Algoritma Vigenere Cipher Kriptanalisis

2. Kriptografi asimetri

Berbeda dengan kriptografi kunci simetri, kriptografi asimetri memiliki dua buah kunci yang berbeda pada proses enkripsi dan deskripsinya. Nama lain dari kunci asimetri ini adalah kriptografi kunci publik public – key cryptography. Kunci untuk enkripsi pada kriptografi asimetri ini tidak rahasia diketahui oleh publik, sedangkan kunci untuk deskripsi bersifat rahasia kunci privat. Pengirim akan mengenkripsi dengan menggunakan kunci publik, sedangkan penerima mendeskripsi menggunakan kunci privat. Skema kriptografi asimetri dapat dilihat pada Gambar 2.6. a b Gambar 2.6 a Skema enkripsi kriptografi asimetri; b Skema deskripsi kriptografi asimetri

2.1.5 Algoritma Vigenere Cipher

Vigenere cipher berasal dari nama penemunya Blaise de Vigenere seorang kriptografer asal Prancis. Vigenere cipher merupakan pengembangan dari caesar cipher. Pada caesar cipher, setiap huruf pada plainteks digantikan dengan huruf lain yang memiliki perbedaan tertentu pada urutan alfabet. Sedangkan pada vigenere cipher, setiap karakter pesan pada plainteks berkorespondensi dengan lebih dari satu karakter pada cipherteks. Misalnya, huruf A pada plainteks dapat menjadi huruf K atau M pada cipherteks yang berkaitan, tergantung pada kunci yang digunakan. Algoritma vigenere cipher menggunakan Persegi vigenere untuk melakukan enkripsi dan deskripsi. Deretan huruf mendatar yang terletak pada bagian atas persegi menyatakan plainteks, sedangkan deretan huruf menurun pada bagian sebelah kiri persegi menyatakan kunci. Setiap baris di dalam persegi menyatakan huruf - huruf cipherteks yang diperoleh dengan caesar cipher, yang mana jumlah pergeseran huruf plainteks ditentukan nilai numerik huruf kunci tersebut yaitu A=0, B=1, C=2,…, Z=25. Jika panjang kunci yang digunakan lebih pendek dari plainteks, maka kunci tersebut akan diulang secara periodik sepanjang plainteks Tjaru, 2012. Tabel 2.1 Persegi Vigenere Cipher Adapun langkah – langkah untuk proses enkripsi pada vigenere cipher sebagai berikut: a. Menghilangkan spasi dan tanda baca pada plainteks. b. Menuliskan kunci secara periodik sepanjang karakter plainteks. c. Mengenkripsikan setiap karakter plainteks dengan karakter kunci menggunakan persegi vigenere cipher. Cipherteks diperoleh dari perpotongan antara baris karakter kunci dengan kolom karakter plainteks. Untuk proses deskripsinya merupakan kebalikan dari proses enkripsi. Plainteks diperoleh dari perpotongan baris karakter kunci dengan karakter cipherteks yang dimaksud pada Persegi vigenere. Sebagai contoh, untuk plainteks ‘MATEMATIKA’ dengan kunci ‘OKE’, mengacu pada Tabel 2.1 akan menghasilkan cipherteks sebagai berikut: Plainteks : MATEMATIKA Kunci : OKEOKEOKEO Cipherteks : AKXSWEHSOO Secara matematis, misalkan adalah karakter ke – pada plainteks, adalah karakter ke – pada cipherteks, dan adalah karakter ke – pada kunci, maka enkripsi pada vigenere cipher dapat dinyatakan sebagai: = + 26 2.1 sedangkan untuk deskripsi pada vigenere cipher dapat dinyatakan sebagai: = − 26 2.2 Harus diperhatikan bahwa angka 26 pada persamaan 2.1 dan 2.2 disebabkan karena banyak huruf yang dienkripsi hanya abjad biasa, yaitu 26 huruf. Apabila banyak karakter yang dienkripsi misalnya berupa karakter ASCII, maka angka 26 diganti dengan 256.

2.1.6 Metode Kasiski