Analisis Alkalinitas Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Medan

(1)

ANALISIS ALKALINITAS PADA AIR RESERVOIR DI PDAM

TIRTANADI MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

IRMA AMALIA GIRSANG NIM : 122410054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa melimpahkan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penyelesaian tugas akhir ini, ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Dalam kesempatan penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof.Dr.Julia Reveny, M.Si,. Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof.Dr.Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta nasehat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Seluruh Dosen/Staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Staf dan Analis Laboratorium Pusat PDAM Tirtanadi yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Pusat PDAM Tirtanadi.

6. Kepada teman saya Rissa Destriani Ardian dan Lisa Novi Raudani yang telah banyak memberikan dorongan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(4)

Penulis juga mengucapkan terimakasih terkhususnya kepada kedua orang tua saya M.B Girsang.S dan K. Sinaga yang telah banyak membantu dan mendukung saya baik moril maupun materil sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun. Oleh karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Terima kasih.

Medan, April 2015 Penulis,

Irma Amalia Girsang Nim 122410054


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……… i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

DAFTAR TABEL………... viii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Tujuan dan Manfaat……….. 3

1.2.1 Tujuan……….. 3

1.2.2 Manfaat……… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 4

2.1 Air………... 4

2.2 Jenis-Jenis Air Menurut Farmakope………. 5

2.3 Sumber-Sumber Air……….. 6


(6)

2.3.2 Air Hujan………. 6

2.3.3 Air Permukaan………. 7

2.3.4 Air Tanah………. 7

2.3.5 MataAir……… 7

2.4 Pencemaran Air………... 7

2.4.1 Komponen Pencemaran Air………. 7

2.4.2 Dampak Pencemaran Air………. 8

2.5 Air Minum………. 8

2.5.1 Parameter Kualitas Air Minum………... 9

2.6 Water Treatment………. 10

2.7 Alkalinitas……….. 11

2.7.1 Peranan Alkalinitas………... 12

2.7.2 Metode Titrasi……… ... 13

2.7.2.1 Metode Titrasi Volumetri……… 13

2.7.2.2 Metode Potensiometri………. 15

2.7.3 Gangguan pada Analisa Alkalinitas………. 16


(7)

3.1 Tempat……….. 18

3.2 Sampel, Alat dan Bahan………. 18

3.2.1 Sampel………. 18

3.2.2 Alat………... 18

3.2.3 Bahan………... 19

3.3 Prosedur Analis Alkalinitas……… 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 23

4.1 Hasil………... 23

4.2 Pembahasan……… 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 24

5.1 Kesimpulan……… 24

5.2 Saran……...………... 24


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.7.2.1 Indikator untuk titrasi alkalinitas ………... 14

Tabel 3.3.1 Volume Sampel dan Konsentrasi Pentiter ………. 19

Tabel 3.3.2 Komposisi Kandungan Sampel ……….. 21


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya tergantung dengan berat badan. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, pengangkutan zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaganya jangan sampai tubuh kekeringan. Melalui penyediaan air yang baik, dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya diharapkan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak bersih dapat diminimalkan (Effendi, 2003).

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/ IV/2010, pengertian air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Peningkatan kualitas air minum dengan cara mengadakan pengolahan terhadap air yang akan diperlukan sebagai bahan baku air minum mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud dapat diawali dari yang sangat sederhana sampai pada pengolahan yang sempurna, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber air tersebut (Pandia, 2006).

Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk mentralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya.


(11)

Peyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3) dan

hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti: Borat (H2BO3), silikat

(HSiO3), fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-) dan ammonia (NH3) juga

membrikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah sedikit (Santika, 1984). Bila kadar keasaman terlalu tinggi dapat menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya keasaman yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang pipa (Achmad, 2004).

Oleh karena itu saya tertarik untuk mengetahui alkalinitas yang terdapat pada air reservoir WTP Mini di PDAM Tirtanadi.


(12)

1.2 Tujuan Dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian air minum menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/ IV/2010.

2. Untuk mengetahui berapa kadar alkalinitas yang terdapat dalam air reservoir WTP Mini.

1.2.2 Manfaat

Analisis alkalinitas bermanfaat untuk menambah wawasan penulis mengenai cara menganalisa alkalinitas pada air reservoir di PDAM Tirtanadi serta bermanfaat dalam mengetahui kualitas baku mutu untuk air reservoir.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).

