Analisis Makna Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau dari Segi Semantik)

(1)

ANALISIS MAKNA KATA “CHIISAI, KOMAKAI, DAN KUWASHI” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

( DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK )

IMIRON KARA MITA NIHONGO NO BUNSHOO NI OKERU “CHIISAI KOMAKAI TO KUWASHII” NO IMIRON TEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh :

KHARINA IASHA 090722007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG


(2)

ANALISIS MAKNA KATA “CHIISAI, KOMAKAI, DAN KUWASHI” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

( DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK )

IMIRON KARA MITA NIHONGO NO BUNSHOO NI OKERU “CHIISAI, KOMAKAI TO KUWASHII” NO IMIRON TEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh :

KHARINA IASHA 090722007 Pembimbing

Nip. 196008221988031002

Drs. Nandi S

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG


(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh

Panitia Ujian Fakultas satra Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarrat ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu Sastra Jepang pada fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Pada : Tanggal : Hari :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NIP. 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian Tanda Tangan

No. Nama

1. Prof. Drs Hamzon Situmorang (………)

2. Drs. Nandi S (………)


(4)

Disetujui Oleh : Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Jepang Ekstensi Ketua Program Studi

NIP : 195807041984121001 Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S.Ph.D


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahuwataala, yang telah memberikan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menulis skripsi ini.

Penulisan skripsi ini berjudul “Analisis Makna Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau dari Segi Semantik)”, merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Penullis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun dari uraiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca bagi usaha-usaha perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan inilah, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada :

1. Bapak Prof Syahron Lubis,M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membukakan kesempatan bagi kami untuk mengikuti perkuliahan pada program S1 Ekstensi sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S.Ph.D, sebagai Ketua Jurusan Program Ekstensi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi S, selaku Dosen Pembimbing yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Drs. Yudi Adrian Muliadi, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk


(6)

membimbing penulis dan memberi pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen DIII Bahasa Jepang dan Program Ekstensi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.

6. Kepada kedua Orang Tua penulis ayahanda tercinta Khairil Ilyas dan ibunda Halimah yang selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sehat, selamat dan menjadi manusia yang berguna dan memberikan dukungan moral maupun material yang tak terhingga sampai penulis menjadi sarjana seperti yang dicita-citakan, penulis tak sanggup membalasnya walau sampai kapanpun juga. Kakak Irma Novita Dewi S.sos, Abang Muhamad Iqbal SH, Adik Muhamad Satria Haridan, Keponakan Abdurrahman Baihaqi Nst, dan Suami Edward Hasibuan SH, terima kasih atas perhatian, pengertian, dan kasih sayanngnya.

7. Keluarga besar Anak Kost 33 dan Teman-teman Ekstensi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara stambuk 2009, terima kasih penulis ucapkan atas nasehatnya dan bantuannya baik dari segi moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri dan mereka yang ingin mengetahui tentang kata yang mempunyai arti yang sama dalam bahasa Jepang tetapi berbeda maknanya bila dilihat pada konteksnya dalam kalimat.

Medan, Desember 2010 Penulis


(7)

(Kharina Iasha)

DAFTAR PUSTAKA

K

ATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 5

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Metode Penelitian ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SEMANTIK SERTA KEIYOOSHI “CHIISAI, KOMAKAI, KUWASHII” 2.1 Definisi Semantik ... 12

2.1.1 Jenis-Jenis Makna dalam Semantik ... 14


(8)

2.2 Sinonim ... 19

2.3 Pengertian Keiyooshi ... 24

2.4 Jenis-Jenis Keiyooshi ... 26

2.5 Chiisai, Komakai, Kuwashii ... 29

BAB III ANALISIS MAKNA KATA CHIISAI, KOMAKAI DAN KUWASHII DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK) 3.1 Analisis Makna Kata Chiisai dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 44

3.2 Analisis Makna Kata Komakai dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 39

3.3 Analisis Makna Kata Kuwashii dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 44

BAB IV Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan ... 50

4.2 Saran ... 51


(9)

(10)

意味論から見る日本語の文章における「小さい」と「細かい」と「詳しい」

の意味論的分析

言語は人間の考え方,感情、希望を造語するために使う。言語学は一般

的に言語の起源について学んでいる学問であり、彼らの社会的のコミュニケ

ションの道具になっている。

言語学には意味論という一つの学問がある。意味について学ぶ言語学

の部分である。意味論も意味の関係を学ぶ言語学に使う。意味論中にいくつ

かの意味類があり、すなわち、文脈的意味と文法的意味と字書的意味である

。文脈的意味は文脈の中にある単語の意味である。文法的意味は文法過程、

接辞過程、継続過程と文章過程があるから起こる。字書的意味はわれわれの

生活に研秀に合う意味である。同意議語も意味論に入る。同意議語は互いに

ある言葉と意味が同じ表わす意味論のお関係であり、日本語では類議語とい

う。意味論から取られる効果は日常生活にやる面による。意味論の学問が社

会に情報を伝えるぴったり意味と単語を使いやすくて選びやすいである。多

義語、どうおん義語、明示的意味と第二義的意味を知らずに、彼が情報を伝

えることが難しくなってくる。

Adjektivaは名詞を説説明するために使う単語の合同である。Adjektiva

は形容詞とも言われ、すなわち性質、ものと間の様子を説明するために使う

単語である。日本語でAdjektiva


(11)

。形容詞は二つに分けられ、すなわち「イ形容詞」と「ナ形容詞」である。

「イ形容詞」は自立と文章をつくるほかの単語がない。「イ形容詞」各単語

はいつも「イ」で終って、辞書形に動詞になれて、文を説明具合いでこれ品

詞文になるためできる。一方、よく形容動詞という「ナ形容詞」はいつも「

ナ」で終わり、自立と文章をつくるほかの単語がない。

「イ形容詞」の中

にいくつかの同意議語があり、すなわち「小さい」、「細かい」、「詳

しい」である。分析にから「小さい」はものごとや計量けいや影響と子供の

年歳を指示さっする意味をもっている。「細かい」は

もっと小さく、ものごとの部分を指示する。なお、「詳しい」っはものごと

を小さ2く知ることのいみをもっている。「小さい」、「細かい」、「詳し

い」はある文では同じ意味があっても、きっての文章意味が変わるから、互


(12)

BAB I

PENDAHULLUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi guna menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang sesuai dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat

pemakainya. Dengan mengenal bahasa dapat diketahui budaya dan kebiasaan sehari pada bangsa tersebut.

Sesuai dengan pendapat Samsuri (1991:4) bahwa bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama dan berurat akar dari masyarakat manusia.

Maksudnya bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, gagasan, maksud dan tujuan dalam mencapai hasrat dan

keinginannya kepada orang lain demi kelancaran dan kelangsungan hidupnya, baik dilakukan secara lisan maupun secara tertulis.

Fungsi bahasa adalah sebagai alat pemersatu dari suatu bangsa. Untuk dapat berkomunikasi antarbangsa haruslah mengetahui bahasa yang digunakan oleh bangsa lain karena bahasa yang dipergunakan oleh setiap bangsa tidaklah sama. Demikianlah halnya dengan bahasa Jepang. Untuk mengenal lebih jauh tentang masyarakat Jepang kita mengggunakan bahasa Jepang sebagai media berkomunikasi yang baik.


(13)

Untuk memahami jalan pikiran orang Jepang salah satunya dengan cara berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Tetapi tidak mudah memahami tatanan bahasa Jepang karena banyak sekali ungkapan untuk menyatakan suatu kondisi yang sama.

Akhir-akhir ini bahasa Jepang banyak dipelajari oleh masyarakat dunia. Hal itu sejalan dengan perkembangan teknologi, informasi dan industri bangsa Jepang yang biasa dikatakan terdepan di Asia. Oleh karena itu, banyak masyarakat dunia yang tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing dan bahasa pergaulan dalam berbagai situasi dan kesempatan.

