Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO

SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA

SERIKAT

TESIS

Oleh

ERWIN JUHAL MARAJATUA DAMANIK

097018022/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO

SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA SERIKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

ERWIN JUHAL MARAJATUA DAMANIK

097018022/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO

SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA SERIKAT Nama : ERWIN JUHAL MARAJATUA DAMANIK

NIM : 097018022

Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay,SE,Msi) (Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin,MEc Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : Januari 2013

Panitia Penguji Tesis :

Ketua

: Dr.Murni Daulay,SE,Msi

Anggota

: Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin,MEc

Prof.Dr.Ramli,MS

Dr.Rahmanta,Msi


(5)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO

SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA SERIKAT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 31 Januari 2013 Penulis


(6)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN KAKAO SUMATERA UTARA OLEH

AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan menggunakan data triwulan selama tahun 2002 sampai 2010. Variabel terikat di dalam penelitian ini adalah permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, sedangkan variabel bebasnya adalah harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat 6 bulan sebelumnya, harga biji kakao internasional 3 bulan sebelumnya dan GDP Amerika Serikat.

Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS v.18.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 50,6% yang berarti variabel bebas seperti harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya, harga biji kakao periode sebelumnya dan GDP Amerika Serikat dapat menjelaskan permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat sebesar 50,6% dan sisanya sebesar 49,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.


(7)

ANALYZING THE INFLUENCE FACTORS ON NORTH

SUMATRA’S COCOA DEMAND BY UNITED STATES (US)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence factors on North Sumatra’s cocoa demand by United States (US) using three months cycle data since 2002 until 2010. The dependant factor is North Sumatra’s cocoa demand by US and the independent factors are the cocoa beans price, exchange rate, coffee export from North Sumatra of six months before, cocoa beans price of three months before, and US’ GDP.

The method of this research is analyzed by Ordinary Least Square (OLS) using SPSS v.18.

From this research, the coefficent of determination (R2) is scaled about 50,6% which means that all the independent variabel such as cocoa beans price, exchange rate, coffee export from North Sumatra of six months before, cocoa beans price of three months before, and US’ GDP can explain the dependant variabel for about 50,6% and the rest is explained by other variabel which not be included in this research.


(8)

KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulis mengucapkan syukur dan pujian ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang dengan kekuatan dan pertolonganNya telah mengaruniakan kepada penulis kemampuan untuk menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof.Dr.Ir. A.Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof.Dr.Syaad Afifuddin,MEc selaku ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai anggota pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan

4. Ibu Murni Daulay,SE, Msi selaku ketua pembimbing yang banyak mendampingi dan membimbing penulis selama penyelesaian tesis ini


(9)

5. Bapak Prof.Dr.Ramli,MS , Bapak Dr.Rahmanta,Msi dan Bapak Dr.Satia Negara Lubis, MEc selaku tim pembanding yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

7. Bapak dan Ibu staf administrasi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

8. Rekan – rekan mahasiswa angkatan XVIII yang telah bersama – sama mengikuti perkuliahan di Program Studi Ekonomi Pembangunan

9. Isteriku tercinta, Ruth Wietta Nainggolan. Tuhan Yesus memberkati keluarga kecil kita.

Semoga Tuhan memberikan berkat dan sukacita melimpah kepada kita semua. Amin

Medan 31 Januari 2013


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Erwin Juhal Marajatua Damanik Tempat/tgl lahir : Medan/5 Agustus 1978

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Laki – laki Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Komplek Tasbi 2 blok 3 no 29 Medan Nama Isteri : Ruth Wietta Nainggolan

Nama Ayah : Drs. B.M Damanik (+) Nama Ibu : Lasmawati Gultom

Sekolah Dasar : SD Methodist Pematangsiantar 1985 – 1991 Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Pematangsiantar 1991 – 1994 Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 5 Bandung 1994 – 1997

Sarjana : Teknik Fisika ITB 1997 – 2003


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 Teori Permintaan dan Ekspor ... 16

2.2 Perdagangan Internasional ... 21

2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) ... 27

2.4 Gross Domestic Product ... 29

2.5 Tingkat Harga ... 30

2.6 Barang Subtitusi ... 31


(12)

2.8 Kerangka Konseptual ... 35

2.9 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 38

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.3 Model Analisis ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Batasan Operasional ... 40

3.6 Alat Analisis Data ... 40

3.7 Pengujian Model ... 42

3.8 Uji Statistik ... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Keadaan Umum Variabel Penelitian ... 49

4.2 Hasil Estimasi dengan menggunakan OLS ... 58

4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 61

4.4 Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71


(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 76


(14)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN KAKAO SUMATERA UTARA OLEH

AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan menggunakan data triwulan selama tahun 2002 sampai 2010. Variabel terikat di dalam penelitian ini adalah permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, sedangkan variabel bebasnya adalah harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat 6 bulan sebelumnya, harga biji kakao internasional 3 bulan sebelumnya dan GDP Amerika Serikat.

Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS v.18.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 50,6% yang berarti variabel bebas seperti harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya, harga biji kakao periode sebelumnya dan GDP Amerika Serikat dapat menjelaskan permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat sebesar 50,6% dan sisanya sebesar 49,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.


(15)

ANALYZING THE INFLUENCE FACTORS ON NORTH

SUMATRA’S COCOA DEMAND BY UNITED STATES (US)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence factors on North Sumatra’s cocoa demand by United States (US) using three months cycle data since 2002 until 2010. The dependant factor is North Sumatra’s cocoa demand by US and the independent factors are the cocoa beans price, exchange rate, coffee export from North Sumatra of six months before, cocoa beans price of three months before, and US’ GDP.

The method of this research is analyzed by Ordinary Least Square (OLS) using SPSS v.18.

From this research, the coefficent of determination (R2) is scaled about 50,6% which means that all the independent variabel such as cocoa beans price, exchange rate, coffee export from North Sumatra of six months before, cocoa beans price of three months before, and US’ GDP can explain the dependant variabel for about 50,6% and the rest is explained by other variabel which not be included in this research.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab migas adalah jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. Oleh karena itu sektor pertanian haruslah dikembangkan untuk dapat menopang ekspor Indonesia. Beberapa jenis sektor pertanian yang masih menjadi andalan Indonesia antara lain minyak kelapa sawit, kopi, kakao, tembakau, teh, karet dan yang lainnya.

Kakao adalah salah satu komoditas ekpor pertanian andalan Indonesia. Tahun 2011, nilai ekspor kakao olahan ditargetkan meningkat 61 persen, sedangkan untuk biji kakao, nilai ekspornya ditargetkan meningkat 22 persen. Demikian diungkapkan Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu. "Kakao dan minyak kelapa sawit prospeknya cukup baik karena permintaan tinggi, kopi juga punya potensi yang besar untuk diekspor ke Amerika," kata Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi usai bertemu Wakil menteri pertanian AS di kantor kementerian perekonomian, Jl Lapangan Banteng, Selasa (5/4/2011) (detik.com).

Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa perkebunan kakao di Indonesia masih menjanjikan untuk masa ke depan.


(17)

Kualitas biji kakao Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan biji kakao terbaik dunia yang berasal dari Ghana. Pada umumnya petani kakao Indonesia tidak melakukan fermentasi pada biji kakao yang baru dipanen. Ketika biji kakao dikeluarkan dari buahnya, untuk hasil yang terbaik seharusnya dilakukan fermentasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengeringan tetapi pada umunya petani kakao Indonesia langsung melakukan pengeringan tanpa proses fermentasi. Hal inilah yang merendahkan citra mutu kakao Indonesia.