Air memegang peranan penting dalam suatu komunitas, karena penyediaan air merupakan suatu persyaratan penting bagi terbentuknya suatu komunitas yang permanen. Air murni adalah berupa zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang terdiri dari atom hidrogen dan unsur oksigen dengan rumus kimia H2O. Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu

baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari (Linsley, 1986).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat digantikan dengan senyawa lain. Sesuai fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti : untuk diminum, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut (Linsley, 1986).

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan lingkungan, maka kebutuhan ini tidak diimbangi dengan meningkatnya ketersediaan air bersih yang cenderung menurun, terutama kualitas air yang memburuk. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pengolahan untuk memenuhi standar kualitas air yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).


(14)

2.2 Jenis-Jenis Air Menurut Farmakope

a. Aqua Demineralisata

Aqua Demineralisata adalah air yang telah dihilangkan kation dan anionnya (FI ed III, 1979).

b. Aqua Destillata

Aqua Destillata adalah air hasil penyulingan tidak sama dengan air mineral, bahkan tidak ada kandungan mineralnya ( FI ed III, 1979).

c. Aqua Pro Injections

Aqua Pro Injections adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C ( FI ed III, 1979).

d. Aqua Aromatika

Aqua aromatika adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Air aromatika harus mempunyai rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau, tidak berwarna dan tidak berlendir ( FI ed III, 1979).

e. Aqua Purificata (Air Murni)

Air murni adalah air yang dimurnikan dengan proses destilasi, perlakuan dengan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain ( FI ed IV, 1995)


(15)

f. Aqua Sterile Pro Injectione (Air Steril Untuk Injeksi)

Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan disebut juga aqua bidestilata dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan lainnya ( FI ed IV, 1995)

2.3 Sumber-Sumber Air

Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Berikut adalah 5 macam sumber air yang dapat digunakan :

2.3.1 Air Laut

Air ini rasanya asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum (Sutrisno, 2004)

2.3.2 Air Hujan

Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air hujan baru mulai turun karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan juga mempunyai sifat agresif terutama terhadapa pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan (Sutrisno, 2004)


(16)

2.3.3 Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang kayu, daun, kotoran industry dan lainnya. Untuk meminumnya harus melewati proses pembersihan yang sempurna (Sutrisno, 2004).

2.3.4 Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zona jenhu dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanab atmosfer (Sutrisno, 2004)

2.3.5 Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan Atanah dengan hamper tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitasnya sama dengan air dalam (Sutrisno, 2004)

2.4 Pencemaran Air

2.4.1 Komponen Pencemaran Air

Meskipun rumus kimia air murni di lingkungan laboratorium adalah H2O

namun kenyataannya di alam, rumus tersebut seolah-olah berubah menjadi H2O +

X. Dalam hal ini, X merupakan komponen-komponen yang masuk atau dimasukkan ke dalam badan air sehingga menyebabkan perairan menurun kualitasnya dan tidak sesuai dengan peruntukannya. Komponen tersebut dapat


(17)

berupa komponen non-biologis dan komponen biologis. Komponen non-biologis dapat berupa pupuk/nitrogen tanaman, sampah/padatan, minyak, bahan radioaktif, senyawa anorganik dan mineral, termasuk logam-logam berat serat komponen anorganik sintetik seperti residu pestisida dan deterjen. Komponen biologis dapat berupa mikroba, khususnya mikroba yang bersifat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya, seperti bakteri pathogen dan bakteri pencemar (Nugroho, 2006)

2.4.2 Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi 17athogen perairan seperti benthos, perifiton, dan plankton. Dengan menurunnya atau punahnya 17athogen tersebut maka 17athog ekologis perairan dapat terganggu. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi (Nugroho, 2006)

2.5Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas yang harus dimiliki antar air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat lebih tinggi daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen pendukungnya. Agar air dapat dikategorikan sebagai air minum maka dipersyaratkan harus memenuhi ketentuan pemerintah berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.


(18)

416/MENKES/PER/IX/2002, yang merupakan Standar Nasional Indonesia (SNI) air minum (Depkes, 2010).

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa air bersih belum tentu dapat diminum, karena air bersih belum tentu memenuhi 18athogen air minum yang sehat, sedangkan air minum merupakan air yang bersih dan kualitasnya setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan air bersih, air minum harus sesuai dengan parameternya yaitu parameter fisis, kimiawi, biologis maupun radiologis (Depkes, 2010).

2.5.1 Parameter Kualitas Air Minum

Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, 18athogen1818e, warna, 18athoge

rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan 18athoge dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.

Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam

yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.

Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba 18athogen


(19)

coli) dan penghasil toksi patogen-patogen sebagaimana analisis air mengacu pada kehadiran mikroorganisme dalam air minum membuktikan air tersebut tercemar bahan tinja dari manusia/hewan berdarah panas atau hasil pembusukan materi 19athoge. Hal ini berpeluang bagi mikroorganisme 19athogen, secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan, untuk masuk dalam air minum. Jumlahnya lebih banyak daripada pathogen pathogen (hal ini menyebabkan lebih mudah terdeteksi), dan. Dalam lingkungan yang dinamis, analisis biologi dapat memberikan gambaran yang jelastentang kualitas perairan (Ardi, 2002).

2.6Water Treatment

Proses-proses utama dilakukan oleh pabrik pengolahan air yaitu pemisahan padatan dan menghilangkan kuman. Bahan-bahan yang tidak dapat larut dapat digolongkan menurut ukurannya dan ini mempengaruhi metoda-metoda perawatan yang digunakan. Padatan-padatan yang besar bias terjadi secara alami, seperti pasir, kerikil dan reruntuhan alami yang besar (daun-daun, tongkat-tongkat dll) atau bias juga puing-puing. Partikel-partikel yang besar dapat dihilangkan dengan cara yang sederhana atau menyaring. Bahan-bahan lebih kecil yang tidak bias dilarutkan sebagai contoh, partikel-partikel tanah liat atau senyawa-senyawa organic yang tidak bias dilarutkan menunjukkan suatu maslah yang penting yang dapat member warna atau kekeruhan atau kedua-duanya kedalam air dan dapat melindungi pathogen-patogen dari obat desinfeksi. Partikel-partikel kecil ini, dikenal sebagai koloid-koloid. Bahan-bahan tidak larut ini berikatan satu sama lain membentuk partikel-partikel yang besar dengan penambahan bahan


(20)

penggumpal kimia di dalam air yang mempercepat pembentukan gumpalan yang besar dan dapat menangkap partikel-partikel yang kecil dan dapat dihilangkan dengan pengendapan.

Beberapa bahan-bahan yang dapat larut didalam air dengan demikian akan sedikit mempengaruhi koagulasi, proses-proses pengendapan dan filtasi. Bahan-bahan yang dapat larut berupa organic atau anorganik, bagaimanapun grup utama pada jenis yang dapat larut ialah anorganik. Raw water dipilih atau ditentukan dengan mengandung konsentrasi yang rendah senyawa organik yang dapat larut dan proses-proses treatment spesifik digunakan jika perlu untuk menghilangkan senyawa yang dapat larut sebagai contoh superklorinasi untuk menghilangkan senyawa rasa dan bau.

2.7Alkalinitas

Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk mentralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Peyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3) dan

hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti: Borat (H2BO3), silikat

(HSiO3), fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-) dan ammonia (NH3) juga

membrikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah sedikit (Santika, 1984). Meskipun banyak komponen penyebab alkalinitas perairan, penyebab utama dari alkalinitas tersebut adalah hidroksida, karbonat dan bikarbonat. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut air dapat menyebabkan turunnya kadar karbondioksida naik dan menyebabkan pH larutan naik (Santika, 1984).


(21)

2.7.1 Peranan Alkalinitas

Alkalinitas berperan dalam hal-hal sebagai berikut: a. Sistem Penyangga

Bikarbonat yang terdapat pada perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi berperan sebagai penyangga perairan terhadap perubahan pH yang drastis. Jika asam ditambahkan kedalam perairan maka asam tersebut akan digunakan untuk mengonversi karbonat menjadi bikarbonat dan bikarbonat menjadi asam karbonat. Hal ini dapat menjadikan perairan perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi tidak mengalami perubahan pH secaradrastis (Cole, 1988).

b. Bahan kimia yang digunakan dalam proses koagulasi air atau limbah

bereaksi dengan air membentuk endapan hidroksida yang tidak larut. Ion hydrogen yang dilepaskan bereaksi dengan ion-ion penyusun alkalinitas, sehingga alkalinitas berperan sebagai penyangga untuk mengetahui kisaran pH yang optimum bagi penggunaan koagulan. Dalam hal ini nilai alkalinitas sebaiknya berada pada kisaran optimumuntuk mengikat ion hydrogen yang dilepaskan pada proses koagulasi (Cole, 1988).

c. Pelunakan air

Alkalinitas adalah paremeter kualitas air yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soda abu dan kapur yang diperlukan dalam proses pelunakan dengan metode pengendapan. Pelunakan air yang bertujuan untuk menurunkan kesadahan (Cole, 1988).


