Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

seorang manusia. Hamanishi, 1985. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik. Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata yang lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Sementara didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990 : 548 adalah 1 arti : makna 2 maksud pembicara dan penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat- pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis. Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2003 : 103, makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Menurut Henri Guntur Tarigan 1985 : 18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa yunani semantikkos ‘penting ; berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan ; menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata semaphore yang berarti ‘tiang sinyal yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api’. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Verba shinu dan nakunaru memiliki kesamaan makna, maka untuk menganalisa kedua verba tersebut penulis menggunakan teori pemakaian dari makna. Teori ini dikembangkan oleh Filsuf Jerman Wittgenstein 1830 : 12 ia berpendapat kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu selalu berubah dari waktu kewaktu. Makna tidak menetap diluar kerangka pemakaiannya. Wittgenstein juga Universitas Sumatera Utara memberi nasehat : “Jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakaiannya. Lahirlah satu pengertian tentang makna : makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakaiannya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera 1990 : 18. Pada umumnya, verba berfungsi sebagai predikat didalam sebuah kalimat. Baik dalam Bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan pada urutannya berada ditengah kalimat. Sementara arti kata “verba” dalam kamus besar bahasa Indonesia 1990 : 1260 adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan. Disini verba tidak mengalami perubahan bentuk. Berbeda dengan Bahasa Jepang, berdasarkan urutannya verba berada diakhir kalimat. Verba adalah kata yang menyatakan aktivitas, keberadaan, keadaan sesuatu, atau menjadi keterangan bagi kelas kata yang lain pada sebuah kalimat. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk katsuyou dan bisa berdiri sendiri Sutedi, 2003 : 42. Menurut Chaer 1994 : 59 makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam Bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus Jisho Teki Imi atau makna kata Goi Teki Imi yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata sedangkan makna gramatikal yang dalam Bahasa Jepang disebut makna kalimat Bunpo Teki Imi yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya Sutedi, 2003 : 105 – 106. Kata shinu dan nakunaru memiliki yang hampir sama. Pemakaian verba ini sangat bergantung pada objek yang dibicarakan. Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a.