Perkembangan ekspor kakao dan produk kakao Indonesia cukup pesat. Hampir sekitar 80% dari produksi kakao nasional diekspor karena daya serap industri pengolahan dalam negeri relatif rendah. Namun citra mutu kakao Indonesia yang dikenal rendah serta rendahnya kapasitas industri pengolahan dapat menghambat peningkatan daya saing kakao dan kakao olahan Indonesia. Daya saing produk kakao Indonesia di samping dipengaruhi oleh besarnya pemintaan dunia juga ditentukan oleh harga produk kakao Indonesiayang relatif lebih murah karena mutunya yang rendah, murahnya tenaga kerja, dan alam yang cukup produktif dibandingkan dengan negara pesaing. Selain itu, kondisi sosial budaya, situasi politik dan hubungan kelembagaan perdagangan internasional juga mempengaruhi daya saing produk kakao Indonesiadi pasar dunia.

Produk olahan biji kakao di dalam negeri biasanya dikemas dalam bentuk coklat batangan, bubuk kakao, mentega, lemak kakao, susu coklat dan bentuk lainnya. Permintaan dalam negeri akan produk olahan kakao setiap tahunnya semakin meningkat, tetapi Indonesia masih tergolong rendah dalam kategori pengonsumsi kakao.


(18)

Berikut adalah tabel yang menunjukkan produksi biji kakao beberapa negara di dunia :

Tabel 1.1 Produksi biji kakao oleh beberapa negara di dunia

Produksi biji kakao dunia (ribu ton)

Negara 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 2009/10 Pantai Gading 1407,8 1229,3 1382,4 1223,2 1190,0 Kamerun 171,1 169,1 184,8 226,6 205,0 Ghana 740,5 614,5 729,0 662,4 645,0 Nigeria 210,0 220,0 230,0 250,0 260,0 Brazil 161,6 126,2 170,5 157,0 158,0 Indonesia 585,0 545,0 485,0 490,0 525,0 Ekuador 117,5 123,5 111,0 130,0 140,0 Togo 73,0 78,0 111,0 105,0 110,0 Dominica 45,9 42,2 45,3 55,0 55,0 Venezuela 19,5 22,6 16,6 20,5 20,0 Malaysia 33,9 32,8 30,6 22,4 18,0 PNG 51,1 49,3 51,5 51,0 57,0 Peru 31,4 31,4 34,0 35,9 35,0 Dunia 3810,7 3439,3 3732,3 3592,6 3596,3 Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2005 - 2010 Dari data di atas dapat ditentukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke tiga produsen kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia menyumbang sekitar 16 persen produksi kakaonya untuk dunia. Produksi kakao Indonesia berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif. Dari rentang tahun 2005 sampai dengan tahun 2010,puncak produksi kakao Indonesia terjadi pada sekitar tahun 2005 – 2006 dan terendah pada sekitar tahun 2007 – 2008.


(19)

Berikut adalah tabel yang menunjukkan konsumsi kakao negara – negara di dunia

Tabel 1.2 Konsumsi kakao oleh beberapa negara di dunia

Konsumsi kakao dunia (ribu ton)

Negara 2003/04 2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 Perancis 229,9 246,3 239,2 250,0 235,0 230,0 Jerman 307,1 277,7 310,0 315,0 317,0 310,0 Italy 100,7 108,7 111,1 95,0 105,6 89,6 Inggris 219,7 220,0 222,0 223,0 225,0 230,0 Rusia 177,4 183,6 178,1 195,1 200,0 182,0 Brazil 94,0 88,4 99,3 128,9 143,4 161,2 Amerika Serikat 775,0 781,0 800,0 795,0 750,0 710,1 Jepang 162,6 152,6 165,0 167,0 165,7 157,4 Meksiko 62,0 59,7 55,0 60,0 60,0 58,0 Kanada 71,6 63,1 74,3 75,7 69,7 83,5 Dunia 3240,0 3305,0 3441,0 3577,0 3633,0 3516,0

Sumber : Laporan Tahunan ICCO 2005 - 2010

Dari tabel di atas diketahui bahwa negara Amerika Serikat adalah pengonsumsi kakao terbesar di dunia. Amerika Serikat mengkonsumsi sekitar 20 persen dari seluruh konsumsi kakao dunia. Konsumsi kakao oleh negara Amerika Serikat berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif. Dari rentang tahun 2003 sampai tahun 2009, puncak konsumsinya terjadi sekitar tahun 2005 – 2006 yaitu sekitar 800 ribu ton kakao. Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 terdapat penurunan konsumsi kakao setiap tahunnya dan terendah terjadi pada tahun 2008 – 2009.


(20)

Harga biji kakao internasional setiap hari tercatat di bursa New York dan London dan bersifat fluktuatif. Fluktuasi harga biji kakao internasional sangat bergantung pada permintaan biji kakao dunia dan produksi biji kakao dunia. Apabila produksi biji kakao negara Pantai Gading atau Ghana merosot tajam maka harga akan naik, begitu juga jika permintaan terhadap kakao meningkat maka harga kakao akan naik. Harga biji kakao di pasaran Sumatera Utara ditentukan oleh fluktuasi harga biji kakao Internasional. Eksportir dan pedagang pengumpul menentukan harga dengan cara mengikuti fluktuasi harga biji kakao internasional. Berikut data yang menunjukkan fluktuasi harga biji kakao internasional dari tahun ke tahun :

Tabel 1.3 Data triwulan harga kakao internasional tahun 2002-2010

Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2000 - 2010

Tahun Harga Internasional ($) Tahun Harga Internasional ($)

2002.1 1541,21 2006.3 1617,50

2002.2 1609,77 2006.4 1604,96

2002.3 1999,56 2007.1 1812,43

2002.4 2017,39 2007.2 2049,14

2003.1 2136,78 2007.3 1999,26

2003.2 1746,82 2007.4 2001,29

2003.3 1582,60 2008.1 2462,28

2003.4 1546,09 2008.2 2782,13

2004.1 1565,64 2008.3 2323,12

2004.2 1417,81 2008.4 2239,12

2004.3 1612,11 2009.1 2587,78

2004.4 1607,42 2009.2 2598,64

2005.1 1677,75 2009.3 2970,55

2005.2 1544,68 2009.4 3423,12

2005.3 1491,57 2010.1 3296,10

2005.4 1464,64 2010.2 3205,94

2006.1 1555,88 2010.3 3058,75


(21)

Grafik 1.1 Data triwulan harga biji kakao internasional tahun 2002-2010

Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2000 - 2010

Harga biji kakao internasional mulai tahun 2003 sampai 2009 mengikuti trend naik dan puncaknya pada triwulan terakhir tahun 2009. Pada awal tahun 2008 sempat merosot apabila dibandingkan pada harga akhir tahun 2007, namun seiring waktu harga terus merangkak naik dan mencapai puncaknya sekitar tahun 2009.

Berdasarkan laporan Departemen Perindustrian tahun 2007, Sumatera Utara menduduki peringkat ke empat daerah penghasil biji kakao terbesar di Indonesia setelah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara dengan menyumbang sekitar 7,85% dari seluruh produksi kakao nasional. Menurut data di atas, dapat dikatakan Sumatera Utara bisa menjadi lumbung biji kakao Indonesia. Hanya saja akhir – akhir ini beberapa petani kakao mengubah lahan pertanian kakaonya menjadi lahan sawit karena serangan hama banyak menyerang tanaman kakao. Mudahnya proses penanaman serta pemeliharaan kelapa sawit membuat beberapa petani kakao mengubah haluan menjadi petani

0 1000 2000 3000 4000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010


(22)

sawit. Berikut tabel yang menunjukkan ekspor kakao Sumatera Utara untuk beberapa tahun :

Tabel 1.3 Volume ekspor kakao Sumatera Utara

Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB

2002 34.014.854 41.585.320

2003 25.797.851 36.937.451

2004 33.622.046 44.891.642

2005 34.417.993 43.762.723

2006 39.523.299 47.060.307

2007 46.594.479 70.244.184

2008 47.820.752 102.567.021

2009 51.515.968 126.680.245

2010 58.051.000 163.908.000

Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002 – 2010

Grafik 1.2 Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara 2002 – 2010 Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002 – 2010

Hampir setiap tahunnya ekspor kakao Sumatera Utara menunjukkan kecenderungan meningkat, kecuali terjadi penurunan pada tahun 2003 jika dibandingkan dengan tahun 2002. Pada tahun 2010 ekspor kakao Sumatera mencapai puncaknya jika dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Kakao yang dimaksudkan data di atas adalah biji kakao dan produk olahannya. Produk

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000


(23)

olahan biji kakao yang diekspor oleh Sumatera Utara ke beberapa negara adalah bubuk kakao, pasta kakao, mentega kakao, lemak kakao, minyak kakao dan produk coklat dalam bentuk batangan maupun tablet. Dari data di atas, secara umum ekspor kakao Sumatera Utara menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, baik dari segi berat maupuan dari nilai FOBnya. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2003 saja. Penurunan kemungkinan dipicu oleh merosotnya harga biji kakao internasional pada sekitar tahun 2003.