Berdasarkan fungsinya sebagai bahasa pergaulan dan percakapan sehari-hari dalam berbagai situasi atau kesempatan informal, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang masih diminati, terutama bagi orang-orang yang mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing. Bahasa Jepang miliki penggunaan yang berbeda sekali dengan bahasa lain.

Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing. Artinya dalam pemakaian bahasa tersebut harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Seperti penggunaan kata yang memiliki arti yang sama, sehingga para pembelajar kurang memahami makna yang sebenarnya dalam kalimat yang menggunakan kata tersebut.

Seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini


(14)

sama halnya apabila ingin berkomunikasi dengan masyarakat Jepang, kita harus menguasai bahasa tersebut.

Dalam bahasa Jepang kita pasti sering menggunakan atau menemukan bermacam-macam kata sifat atau keiyooshi yang bersinonim. Seperti Chiisai, Komakai dan Kuwashii mempunyai makna sama yaitu Kecil atau Sekecil-kecilnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar edisi Bahasa Indonesia), tetapi jika

digunakan dalam kalimat harus sesuaikan dengan situasi dan kondisinya, kalau tidak maka akan terjadi kerancuan atau kesalapahaman.

Contoh:

1. 小さい部屋だから大きな机は置けない。(Kikuo Nomoto, 1988 : 100)

Chiisai

Karena kamarnya Kecil, meja tulis besar tidak dapat ditaruh. heya dakara ookina tsukue wa okenai

2. 字書は字が細かくて読みにくい. (Kikuo Nomoto, 1988 : 583)

Jisho wa ji ga komakakute

huruf dalam kamus susah dibaca karena Kecil. yominikui

3. 詳しくは手紙でお知らせする. (Kikuo Nomoto, 1988 : 651)

Kuwashiku

Akan diberitahukan secara mendetil dengan surat. wa tegami de osirasesuru.

Dari contoh dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut mengandung makna “Kecil atau Sekecil-kecilnya” tetapi intesitas “Kecil atau Sekecil-kecilnya” benda itu dapat diketahui dari kata sifat apa yang digunakannya didalam kalimat. Untuk


(15)

menganalisis dalam skripsi yang berjudul “Analisis Makna Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau dari Segi Semantik)”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mencoba menjelaskan masalah kata yang bersinonim (dougigo) dalam bahasa Jepang yang sering membuat pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam mengartikan menurut konteks kalimatnya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Seperti kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang dimana mempunyai arti yang sama secara leksikal, yaitu Kecil atau Sekecil-kecilnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Eedisi Bahasa Indonesia), kedua kata tersebut ketika dipakai dalam kalimat akan lain penggunaannya,

tergantung pada situasinya sehingga sering terjadi salah pemakaian.

Untuk membahas masalah yang mempunyai makna yang sama, tetapi nuansanya berbeda dalam kalimat seperti Chiisai, Komakai dan Kuwashii ini, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Seperti apa pengertian kata sifat Chiisai, Komakai, dan Kuwashii

2. Bagaimana makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang.


(16)

1.3 Ruang Lingkup pembahasan

Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii jika terjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Kecil atau Sekecil-kecilnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia). Akan tetapi kedua kata ini tidak dapat digunakan begitu saja, karena harus disesuaikan dengan kondisi yang tepat dalam kalimat.

Dalam penelitian ini penulis menfokuskan pembahasan bagaimana

penggunaan kata Chiisai Komakai dan Kuwashii pada kalimat bahasa Jepang. Dalam pembahasannya masing-masing Chiisai 6 buah kalimat, Komakai 5 buah kalimat dan Kuwashii 5 buah kalimat yang diambil dari majalah dan buku-buku yang berbahasa Jepang. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis juga membahas tentang kata sifat secara umum serta akan menfokuskan teori tentang Chiisai, Komakai dan Kuwashii dengan tujuan memudahkan dalam pembahasannya.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

a. Tinjauan Pustaka

Fokus dari penelitian ini adalah analisis penggunaan kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau definisi yang berhubungan dengan lingustik, terutama di bidang semantik. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia.


(17)

Menurut Alwasilah Abdul Chaedar (1994:5), Linguistik itu adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objeknya adalah bahasa lisan dan tulisan yang memilki ciri lainnya, semantik, rasional, umum, sebagai pemberian dari kenyataan struktur pembagian aturan-aturan bahasa.

Menurut Motojiro dalam Sudjianto (1996:27), terdapat sepuluh jenis kelas kata dalam bahasa Jepang, yaitu:

1. Doushi (kata kerja)

2. Keiyooshi (kata sifat berakhiran I) 3. Keiyoodoushi (kata sifat berakhiran NA) 4. Meisi (kata benda)

5. Fukushi (kata keterangan) 6. Rentaishi (pra kata benda) 7. Setsuzokushi (kata sambung)

8. Kandoushi (kata seru,kata serapan,dan kata panggilan) 9. Jodoushi (kata kerja kopula)

10. Joshi (kata bantu)

Dari pembagian kata tersebut salah satunya adalah kata sifat (keiyooshi). Dalam bahasa Jepang kata sifat (Keiyooshi) terdiri dari dua jenis yaitu I-keiyooshi dan Na-keiyooshi yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk (Kitahara, dalam skripsi Novalia Hutapea 2006: 6). Kata-kata yang termasuk I-Keiyooshi dapat


(18)

menbentuk Bunsetsu yang diantaranya dapat berdiri sendiri membentuk sebuah kalimat tanpa bantuan kata lain.

Setiap kata yang termasuk I-Keiyooshi selalu diakhiri dengan silabel (I) dalam bentuk kamusnya dapat menjadi predikat dan dapat juga dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan suatu kalimat, kelas kata ini mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat. Contoh : Nagai (panjang), Muzukashi (sulit) dan lain-lain.

Sedangkan Na-keiyooshi sering disebut Keiyoudoushi (jintsugo) dan dapat berdiri sendiri membentuk sebuah kalimat tanpa bantuan kata lain. Setiap kata yang termasuk Na-keiyooshi selalu diakhiri dengan silabel (Na). Oleh sebab itu,

perubahannya mirip dengan dooshi sedangkan artinya mirip dengan keiyooshi, maka kelas kata ini diberi nama keiyoodooshi (Iwabuchi, dalam Sudjianto 1989:96). Selain predikat, Na-keiyooshi pun dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain pada suatu kalimat. Contoh : Hansamu na (ganteng), Kirei na (cantik) dan Jyouju na (pintar,pandai).

b. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempergunakan konsep berdasarkan pendapat para pakar untuk menganalisis pemakaian kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii serta pengkajian linguistik dalam kajian semantik.

Sutedi (2003 : 103), mengatakan bahwa semantik (imiron) adalah salah satu cabang linguistik (genngogaku) yang mengkaji tentang makna. Kata semantik juga digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti


(19)

dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan ilmu tentang makna atau arti. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya.

Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini salah satunya membicarakan mengenai masalah sinonim. Seperti dalam kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii yang merupakan kata yang bersinonim. Sinonim adalah hubungan semantik yang

menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan ujaran lainnya yang dalam bahasa Jepang Ruigigo. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna antara satu kata dengan kata lain, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer,2003:297).

Dari beberapa makna yang termasuk ke dalam kajian semantik, salah satu makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah makna kontekstual. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem kata yang berada di dalam satu konteks (Chaer,2003:290).

Menurut J.S Badudu (1986:72) bahwa sinonim adalah kata yang bentuk berbeda tetapi mengandung makna yang sama atau pun hampir sama. Sinonim kata dalam bahasa Jepang disebut dengan dougigo atau douigo. Dalam buku kamus yang berjudul Kumon no Gakushuu Kokugojiten diterangkan mengenai definisi douigo (sinonim), yaitu


(20)

発音も形も違うが、同じ意味を表す言葉。

Hatsuon mo katachi mo chigau ga,onaji imi o arawasu kotoba

Terjemahan: Kata yang cara pengucapannya maupun bentuknya berbeda, tetapi menunjukkan arti yang sama.