(22)

Alkalinitas merupakan parameter yang sangit penting penting termasuk didalam pengendalian korosi. Hal itu harus diketahui disamping itu untuk pengelompokan dala Lengelier Saturasi Indeks (Cole, 1988).

e. Limbah Industri

Banyak para agen yang mencegah pengecekan campuran limbah yang disebabkan (hidroksida) alkalinitas untuk penerimaan air. Sebaiknya pH alkalinitas ialah suatu factor yang penting didalam penentuan kemampuan dari limbah untuk pengolahan secara biologi (Cole, 1988).

2.7.2 Metode Titrasi

2.7.2.1Metode Titrasi Volumetri

Alkalinitas dapat diukur dengan titrasi volumetric dengan H2SO4 didalam

satuan CaCO3 dengan menggunakan indicator warna. Dimana untuk sampel

dengan pH diatas 8,3 titrasi dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama titrasi sampai pH 8,2 dengan phenolphthalein sebagai indicator yang ditunjukkan dari perubahan warna merah menjadi tidak berwarna. Setelah itu titrasi dilanjutkan dengan penambahan indicator metal orange sampai pH 4,5 (larutan menjadi tidak berwarna). Untuk sampel yang pH nya kurang dari 8,3 hanya dilakukan titrasi satu tahap dengan metal orange sebagai indicator sampai pH 4,5 (warna berubah dari kuning jadi merah) (Sawyer, 1998).

Pemilihan pH 8,3 sebagai titik akhir titrasi tahap pertama ialah berdasarkan pada titrasi alkalimetri. Nilai pH 8,3 ini untuk titrasi karbonat menjadi bikarbonat :


(23)

Penggunaan pH 4,5 untuk titik akhir titrasi pada tahap kedua dari titrasi sesuai dengan perkiraan untuk titik keseimbangan untuk konversi dari ion bikarbonat menjadi asam karbonat :

HCO3- + H+ H2CO3

Dalam hal ini pada titik akhir titrasi akan tergantung pada awal konsentrasi ion bikarbonat didalam sampel tersebut. Penggunaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

pH (bikarbonat) = 3,2 - ½ log [HCO3]

dimana HCO3- 0,01 M sesuai dengan alkalinitas 500 mg/l CaCO3 sebagai titik

kesetimbangan. Dalam hal ini asam karbonat atau karbon dioksida yang dibentuk dari bikarbonat tidak akan hilang selama titrasi ini berlangsung (Sawyer, 1998). Pemilihan indikator yang sesuai:

Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion-hidrogen. Jika asam kuat dititrasi maka perubahan yang besar dalam pH pada titik ekivalen cukup untuk menjangkau indicator metal orange (3,1 – 4,4) dan phenolphthalein (8,0 – 9,8)

Tabel 2.7.2.1. Indikator Untuk Titrasi Alkalinitas

Jenis Pelarut Konsentrasi

Perubahan warna pada interval pH Warna Keadaan Basa Keadaa n Asam 1. Phenolpthalein 2. Metil Orange

60% alKohol Air

0,1% - 1% 0,1%

8,0 – 9,8 3,1 – 4,4

Merah lembayung Kuning Orange Tidak berwarn a Merah (Santika, 1984)


(24)

2.7.2.2Metode Potensiometri

Metode potensiometri ini menggunakan pH meter dimana dalam mengukur pH sampel memakai elektroda yang bersih. pH meter adalah suatu voltmeter elektronik dengan resistans input yang tinggi. (Resistans iut pH meter yang baik adalah daerah 1012 – 1013 Ω). Baik instrument yang memakai katup maupun memakai transitor banyak dipakai. Alat–alat ini umumnya menggunakan listrik dari jaringan pusat (110 atau 220 V) dan mengandung rangkaian penyedia tenaga (power supplay) sendiri berikut sebuah penyearah arus (rectifier) (Letterman, 1999).