Kenaikan produksi kakao Sumatera Utara tentu saja dipicu oleh meluasnya lahan pertanian kakao rakyat di provinsi ini. Untuk memiliki kebun kakao, tidak membutuhkan areal yang luas seperti halnya kebun sawit. Hal inilah yang menyebabkan banyak petani – petani kecil menanam kebunnya yang tidak begitu luas dengan tanaman kakao. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan luas lahan kakao rakyat di provinsi Sumatera Utara :

Tabel 1.4 Luas lahan kakao rakyat di provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun

Tahun Belum

Produktif (ha)

Produktif (ha)

Tidak Produktif (ha)

Total (ha)

2001 6.169 20.687 1.458 28.314

2002 7.505 21.112 889 29.635

2003 9.239 22.205 1.179 32.623

2004 9.746 21.362 1.196 32.304

2005 13.027,33 30.414,24 1.074,40 44.515,97

2006 13.433,47 34.320,47 1.418,00 49.171,94

2007 15.786,30 38.098,73 2.543,45 56.428,48

2008 18.906,73 39.667,74 1.646,75 60.221,22

2009 19.744,94 42.618,26 3.727,75 66.090,95

2010 16.976,53 39.822,77 2.571,60 59.370,90


(24)

Data di atas menunjukkan bahwa setiap tahunnya luas lahan kakao rakyat di Sumatera Utara semakin meningkat dan puncaknya pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan sampai tahun 2009 semakin banyak petani di Sumatera Utara yang menanami lahannya dengan tanaman kakao. Namun pada tahun 2010 lahan kakao berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini disebabkan banyaknya petani kakao yang mengalihkan perkebunan kakaonya menjadi perkebunan kelapa sawit.

Sumatera Utara mengekspor kakaonya ke beberapa negara, antara lain China, Thailand, Singapura, Filiphina, Malaysia, Amerika Serikat, Spanyol dan negara lainnya. Tahun 2009 tujuan ekspor terbesar biji kakao terbesar Sumatera Utara adalah negara Malaysia disusul oleh Amerika Serikat dan Singapura. Setiap tahunnya Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor kakao Sumatera Utara. Sebagai pengonsumsi kakao terbesar di dunia, sudah sepantasnya Amerika tetap menjadi salah satu tujuan utama ekspor kakao Sumatera Utara.

Berdasarkan data dari ICCO, impor biji kakao Amerika Serikat dari beberapa negara berfluktuatif setiap tahunnya. Fluktuasi kemungkinan terjadi akibat beberapa faktor di dalam negeri Amerika Serikat. Berikut ini adalah data impor biji kakao oleh Amerika Serikat:


(25)

Tabel 1.5 Volume impor biji kakao Amerika Serikat

Sumber : ICCO tahun 2004-2009

Grafik 1.3 Impor Biji Kakao Amerika Serikat Sumber : ICCO tahun 2004-2009

Amerika Serikat memiliki beberapa perusahaan pengimpor biji kakao dunia, di mana perusahaan – perusahaan tersebut mengolah biji kakao menjadi produk turunan untuk dapat dinikmati oleh penduduk Amerika Serikat maupun diekspor kembali ke beberapa negara lain. Adapun perusahaan – perusahaan yang dimaksud adalah Berdex International, Blomer Chocolate, Pacon Express, Cocoa Barry US Inc, Van Leer Chocolate Inc, General Cocoa, Nestle, dan Prudent Trading.

0 200 400 600 800

2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09

Impor Biji Kakao AS (ribu ton)

Tahun Impor Kakao (Ribu ton)

2004/05 741,61

2005/06 750,05

2006/07 611,87

2007/08 565,06


(26)

Masyarakat di benua Eropa merupakan masyarakat yang paling tinggi konsumsi kakaonya. Konsumsi rata - rata per jiwa kakao masyarakat Amerika Serikat juga tergolong tinggi di dunia. Negara – negara lain yang konsumsi rata – rata per jiwa kakaonya lebih tinggi dari Amerika Serikat adalah Belgia, Inggris, Norwegia, Swiss, Denmark, Jerman, dan Irlandia. Adapun konsumsi rata - rata per jiwa kakao masyarakat Amerika Serikat setiap tahun adalah

Tabel 1.6 Data konsumsi rata-rata per jiwa kakao AS

Tahun Konsumsi (kg/jiwa)

2000/01 2,463

2001/02 2,302

2002/03 2,372

2003/04 2,643

2004/05 2,640

2005/06 2,678

2006/07 2,636

2007/08 2,467

2008/09 2,328

Sumber : ICCO tahun 2000-2009

Grafik 1.4 Data konsumsi rata-rata per jiwa kakao AS Sumber : ICCO tahun 2000-2009

2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7


(27)

Berdasarkan data tentang areal perkebunan kakao rakyat di Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya dan data yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat adalah negara pengimpor biji kakao terbanyak di dunia, maka ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data ekspor biji kakao dan produk olahannya dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat

Tabel 1.7 Data volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat

Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB (US$)

2002 605.318 1.087.786

2003 660.347 1.804.551

2004 6.980.000 11.153.861

2005 5.319.166 9.404.606

2006 3.136.886 7.574.397

2007 7.363.391 13.653.594

2008 7.061.145 20.606.659

2009 13.505.452 33.669.316

2010 9.131.117 26.336.501


(28)

Grafik 1.5 Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat 2002 - 2010

Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Prov Sumatera Utara tahun 2002 – 2010 Berdasarkan tabel di atas, volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat berfluktuatif sekitar tahun 2004 – 2009. Kenaikan harga biji kakao internasional ternyata tidak serta merta mengangkat ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat. Salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi ekspor kakao adalah pertumbuhan ekonomi negara pengimpor. Di bawah ini adalah data tahunan persentase perubahan GDP Amerika Serikat.

Tabel 1.8 Tabel perubahan GDP AS tahun 2002 - 2010

Tahun Perubahan GDP AS (%)

2002 3,5

2003 4,7

2004 6,4

2005 6,5

2006 6,0

2007 4,9

2008 1,9

2009 -2,5

2010 4,2

Sumber : Badan Statistik Amerika Serikat tahun 2002 - 2010

0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010


(29)

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2005 dan 2006 masih menunjukkan angka positif, tetapi ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat justru menurun pada masa itu. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menunjukkan angka negatif pada tahun 2009 ketika terjadinya krisis ekonomi global tetapi pada tahun itu permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat justru meningkat. Ini mengindikasikan masih ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan kakao oleh Amerika serikat. Faktor GDP , ekspor barang substitusi dari kakao, kurs Rupiah terhadap Dollar menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara dari Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi pembahasan pada penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

a) Apakah ada pengaruh tingkat harga biji kakao internasional terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?

b) Apakah ada pengaruh kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?

c) Apakah ada pengaruh volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?

d) Apakah ada pengaruh harga biji kakao internasional periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?