Hubungannya dalam penulisan ini, penulis juga akan menganalisis makna kata sifat tersebut dengan mendekatkan pada makna gramatikal. Menurut Fatimah Djajasudarma (1999:40) bahwa makna gramatikal menyangkut hubungan antara bahasa dan makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Selain itu, aturan-aturan mengenai bagaimana menyusun beberapa bunsetsu untuk membuat sebuah kalimat. Didukung dengan Lubis (2002:7) mengungkapkan bahwa yang menjadi objek penelitiannya adalah semantik gramatikal, yang menjadi objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran bahasa yang lebih menfokuskan pada pemakaian kata sesuai dengan konteks ujaran dan situasinya. Makna gramatikal diartikan sebagai aturan-aturan menyusun bentuk satuan bahasa tertentu. Yang dimaksud dengan bahasa tertentu disini yaitu bahasa alami tertentu, bisa bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Cina, dan sebagainya, lalu yang disebut bentuk satuan bahasa biasanya mengacu pada kata, klausa, kalimat, dan sebagainya. Didalam semantik makna gramatikal dibedakan dari leksikal, karena makna leksikal dapat berubah kedalam makna gramatikal secara operasional.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dapat terjadi akibat adanya


(21)

proses gramatikal sesuai dengan konteks kalimatnya. Seperti kita ketahui bahwa kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii artinya Kecil atau Sekecil-kecilnya, tetapi dilihat dari makna gramatikal sesuai dengan konteks kalimatnya akan berbeda maknanya.

Dengan konsep gramatikal ini akan memudahkan penulis untuk menganalisis makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii pada kalimat bahasa Jepang.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii 2. Untuk mengetahui bagaimana makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii

dalam kalimat bahasa Jepang.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:

1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik khususnya mengenai kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii.

2. Menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umummnya, terutama mengenai penggunaan kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang.

3. Untuk memenuhi syarat kelulusan dari program studi Sastra Jepanng Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(22)

1.6 Metode Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode deskritif. Menurut Nawawi, (1991:63) metode deksritif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek /objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Digunakan juga metode kepustakaan (library research), yaitu metode yang menggunakan pengumpulan data-data atau berbagai informasi dengan cara pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang beerkaitan dengan pembahasan (Isyandi : 2003 : 13). Dalam hal ini juga, penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan tata bahasa baik buku yang berbahasa Jepang maupun yang berbahasa Indonesia serta data yang berbahasa Inggris, khususnya buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan kata sifat dalam bahasa Jepang dan buku-buku relevan dengan pembahasan skripsi ini.


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG SEMANTIK SERTA KEIYOOSHI “CHIISAI, KOMAKAI, KUWASHII”

2.1 Definisi Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Seperti yang dikemukan oleh Ferdinand De Saussure dalam Chaer (1994:285) bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen yaitu : (1)

komponnen yang mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa. Misalnya, (Perancis : significant, Inggris : signifier) dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama. Misalnya, (Perancis : signifie, Inggris : signified) sebenarnya tidak lain daripada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau yang dilambanginya adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.

Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik yang


(24)

mempelajari makna atau arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatikal dan semantik.

Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode morse, dan tanda-tanda ilmu matematika. Sedangkan cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah tidak lain untuk menyampaikan suatu makna (Sutedi :2003:103). Misalnya seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik.

Semantik tidak hanya membahas kata-kata yang bermakna leksikal saja, tetapi juga membahas makna kata-kata yang tidak bermakna bila tidak

dirangkaikan dengan kata lain seperti partikel atau kata bantu, yang hanya memiliki makna grramatikal.


(25)

2.1.1 Jenis-jenis Makna dalam Semantik

Menurut Chaer (1994:59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan kriteria atau sudut pandang, yakni :

1. Berdasarkan jenis makna semantik, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya: kata Tikus, makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna nampak jelas dalam kalimat tikus mati diterkam kucing atau panen kali ini gagal akibat serangga hama tikus, kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia.

Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Contoh proses afiksasi / ter- / pada kata / angkat /dalam kalimat batu seberat itu terangkat juga oleh adik, awalan ter- pada kata terangkat melahirkan makna “dapat”, dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas, melahirkan makna gramatikal “tidak sengaja”. Contoh reduplikasi dapat dilihat


(26)

pada kata pulpen yang bermakna “sebuah pulpen”, menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”. Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat pada kata sate ayam tidak sama dengan sate madura. Yang pertama menyatakan asal bahan, yang kedua menyatakan asal tempat. Begitu juga dengan komposisi orang tua asuh. Yang pertama menyatakan anak yang diasuh, sedangkan yang kedua menyatakan orang tua yang mengasuh.

2. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna non-referensial.

Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata lain. Contoh : kata lemari dan kasur, disebut bermakna referensial karena kedua kata itu mempunyai referen yaitu sejenis perabot rumah tangga.

Sedangkan kalau kata-kata itu tidak memiliki referen, maka kata itu disebut kata bermakna non-referensial. Contoh : kata jika dan meskipun tidak memiliki referen, jadi kata tersebut bermakna non-referensial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata-kata yang termasuk kata penuh seperti lemari dan kasur termasuk kata-kata referensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi, konjugasi dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non-referensial.

3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.


(27)

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Karena itu sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh : kata wanita dan perempuan. Karena kata-kata ini mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif disebut makna konotasi.

4. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah.

Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah “pergelangan”, sedangkan dalam bahasa umum tangan adalah “pergelangan sampai ke pangkal bahu”. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (maknanya sama).

5. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya.


(28)

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai perlambang kesucian, kata merah digunakan sebagai perlambang keberanian, dan kata srikandi digunakan sebagai perlambang kepahlawanan wanita.

Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh frase menjual rumah bermakna “si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang”, tetapi menjual gigi bukan bermakna si

pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang”, melainkan bermakna “tertawa keras-keras”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satuan bahasa (kuat, frase atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.

Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam

kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pemuda itu tampan. Kita tidak dapat

menyatakan gadis itu tampan atau pemuda itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.


(29)

Manfaat yang kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer : 1994 :11). Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengetahui semantik.

Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan

menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum, tanpa pengetahuuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi, denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.

Bagi mereka yang berkecipung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.

Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik ini akan mencoba menolongnya memahami dengan lebih baik konsep-konsep bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.

Seorang guru bahasa, selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mengenai segala aspek bahasa, juga harus memiliki pengetahuan teori semantik


(30)

secara memadai. Tanpa pengetahuan ini dia tidak akan dapat dengan tepat

menjelaskan perbedaan dan persamaan semantik antara dua buah bentuk kata, serta bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar.

Sedangkan bagi orang awam atau orang kebanyakan pada umumnya, pengetahuan yang luas akan teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada di sekelilingnya, dan yang juga harus mereka serap, berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai manusia yang bermasyarakat tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa memahami alam sekitar mereka yang berlangsung melalui bahasa.

2.2 Sinonim

Secara etimologi kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’ (Chaer, 1994 :82).

Sementara menurut H.G Tarigan (1993:78) kata sinonim terdiri dari sin (“sama” atau “serupa”) dan akar kata onim ”nama” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkann makna umum. Dengan perkataan lain : sinonim adalah kata-kata yang mengandung


(31)

arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata. Atau secara singkat : sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi.

Bambang Yudi Cahyono (1995:208) mengatakan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih, yang memiliki makna yang sama atau hampir sama, tetapi tidak selalu dapat saling mengganti dalam kalimat. Contoh-contoh sinonim adalah sudah-telah, sebab-karena, meskipun-walaupun, jikalau-apabila, cinta-kasih,

mati-meninggal.

Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan 類義語 (ruigigo).dalam kamus sinonim atau 類義語辞典 (ruigigo jiten) karya Minazima Tatuo definisi sinonim adalah :

類義語というのは、意味が同じか、またはよく似ている単語のことである

Ruigigo to iu no wa, imi ga onajika, matawa yoku niteiru tango no koto de aru. ‘Yang disebut dengan sinonim adalah kata yang memiliki arti sama atau sangat mirip’.

Perlu diperhatikan bahwa pengertian kesamaan makna yang digunakan dalam membicarakan sinonim tidak mesti sama secara utuh. Kadang-kadang sebuah kata kata dapat cocok dalam kalimat tertentu, tetapi sinonim kata itu akan membuat kalimat itu tidak enak didengar. Misalnya, kata makan cocok digunakan dalam kalimat Para pekerja bangunan sedang makan nasi ransum kiriman

majikannya. Akan tetapi bersantap yang merupakan sinonim kata itu terasa kurang pas.


(32)

Istilah sinonim dipakai karena pertindihan pada kata-kata yang bersinonim itu cukup sehingga menyebabkan kemiripan fungsi kata-kata yang bersinonim itu. Kata jejaka dan kata duda dalam bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan mengenai cirri-cirinya kecuali dalam status perkawinan. Pertindihan yang tidak luas itu tidak masuk dalam sinonim karena adanya perbedaan yang mendasar pada kata-kata itu. Memang kedua kata-kata itu memiliki persamaan bahwa yang dimaksud ialah seorang manusia yang berjenis kelamin laki-laki, tetapi persamaan itu tidak pernah dihiraukan orang, justru perbedaanya yang menjadi pusat perhatian yakni perbedaan status perkawinannya.

Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995:208) ada dua syarat suatu dikatakan sinonim, yaitu memiliki kemiripan hampir menyeluruh dan sesuatu yang ada diluar kemiripan itu tidak dianggap penting dan tidak banyak berpengaruh. Sedangkan menurut T.Fatimah Djajasudarma (1999:42) ada tiga batasan untuk sinonim, yaitu :

1. Kata-kata dengan referen ekstra linguistik yang sama

2. Kata-kata yang memiliki makna yang sama

3. Kata-kata yang dapat disulih dalam konteks yang sama

Tiap-tiap ahli bahasa membagi sinonim berbeda-beda. Dibawah ini akan diuraikan penggolongan sinonim menurut beberapa ahli bahasa:


(33)

1. Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer dalam T.Fatimah Djajasudarma (1999:40) sebagai berikut :

a) Perangkat sinonim yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing dan yang lainnya, yang terdapat didalam bahasa umum. Mis, konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.

b) Perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepada langgam dan laras bahasa. Mis, dara, gadis, dan cewek; mati, meninggal, dan wafat. Pemakaian kosakata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan menghasilkan kalimat yang tidak apik (ill-formed). Mis, “Cewek yang tinggal di rumah besar itu kemarin wafat”.

c) Perangkat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Mis, negarawan dan politikus; ningrat dan feodal.

d) Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu (keterbatasan kolokasi). Mis, telur busuk, nasi basi, mentega tengik, susu asam, baju apek, busuk, basi, tengik, asam dan apek memiliki makna yang sama, yakni buruk, tetapi tidak dapat saling menggantikan karena dibatasi persandingan yang dilazimkan.

e) Perangkat sinonim yang maknanya kadang-kaddang tumpang-tindih. Misalnya, buluh dan bamboo; bumbu dan rempah-rempah; bimbang, cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret.


(34)

2. Penggolongan sinonim menurut pembagian Colliman dalam T.Fatimah Djajasudarma (1999:39-41) membagi jenis sinonim menjadi Sembilan, dan bila kita lihat contohnya di dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut :

a) Sinonim yang salah satu annggotanya memiliki makna yang lebih umum (generik), bandingkan mis, menghidangkan dan menyediakan atau menyiapkan; kelamin dengan seks.

b) Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih intensif. Mis, jenuh dan bosan; kejam dan bengis; imbalan dan pahala.

c) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih menonjolkan makna emotif. Mis, mungil dan Kecil; bersih dan ceria; hati Kecil dan hati nurani.

d) Sinonim yang salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak membenarkan. Mis, boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat; mengamat-amati dan memata-matai (di dalam bahasa Sunda dikenal ujaran bodo ‘bodoh’ dan hese ngarti gancang poho ‘sulit mengerti cepat lupa’).

e) Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Mis, plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan ditayangkan.


(35)

f) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih banyak dipakai didalam ragam bahasa tulisan. Mis, selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lalu dan lampau; bisa dan racun.

g) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih lazim dipakai di dalam bahasa percakapan. Mis, kayak dan seperti; ketek dan ketiak.

h) Sinonim yang salah satu anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak. Mis, pipis dan berkemih; mimik dan minum; bobo dan tidur, mam (mamam) dan makan.

i) Sinonim yang salah satu anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja. Mis, cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan kodok; sawala dan diskusi.

2.3 Pengertian Keiyooshi

Menurut Situmorang Hamzon, (2007:28) bila dilihat dari huruf kanjinya, kata Keiyooshi ( 形容詞 ) terdiri dari tiga buah huruf kanji, yaitu :

形 = yang dibaca Kei yang berarti bentuk, rupa, corak atau potongan.

容 = yang dibaca Yoo yang berarti lukisan, perumpamaan, kiasan atau

ibarat.

詞 = yang dibaca Shi yang berarti kata


(36)

Ciri-ciri keiyooshi :

1. Dapat berdiri sendiri

2. Menunjukkan sifat atau keadaan sesuatu benda 3. Mempunyai perubahan bentuk (konjugasi) 4. Selalu berakhiran i

5. Dapat menjadi predikat.

Dalam bahasa Jepang, Adjektiva secara umum disebut denggan istilah Keiyooshi. Keiyooshi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu. Dalam bahasa Jepang kata sifat atau Keiyooshi dibagi dalam dua bagian yaitu kata sifat yang berakhiran I atau I-Keiyooshi dan kata sifat yang berakhiran Na atau sering disebut dengan Na-Keiyooshi.

Yang dimaksud dengan I-Keiyooshi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi

predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk (Kitahara, 1995 : 82). Kata-kata yang termasuk I-Keiyooshi dapat membentuk bunsetsu walaupun tanpa bantuan kelas kata lain. Setiap kata yang termasuk I-Keiyooshi selalu diakhiri silabel (i) dan bentuk kamusnya dapat menjadi predikat, dan dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam suatu kalimat negatif. Kelas kata ini

mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata sifat sering disebut dengan istilah Adjektiva, Adjektiva adalah gabungan kata yang digunakan untuk menerangkan


(37)

kata benda (nomina). Adjektiva juga disebut kata sifat keadaan yaitu kata yang

dipakai untuk menerangkan sifat atau keadaan orang, benda atau binatang (Sudjianto, 1990 :255), dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

1. Adjektiva dapat diberikan keterangan perbandingan, seperti : lebih kurang, paling, lebih pandai, kurang besar dan paling baik.

2. Adjektiva dapat diberi keterangan penguat, seperti : sangat, amat, benar, sekali, terlalu, sangat bagus, amat mahal, bodoh, cantik sekali, benci, dan terlalu kuat.

3. Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, tidak sulit dan tidak sakit.

4. Adjektiva pada kata tertentu dapat berupa akhiran, antara lain : er/

Temporer, iah / alamiah, if /sumatif, ik / akademik.

2.4 Jenis-jenis Keiyooshi

Menurut Shimizu (Skripsi Novalia Hutapea 2006: 45) Keiyooshi atau I-Keiyooshi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Zokusei Keiyooshi yaitu kelompok kata adjektiva-i yang menyatakan sifat atau keadaaan secara objektif.

