Penyakit bulai Downy mildew

Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSPSP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama pupuk dasar, pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua pupuk susulan I, pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga pupuk susulan II, pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar Rukmana, 1997. Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Jagung

1. Penyakit bulai Downy mildew

Menurut Dwidjoseputro 1978 jamur penyebab penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Myceteae Divisi : Eumycota Class : Oomycetes Ordo : Peronosporales Family : Peronosporaceae Genus : Peronoslerospora Species : Peronosclerospora maydis Rac. Shaw Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 1. Konidiofor A, Sporangium B, Konidia C, Oospora E Sumber :http:www.redpav.avepagro.org.veagrotropv25_4254a0502.jpg Suku Peronosporaceae mempunyai sporangiofor yang berbeda jelas dari hifa yang biasa. Sporangiofor mempunyai sumbu yang jelas, umumnya mempunyai percabangan. Sporangiofor waktu permukaan berembun, miselium membentuk konidiofor yang keluar melalui mulut kulit Semangun, 1996. Dari satu mulut kulit dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Konidium yang masih muda berbentuk bulat, sedang yang sudah masak dapat menjadi jorong, konidium berukuran 12-19 x 10-23 µ m dengan rata-rata 19,2 x 17, 0 µ m. Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah. Sporangiofor pada sclerospora, panjang dan bercabang-cabang dekat dengan ujung. Sporangium tumbuh pada ujung cabang-cabang. Peronosporaceae tidak menghasilkan Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 sporangium terus menerus tetapi sekali saja. Sporangium boleh dikatakan seragam, semuanya serupa jeruk nipis Dwidjoseputro, 1978. Daun yang telah terkena infeksi menjadi bergaris-garis putih sampai kekuningan. Pada tingkatan akhir warna daun menjadi kecoklatan dan kering. Pertumbuhan menjadi terlambat. Bila yang terserang tanaman jagung yang baru saja tumbuh biasanya daun menjadi berwarna putih dan akhirnya mati. Kalau umur tanaman sudah beberapa minggu daun akan menguning dan yang baru muncul akan menjadi kaku dan kering. Tanaman ini bisa menjadi kerdil dan mati dan tak bisa berbuah. Bagian bawah daun menjadi kelihatan ada tepung putih yang berasal dari sisa konidia dan konodiofor. Bila umur tanaman sudah kira-kira satu bulan, walaupun sudah diserang oleh cendawan ini namun masih bisa tumbuh dan berbuah. Hanya tongkolnya tak bisa besar, kelobot tidak membungkus secara penuh pada tongkol. Ujung tongkol masih kelihatan. Kadang-kadang bijinya tak penuh, ompong Pracaya, 1999. P. maydis tidak dapat hidup secara saprofitik. Pertanaman di bekas pertanaman yang terserang berat dapat sehat sama sekali. Jamur ini harus bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup. Jamur dapat terbawa ke dalam biji tanaman sakit. Namun ini hanya terjadi pada biji yang masih muda dan basah pada jenis jagung yang rentan Karen and Ruhl, 2007. Oospora yang berada di dalam tanah sebagai sumber infeksi utama. Oospora membentuk sporangia dari infeksi nampak dalam bentuk bintik-bintik pada daun yang tumbuh berwarna coklat. Infeksi sekunder terlihat dengan adanya sporangia berwarna putih pada tanaman sebelah bawah Silitonga, dkk, 2007. Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 a Gambar 2. Gejala Serangan Penyakit Bulai a Sumber : Foto Langsung dari lapangan penelitian Penyakit bulai pada jagung terutama terdapat di dataran rendah dan jarang terdapat di daerah-daerah yang lebih tinggi dari 900 - 1200 m dari permukaan laut. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah yang ditanam pada musim hujan dengan curah hujan lebih dari 100 mm per tahun. Infeksi hanya terjadi kalau ada air, baik air embun, air hujan atau air gutasi. Infeksi juga ditentukan oleh umur tanaman dan umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih dari 3 minggu cukup tahan terhadap infeksi dan makin muda tanaman makin rentan Pangarsa dan Rahmawati, 2007. Maristella Simamora : Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Penyakit Penting Tanaman Jagung Zea Mays l. Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2009 Jamur menyebar dengan konidia melalui infeksi pada stomata atau lentisel. Perkembangan cendawan sangat baik pada keadaan lembab, curah hujan tinggi, pemupuka n N yang berat dan sifat fisik tanah yang berat. Spora disebarkan oleh angin pada cuaca kering. Konidium berkecambah paling baik pada suhu 30 C Pracaya, 1999. Untuk mengendalikan penyakit bulai pada jagung dapat dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah pengendalian secara terpadu : 1. Penggunaan varietas tahan terhadap penyakit ini seperti Kalingga, Wijasa, Bromo. Parikesit dan Jagung Hibrida 2. Bila musim hujan datang, udara lembab dan serangan bulai banyak. Tanaman yang terserang segera dicabut. 3. Melakukan rotasi tanaman, dimaksudkan untuk memutus siklus hidup penyakit. 4. Pengobatan benih dengan menggunakan Ridomil 35 SD atau Saromyl 35 SD. Untuk pertanaman digunakan Ridomil Gold 350 EC 5. Pemupukan bersamaan saat tanam juga dapat membantu mencegah serangan penyakit. Tanaman akan tumbuh sehat dan kokoh sehingga mempunyai kekuatan untuk menangkal penyakit Semangun, 1993; Dadang, 2006.

2. Penyakit Hawar Daun