(30)

e) Apakah ada pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain yaitu :

a) Untuk menganalisis pengaruh tingkat harga biji kakao internasional terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

b) Untuk menganalisis pengaruh kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

c) Untuk menganalisis pengaruh volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

d) Untuk menganalisis pengaruh harga biji kakao periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

e) Untuk menganalisis pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitia ini diharapkan mendapat manfaat antara lain :

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya mengenai ekspor kakao

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintahan provinsi Sumatera Utara sebagai pengambil keputusan untuk memberikan kebijakan yang tepat dalam hal ekspor produk biji kakao dan kakao olahan di daerah Sumatera Utara.


(31)

3. Sebagai bahan referensi bagi pihak – pihak yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai komoditas biji kakao


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Permintaan dan Ekspor

Di dalam ilmu ekonomi, permintaan pada dasarnya didefenisikan sebagai sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh individu atau kelompok pada waktu tertentu pada berbagai tingkat harga. Permintaan adalah suatu fungsi yang menunjukkan kepada skedul tingkat pembelian yang direncanakan. Permintaan itu sendiri terdiri atas dua yaitu permintaan yang diikuti oleh kemampuan untuk membayar yang disebut dengan permintaan efektif dan permintaan yang tidak diikuti oleh kemampuan untuk membayar yang disebut dengan permintaan absolut, dengan kata lain permintaan ditentukan oleh daya beli individu atau kelompok. Daya beli itu sendiri ditentukan oleh pendapatan yang dapat dibelanjakan dan tingkat harga barang atau jasa tersebut.

Hukum permintaan menyatakan bahwa dalam keadaan ceteris paribus

apabila harga suatu barang naik maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun, demikian sebaliknya apabila harga suatu barang turun maka permintaan terhadap barang tersebut akan naik (Nicholson,1999). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan, antara lain :

1. Harga barang itu sendiri 2. Selera konsumen

3. Pendapatan / daya beli masyarakat


(33)

5. Jumlah penduduk

6. Ekspektasi harga mendatang 7. Nilai tukar riil

Dari batasan masalah yang telah diuraikan oleh penulis dalam bab sebelumnya bahwa variabel – variabel yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat adalah harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi periode sebelumnya, harga biji kakao internasional periode sebelumnya, dan GDP Amerika Serikat. Berdasarkan teori permintaan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan, variabel harga biji kakao internasional termasuk faktor harga barang itu sendiri, sedangkan kurs termasuk faktor harga tukar riil. Variabel ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat termasuk faktor selera masyarakat, sedangkan variabel harga biji kakao periode sebelumnya termasuk faktor ekspektasi harga mendatang. Variabel GDP Amerika Serikat termasuk faktor pendapatan atau daya beli masyarakat.

Hukum permintaan (Law of Demand) berbunyi : pada hakikatnya semakin mahal harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan konsumen akan barang tersebut dan apabila semakin murah harga suatu barang maka akan semakin banyak permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dari hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. apabila harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, tetapi sebaliknya jika harga barang tersebut turun maka konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut


(34)

2. kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang, sehingga memaksa konsumen untuk mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik harganya

Ekspor adalah proses transportasi ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional. Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi lainnya

misalnya

Kegiatan ekspor terbagi menjadi dua, yaitu: 1.

Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ Ekspor langsung

Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan. Keuntungannya adalah produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap distribusi lebih baik, namun kelemahannya adalahh biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta

2.

Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara

Ekspor tidak langsung

melalui perusahaan manajemen ekspor ( export management companies ) dan perusahaan pengekspor ( export trading companies ). Kelebihannya


(35)

adalah sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung namun kelemahannya adalah kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.

2.2 Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu denga pemerintah suat perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan

Menurut sebagai berikut.

• Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

• Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suat


(36)

dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

• Memperluas pasar dan menambah keuntungan

Terkadang, para produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

• Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-car modern.

2.2.1 Teori Perdagangan Internasional Merkantilisme

Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era di mana kesadaran bernegara sudah mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya


(37)

dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.

Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham yang menganggap bahwa penimbunan uang, atau logam mulia yang akan ditempa menjadi uang emas ataupun perak haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan nasional. Pada saat merkantilisme lahir, sistem masyarakat pada saat itu berdasarkan feodalisme. Sistem feodal pada dasarnya menanggapi kebutuhan penduduk akan perlindungan terhadap gangguan perampok. Jaminan keselamatan tersebut diberikan oleh para raja terhadap para bangsawan, kerabat, dan bawahannya. Sistem inilah yang melahirkan tuan tanah, bangsawan, kaum petani, dan para vassal yaitu raja-raja kecil yang diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja besar. Ketika merkantilisme mulai berkembang, sistem feodalisme yang usang sedikit demi sedikit mulai terkikis, hak-hak istimewa yang dimiliki oleh para tuan tanah dan para bangsawan mulai dihapus, lapisan-lapisan sosial yang melekat pada sistem feodal mulai dihilangkan, cara produksi dan distribusi gaya feodal pun mulai ditinggalkan.

2.2.2 Keunggulan Mutlak Adam Smith (Absolute Advantage / Absolute Cost)

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal dengan teori keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa.


(38)

Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan yang absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.

Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:

• Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.

• Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.

• Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.

• Biaya transport ditiadakan.

Teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut.

2.2.3 Keunggulan komparatif JS Mill dan David Ricardo (Comparative Cost)

Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David Ricardo yang dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan komparatif dan


(39)

mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak usah memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu denganyang lainnya relatif berbeda.

2.2.4 Model Ricardian

merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.

2.2.5 Model Heckhser – Ohlin

dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.


(40)

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam kalau negara-negara akan me dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal

Teori perdagangan oleh Hecksher – Ohlin pada dasarnya berlandaskan pada asumsi - asumsi sebagai berikut (Salvatore,1997) :

• Hanya terdapat dua negara saja (negara X dan negara Y), dua komoditi saja (komoditi A dan komoditi B), dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal) saja di dalam dunia ini

• Kedua negara memakai ataupun memiliki tingkat teknologi yang hampir sama

• Pada kedua negara (X dan Y), komoditi A secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja, sedangkan komoditi B bersifat padat modal

• Pada kedua negara komoditi A dan komoditi B secara bersama – sama diproduksi berdasarkan skala hasil yang konstan

• Negara X dan negara Y tetap memproduksi kedua jenis komoditi tersebut secara sekaligus meskipun dalam komposisi yang berbeda, dengan kata lain spesialisasi produksi yang berlangsung di kedua negara secara bersama – sama tidak menyeluruh


(41)

• Selera konsumen akan permintaan pada kedua negara tersebut persis sama

• Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk (tempat perdagangan kedua jenis komoditas) dan juga dalam pasar faktor (tempat bertemunya kekuatan penawaran dan permintaan atas berbagai faktor produksi). Harga semata – mata terbentuk oleh kekuatan pasar

• Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing – masing negara namun tidak ada mobilitas faktor antar negara.

• Tidak terdapat biaya – biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan barang yang berlangsung di antara kedua negara.

• Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing – masing negara dapat dikerahkan secara penuh

2.2.6 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Paritas daya beli atau dalam bahasa Inggris disebut Purchasing Power

Parity (PPP) dalam ilm

menghitung sebuah alternatif mengukur berapa banyak sebuah mata uang dapat membeli dalam pengukuran internasional (biasanya dolar), karena barang dan jasa memiliki harga berbeda di beberapa negara.

Nilai tukar PPP digunakan dalam perbandingan internasional dari perbandingan antara dua negara membutuhkan konversi mata uang. Perbandingan menggunakan nilai tukar nyata dianggap tidak nyata, karena mereka tidak


(42)

merefleksikan perbedaan harga antar negara. Perbedaan antara PPP dan nilai tukar nyata bisa berbeda banyak. Misalny sedangkan berdasarkan PPP adalah sekitar AS$6.200. Sedangkan PDB nominal per kapitanya adalah sekitar AS$37.600, tetapi PPP-nya hanya AS$31.400

2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi valas atau foreign exchange transaction (Kuncoro,1996). Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (Salvatore,1997). Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.

Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.

Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik karena dengan meningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan sangat berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk domestik bruto (PDB) (gross domestic product (GDP) atau grossdomestic income


(43)

suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis. Nominal nyata atau real exchange rate ( RER ) dinyatakan sebagai,

Dimana Pf adalah tingkat harga luar negeri dan P dengan tingkat harga domistik, P dan Pf harus memiliki nilai yang sama dalam beberapa acak pilihan dengan dasar tahun. Oleh karena itu, dasar tahun adalah RER = e

RER sebenarnya hanya ada pada teori ideal. Dalam praktik, terdapat banyak mata uang asing dan harga ke tingkat nilai yang dipertimbangkan. bersamaan dengan ini, model perhitungan semakin menjadi lebih rumit. Selain itu, model ini didasarkan pada

.

sebuah konstan dari RER. secara empiris dalam penentuan nilai konstan RER tidak akan bisa disadari, karena keterbatasan pada data. dalam PPP akan menyiratkan bahwa RER adalah tingkat di mana suatu organisasi dapat memperdagangkan barang dan jasa dari satuan ekonomi (misalnya negara) untuk orang perorang yang lain. Misalnya, jika harga yang meningkat 10% di Inggris serta harga barang akan tetap konstan untuk seseorang di Jepang.


(44)

Sedangkan bagi orang di Inggris masih akan tetap berkaitan dengan kenaikan harga 10% di dalam negerinya. Ini juga menyebutkan bahwa harga atau nilai dasar tarif yang ditetapkan pemerintah dapat merupakan ikutan dalam memengaruhi nilai tukar, untuk membantu untuk mengurangi tekanan harga. PPP akan terus muncul hanya dalam jangka panjang (3-5 tahun), ketika harga akhir menjadi sama terhad

2.4 Gross Domestic Product(GDP)

Gross Domestick Product (GDP) atau yang disebut juga dengan Produk

Domestik Brutto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran sektor konsumsi, investasi, belanja pemerintah (government expenditure), dan net export (Lipsey,1995). PDB juga diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.

PDB dikategorikan atas dua jenis yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.


(45)

PDB dapat dihitung atau diukur dengan tiga jenis pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi dimaksud meliputi upah , dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam defenisi ini, PDB juga mencakup penyusutan dan pajak – pajak tak langsung netto. Adapan menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pembentukan modal tetap domestic bruto dan perubahan stok, pengeluaran konsumsi pemerintah, serta ekspor netto dalam jangka waktu setahun.

2.5 Tingkat Harga

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah salah satu dari empat bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh produsen. Ciri hubungan antara permintaan barang dan tingkat harga diterangkan oleh teori


(46)

permintaan yang merupakan suatu hipotesa : “Semakin tinggi harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut akan menurun, dan sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat (ceteris paribus)” (Sadono Sukirno,2003)

2.6 Barang substitusi

Barang ekonomi ditinjau dari segi pemakaiannya terbagi atas dua yaitu barang komplementer dan barang substitusi. Barang komplementer adalah barang yang pemakaianya harus secara bersamaan, sedangkan barang substitusi adalah barang yang bisa saling menggantikan pemakaiannya. Harga barang d pengganti (substitusi) ikut mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Apabila harga dari barang substitusi lebih murah maka orang akan beralih pada barang substitusi tersebut. Akan tetapi jika harga barang substitusi naik maka orang akan tetap menggunakan barang yang semula.

2.7 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi penulis, terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan faktor – faktor yang mempengaruhi volume ekspor, antara lain :

Anggraini (2006) dengan judul penelitian “Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat” . Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah volume ekspor kopi Indonesia, sedangkan variabel bebasnya adalah pendapatan perkapita Amerika Serikat, harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi tahun sebelumnya, kurs riil dan jumlah penduduk Amerika Serikat. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan


(47)

bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi Amerika Serikat tahun sebelumnya,dan jumlah penduduk Amerika Serikat, sedangkan variabel pendapatan perkapita penduduk Amerika Serikat dan variabel kurs dollar terhadap Rupiah tidak berpengaruh signifikan. Variabel harga kopi dunia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat dengan elastisitas sebesar -0,301047, sedangkan variabel harga teh dunia, variabel konsumsi kopi Amerika, dan jumlah penduduk Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat dengan elastisitas 0,507878 ; 0,871061 dan 2,076102. Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analis regresi berganda dan metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS)

Tuty (2009) dengan judul penelitian “Analisis Permintaan Ekspor Biji

Kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia” . Fokus dari penelitian ini adalah

menganalisis permintaan biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia dengan menggunakan model ECM (Error Correction Model). Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah variabel volume eskpor kakao Sulawesi Tengah ke Malaysia, sedangkan variabel bebasnya adalah tingkat harga kakao di tingkat eksportir di Sulawesi Tengah (PCR), volatilitas harga biji kakao internasional (VPITR), inflasi Malaysia (IFLM), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (ER) dan tingkat pertumbuhan ekonomi Malaysia (EGRWT). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari hasil estimasi, variabel PCR berpengaruh positif dan


(48)

signifikan baik pengukuran jangka panjang maupun pengukuran jangka pendek namun dengan hasil uji tanda tidak sesuai dengan teori. Variabel VPITR berpengaruh signifikan secara negatif terhadap volume ekspor kakao Sulawesi Tengah ke Malaysia. Berdasarkan estimasi yang dilakukan, dengan makin tidak stabilnya harga kakao internasional akan mengakibatkan turunnya ekspor biji kakao Sulawesi Tengah ke Malaysia. Variabel IFLM berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan dan variabel EGRWT berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap permintaan kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia. Variabel ER berpengaruh positif tetapi tidak signifikan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Samanhudi (2009) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat dengan menggunakan data panel untuk komoditas karet, coklat dan CPO dalam kurun waktu triwulanan selama tahun 1999 – 2007. Metode analisis yang digunakan adalah metode Generalized Least Square (GLS) dengan Model Effek Tetap (MET) setelah terlebih dahulu melakukan uji Chow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat, sedangkan variabel bebasnya adalah harga produk pertanian, kurs Rupiah terhadap Dollar, GDP Amerika Serikat, dan jumlah penduduk Amerika Serikat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jika harga produk pertanian Indonesia naik ceteris paribus maka akan mengurangi volume ekspor produk pertanian Indonesia.


(49)

Variabel GDP Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor produk pertanian Indonesia. Variabel kurs berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor tetapi variabel jumlah penduduk Amerika Serikat tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor pertanian Indonesia.

Siagian (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Yoghurt Indonesia”. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi volume ekspor yoghurt Indonesia dengan menggunakan data – data aktual di Indonesia selama periode 1994 – 2009. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai tukar internasional (EXR), tingkat harga internasional HRG), investasi domestik (INV), dan inflasi (IFI) sementara itu variabel tidak bebas adalah volume ekspor yoghurt Indonesia (VEY). Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode

Ordinary Least Square (OLS) dan perangkat lunak program Eviews versi 4.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel independen memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara statistik. Nilai tukar internasional berpengaruh signifikan secara positif dengan koefisien 4.274361, tingkat harga internasional berpengaruh signifikan secara negatif dengan koefisien -1.320459, investasi domestik tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien 0.127035 dan inflasi tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien -0.085099.

Marbun (2006) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 1970 – 2004”,dengan variabel


(50)

bebas yaitu nilai investasi domestik, nilai kurs rupiah, nilai koefisien tingkat suku bunga deposito dan tingkat pertumbuhan perdagangan internasional. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa nilai investasi domestik memberikan pengaruh yang positif terhadap ekspor nonmigas sebesar 1,197914. Koefisien regresi yang bertanda positif ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila nilai investasi ditingkatkan,ceteris paribus, maka akan meningkatkan ekspor nonmigas. Demikian juga dengan nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor nonmigas sebesar 0,367938. Koefisien regresi bertanda positif ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila rupiah lebih banyak dikorbankan untuk mendapatkan dollar Amerika Serikat,ceteris paribus, maka akan meningkatkan ekspor nonmigas. Sementara itu nilai koefisien tingkat suku bunga deposito memberikan pengaruh negatif terhadap ekspor nonmigas sebesar -0,299005. Koefisien regresi yang bertanda negatif ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila suku bunga dinaikkan,ceteris paribus, maka akan menurunkan ekspor nonmigas.