Instrument-instrument yang lebih kurang mengandung sebuah pengganda (amplifier) differensial, instrument-instrument yang lebih mahal mengubah isyarat arus searah yang digandakan dan komponen arussearah disaring dan akhirnya isyarat yang telah digandakan diperlihatkan di atas suatu meteran yang telah dikalibrasi dalam satuan pH (dan dalam kebanyakan kasus, juga dalam millivolt). Jenis ketiga dari pH meter elektronik juga dikenal pada instrument mutar sebuah potensiometer sampai sebuah galvanometer dan rangkaian potensiometer. Pada instrument-instrumen demikian pH dibaca dari posisi tombol potensiometer (Letterman, 1999).

Untuk titrasi dilakukan dengan asam sulfat dan pada setiap ± 0,5 ml penambahan asam sulfat kedalam sampel secara perlahan diaduk untuk memberikan waktu yang cukup bagi kesetimbangan elektroda. Nilai pH hasil titrasi dibaca setelah setiap penambahan H2SO4 tersebut, atau dilakukan dengan


(25)

dan volume titran yang ditambah harus sekecil mungkin. Titrasi selesai sampai titik lengkungan yang keduanya terlihat jelas (Santika, 1984)

Pada pengukuran pH yang secara nyata untuk mengetahui titik akhir titrasi yang setimbang didalam penentuan alkalinitas dapat jadi semakin baik dengan menggunakan titrasi elektrometris. Pada dasarnya kenyataannya yang paling penting didalam air alami dimana total alkalinitas ialah suatu tambahan dari reaksi penyebab dari garam asam lemah dengan bikarbonatnya saja. Didalam “standar metode” hanya memegang untuk kemurnian yang diutamakan dalam larutan dan tidak harus sesuai dengan pengelompokan untuk limbah industry atau peristiwa air alami. Titik akhir titrasi ini ditentukan oleh:

1. Jenis indikator yang dipilih dimana warnanya berubah-ubah pada titik akhir titrasi.

2. Perubahan nilai pH pada pH meter waktu titrasi asam – basa memperlihatkan titik akhir titrasi/ekivalen (Santika, 1984).

2.7.3 Gangguan pada Analisa Alkalinitas

Gangguan yang dapat terjadi pada saat analisa alkalinitas serta pencegahannya yaitu :

1. Sabun (detergen) dan Lumpur dapat mempengaruhi elektroda dan

memperlambat respon pH meter. Usahakan titrasi dilakukan dengan perlahan untuk memberikan waktu yang cukup bagi keseimbangan pH elektroda.

2. Amoniak, jangan dihilangkan tetapi ikut dianalisa karena merupakan penyebab alkalinitas juga.


(26)

3. Karbondioksida akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang terbuka terhadap udara. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengocokan, pengadukan dan penyaringan.

4. Pengenceran sampel tidak diperbolehkan karena air pengenceran

mempunyai alkalinitas yang berbeda.

5. Pemanasan sampel tidak diperbolehkan karena mengurangi

karbondioksida terlarut, sehingga alkalinitas berkurang pula (Santika, 1984).


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat

Penetapan kadar alkalinitas dilakukan di Laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi, yang bertempat di Jalan. Sisingamangaraja No.01 Medan.

3.2 Sampel, Alat dan Bahan

3.2.1 Sampel

Air Reservoir adalah air yang telah melalui berbagai proses pengolahan sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen. Air reservoir yang digunakan adalah Air Reservoir WTP Mini Jln. Tuba 3

3.2.2 Alat

- Digital Titrator

- Erlenmeyer 250 ml

- pipet volume 100 ml - Beaker glass 500 ml - Pipet tensette


(28)

3.2.3 Bahan

- Sampel air reservoir

- ferrover iron powder pillow - tisu

3.3 Prosedur Analisis Alkalinitas

Pengambilan Sampel dan Penyimpanan Sampel :

1.Tampung air dalam botol plastik. Isi penuh dan tutup. Hindarkan pengadukan atau gelembung udara.

2.Analisa sesegera mungkin setelah pengambilan sampel . Jika tidak, sampel disimpan dengan mendinginkannya pada temperature 4̊C selama 24 jam. 3.Sebelum dianalisa hangatkan smapel pada temperature ruangan.

Tata cara / langkah-langkah Pengujian:

1. Tentukan volume sampel dan konsentrasi asam sulfat (sebagai pentiter) yang digunakan berdasarkan Tabel 3.3.1

Tabel 3.3.1 Volume Sampel dan Konsentrasi Pentiter Range (mg/L

sebagai CaCO3)

Volume sampel (ml)

Konsentrasi H2SO4 (N)

Angka Pengali

10-40 100 0,1600 0,1

40-160 25 1,2600 0,4

100-400 100 1,600 1,0

200-800 50 1,600 2,0

500-2000 20 1,600 5,0


(29)

2. Siapkan alat digital titrator denga memasukkan tube pengeluaran ke dalam titrator cartridge, bubungkan cartridge ke titrator. Pegang digital titrator dengan ujung cartridge mengaraj keatas, tekan dan dorong tombol. Pengeluaran untuk mengeluarkan udara dan beberapa tets titran, reset penghitung ke nol dan keringkan ujung tube dengan tissue.

