1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah dari pemakaian dan penggunaan verba shinu dan nakunaru yang tepat di dalam kalimat Bahasa Jepang. Untuk membahas masalah
verba shinu dan nakunaru yang memiliki perbedaan penggunaannya dalam kalimat dalam Bahasa Jepang tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan, sebagai berikut : 1. Apa pengertian verba shinu dan nakunaru dalam kalimat Bahasa Jepang?
2. Bagaimanakah pemakaian verba shinu yang tepat dalam kalimat Bahasa Jepang? 3. Bagaimanakah pemakaian verba nakunaru yang tepat dalam kalimat Bahasa
Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Verba shinu dan nakunaru. dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “meninggal dunia, mati atau kehilangan”. Namun, kedua verba tersebut tidak dapat digunakan
begitu saja karena harus disesuaikan dengan kondisi yang tepat pada sebuah kalimat. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan pula pengertian serta jenis verba
dalam Bahasa Jepang untuk dapat mempermudah dalam pemahaman analisis penelitian ini. Namun, agar penelitian tidak terlalu luas, peneliti akan membatasi masalah penelitian hanya
pada saat kapan dan bagaimana pemakaian verba shinu dan verba nakunaru yang tepat dalam kalimat Bahasa Jepang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Universitas Sumatera Utara
Fokus dari penelitian ini adalah analisis pemakaian shinu dan nakunaru serta perbedaannya. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkait dengan
linguistik, terutama dalam bidang Semantik. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia.
Sementara Chaer,Abdul.1994:1 , menyatakan : linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai obyek kajiannya.
Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini
adalah verba. Sama halnya dengan Bahasa Jepang, contohnya, shinu ditempatkan sebagai predikat dalam sebuah kalimat sesuai dengan situasi pemakaiannya. Karena itu sangat penting
mampelajari tata bahasa yang baik dan benar. Kitahara Yasuo dalam Sudjianto 1996:22 mengemukakan : “Tata bahasa adalah suatu fenomena yang umum pada waktu menyusun
kalimat, secara teoritis merupakan suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata, dan fungsi kata dalam kalimat”.Demikian halnya dengan Bahasa Jepang apabila kita ingin
berkomunikasi dengan masyarakat jepang, kita harus menguasai bahasa tersebut. Didalam sebuah kalimat predikat merupakan bagian terpenting. Jenis kata yang biasanya
mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah suatu kelas kata dalam Bahasa Jepang, kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu.
Doushi dapat mengalami perubahan dengan sendrinya dapat menjadi predikat Noumura, 1992 : 158. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah
kalimat, mengalami perubahan bentuk Katsuyou dan bisa berdiri sendiri Sutedi, 2003 : 42. Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba shinu dan nakunaru yang memiliki
makna sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Shinu adalah verba yang digunakan untuk menyatakan hilangnya nyawa dari makhluk hidup. Nakunaru adalah
ungkapan yang lebih halus atau sopan pengganti “shinu” yang berarti “meninggal dunia untuk
Universitas Sumatera Utara
seorang manusia. Hamanishi, 1985. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.
Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata yang lainnya,
makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Sementara didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990 : 548 adalah 1 arti : makna 2 maksud pembicara dan penulis ;
pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.
2. Kerangka Teori
Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat- pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis.
Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2003 : 103, makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan
relasi makna. Menurut Henri Guntur Tarigan 1985 : 18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal
dari bahasa yunani semantikkos ‘penting ; berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan ; menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata
semaphore yang berarti ‘tiang sinyal yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api’. Jadi
semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap
manusia dan masyarakat. Verba shinu dan nakunaru memiliki kesamaan makna, maka untuk menganalisa kedua verba tersebut penulis menggunakan teori pemakaian dari makna.
Teori ini dikembangkan oleh Filsuf Jerman Wittgenstein 1830 : 12 ia berpendapat kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu selalu berubah
dari waktu kewaktu. Makna tidak menetap diluar kerangka pemakaiannya. Wittgenstein juga
Universitas Sumatera Utara
memberi nasehat : “Jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakaiannya. Lahirlah satu pengertian tentang makna : makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakaiannya
dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera 1990 : 18. Pada umumnya, verba berfungsi sebagai predikat didalam sebuah kalimat. Baik dalam
Bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan pada urutannya berada ditengah kalimat. Sementara arti kata “verba” dalam kamus besar bahasa
Indonesia 1990 : 1260 adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan. Disini verba tidak mengalami perubahan bentuk. Berbeda dengan Bahasa Jepang, berdasarkan
urutannya verba berada diakhir kalimat. Verba adalah kata yang menyatakan aktivitas, keberadaan, keadaan sesuatu, atau menjadi keterangan bagi kelas kata yang lain pada sebuah
kalimat. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk katsuyou dan bisa berdiri sendiri Sutedi, 2003 : 42.
Menurut Chaer 1994 : 59 makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam Bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus Jisho Teki Imi atau
makna kata Goi Teki Imi yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai
makna asli suatu kata sedangkan makna gramatikal yang dalam Bahasa Jepang disebut makna kalimat Bunpo Teki Imi yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya Sutedi,
2003 : 105 – 106. Kata shinu dan nakunaru memiliki yang hampir sama. Pemakaian verba ini sangat bergantung pada objek yang dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian shinu dan nakunaru dalam konteks kalimat Bahasa
Jepang. 2. Untuk mengetahui pemakaian verba shinu yang tepat dalam Bahasa Jepang.
3. Untuk mengetahui pemakaian verba nakunaru yang tepat dalam Bahasa Jepang.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik.
2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang verba Bahasa Jepang, khususnya pengertian, perbedaan dan persamaan penggunaan
verba shinu dan nakunaru dalam konteks kalimat Bahasa Jepang.
1.6 Metode Penelitian