Contoh : 早い (はやい) = cepat


(38)

遠い (とおい) = jauh

高い(たかい) = mahal

難し(むずかしい) =sulit/payah

白い(しろい) = putih, dan sebagainya

2. Kanjoo keiyooshi yaitu kelompok kata adjektiva-i yang menyatakan perasaan atau emosi secara subjektif.

Contoh : 哀し(かなしい) = sedih

恐い(こわい) = takut

痒い(かゆい) = gatal, dan sebagainya

Menurut Situmorang Hamzon, (2007:28) Keiyooshi atau I-Keiyooshi dibagi menjadi tujuh jenis dilihat dari artinya, yaitu:

1. Keiyooshi yang mengutarakan bentuk benda

Contoh :

丸い (まるい) = bulat

四角い (しかくい) = persegi empat

細長い (ほそいながい) = panjang kurus/ sempit

平たい (ひらたい) = datar


(39)

2. Keiyooshi yang mengutarakan jumlah atau volume benda

Contoh :

大きい (おおきい) = besar

小さい (ちいさい) = Kecil

細かい (こまかい) = halus, mendetail

長い (ながい) = panjang

厚い (あつい) = tebal

3. Keiyooshi yang menunjukkan sifat benda

Contoh :

固い (かたい) = keras

柔らかい (やわらかい) = lembek/ lembut

熱い (あつい) = panas

白い (しろい) = putih

赤い (あかい) = merah

4. Keiyooshi yang berhubungan dengan mutu

Contoh :

悪い (わるい) = jelek


(40)

好ましい (このましい) = suka, menarik hati

汚い (きたない) = kotor

面白い (おもしろい) = menarik

5. Keiyooshi yang berhubungan dengan nilai benda

Contoh :

素晴らしい (すばらしい) = hebat

優し (やさしい) = baik hati

厳しい (いかめしい) = keras, sungguh-sungguh

睦まじい (むつまじい) = ramah, bersahabat

6. Keiyooshi yang berhubungan dengan nilai bunyi-bunyian

喧しい (やかましい) = riuh, bising

騒がしい (さわがしい) = gaduh, riuh

7. Keiyooshi yang mengutarakan makna gerakan.

早い (はやい) = kencang

遅い (おそい) = lambat, pelan-pelan

のるい = pelan-pelan


(41)

Pada bab ini juga akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli linguistik bahasa Jepang, tentang pengertian Chiisai, Komakai, dan Kuwashii.

1. Pengertian Chiisai

Kikuo Nomoto (1988 : 100) mengatakan bahwa :

1. (Kecil) ( tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain.

Contoh : 弟より私の方が

Otooto yori watashi no hoo ga 小さい

Saya lebih

Chiisai pendek

2. (Kecil) (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi. daripada adik laki-laki saya.

Contoh : テレビの音を Terebi no oto o

小さくする

chiisaku

suru Mengecilkan

3. (Kecil) (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar. suara televisi.

Contoh : 父は小さい Chichi wa

事業をやっている

Chiisai

Ayah saya mengusahakan perusahaan jigyoo o yatte iru

Kecil 4. (Kecil) (tentang anak) sedikit umurnya.

.


(42)

Chiisai Ketika masih

koro yoku kawa de oyoida mono da. Kecil, sering berenang di sungai.

2. Pengertian Komakai

Kikuo Nomoto (1988 : 583) mengatakan bahwa :

1. Halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan) ; sangat Kecil.

Contoh : ネギを細かく Negi o

刻む

komakaku Mengiris daun bawang

kizamu

halus-halus

2. (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh. .

Contoh : 細かい

ことを気にする

Komakai

Terlalu memperhatikan hal yang koto o ki ni suru

remeh temeh

3. Penuh perhatian penuh seksama.

(sekecil-kecilnya).

Contoh : あの人のすることは芸が細かい Ano hito no suru koto wa gei ga

Dalam bekerja, keahlian sampai padahal yang Komakai


(43)

Shoji dan Hiroshi (2001 : 287) mengatakan bahwa :

1. Komakai denotes that each part or section of something, e,g., powder, sand, rain, lettering, or netting, is very fine, small or dense. Komakai is used only when there are many the same kind thing of present.

Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, misalnya : bubuk, pasir, hujan, huruf, atau jaring, sangat halus, Kecil atau padat. Komakai digunakan hanya jika ada banyak hal yang sama yang hadir.

Contoh : 霧のような細かい Kirino yoona

雨が降っているI

Komakai Sedang turun hujan

amega futteiru. rintik-rintik

2. Komakai is also used when one explains something very carefully, covering each minute detail. Kuwashi refers to the richness of information, while Komakai refers to each small, minute detail. Komakai okane normally means coins small denomination, such as ¥ 100 and ¥ 50 coins. To change a large bill into small money is komakaku suru in Japanese.

seperti kabut.

Komakai juga digunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati.Yang mencakup setiap detil menit. Kuwashii mengacu pada kekayaan informasi, sedangkan Komakai mengacu pada setiap detail, Kecil menit. Komakai okane

biasanya berarti koin dari denominasi Kecil. Seperti ¥100 dan ¥50. Untuk mengubah tagihan besar menjadi uang Kecil Jepang Komakaku suru.

Contoh : 彼はお金に細かい Karewa okaneni

からきらわれている


(44)

Dia tidak disukai karena terlalu (perhitungan) masalah uang.

3. Pengertian Kuwashii

Kikuo Nomoto (1988 : 651) mengatakan bahwa :

1. (= teliti terperinci, secara mendetil)

Contoh : もっと詳しい Motto

報告が読みたい

Kuwashii

Ingin membaca laporan yang lebih hookoku ga yomiitai

terperinci

2. (dalam bentuk ni Kuwashii) mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu.

.

Contoh : あの人は歴史に

Ano hito wa rekishi ni 詳しい

Orang itu mempunyai pengetahuan Kuwashii

yang dalam tentang sejarah.

Shoji dan Hiroshi (2001 : 286) mengatakan bahwa :

1. This indicates that something is explained very carefully and in detail, or that a lot of information about something is provided so that it is clear even to people who have encountered it before.

Menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemuinya sebelumnya.


(45)

Contoh : 渋谷の詳しい Shibuyano

地図がほしい

Kuwashii Ingin peta yang

chizu ga hoshii. terperinci

2. Kuwashii can describe a person as being very knowledgeable about something. tentang Shibuya.

Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu.

Contoh : 彼女は現代文学んに

Kanojo wa gendaibungakuni 詳しい

Dia mempunyai

kuwashi


(46)

BAB III

ANALISIS MAKNA KATA CHIISAI, KOMAKAI DAN KUWASHII DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

3.1 Analisis Makna Chiisai dalam Kalimat Bahasa Jepang

1. あなたの家は大きいですか。

いいえ小さい

Anata no uchi wa ookii desuka?

です。(Minna nihongo I : 70)

… iie Chiisai

Apakah rumah anda besar?... desu.

tidak, Kecil. Analisis :

Pada kalimat di atas kata Chiisai memiliki makna “Kecil”, yang menyatakan rumahnya Kecil. Pengertiannya adalah bahwa rumah tersebut ukurannya atau

kapasitasnya tidak besar atau tidak luas. Sehingga penggunaan kata Chiisai pada kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” artinya tidak luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Kikuo Nomoto menyatakan bahwa Chiisai menggambarkan (tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain, Chiisai (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi, Chiisai (tentang ukuran,


(47)

pengaruh) tidak besar, dan Chiisai (tentang anak) sedikit umurnya. Maka makna kalimat yang di atas sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” artinya tidak besar, tidak luas dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan bahwa Chiisai menggambarkan (tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau

dibandingkan dengan yang lain dan Chiisai (tentang ukuran) tidak besar.

2. そりゃそうだけど、いまどき、百円で買えるやきいもなんがありませ

んよ。小さい

Soryasoodakedo, imadoki, hyakuyen de kaeru ya kiimonan ga arimasenyo.

のだって五百円ぐらいいますよ。(intermediate Japanese

An integrated: 89)

Chiisai

Tidak hanya itu sekarang uang 100 yen tidak bisa membeli ubi nodatte gohyaku yen guraiimasuyo.

sedikitnya

Analisis :

harus ada 500 yen.