2.8 Kerangka Konseptual

Menurut teori ekspor dari sisi permintaan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya ekspor yang terjadi. Dalan penelitian ini faktor – faktor yang dikemukakan oleh penulis adalah harga biji kakao internasional, kurs Rupiah terhadap Dolar, ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya, harga biji kakao internasional periode sebelumnya, dan pendapatan nasional Amerika Serikat.


(51)

Harga biji kakao internasional

Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat

2.9 Hipotesis Penelitian

 Harga biji kakao tingkat internasional berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, ceteris paribus

 Kurs berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, ceteris paribus

 Ekspor kopi ke Amerika Serikat periode sebelumnya berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat,

ceteris paribus

 Harga kakao tingkat internasional periode sebelumnya berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat,

ceteris paribus

Kurs Rupiah terhadap Dolar

Ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya

Harga biji kakao internasional periode sebelumnya


(52)

 GDP Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, ceteris paribus


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Utara dimulai Juli 2011 dengan memfokuskan kepada faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara dari Amerika Serikat antara lain harga kakao internasional, kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya, harga kakao di pasaran internasional periode sebelumnya dan GDP Amerika serikat.

3.2 Jenis dan sumber data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh penulis dari publikasi – publikasi resmi seperti The International Cocoa Organization (ICCO), Badan Pusat Statistik (BPS), website Badan Statistik Amerika Serikat, website

Badan Statistik Malaysia, Bank Indonesia (BI), Dinas Perkebunan provinsi Sumatera Utara, dan sumber – sumber lain yang dipublikasikan serta penelitian – penelitian sebelumnya. Rentang waktu data adalah sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 dengan jenis data time series triwulan.

3.3 Model Analisis

Penelitian ini menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS)

Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


(54)

Kemudian model di atas dispesifikasikan menjadi model sebagai berikut : LnVKSU= b1LnPc+b2LnER+ b3LExC + b4LnPcS + b5GDP + µ...(3.2) Penggunaan Logaritma natural pada fungsi penelitian ini adalah bertujuan untuk menghindari terjadinya data yang tidak normal dan ketidaklinieran hasil regresi. LnVKSU = Logaritma Natural Volume Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara LnPc = Logaritma Natural harga biji kakao di pasaran internasional LnER = Logaritma Natural kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serika

LnExC = Logaritma Natural ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya, dalam hal adalah periode 6 bulan sebelumnya LnPcS = Logaritma Natural harga biji kakao di pasaran internasional periode

sebelumnya, dalam hal ini adalah periode 3 bulan sebelumnya LnGDP = Logaritma Natural Pendapatan nasional Amerika Serikat

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang dikeluarkan oleh badan – badan maupun institusi – institusi yang berkompeten dan berwenang dalam bidangnya. Data berupa data runtut waktu (time series) triwulan yang merupakan kumpulan data historis dari tahun yang berurutan.

Jenis – jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat 2. GDP Amerika Serikat

3. Volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat 4. Kurs Rupiah terhadap Dollar


(55)

3.5 Batasan Operasional

Berikut dijelaskan beberapa batasan operasional dalam penelitian ini : 1. Permintaan kakao adalah kuantitas ekspor biji kakao dan produk

olahannya dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat dalam satuan ton dan variabel ini merupakan variabel dependen (terikat).

2. Tingkat harga adalah harga biji kakao yang berlaku di pasaran internasional dalam satuan Dolar dan ini merupakan variabel independen (bebas).

3. Kurs adalah perbandingan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar dan ini merupakan variabel independen (bebas).

4. Volume ekspor kopi periode sebelumnya adalah kuantitas ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode 3 bulan sebelumnya dalam satuan ton dan ini merupakan variabel independen (bebas) 5. Tingkat harga periode sebelumnya adalah harga biji kakao yang

berlaku di pasaran internasional pada periode 6 bulan sebelumnya dalam satuan Dolar dan ini merupakan variabel independen (bebas). 6. GDP adalah pendapatan nasional Amerika Serikat dalam satuan Dolar

dan ini merupakan variabel independen (bebas).

3.6 Alat Analisis Data

Dalam penelitian ini perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS v.18 dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis regresi linier berganda.


(56)

ekonomi dimana hubungan tersebut digunakan untuk memprediksi pengaruh satu variabel terhadap variabel lainya OLS merupakan metode yang paling populer yang digunakan untuk mempelajari hubungan diantara varibel ekonomi. Dalam pengggunaan OLS sebagai suatu metode maka harus dipenuhi asumsi-asumsi agar mencapai hasil yang maksimum. Menurut gujarati (2003) asumsi yang harus dipenuhi dalam OLS adalah :

1) Linier regression model, model diasumsikan mempunyai linieritas dalam parameternya.

2) X value are fixed in repeated sampling, bahwa variabel penjelas bersifat

nonstocastic atau dalam setiap pengambilan sampel, nilai yang diambil dianggap tetap atau dekat dengan nilai rata-ratanya atau dapat dikatakan bahwa variabel penjelas bersifat nonstocastic

3) Zero mean value of disturbance µi : E (µi/ Xi) = 0 dimana nilai dari

kesalahan pengganggu, yang bersifat random adalah 0.

4) Homoscedasticity equal variance of µi, jika variabel dependen dihubungkan dengan beberapa variabel independen varianya tetap sama.

5) No autocorrelation between the disturbances, bahwa diantara variabel

penjelas tidak berkorelasi

6) Zero covariance between µi and Xi, asumsi ini menyatakan tidak ada

korelasi diantara penjelas dan kesalahan pengganggu.

7) The number of observasions an must greater than the number of parameter to be estimated, bahwa jumlah observasi harus lebih besar dibandingkan jumlah parameter yang diestimasi


(57)

8) Variability in X values, bahwa variasi di dalam nilai X

9) The regression model is correctly specified, bahwa model yang digunakan tidak memiliki spesifikasi yang bias.

10) There is no perfect multicolinearity, bahwa tidak ada hubungan linier sempurna diantara variabel penjelas.

Untuk memenuhi asumsi-asumsi tersebut sehingga memperoleh hasil OLS yang optimal, maka perlu dilakukan uji stasineritas data untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner (nonstochastic), hal tersebut sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya regresi lancung dan untuk menentukan model yang digunakan.

3.7. Pengujian model 3.7.1. Uji Teori Ekonomi

Uji teori ekonomi dilakukan untuk melihat apakah hasil estimasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip dan teori ekonomi. Jika tanda dari parameter tidak sesuai, maka hasil pengujian ditolak kecuali terdapat alasan-alasan khusus yang mendukung hasil estimasi yang diperoleh.

3.7.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Agar model regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid atau BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Asumsi- asumsi tersebut adalah :1) Tidak terdapat otokorelasi (adanya hubungan antara masing-masing residual observasi); 2) Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antar variable bebas); 3) Tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance


(58)

yang tidak konstan dari variable pengganggu). Oleh karena itu pengujian asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan (Gujarati, 2003).

1) Multikolinearitas

Multi korelasi/multikolinearitas artinya kondisi dimana terdapat korelasi yang tinggi antara dua atau lebih variabel independent dalam satu model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas tersebut dalam suatu model regresi berganda dapat dilihat melalui koefisien korelasi antara variable bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dengan kriteria apabila koefisien korelasi lebih besar dari 0,8 maka perlu diuji kembali antara dua variabel yang dianggap memiliki korelasi yang tinggi. Apabila hasil pengujian pada persamaan y = a + bx ternyata pada koefisien b ≠ 0 berarti tidak terjadi kondisi yan g saling berkorelasi.