3. Pipet volume sampel air yang telah ditentukan, masukkan ke dalam

Erlenmeyer

4. Tambahkan satu kandungan indicator fenolftalein powder pillos, aduk untuk mencampurkan.

Jika larutan berubah menjadi merah muda, titrasi dengan asam sulfat sampai tak berwarna. Sebuah larutan dari buffer powder pillows pH 8,3 dan 1 indikator fenolftalein powder pillow dalam 50 ml air demineralisasi adalah disarnkan sebagai perbandingan untuk menentukan titik akhir titrasi yang tepat. 4 tetes larutan indicator phenolftalein dapat menggantikan indicator phenolftalein powder.

5. Catat angka selama titrasi pertama (D) hitung alkalinitas phenolftalein. Jika larutan tidak berubah warna setelah penambahan indicator, alkalinitas phenolftalein sama dengan nol.

6. Tambahkan satu kandungan indicator brom cresol green – methyl red

powder pillows ke dalam larutan, kemudian aduk untuk mencampurkan. Titrasi dari hijau sampai warna merah muda. 4 tetes indicator methyl purple dapat menggantikan indicator brom cresol green – methyl red


(30)

powder pillows. Titrasi dari hijau sampai abu-abu pada titik akhir titrasi (pH 5,1).

7. Lanjutkan titrasi dengan larutan asam sulfat sampai berubah warna dari hijau sampai biru kehitaman (pada pH 5,1), warna abu-abu ungu terang (pH 4,8) atau warna merah muda terang (pH 4,5) sesuai dengan komposisi kandungan sampel (lihat table 2).

Sebuah larutan yang mengandung satu pillow indicator brown cresol green – methyl red dan satu pillow buffer pH yang tepat dalam 50 ml air demineralisasi disadarkan untuk digunakan sebagai pembanding dalam menentukan warna titik akhir titrasi

Jika yyang digunakan adalah titik akhir titrasi pH 3,7 maka gunakan brom phenol powder pillow sebagai pengganti indicator brom cresol green – methyl red powder pillows dan titrasi sampai titik akhir titrasi berwarna hijau,

8. Catat angka yang dibutuhkan selama titrasi kedua (B).

9. Hitung alkalinitas phenolftalein dan total alkalinitas berdasrkan

perhitungan

Tabel 3.3.2 Komposisi Kandungan Sampel

Komposisi Kandunga Sampel Titik Akhir Titrasi

Alkalinitas kira – kira 30 mg/L pH 5,1

Alkalinitas kira – kira 150 mg/L pH 4,8

Alkalinitas kira – kira 500 mg/L pH 4,5

Silika dan Phosphate pH 4,5


(31)

Perhitungan:

- Mg/L alkalinitas total sebagai CaCO3 ( T atau M alkalinitas) = angka yang

dibutuhkan selama titrasi kedua (B) x angka pengali

- Mg/L alkalinitas phenolftalein sebagai CaCO3 (P – alkalinita) = angka

yang dibutuhkan selama titrasi pertama (D) x angka pengali.

Gangguan:

1. Sampel yang berwarna atau sangat keruh dapat mengakibatkan perubahan warna pada titik akir titrasi tidak jelas.

2. Gunakan pH meter untuk sampel tersebut

3. Klorin bias menggangu indikator. Tambahkan 1 tetes sodium tiosulfat untuk menghilangkannya.


(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kadar alkalinitas dalam air reservoir yang dianalisa pada tanggal 05 Januari 2015 terdapat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Uji Kadar Alkalinitas

No PARAMETER SATUAN Kadar

Maks. u/ Air minum

HASIL UJI

METODE UJI

1 Alkalinitas mg/L - 43 Titrimetry

4.2 Pembahasan

Kadar alkalinitas pada air reservoir WTP Mini sebesar 43 mg/L. kadar maksimum alkalinitas pada air reservoir tidak ditetapkan.

