PT Asuransi Ekspor Indonesia 20

Untuk Third Party Liabilty nilai kerugian maksimal yang dijamin dibatas untuk tiap-tiap kerugian yang timbul terhadap : 1. Luka-luka pada orang = Rp. 100.000.000,00 per kecelakaan 2. Rusaknya hak milik = Rp. 1.000.000.000,00 Tertanggung telah menentukan bahwa asuransi yang menutup kondisi diatas adalah PT Asuransi Bintang, hal ini didasarkan pertimbangan internal Tertanggung. Sesuai kapasitas yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang, maka kemampuan maksimal yang dapat ditutup adalah sebesar 30 tiga puluh persen dari Total Nilai Pertanggungan, maka sisa sebesar 70 tujuh puluh persen, ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi lainnya dalam bentuk Lembar Penyertaan Penutupan Placing Slip. Perusahaan asuransi yang mendapatkan Placing Slip akan memberikan konfirmasi mengenai kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam penutupan tersebut dan masuk sebagai anggota dari Panel Koasuransi gabungan beberapa asuransi dalam menutup satu objek asuransi atas timbulnya kerugian akibat terjadinya suatu peristiwapetaka. Dalam contoh diatas, konfirmasi yang didapat PT Asuransi Bintang selaku Pemimpin Panel Koasuransi Leader adalah : Tabel 1. Konfirmasi Yang Didapat PT Asuransi Bintang Selaku Pemimpin Panel Koasuransi Leader No Nama Asuransi Bagian Share Status dalam Panel Koasuransi 1. PT Asuransi Bintang 30 Leader

2. PT Asuransi Ekspor Indonesia 20

Member 3. PT Asuransi Ramayana 15 Member 4. PT Asuransi Tripakarta 10 Member 5. PT Asuransi Dayin Mitra 10 Member 6. PT Asuransi Wahana Tata 10 Member 7. PT Asuransi Mega 5 Member Total 100 Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Dengan telah dipenuhinya komposisi Panel Koasuransi sebesar 100, maka secara langsung segala hal yang terkait dengan pertangungjawaban atas penerimaan premi dan pertanggungjawaban kewajiban pembayaran klaim adalah bersifat renteng sesuai dengan bagian share yang disepakati oleh anggota dari Panel Koasuransi. Karena pertanggungan saling menanggung itu termasuk jenis pertanggungan kerugian, maka ada beberapa pedoman yang memerlukan perhatian : 1. Pertanggungan kerugian itu adalah suatu perjanjian timbal balik, dengan mana penanggungan berkewajiban untuk mengganti kerugian, sedangkan tertanggung berkewajiban untuk membayar uang premi, jadi tidak mungkin ada pertanggungan kerugian tanpa premi. 2. Ganti kerugian dalam pertanggungan kerugian harus merupakan uang dan tidak boleh berwujud benda atau jasa. Pertanggungan yang memberikan ganti kerugian berwujud benda atau jasa bukanlah pertanggungan kerugian. 3. Perjanjian pertanggungan kerugian itu bersifat konsensual murni, artinya pertanggungan terbentuk, bila setelah ada persetujuan kehendak dari para pihak Pasal 257 ayat 1 KUH Dagang 4. Pertanggungan kerugian itu dikuasai oleh asas “Indemnitas” atau asas “keseimbangan”, menurut asas mana, orang yang berkepentingan tidak boleh mendapat keuntungan dari perjanjian pertanggungan itu, tetapi dia hanya dapat memperoleh ganti kerugian sebesar kerugian yang benar- benar diderita oleh tertanggung. 68