Penggunaan kata Chiisai pada kalimat di atas menunjukkan makna “Kecil” yaitu sedikitnya harus ada 500 yen, sedikit dalam makna tersebut adalah Kecil atau Sekecil-kecilnya. Sehingga penggunaan kata Chiisai tersebut sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” artinya tidak luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Kikuo Numoto yang menyatakan Chiisai menggambarkan (tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain, Chiisai (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak


(48)

tinggi, Chiisai (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar, dan Chiisai (tentang anak) sedikit umurnya. Maka makna “Kecil” kalimat di atas sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” adalah tidak banyak, sedikit dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Chiisai menggambarkan (tentang jumlah atau taraf) tidak besar.

3. しかし、その「国ぐに」は、小さく

Sikasi, sono (kuniguni) wa,

わかれていて、また一つはなって

いませんでした。(Japanese history:39)

chiisaku

Tetapi Negara-negara tersebut terpecah Kecil-Kecil dan tidak akan besatu kembali.

wakareteite, mata hitotsu wa natteimasen desita.

Analisis :

Penggunaan kata Chiisai dalam kalimat diatas menunjukkan makna “Kecil” yang menyatakan Negara-negara tersebut terpecah Kecil-Kecil. Penggunaan kata Chiisai pada kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonessia bahwa “Kecil” artinya tidak luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Kikuo Nomoto menyatakan bahwa Chiisai menggambarkan (tentang barang dan sebagainya) tidak besar

kapasitasnya, luasnya, tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain, Chiisai (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi, Chiisai (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar, dan Chiisai (tentang anak) sedikit umurnya. Maka makna “Kecil” kalimat di atas sesuai dengan Kamus bahasa Indonesia bahwa


(49)

“Kecil” yaitu tidak besar, tidak luas dan Kikuo Nomoto menyatakan Chiisai yang mengambarkan (tentang ukuran) tidak besar.

4. テレビの音を大きくたり小さく

Terebi no on o ookikutari

したりしないでください。

chiisaku

Jangan sebentar membesarkan dan mengecilkan suara televisi. (Nihon no joshi:105)

sitarisinai de kudasai

Analisis :

Penggunaan kata Chiisai pada kalimat diatas menunjukkan makna “Kecil” yang menyatakan mengecilkan suara. Sehingga pengggunaan kata Chiisai pada kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia “Kecil” artinya luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Kikuo Nomoto yang menyatakan Chiisai menggambarkan

(tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya,

panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain, Chiisai (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi, Chiisai (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar, dan Chiisai (tentang anak) sedikit umurnya. Maka makna “Kecil” pada kalimat di atas sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” yaitu tidak besar, tidak banyak dan rendah dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Chiisai menggambarkan (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi.


(50)

5. デパ-トのちかくに小さい

Depaato no chikaku ni

店がありました。(Introduction to Japanese

reading skills: 108)

Chiisai

Dekat departemen store ada toko Kecil.

mise ga arimasita.

Analisis :

Penggunaan kata Chiisai pada kalimat di atas menunjukkan makna “Kecil” yang menyatakan makna toko itu Kecil. Sehingga penggunaan kata Chiisai kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” artinya luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Kikuo Nomoto menyatakan bahwa Chiisai menggambarkan (tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya,

panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain, Chiisai (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi, Chiisai (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar, dan Chiisai (tentang anak) sedikit umurnya. Maka makna”Kecil” pada kalimat di atas sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” yaitu tidak besar dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Chiisai

menggambarkan (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar.

6. 小さい頃から、読んだり書いたりすることが好まで、大学の新聞学科

を卒業した後は編首プロダクションに就職した塩島さん。(the monthly

nihongo: 8)

Chiisaikeikara, yondari kaitarisuru koto ga suki made,daigaku no sinbun gakka o sootsugyousita ato hensyuu purodakusyon ni syuusyoku sita Ento san.


(51)

Saudara Ento Sejak Kecil sudah suka membaca dan menulis dan bekerja di perusahaan penerbitan setelah lulus dari jurusan jurnalistik, universitas. Analisis :

Penggunaan kata Chiisai pada kalimat di atas menunjukkan makna”Kecil” yaitu sejak Kecil sudah suka membaca dan menulis. Sehingga penggunaan kata Chiisai sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia “Kecil” artinya luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Kikuo Nomoto menyatakan Chiisai menggambarkan (tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya, tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain, Chiisai (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi, Chiisai (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar, dan Chiisai (tentang anak) sedikit umurnya. Maka makna “Kecil” pada kalimat di atas sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” yaitu tidak besar dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Chiisai mengambarkan (tentang anak) sedikit umur.

3.2 Analisis Makna Komakai dalam Kalimat Bahasa Jepang 1. 細かい

。。。いいえありません. (Minna no nihongo I;72) 金がありますか。

Komakai … iie arimasen.

kane ga arimasuka?


(52)

tidak, tidak ada. Analisis :

Penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas menunjukkan “Kecil” yaitu uang Kecil. Sehingga penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas sudah tepat. Makna Kecil pada kalimat di atas menyatakan tidak besar dan dalam Kamus Bahasa Indonesia “Kecil” artinya luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Kikuo Nomoto menyatakan Komakai adalah halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan), sangat Kecil, Komakai (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh, dan Komakai menunjukkan penuh perhatian penuh seksama. Maka makna “Kecil” pada kalimat di atas sesuai dengan Kamus Bahasa Indonesia bahwa “Kecil” yaitu tidak besar dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Komakai

menggambarkan halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan) sangat Kecil.

2. 野菜は細かく

。。。はい、これでいいですか。(Minna no nihongo II:152) きって、たまごとまぜます。

Yasai wa komakakukitte … hai,koree iidesuka.

, tama goto mazemasu.

Memotong halus sayur dan mengaduk telur. …Iya baiklah.


(53)

Pengggunaan kata Komakai pada kalimat di atas menunjukkan makna “Kecil atau Sekecil-kecilnya” yaitu memotong halus sayur. Sehingga penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kecil artinya luas, tidak besar, sedikit, tidak lebar, tidak banyak, tidak penting, tidak berharga, hina, dan rendah. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan bahwa Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, sangat halus dan Komakai juga di gunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati. Maka makna “Kecil” pada kalimat di atas sesuai dengan Kamus Bahasa

Indonesia bahwa “Kecil” yaitu tidak besar dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi yang menyatakan bahwa Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, sangat halus.

3. カメラやとけいなどの精密製品は評判がいい。日本人は手先が器用で

、細かい

Kamera ya tokei nado no seimitsu seihin wa hyouban ga ii. Nipponjin wa tesaki ga kiyoo de ,

仕事がじょうずである。(Atarashi nihon go:176)

Komakai

Barang–barang produksi presisi seperti kamera, jam mempunyai reputasi yang baik karena orang Jepang terkenal akan keterampilan jari-jari tangannya sehingga mahir dalam pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan kehalusan.

sigoto ga jyoozudearu.

Analisis :

Penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas menunjukkan makna “Kecil atau Sekecil-kecilnya” pekerjaan memerlukan kehalusan (Sekecil-kecilnya). Sehingga


(54)

penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Komakai adalah halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan), sangat Kecil, Komakai (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh, dan Komakai menunjukkan penuh perhatian dengan seksama.

Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, sangat halus dan Komakai juga di gunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati. Maka makna Kecil pada kata “Komakai” pada kalimat di atas sesuai dengan Kikuo Nomoto yang menyatakan bahwa Komakai adalah penuh perhatian dengan seksama dan hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Komakai digunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati.

4. 上蓋を開けると細かい

A(ge)buta o kakeru to

絞り口になるから、(お好み)

や(カルパッチョ)などに最適です。(Majalah Cheek :500)

Komakai

Jika tutup atasnya di buka, akan menjadi celah yang Kecil, sangat cocok untuk bentuk-bentuk yang anda sukai Carpaccio.

sibori kuchi ni narukara, ( okonomii ya (karupaccyo) nado ni saetekidesu.