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), Borat (BO32-), fosfat

(PO43-), silikat (SiO44-) dan sebagainya. Bila kadar keasaman terlalu tinggi dapat

menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya keasaman yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang pipa (Achmad, 2004).


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

- Kadar alkalinitas dalam air reservoir WTP Mini adalah 43 mg/L.

- Pengertian air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.492/MENKES/PER/IV/2010 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenhui syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

5.2Saran

- Sebaiknya PDAM Tirtanadi tetap mempertahankan dan meningkatkan

kualitas air yang baik untuk konsumen dan selalu memenuhi standart kualitas air minum yang dipersyaratkan pemerintah.

- Pihak fakultas sebaiknya tetap mempertahankan dan meningkatkan

kualitas pendidikan yang baik agar dapat meluluskan analis-analis farmasi yang berkompeten dibidangnya.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (1996). Penghantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Halaman 31.

Departemen Kesehatan R.I. (2010). Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010

Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan R.I. (1979). Famakope Indonesia ed.III. Jakarta. Halaman 96-97.

Departemen Kesehatan R.I. (1995). Famakope Indonesia ed.IV. Jakarta. Halaman 112.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 61-62. Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman

38, 79.

Letterman, D.R. (1999). Water Quality & Treatment. Fifth Edition. Mc Graw-Hill,Inc. New York.

Linsley, K. R. (1986). Teknik Sumber Daya Air. Surabaya: Erlangga. Halaman 99. Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Penerbit Universitas

Trisakti. Halaman 9-22.

Santika, S.S. (1984). Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Sawyer and Mc Carty. (1998). Chemistry for Environmental Enggineering. Third Edition. Mc Graw Hill- Kogakusha Ltd. Tokyo.

Sutrisno, T. C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rinek Cipta. Halaman 24-62.


(35)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I

PERMENKES NO. 416/MENKES/PER/IX/1990

PERMENKES TENTANG STANDART KUALITAS AIR BERSIH DAN AIR MINUM. TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990

No PARAMETER SATUAN Kadar Maks. u/ Air

minum A. FISIKA

1 Warna TCU 15

2 Bau dan Rasa - -

3 Temperatur ◦c Suhu Udara± 3◦C

4 Kekeruhan NTU 5

5 Daya Hantar Listrik (DHL)

Us/cm -

6 Total Padatan

Terlarut (TDS)

Mg/L 500

B. KIMIA ANORGANIK

1 Alkalinitas Mg/L -

2 Aluminium Mg/L 0,2

3 Amonia Mg/L 1,5

4 Besi Mg/L 0,3

5 Florida Mg/L 1,5

6 Klorida Mg/L 250

7 Kesadahan (sbg

CaCO3)

Mg/L 500

8 Kromium Hex Mg/L 0,05

9 Mangan Mg/L 0,4

10 pH - 6,5-8,5

11 Seng Mg/L 3

12 Sianida Mg/L 0,07

13 Sulfat Mg/L 250

14 Sulfida Mg/L 0,05

15 Tembaga Mg/L 2

C. Kimia Organik

1 Zat Organik (sbg

KMnO4)

Mg/L 10

D. Mikrobilogi

1 Total Coliform

(Bakteri bentuk coli)

Jlh/100 ml 0


(1)

powder pillows. Titrasi dari hijau sampai abu-abu pada titik akhir titrasi (pH 5,1).

7. Lanjutkan titrasi dengan larutan asam sulfat sampai berubah warna dari hijau sampai biru kehitaman (pada pH 5,1), warna abu-abu ungu terang (pH 4,8) atau warna merah muda terang (pH 4,5) sesuai dengan komposisi kandungan sampel (lihat table 2).

Sebuah larutan yang mengandung satu pillow indicator brown cresol green – methyl red dan satu pillow buffer pH yang tepat dalam 50 ml air demineralisasi disadarkan untuk digunakan sebagai pembanding dalam menentukan warna titik akhir titrasi

Jika yyang digunakan adalah titik akhir titrasi pH 3,7 maka gunakan brom phenol powder pillow sebagai pengganti indicator brom cresol green – methyl red powder pillows dan titrasi sampai titik akhir titrasi berwarna hijau,

8. Catat angka yang dibutuhkan selama titrasi kedua (B).

9. Hitung alkalinitas phenolftalein dan total alkalinitas berdasrkan perhitungan

Tabel 3.3.2 Komposisi Kandungan Sampel

Komposisi Kandunga Sampel Titik Akhir Titrasi Alkalinitas kira – kira 30 mg/L pH 5,1