2) Heterokedasitas

Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat setiap variabel yang dibatasi oleh nilai tertentu variabel bebas konstan atau sama untuk semua observasi. Heteroskedastisitas terjadi karena varian komponen pengganggu untuk tiap variabel bebas semakin besar. Artinya varian penaksir menjadi tidak efisien. Konsekuensi yang diterima dari adanya heteroskedastisitas adalah varian tidak lagi minimum, koefisien penaksir menjadi bias, penguji signifikansi dari koefisien regresi menjadi kuat, kesimpulan yang diambil dari model regresi tersebut menjadi salah. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Park (Park-Test), formulasinya sebagai berikut :


(59)

Ln e2 = a0 + a1 1nXt +

vt

Jika koefisien a

...(3.3)

1 signifikan secara statistik berarti terdapat

heteroskedastisitas. Cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah Arch Test. Jika dalam Arch test nilai Chi-Square lebih kecil dari nilai tabelnya maka data bebas dari heteroskedastisitas. Selain uji park dan uji arch adalah dengan uji White (Gujarati, 2003), dimana hipotesis nol yang digunakan tidak terdapat heteroskedastisitas dan berdasarkan nilai statistik χ2

3) Autokorelasi

dan statistik F. Keunggulan dari White test ini adalah selain dapat mendeteksi heteroskedastisitas dapat juga untuk mendeteksi kesalahan spesifikasi model.

Suatu asumsi penting dari model linier klasik adalah tidak ada autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan dimana disturbance term pada periode tertentu berkorelasi dengan disturbance term pada periode lain yang berurutan. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diamati menjadi bias dan variansnya tidak minimum.

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU), berarti bebas dari Autokorelasi. Jika nilai DW lebih kecil dari dL atau DW lebih besar dari (4 – dL) berarti terdapat Autokorelasi. Jika nilai DW berada pada selang lain maka tidak ada keputusan


(60)

yang diambil. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin Waston, yaitu nilai dL ; dU = α ; n ; (k – 1). Keterangan : n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel, dan α adalah taraf signifikan.

4) Uji Normalitas

Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Cara yang biasa dipakai untuk menghitung masalah ini adalah Chi Square. Tapi karena tes ini memiliki kelemahan, maka yang digunakan oleh

penulis adalah adalah Kolmogorov-Smirnov Test.

3.8 Uji Statistik

1) Uji t (individual test) digunakan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen.

Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah : Hipotesis 1

H0 : β1

H

= 0 : artinya harga biji kakao internasional tidak berpengaruh terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat

1: β1 < 0 : artinya harga biji kakao internasional berpengaruh negatif terhadap

ekspor ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat


(61)

H0 : β2

H

= 0 : artinya kurs Rupiah terhadap Dollar yang dinyatakan dalam Rp per US$ tidak berpengaruh terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

1: β2

Hipotesis 3

> 0 : artinya kurs Rupiah terhadap Dollar yang dinyatakan dalam Rp per US$ berpengaruh positif terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

H0 : β3

H

= 0 : artinya volume ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat

1 : β3

Hipotesis 4

< 0 : artinya volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya berpengaruh negatif terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat

H0 : β4

H

= 0: artinya harga biji kakao periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

0: β4

Hipotesis 5.

< 0: artinya harga biji kakao periode sebelumnya berpengaruh negatif terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

H0 : β5 = 0 : artinya GDP Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap ekspor biji


(62)

H1 : β5

Kaidah pengambilan keputusan adalah :

> 0 : artinya GDP Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

1) H0 akan ditolak atau H1

H

diterima pada tingkat kepercayaan tertentu, jika t-hitung > t-tabel yang berarti variabel independen ke-i yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen secara statistik.

0 akan diterima atau H1

t-hitung = b

ditolak pada tingkat kepercayaan tertentu, jika t- hitung < t-tabel yang berarti variabel independen ke-i yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen secara statistik. Besarnya nilai t-hitung dirumuskan sebagai berikut :

i / Sb

dimana : b

i

i

Sb

= parameter yang diestimasi

i

2) Uji F (Over all test) digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh semua variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah :

= Standar error parameter yang diestimasi

H0 : b1 = b2 = … = b1

H

= 0, artinya tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

1 : b1 = b2 = … = b1

Kaidah Pengambilan

≠ 0, artinya ada pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependen.


(63)

H0 akan ditolak atau H1

H

diterima pada tingkat kepercayaan tertentu jika F-hitung > F-tabel. Hal ini berarti variabel independen yang diuji secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

1 akan diterima atau H1

Besarnya nilai F-hitung dirumuskan sebagai berikut :

ditolak pada tingkat kepercayaan tertentu jika F-hitung < F-tabel. Hal ini berarti variabel independen yang diuji secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

F-hitung = ) k n /( ) R 1 ( ) 1 k /( R 2 − − ...(3.4) F-tabel = (k-1) ; (n-k) ; α

Dimana : R2

k = banyaknya koefisien (termasuk intersep) = koefisien determinasi

n = banyaknya observasi pada sampel

3) Uji R

Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat yang ditunjukkan dengan besarnya R

2

2.

Semakin tinggi nilai R2 hal tersebut mempunyai arti bahwa model regresi yang digunakan semakin baik, karena sebagian besar varians dari variabel bebas dapat menjelaskan varians dari variabel terikat. Nilai R2

R

dapat dicari dengan rumus :

2 2

2 1 1 ) Y Y ( ) Y ( − − Σ Σ = ...(3.5) dimana :


(64)

Y = rata-rata nilai variabel dependen Y1= nilai observasi …… (Gujarati, 2003).

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Variabel Penelitian

Ekspor kakao masih menjadi andalan provinsi Sumatera Utara di samping ekspor minyak kelapa sawit dan kopi. Hal ini tentu saja membuat ekspor kakao menjadi penyumbang devisa dan PDRB bagi provinsi ini. Oleh karena itu, adalah hal yang penting untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor kakao tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis mengajukan beberapa variabel bebas dan satu variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas yaitu harga biji kakao internasional (Pc), kurs Rupiah terhadap Dolar (ER), ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya (ExC), harga biji kakao internasional periode sebelumnya (PcS), dan GDP Amerika Serikat (GDP). Sementara itu yang menjadi variabel terikat adalah volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat (VKSU). Adapun penggunaan logaritma natural dalam data adalah untuk menghindari data regresi yang tidak normal dan untuk memperoleh regresi yang linier.

Kurs Rupiah terhadap Dolar bervariasi setiap hari, dan pada penelitian ini penulis menggunakan kurs jual Bank Indonesia (BI). Pendapatan


(65)

nasional (PDB) Amerika Serikat juga diperoleh dari website badan statistik Amerika Serikat. Data volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara. Harga biji kakao di pasaran internasional diperoleh dari website Internasional Cocoa Organization (ICCO). Sementara data volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara.

4.1.1 Tingkat harga Internasional

Perkembangan harga biji kakao di pasaran internasional pada umumnya dipengaruhi oleh supply dari negara produsen dan demand dari negara konsumen. Adanya musim panen raya kakao di negara produsen biasanya sangat mempengaruhi tingkat harga internasional. Tingkat harga kakao internasional menggunakan harga acuan di ICE bursa New York dan LIFFE bursa London.

