang dapat dipelajari dari sana. Ada tentang keadilan dalah ujian, hukum sekolah, mencari pekerjaan, tetapi itu semua tergantung pada perasaanmu, berubah atau tidak.”

Pada artikel ini, kata sensei digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai pengacara. Hal ini dapat kita lihat pada penggalan kalimat :

, う , 方 い,弁護士先生 う,室長

Pada penggalan kalimat ini tertulis bahwa dibelakang kata 弁 護 牛

(bengoushi) “pengacara” terdapat kata sensei. Kata sensei dalam kalimat ini menjelaskan orang yang berprofesi sebagai seorang pengacara. Hal ini di dukung dengan pernyataan pada kamus Informative Japanese Dictionary, yakni :

,学問 ,技術 ,知識 ,持 い

,人

,教え う,指導 ひ ,人 い ,芸術家

,政治家 ,学者 う ,弁護牛 ,呼 使う

(gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni

oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha, bengoushi nado wo yobu tokini mo tsukau koto ga arimasu.)


(65)

“Orang yang mengajarkan atau membimbing orang lain dalam bidang pengetahuan, seni dan informasi. Selain itu panggilan ini juga digunakan kepada seniman, politikus, sarjana / cendikiawan, pengacara dan lain-lain.”

 

Oleh karena itu, penggunaan kata sensei pada kalimat ini digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai pengacara.

3.5. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang Tertentu

Dalam menganalisis makna kata sensei yang menyatakan orang yang ahli dibidang profesi tertentu ini, penulis menggunakan cuplikan kalimat yang berasal dari website online http://web-japan.org/nipponia/nipponia22/ja/feature/feature08_3.html. Pada website online tersebut

,安次富紀子先生 い,舞 う,指導 う, う

,真境名 日 い い,最 時 間 い

,稽古 いう

Ajitomi Noriko sensei kara mai no shidou wo ukeru makyuuna san.

Mainichi saiteri san jikan wa keiko wo suru to iu.)

Yang artinya :

“Majina Yukako belajar tari tradisional Jepang dari Ashitomi Noriko. Dia melakukannya 3 jam dalam sehari.”


(66)

Artikel ini menceritakan tentang tarian tradisional jepang, Ryukyu. Pada artikel ini menceritakan tentang Majina Yukako yang mulai mempelajari tarian tradisional Jepang. Mulai dari ia mempelajarinya, hingga sekarang Ia menjadi kepala sekolah tari tradisional Jepang Ryukyu Shinyo-Ryu. Kata sensei yang digunakan untuk menjelaskan orang yang ahli dalam suatu bidang tidak hanya terdapat pada artikel ini saja, tetapi juga terdapat pada tayangan “TV Champion” yang di tayangkan oleh TV Tokyo, edisi   “増田裕樹 TVチャン オンケ キ職人選手 権 ” yang dirilis pada tanggal 27 November 2011, menayangkan acara

pertandingan memasak kue. Program yang disiarkan di stasiun televisi swasta “TV Tokyo” ini diikuti oleh empat peserta. Keempat peserta tersebut berprofesi sebagai koki. Keempat orang peserta tersebut adalah Masuda Yuuki, Wakabayashi Shigeru, Okada Hideichi dan Oohama Yukio. Acara yang dibawakan oleh Tanaka Yoshitake, Matsumoto Akiko dan seorang pembawa acara tamu Adachi Yumi ini menampilkan sebuah perlombaan yang terdiri atas 3 babak. Pada babak pertama, para peserta ditentukan untuk membuat ice cake, babak kedua para peserta duharuskan untuk membuat kue yang bertemakan permainan. Sedangkan pada babak terakhir, para peserta diharuskan untuk membuat wedding cake. Pada video yang terdapat di http://www.youtube.com/watch?v=wduBw1Z5Nps ini memiliki bagian yang menggunakan kata sensei. Kata sensei tersebut muncul pada menit 8’54” dan menit ke 25’06”. Kata sensei yang digunakan kepada juri dari lomba ini, yakni seorang koki yang ahli dalam bidang memasak.


(67)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


(1)

bahan bacaan berbahasa Jepang. Pada umumnya, kata sensei digunakan kepada orang-orang yang berprofesi sebagai guru dan dokter saja.

Data-data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari berbagai sumber. yaitu sumber buku-buku dipinjam dari perpustakaan Konsulat Jendral Jepang, perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) dan perpustakaan Departemen Sastra Jepang.

Sedangkan data-data lainnya diambil dari internet. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari banyak jenis, ada yang berasal dari komik, artikel berbahasa Jepang, video berbahasa Jepang dan juga buku pelajaran bahasa Jepang. Penelitian ini berpusat pada bagian data yang menggunakan kata sensei didalamnya.