Analisis :

Penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas menunjukkan makna “Kecil” yaitu akan menjadi celah yang Kecil. Sehingga penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas kurang tepat. Makna Kecil pada kata Komakai kalimat di atas tidak memakai kata Komakai tetapi kata Chiisai karena Komakai adalah halus-halus atau


(55)

sangat Kecil. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Komakai adalah halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan), sangat Kecil, (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh, penuh perhatian penuh seksama. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, sangat halus dan Komakai juga di gunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati. Maka makna Kecil pada kalimat di atas adalah tidak lebar dan tidak besar itu sesuai dengan makna Kecil pada kata Chiisai menggambarkan (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar .

5. 海外との連絡は便利になってきてはいるが、就職活動

をす特にこまめに連絡をとり、念には念を入れて、

細かい

Kaigai to no renraku wa benri ni nattekitehairuga, syuusyookukatsudo o suru tokuni komameni renraku o tori, nen niwa nen o irete

ことまで確認しておくことガ必要だ. (The monthly nihongo: 7)

, Komakai

Hubungan dengan luar negeri semakin menjadi praktis, tapi khususnya pada saat mencari pekerjaan, perlu sekali untuk memastikan sampai kepada hal-hal yang detail dan sangat berhati-hati pada saat melakukan kontak.

koto made kakuninsite okukoto ga hitsuyooda.

Analisis :

Penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas menunjukkan makna “Kecil atau Sekecil-kecilnya” yaitu memastikan sampai kepada hal-hal yang detail (Sekecil-kecilnya). Sehingga penggunaan kata Komakai pada kalimat di atas sudah tepat. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Komakai adalah halus-halus (tentang unsur-unsur


(56)

yang merupakan bagian keseluruhan), sangat Kecil, Komakai (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh, dan Komakai menunjukkan penuh perhatian penuh seksama. Sedangkan Shoji dan Hiroshi yang menjelaskan Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, sangat halus dan

Komakai juga di gunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati. Maka makna Kecil pada kata Komakai sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto

menyatakan Komakai menggambarkan penuh perhatian penuh seksama dan hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Komakai juga di gunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-hati.

3.3 Analisis Makna Kuwashii dalam Kalimat Bahasa Jepang

1. 日本の芸術は自然をたいせつにする。たとえば、お茶やお花でも、四

季おりおりの道具を使う。俳句にも、必ず、季語があって、伝統的な

約束を守

らねればない。歳時記を見ると、季語が詳しく

Nippon no geijutsu wa sizen o taisetsu ni suru, tatoeba, ocya ya ohana demo, siki oriori no doogu o tsukau. Haiku nimo, kanarazu, kigo ate, dentoutekina yakusoku o mamoranakerebanaranai. Saijiki o miruto, kigo ga

説明してある. (Atarashi

Nihongo :285)

kuwashiku setsumeisitearu.


(57)

Bentuk-bentuk alami merupakan bagian penting dalam kesenian jepang, seperti jamuan minum teh, atau merangkai bunga yang dilengkapi oleh berbagai perlengkapan berdasarkan musim. Puisi Haiku juga memiliki sebuah perjanjian tradisional, dan semua ini dijelaskan dalam bagian Sajiki.

Analisis :

Penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas menunjukkan makna “Sekecil-kecilnya” yaitu semua ini dijelaskan dalam bagian Sajiki. Sehingga penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas sudah tepat. Makna pada kata Kuwashii menyatakan Sekecil-kecilnya tentang sesuatu. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan (teliti terperinci, secara mendetil), dan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya dan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu. Maka makna Sekecil-kecilnya pada kata “Kuwashii” sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil tentang sesuatu dan hal-hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya.


(58)

2. プライバシー問題に詳しい

puraibasii mondai ni

中央大学法学の堀部政男教授は(現状は公益

より私益の追求が中心になっている)と、指摘する。 (Nihon no Danmen

: 53)

Kuwashii

Professor Horibe Masao, dosen fakultas hukum universitas Chuuo yang ahli dalam bidang masalah privasi mengindetifikasi bahwa orang-orang pada jaman sekarang lebih fokus mengejar kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

chuuoo daigaku gakka no Horibe masao kyooju wa genjoo kooeki yori sieki no tsuikyuu ga chuusin natteiru to sitekisuru.

Analisis :

Penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas menunjukkan makna “ Sekecil-kecilnya” karena Profesor Horibe Masao yang ahli dalam bidang masalah privasi. Sehingga penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas sudah tepat. Makna pada kata Kuwashii kalimat di atas menyatakan seseorang mengetahui Sekecil-kecilnya tentang sesuatu hal. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan (teliti terperinci, secara mendetil), dan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menunjukkan

sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya dan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu. Maka makna pada kata Kuwashii sesuai dengan


(59)

pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu.

3. 個人情報の問題に詳しい

kojinjyoohoo no mondai ni

弁護士の紀藤正樹氏は(名窯棄損は復権などの

方法で回復することができるが、プライバシ―は―度漏れたら手の打

ちようがない。(Nihon no Danmen : 53)

Kuwashii

Satoo Masaki, pengacara ahli dalam bidang masalah informasi pribadi mengatakan bahwa kerugian akibat pencemaran nama baik bisa dipulihkan dengan cara merehabilitasi tapi masalah privasi sekali bocor tidak akan bisa di atasi lagi.

bengosi no Satoo Masaki wa meiyookison wa futsuken nado no hoohoo de kaifukusuru koto ga dekiruga,puraibasii wa ichido moraretara te no uchiyooganai.

Analisis :

Penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas menunjukkan makna “Sekecil-kecilnya” yaitu Satoo Masaki, pengacara ahli dalam bidang masalah informasi

pribadi. Sehingga penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas sudah tepat. Makna Kecil pada kata Kuwashii kalimat di atas menyatakan seseorang mengetahui Sekecil-kecilnya tentang sesuatu. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii

menggambarkan (teliti terperinci, secara mendetil), dan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal. Sedangkan Shoji dan Hiroshi


(60)

menyatakan Kuwashii menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya dan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu. Maka makna Sekecil-kecilnya pada kata Kuwashii sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto

menyatakan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu.

4. 過去の記録を詳しく調べて、いつもよい天気の記録が続いた10月10日

が選ばれました. (Introduction to Japanese Reeading Skill : 98)

Kako no kiroku o kuwashiku

Setelah meneliti secara detil catatan masa lalu dipilih tanggal 10 oktober dimana dalam catatan selalu terus-menerus dalam kondisi cuaca yang bagus.

sirabete, itsumo yoi tenki no kiroku ga tsuduita 10 getsu 10 nichi ga erabaremasita.

Analisis :

Penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas menunjukkan makna “Sekecil-kecilnya” yaitu setelah meneliti secara detil catatan. Sehingga penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas sudah tepat. Makna Kecil pada kalimat menyatakan Sekecil-kecilnya tentang sesuatu. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan (teliti terperinci, secara mendetil), dan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii


(61)

menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya dan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu. Maka makna Sekecil-kecilnya pada kata Kuwashii sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan (teliti terperinci, secara mendetil) dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya

5. 詳しい知人と交流して活用術をべんきょうしてみては. (Majalahh Cheek

: 453) Kuwashii

Cobalah belajar teknik penggunaan dengan bergaul dengan orang yang lebih mengetahui.

chijin to kooryuusite katsuyoo jutsu o benkyoositemitewa.

Analisis :

Penggunaan kata Kuwashii pada kalimat diatas menunjukkan makna “Sekecil-kecilnya” yaitu bergaul dengan orang yang lebih mengetahui. Sehingga penggunaan kata Kuwashii pada kalimat di atas sudah tepat. Makna Kecil pada kata Kuwashii menyatakan seseorang mengetahui Sekecil-kecilnya tentang sesuatu. Dalam Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan (teliti terperinci, secara mendetil), dan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai


(62)

sesuatu hal. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menunjukkan

sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya dan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu. Maka makna Sekecil-kecilnya pada kata Kuwashii yang sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal. Dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii


(63)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. I-keiyoooshi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan

sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk.

