Penyakit Hawar Daun Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Terong Belanda (Studi Kasus : Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara)

Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 Jamur menyebar dengan konidia melalui infeksi pada stomata atau lentisel. Perkembangan cendawan sangat baik pada keadaan lembab, curah hujan tinggi, pemupuka n N yang berat dan sifat fisik tanah yang berat. Spora disebarkan oleh angin pada cuaca kering. Konidium berkecambah paling baik pada suhu 30 C Pracaya, 1999. Untuk mengendalikan penyakit bulai pada jagung dapat dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah pengendalian secara terpadu : 1. Penggunaan varietas tahan terhadap penyakit ini seperti Kalingga, Wijasa, Bromo. Parikesit dan Jagung Hibrida 2. Bila musim hujan datang, udara lembab dan serangan bulai banyak. Tanaman yang terserang segera dicabut. 3. Melakukan rotasi tanaman, dimaksudkan untuk memutus siklus hidup penyakit. 4. Pengobatan benih dengan menggunakan Ridomil 35 SD atau Saromyl 35 SD. Untuk pertanaman digunakan Ridomil Gold 350 EC 5. Pemupukan bersamaan saat tanam juga dapat membantu mencegah serangan penyakit. Tanaman akan tumbuh sehat dan kokoh sehingga mempunyai kekuatan untuk menangkal penyakit Semangun, 1993; Dadang, 2006.

2. Penyakit Hawar Daun

Sistematika jamur penyebab penyakit Hawar daun diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Myceteae Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 Divisi : Eumycota Class : Deutromycetes Ordo : Moniliales Family : Dematiaceae Genus : Drechslera Species : Drechslera maydis Nisik. Subram. et Jain Dwidjoseputro, 1978. Konidiofor terbentuk dalam kelompok, sering dari stromata yang datar, berwarna coklat tua atau hitam. Konidiofor lurus atau lentur. Kadang-kadang memounyai bengkokan seperti lutut. Konidium jelas bengkok berbentuk seperti perahu, mempunyai 5 - 11 sekat palsu dan kebanyakan mempunyai panjang 70 - 160 µm Semangun, 1993. a b Gambar 3. Konidiofor a dan konidium b Drechslera sp. Sumber : Pengamatan di Mikroskop Perbesaran 40x Gejala pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat Pangarsa dan Rahmawati, 2007 a Gambar 4. Gejala Serangan Drechslera sp. a Sumber : Foto Langsung di Lahan Penelitian Konidium dipencarkan oleh angin. Di udara konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium Wakman, 2004. Suhu optimum untuk perkecambahan konidiumnya ± 30 C, sedikit lebih tinggi daripada suhu optimum untuk E. turcicum. Jamur ini lebih banyak terdapat di dataran rendah. Sedang suhu optimum untuk pembentukan peritesium adalah 26 - 27 C. Konidium tidak terbentuk pada kelembaban nisbi kurang dari 93 Pakki, 2007. Pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan, mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab, kimiawi dengan pestisida antara lain; Daconil 75 WP, Difolatan 4 F, penanaman jagung dilakukan bila Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 curah hujan rata-rata selama 10 hari kurang dari 55 mm. Menanam varietas tahan yaitu Arjuna, Antasena, Lamuru Semangun, 1993.

3. Penyakit karat Daun