Alkalinitas kira – kira 150 mg/L pH 4,8 Alkalinitas kira – kira 500 mg/L pH 4,5

Silika dan Phosphate pH 4,5


(2)

Perhitungan:

- Mg/L alkalinitas total sebagai CaCO3 ( T atau M alkalinitas) = angka yang

dibutuhkan selama titrasi kedua (B) x angka pengali

- Mg/L alkalinitas phenolftalein sebagai CaCO3 (P – alkalinita) = angka

yang dibutuhkan selama titrasi pertama (D) x angka pengali. Gangguan:

1. Sampel yang berwarna atau sangat keruh dapat mengakibatkan perubahan warna pada titik akir titrasi tidak jelas.

2. Gunakan pH meter untuk sampel tersebut

3. Klorin bias menggangu indikator. Tambahkan 1 tetes sodium tiosulfat untuk menghilangkannya.


(3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kadar alkalinitas dalam air reservoir yang dianalisa pada tanggal 05 Januari 2015 terdapat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Uji Kadar Alkalinitas No PARAMETER SATUAN Kadar

Maks. u/ Air minum

HASIL UJI

METODE UJI

1 Alkalinitas mg/L - 43 Titrimetry

4.2 Pembahasan

Kadar alkalinitas pada air reservoir WTP Mini sebesar 43 mg/L. kadar maksimum alkalinitas pada air reservoir tidak ditetapkan.

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), Borat (BO32-), fosfat

(PO43-), silikat (SiO44-) dan sebagainya. Bila kadar keasaman terlalu tinggi dapat

menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya keasaman yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang pipa (Achmad, 2004).


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

- Kadar alkalinitas dalam air reservoir WTP Mini adalah 43 mg/L.

- Pengertian air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenhui syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

5.2Saran

- Sebaiknya PDAM Tirtanadi tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas air yang baik untuk konsumen dan selalu memenuhi standart kualitas air minum yang dipersyaratkan pemerintah.

- Pihak fakultas sebaiknya tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan yang baik agar dapat meluluskan analis-analis farmasi yang berkompeten dibidangnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (1996). Penghantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Halaman 31.

Departemen Kesehatan R.I. (2010). Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan R.I. (1979). Famakope Indonesia ed.III. Jakarta. Halaman 96-97.

Departemen Kesehatan R.I. (1995). Famakope Indonesia ed.IV. Jakarta. Halaman 112.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 61-62. Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman

38, 79.

Letterman, D.R. (1999). Water Quality & Treatment. Fifth Edition. Mc Graw-Hill,Inc. New York.

Linsley, K. R. (1986). Teknik Sumber Daya Air. Surabaya: Erlangga. Halaman 99. Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Penerbit Universitas

Trisakti. Halaman 9-22.

Santika, S.S. (1984). Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Sawyer and Mc Carty. (1998). Chemistry for Environmental Enggineering. Third Edition. Mc Graw Hill- Kogakusha Ltd. Tokyo.

Sutrisno, T. C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rinek Cipta. Halaman 24-62.


(6)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I

PERMENKES NO. 416/MENKES/PER/IX/1990

PERMENKES TENTANG STANDART KUALITAS AIR BERSIH DAN AIR MINUM. TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990

No PARAMETER SATUAN Kadar Maks. u/ Air minum A. FISIKA

1 Warna TCU 15

2 Bau dan Rasa - -

3 Temperatur ◦c Suhu Udara± 3◦C

4 Kekeruhan NTU 5

5 Daya Hantar Listrik (DHL)

Us/cm -

6 Total Padatan Terlarut (TDS)

Mg/L 500

B. KIMIA ANORGANIK

1 Alkalinitas Mg/L -

2 Aluminium Mg/L 0,2

3 Amonia Mg/L 1,5

4 Besi Mg/L 0,3

5 Florida Mg/L 1,5

6 Klorida Mg/L 250

7 Kesadahan (sbg CaCO3)

Mg/L 500

8 Kromium Hex Mg/L 0,05

9 Mangan Mg/L 0,4

10 pH - 6,5-8,5

11 Seng Mg/L 3

12 Sianida Mg/L 0,07

13 Sulfat Mg/L 250

14 Sulfida Mg/L 0,05

15 Tembaga Mg/L 2

C. Kimia Organik 1 Zat Organik (sbg

KMnO4)

Mg/L 10

D. Mikrobilogi 1 Total Coliform

(Bakteri bentuk coli)

Jlh/100 ml 0