Data yang ada dianalisis terlebih dahulu, diceritakan konteks yang sedang terjadi pada data yang bersangkutan, kemudian kata sensei tersebut dimaknai dan dijelaskan penggunaannya pada data tersebut.

Data yang berasal dari komik, penelitian ini dilakukan pada bagian percakapan yang menggunakan kata sensei didalamnya. Pada komik tersebut dicari bagian dalam percakapan yang menggunakan kata sensei. Data yang diperoleh melalui artikel, penelitian dilakukan dengan cara menganalisis konteks penggalan artikel yang didapat tersebut, kemudian menganalisis makna kata sensei yang terdapat pada penggalan artikel tersebut.

Penelitian yang dilakukan pada data yang didapat dari buku pelajaran bahasa Jepang, dilakukan dengan cara mengambil percakapan yang terdapat


(2)

menganalisis konteks yang terdapat dalam percakapan tersebut. Setelah itu, data yang sudah dianalisis konteksnya, dianalisis kembali makna kata sensei yang digunakan dalam data tersebut.

Sedangkan pada video, penelitian dilakukan dengan cara menonton video tersebut, menganalisis konteks yang ada pada video tersebut, kemudian menganalisis makna kata sensei yang digunakan pada video tersebut.

Untuk membantu penelitian ini, digunakan beberapa pedoman makna yang berasal dari berbagai kamus. Ada beberapa kamus yang digunakan sebagai pedoman makna dalam kamus ini. Kamus-kamus tersebut adalah Nihongo Daijiten, Shinshuu Kanwa Daijiten, Informative Japanese Dictionary, Reikai Shinkokugo, Kamus Kanji Modern Andrew N. Nielson dan Kamus Standart Jepang – Indonesia Goro Taniguchi.

Hasil yang didapatkan setelah melakukan penelitian ini, bahwa kata sensei yang selama ini hanya digunakan kepada orang-orang yang berprofesi sebagai guru dan dokter saja adalah salah. Ternyata kata sensei tersebut dapat digunakan tidak hanya kepada orang-orang yang berprofesi sebagai guru (pengajar) atau dokter saja. Kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi dibidang hukum (pengacara), orang yang berprofesi dibidang seni (komikus), orang yang ahli dalam suatu bidang tertentu (misalnya ahli dibidang memasak).


(3)

,単語 , い,先生 , いう ,言葉 い ,名詞 い,入

い ,語源 ,見 , い,先生 , ,言葉 いわ,類

い ,先 生 あ 先生 いう言葉 日本

語会話 日本語 本 書い い 一般的 先生 いう

言葉 医者 教師 使わ い あ

研究 タ 参考 資料 手 入

え 日本国総領事館 図書館 北ス ラ大学 図書館 日本語

学科 図書室 借 本 あ タ インタ ネッ

研究 使わ タ 類 い,編 い

え 日本 漫画 日本語 記事 日本語 オ 日本語 教科書

あ 研究 センセイ いう言葉 使 部 集中

あ タ 最初 析 タ

場面 い 説明 最後 センセイ いう言葉 タ

使用 説明 い

漫画 タ 研究 先生 いう言葉 含 日

本語会話 漫画 先生 いう言葉 使 日

本語会話 探 記事 手 入 タ 研究

方法 記事 書い い 文章 意味 析 調


(4)

参考 タ 研究 方法 センセイ いう言

葉 含 日本語会話 参考 調 析

タ 先生 いう言葉 意味 析

オ タ 研究 方法 オ 見 オ

出 タ 析 最後 オ 使 先生 いう言葉

意味 析始

研究 助 辞書 言語 意味 い

参考 使用 意味 参考 辞書 使用

え 日本語大辞典 新種漢和大辞典 Informative Japanese Dictionary

例解新国語 Kamus Standart Jepang – Indonesia Goro Taniguchi

研究 後 見 結果 あい 医者 教師

使 先生 いう言葉 間違 先生

いう言葉 教師 医者 使わ 弁護牛 技術者 特別

専門 料理人 使え い


(5)

Aminuddin. 1985. Semantik. Malang : Sinar Baru Algesindo.

Chaer, Abdul.1997.Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa.Jakarta : Nusa Indah.

Moeliono, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nawawi, dkk. 1994. Penelitian Terapan. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

Saussure, Ferdinand. 1993. Pengantar Linguistik Umum. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press.

Sudjianto. 2004. Gramatika Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press.

Zulaikha, Nazaya. 2011. Skripsi : Analisis Makna Mon Dalam Kalimat pada Komik “GALS” Karya Mihona Fujii. Medan : USU Press.


(6)