Perkembangan tingkat harga biji kakao internasional tahun 2001 triwulan I sampai dengan tahun 2010 triwulan IV dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Data triwulan Harga biji kakao Internasional tahun 2002 – 2010

Tahun Harga Internasional ($) Tahun Harga Internasional ($)

2002.1 1541,21 2006.3 1617,50

2002.2 1609,77 2006.4 1604,96

2002.3 1999,56 2007.1 1812,43

2002.4 2017,39 2007.2 2049,14

2003.1 2136,78 2007.3 1999,26

2003.2 1746,82 2007.4 2001,29

2003.3 1582,60 2008.1 2462,28

2003.4 1546,09 2008.2 2782,13

2004.1 1565,64 2008.3 2323,12

2004.2 1417,81 2008.4 2239,12

2004.3 1612,11 2009.1 2587,78


(66)

Sumber : International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2002-2010

Grafik 4.1 Data triwulan harga biji kakao internasional tahun 2002 - 2010

Sumber : International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2002-2010 Berdasarkan tabel di atas, tingkat harga kakao internasional berfluktuasi dan harga tertinggi dicapai pada tahun 2009 triwulan IV senilai $ 3423,12 per ton. Jika dilihat secara menyeluruh, diketahui bahwa harga biji kakao internasional mengalami kenaikan setiap tahun dan mencapai puncaknya pada tahun 2009.

4.1.2 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dolar

Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Pada umumnya sistem nilai tukar uang (kurs) terbagi atas tiga yaitu sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) , nilai tukar mengambang (floating exchange rate) dan nilai tukar mengambang

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Harga biji kakao Internasional

2005.1 1677,75 2009.3 2970,55

2005.2 1544,68 2009.4 3423,12

2005.3 1491,57 2010.1 3296,10

2005.4 1464,64 2010.2 3205,94

2006.1 1555,88 2010.3 3058,75


(67)

terkendali (managed floating exchange rate). Indonesia kerap menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali karena BI sering mengintervensi pasar jika Dollar terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Berikut ini adalah daftar nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dari triwulan I tahun 2002 sampai triwulan IV tahun 2010

Tabel 4.2 Data triwulan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar tahun 2002 - 2010

Tahun Rupiah per Dollar Tahun Rupiah per Dollar

2002.1 10.245,69 2006.3 9167,02

2002.2 9154,77 2006.4 9179,31

2002.3 8994,72 2007.1 9144,86

2002.4 9103,39 2007.2 9017,82

2003.1 8951,71 2007.3 9295,66

2003.2 8530,08 2007.4 9280,28

2003.3 8471,67 2008.1 9306,21

2003.4 8513,58 2008.2 9310,10

2004.1 8500,92 2008.3 9262,23

2004.2 9037,18 2008.4 11.083,34

2004.3 9196,87 2009.1 11.681,35

2004.4 9171,61 2009.2 10.594,16

2005.1 9322,2 2009.3 10.046,58

2005.2 9595,13 2009.4 9517,35

2005.3 10.056,09 2010.1 9312,25

2005.4 10.041,83 2010.2 9165,16

2006.1 9350,2 2010.3 9044,02

2006.2 9152,67 2010.4 9007,94


(68)

Grafik 4.2 Data triwulan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar tahun 2002 - 2010

Sumber : Bank Indonesia (BI) tahun 2002-2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar cukup berfluktuasi. Kurs Dollar tertinggi terjadi pada tahun 2009 triwulan pertama dan terendah terjadi pada tahun 2003 triwulan ketiga.

4.1.3 Perkembangan GDP Amerika Serikat

GDP (Gross Domestic Product) disebut juga dengan Produk Domestik Brutto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran sektor konsumsi, investasi, belanja pemerintah (government expenditure), dan net export. Pada umumnya semakin makmur suatu negara maka semakin tinggi GDP negara tersebut.

Berikut ini adalah GDP Amerika Serikat dari tahun 2002 sampai 2010

Tabel 4.3 Data triwulan GDP Amerika Serikat tahun 2002 - 2010

Tahun GDP ($ AS) Tahun GDP ($ AS)

2002.1 10.498,7 2006.3 13.432,8

2002.2 10.601,9 2006.4 13.584,2

2002.3 10.701,7 2007.1 13.758,5

2002.4 10.766,9 2007.2 13.976,8

2003.1 10.887,4 2007.3 14.126,2

0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 14.000,00

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Kurs Rupiah terhadap Dolar


(69)

2003.2 11.011,6 2007.4 14.253,2

2003.3 11.255,1 2008.1 14.273,9

2003.4 11.414,8 2008.2 14.415,5

2004.1 11.589,9 2008.3 14.395,1

2004.2 11.762,9 2008.4 14.081,7

2004.3 11.936,3 2009.1 13.893,7

2004.4 12.123,9 2009.2 13.854,1

2005.1 12.361,8 2009.3 13.920,5

2005.2 12.500,0 2009.4 14.087,4

2005.3 12.728,6 2010.1 14.277,9

2005.4 12.901,4 2010.2 14.467,8

2006.1 13.161,4 2010.3 14.605,5

2006.2 13.330,4 2010.4 14.755,0

Sumber :Badan Statistik Amerika Serikat tahun 2002-201

Grafik 4.3 Data triwulan GDP Amerika Serikat tahun 2002 - 2010

Sumber :Badan Statistik Amerika Serikat tahun 2002-2010

Secara umum GDP Amerika Serikat setiap tahunnya menunjukkan kenaikan kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2008. Krisis ekonomi global tahun 2009 merupakan faktor utama penyebab turunnya GDP Amerika Serikat tahun 2009.

4.1.4 Perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat

Selain kakao, komoditas lain yang menjadi andalan provinsi Sumatera Utara untuk diekspor adalah kopi. Setiap tahun Sumatera Utara memberikan

0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 14.000,00 16.000,00

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

GDP Amerika Serikat


(70)

kontribusinya dalam hal ekspor kopi ke beberapa negara. Berikut ini adalah data volume ekspor kopi Sumatera Utara ke beberapa negara dari tahun 2003 sampai 2010.

Tabel 4.4 Data tahunan ekspor kopi Sumatera Utara ke AS

Tahun Berat Bersih (ton)

2003 41.439

2004 53.245

2005 58.965

2006 63.269

2007 71.443

2008 62.888

2009 67.318

2010 78.813

Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2003-2010

Secara umum, volume ekspor kopi Sumatera Utara mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2008 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007. Tujuan utama ekspor kopi Sumatera Utara adalah Amerika Serikat, Singapura, Taiwan, Kanada, Hongkong, Jepang, dan Malaysia.

Kopi di Sumatera Utara pada umumnya terbagi atas dua jenis yaitu kopi robusta dan kopi arabica. Kopi yg diekspor terdiri atas biji kopi robusta atau arabica yang belum dipanggang maupun yang sudah dipanggang, kopi yang telah didekafeinisasi maupun yang belum didekafeinisasi. Masing –


(71)

masing negara tujuan ekspor melakukan permintaan ekspor kopi dalam jenis yang berbeda – beda.

Di bawah ini adalah data triwulan volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat dari tahun 2002 sampai tahun 2010. Kopi yang dimaksudkan adalah semua jenis kopi yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 4.5 Data triwulan ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat

Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002-2010

Tahun Berat Bersih (ton) Tahun Berat Bersih (ton)

2002.1 3.928,703 2006.3 7.055,151

2002.2 7.616,912 2006.4 6.232,194

2002.3 2.685,715 2007.1 7.784,970

2002.4 4.875,598 2007.2 8.561,579

2003.1 4.704,221 2007.3 8.961,397

2003.2 3.450,300 2007.4 10.616,738

2003.3 4.478,165 2008.1 9.481,271

2003.4 3.869,100 2008.2 7.025,328

2004.1 4.129,740 2008.3 5.882,050

2004.2 6.429,082 2008.4 7.641,798

2004.3 6.141,463 2009.1 10.037,589

2004.4 5.681,577 2009.2 9.164,297

2005.1 6.618,496 2009.3 5.838,414

2005.2 6.698,998 2009.4 7.565,552

2005.3 5.130,899 2010.1 7.249,076

2005.4 6.294,298 2010.2 9.796,913

2006.1 7.921,619 2010.3 9.480,848


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)