2. Kata sifat Chiisai, Komakai, dan Kuwashii termasuk jenis kata I-Keiyooshi yang bersinonim (mempunyai arti sama) yaitu sama-sama menyatakan “Kecil/ Sekecil-kecilnya”.

3. Kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii selain untuk menyatakan Kecil/Sekecil-kecilnya, juga bisa digunakan untuk pengertian atau penggunaan yang lain sesuai dengan konteks kalimat. Dari analisis yang telah dilakukan, maka Kata sifat Chiisai memiliki makna Kecil secara umum yang menunjukkan tentang barang, jumlah atau taraf, ukuran atau pengaruh, dan (tentang anak) sedikit umur . Kata sifat Komakai adalah Kecil atau sangat Kecil (halus-halus) yang menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu. Sedangkan Kuwashii memiliki makna Sekecil-kecilnya (detil) yang mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu.


(64)

4. Kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii penggunaan dalam kalimat tidak dapat saling menggantikan meskipun mempunyai makna yang bersinonim karena akan menimbulkan makna kalimat secara keseluruhan berubah.

4.2 Saran

Sebaiknya para pembaca atau pembelajar bahasa asing, khususnya bahasa Jepang harus lebih memahami terlebih dahulu tentang pengertian, dan penggunaan Keiyooshi (khususnya Chiisai, Komakai, dan Kuwashii) sebelum menggunakan ke dalam kalimat atau menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena kata Chiisai, Komakai, dan Kuwashii ini memiliki kesamaan makna bila pemakaian dalam kalimat bahasa Jepang.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul.1990. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga.

Akira, Miyahara. 1999. Nihon no Danmen. Tokyo : The Japan Foundantion

Japanese Language Institute Urawa

Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II.Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Chaer, Abdul, Alwasilah.1994. Linguistik Umum. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

.

Chandra, T. 2009. Nihon no Joshi. Jakarta : Evergreen Japanese Course. 2003. Linguistik Umum. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

Dekdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jjakarta : Balai pustaka.

Djajasudarama, Fatimah. 1999. Semantik 1 (Pemahaman ilmu Makna).

Bandung : PT.Rapika Aditama.

. 1999. Semantik 2 (Pemahaman ilmu Makna).

Bandung : PT.Rapika Aditama.

Hitorase, Masayori, Shoji Kakuku.2001. Effective Japanese Usage Dictionary.


(66)

Introduction to Japanese Reading Skills.1999. Tokyo : ALC press Japanese text book series

Japanese History An Introductory Text. 1990.

Kikuo Nomoto. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia.

Tokyo Kokritsu Kokugo Kekyusho.

Lubis, Syahron. 2002. Dasar-Dasar Sintaksis dan Semantik. Medan :

Universitas Muslim Nusantara.

Mattsura, Kenji. 1994. Kamus bahasa Jepang-Indonesia. Japan, Kyoto :

Kyoto Sangyo University Press.

Majalah Cheek. 1989. Tokyo : Kobunsha

Minna no Nihongo I. 2006. Tokyo : IMAF Press.

Minna no Nihongo II. 2006. Tokyo : IMAF Press.

Mituzani, Nobuko. 1989. Intermediate Japanese an Intergrated Course First Semester.

Japan : BONJINSHA.


(67)

BONJINSHA.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta

Universitas Gajah Mada.

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguisttik Bahasa Jepang. Medan :

USU Press

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung :

Humaniora Utama Press.

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Kesaint Blanc.

The Monthly Nihongo. 1999. Tokyo : ALC press

Tian, Zhongkui, Izuhara, Shoji & Jin, Xiangshun. 1998. Ruigigo. Tokyo : Kenkyusha.

Tomisaka, Yuko.1996. Nameraka. Japan.


(1)

sesuatu hal. Sedangkan Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii menunjukkan

sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk orang-orang yang tidak pernah menemui sebelumnya dan Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu. Maka makna Sekecil-kecilnya pada kata Kuwashii yang sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto menyatakan Kuwashii menggambarkan mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai sesuatu hal. Dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Shoji dan Hiroshi menyatakan Kuwashii


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. I-keiyoooshi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk.

2. Kata sifat Chiisai, Komakai, dan Kuwashii termasuk jenis kata I-Keiyooshi yang bersinonim (mempunyai arti sama) yaitu sama-sama menyatakan “Kecil/ Sekecil-kecilnya”.

3. Kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii selain untuk menyatakan Kecil/Sekecil-kecilnya, juga bisa digunakan untuk pengertian atau penggunaan yang lain sesuai dengan konteks kalimat. Dari analisis yang telah dilakukan, maka Kata sifat Chiisai memiliki makna Kecil secara umum yang menunjukkan tentang barang, jumlah atau taraf, ukuran atau pengaruh, dan (tentang anak) sedikit umur . Kata sifat Komakai adalah Kecil atau sangat Kecil (halus-halus) yang menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu. Sedangkan Kuwashii memiliki makna Sekecil-kecilnya (detil) yang mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai


(3)

4. Kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii penggunaan dalam kalimat tidak dapat saling menggantikan meskipun mempunyai makna yang bersinonim karena akan menimbulkan makna kalimat secara keseluruhan berubah.

4.2 Saran

Sebaiknya para pembaca atau pembelajar bahasa asing, khususnya bahasa Jepang harus lebih memahami terlebih dahulu tentang pengertian, dan penggunaan Keiyooshi (khususnya Chiisai, Komakai, dan Kuwashii) sebelum menggunakan ke dalam kalimat atau menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena kata Chiisai, Komakai, dan Kuwashii ini memiliki kesamaan makna bila pemakaian dalam kalimat bahasa Jepang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul.1990. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga.

Akira, Miyahara. 1999. Nihon no Danmen. Tokyo : The Japan Foundantion

Japanese Language Institute Urawa

Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II.Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Chaer, Abdul, Alwasilah.1994. Linguistik Umum. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

.

Chandra, T. 2009. Nihon no Joshi. Jakarta : Evergreen Japanese Course. 2003. Linguistik Umum. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

Dekdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jjakarta : Balai pustaka.

Djajasudarama, Fatimah. 1999. Semantik 1 (Pemahaman ilmu Makna).

Bandung : PT.Rapika Aditama.

. 1999. Semantik 2 (Pemahaman ilmu Makna).

Bandung : PT.Rapika Aditama.


(5)

Introduction to Japanese Reading Skills.1999. Tokyo : ALC press Japanese text book series

Japanese History An Introductory Text. 1990.

Kikuo Nomoto. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia.

Tokyo Kokritsu Kokugo Kekyusho.

Lubis, Syahron. 2002. Dasar-Dasar Sintaksis dan Semantik. Medan :

Universitas Muslim Nusantara.

Mattsura, Kenji. 1994. Kamus bahasa Jepang-Indonesia. Japan, Kyoto :

Kyoto Sangyo University Press.

Majalah Cheek. 1989. Tokyo : Kobunsha

Minna no Nihongo I. 2006. Tokyo : IMAF Press.

Minna no Nihongo II. 2006. Tokyo : IMAF Press.

Mituzani, Nobuko. 1989. Intermediate Japanese an Intergrated Course First Semester.

Japan : BONJINSHA.


(6)

BONJINSHA.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta

Universitas Gajah Mada.

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguisttik Bahasa Jepang. Medan :

USU Press

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung :

Humaniora Utama Press.

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Kesaint Blanc.

The Monthly Nihongo. 1999. Tokyo : ALC press

Tian, Zhongkui, Izuhara, Shoji & Jin, Xiangshun. 1998. Ruigigo. Tokyo : Kenkyusha.

Tomisaka, Yuko.1996. Nameraka. Japan.