B. Reasuransi dan Koasuransi

Reasuransi adalah merupakan bagian dari pada asuransi. “Reasuransi merupakan teknik bagi suatu perusaaan asuransi yang mendapatkan asuransi terhadap kerugianmalapetaka yang luar biasa” 69 68 HMN Purwosutjipto, SH, Op.cit, hlm. 117. 69 Drs. Herman Darmawi, Managemen Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 56. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Keberadaannya itu timbul karena adanya asuransi, dengan perkataan lain tidak akan ada reasuransi kalau asuransi itu sendiri tidak ada. Walaupun demikian reasuransi itu merupakan suatu hal yang sangat penting bahkan sangat vital dalam kehidupan asuransi, sampai-sampai dikatakan bahwa reasuransi itu adalah jantungnya perusahaan asuransi. Demikian pentingya reasuransi itu sehingga apabila reasuransi itu tidak dijalankan maka perusahaan asuransi yang bersangkutan tidak akan mampu mempertahankan hidupnya, dan lambat laun akan mengalami kebangkrutan. Dalam dunia bisnis perasuransian, khususnya dalam penutupan asuransi adalah suatu hal yang prinsip bahwa resiko yang ditutup itu perlu atau harus disebarkan agar supaya resiko tersebut tidak akan membebani dirinya sendiri melampaui batas kemampuan daya pikulnya sendiri. Prinsip tersebut dikenal dengan istilah “Prinsip penyebaran risiko” atau “Spreading of Risk Principle”. Dengan penyebaran tersebut maka berarti sebagian daripada risiko yang ditutupnyadijamin itu akan dipikul sendiri sedangkan sebagian lagi akan dibagikan kepada perusahaan-perusahaan asuransi lain untuk ikut memikulnya. Untuk penyebaran risiko tersebut terdapat 2 dua cara, yaitu : Koasuransi dan Reasuransi. Koasuransi adalah asuransi bersama, sedangkan Reasuransi adalah asuransi kembali. Risiko bermacam-macam yang besar dan ada yang kecil, resiko yang besarlah yang memerlukan reasuransi, karena risiko yang tersebut besarnya melebihi jumlah batas kemampuan daya pikul sendiri perusahaan asuransi. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, mendefenisikan usaha reasuransi sabagai usaha yang memberikan jasa dalam asuransi Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi. Kegiatan usaha asuransi dan reasuransi merupakan kegiatan usaha yang bersambungan. Persambungan tersebut dapat dilihat pada kedudukan penanggung. Pada perusahaan Asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung, pada perusahaan Reasuransi, penanggung ulang menerima pengalihan risiko dari penanggung, jadi kedudukan penanggung adalah sebagai tertanggung dalam reasuransi. Hubungan hukum antara penanggung dan penanggung ulang didasarkan pada perjanjian. Reasuransi asuransi ulang adalah perjanjian antara penanggung insurer dan penanggung ulang reinsure, berdasarkan perjanjian tersebut penanggung ulang menerima premi dari penanggung yang jumlahnya ditetapkan lebih dulu, dan penanggung ulang bersedia untuk membayar ganti kerugian kepada penanggung, bilamana dia membayar ganti kerugian kepada tertanggung sebagai akibat asuransi yang dibuat antara penanggung dan tertanggung, ini berarti bahwa dalam perjanjian reasuransi penanggung mengasuransikan lagi risiko yang menjadi tanggungannya itu kepada penanggung ulang, jadi terdapat asuransi berurutan dan bertingkat. 70 Reasuransi adalah proses asuransi kembali atau asuransi ulang, sedangkan koasuransi adalah merupakan proses asuransi secara bersama-sama. Keduanya adalah merupakan dalam penyebaran risiko Spreading Of Risk Fungsi, manfaat dan kegunaan yang dapat diperoleh dari ko asuransi yaitu : 1. Menaikkan kapasitas kemampuan untuk menutup resiko atas suatu objek pertanggungan akseptasi perusahaan asuransi. 2. Menunjang stabilitas keuangan perusahaan asuransi 3. Sebagai alat untuk menyebarkan risiko 70 Abdul Kadir Muhammad, Op.cit, hlm. 151. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 4. Membantu perusahaan asuransi dalam kebebasan untuk menerima penutupan suatu objek pertanggungan dengan suatu analisa Underwriting Flexibility dan manajemennya untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan. Tujuan dari Koasuransi adalah : 1. Agar supaya perusahaan asuransi yang menutup risiko tersebut dapat mengurangi beban yang dipukulnya sampai batas kemampuan daya pikulnya sendiri. 2. Agar supaya dengan kemampuan sendiri yang terbatas itu, perusahaan asuransi dapat menutup risiko yang harga pertanggungannya melebihi batas kemampuannya sendiri. 3. Agar supaya perusahaan asuransi karena pertimbangan komersialnya tidak perlu harus menolak suatu permintaan dari nasabah baiknya untuk menutup objek pertanggungan yang dari risiko tinggi “High Risk” dan tidak disukainya “Undesirable Risk” Agar supaya perusahaan asuransi dapat menjalankan perusahaannya dengan baik satu dan lain dalam rangka untuk dapat menutup risiko atas bermacam-macam objek pertanggungan “The Law of Large Number”. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam koasuransi adalah : 1. Prinsip Itikad Baik “Utmost Good Faith” Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menyatakan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Prinsip ini juga berlaku bagi perjanjian dalam bidang hukum dagang. Pasal 281 KUH Dagang menghendaki adanya “Itikad Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Baik”, kalau prinsip ini tidak ada maka pengambilan premi “restorno” tidak dapat dilakukan. Prinsip ini juga berlaku pada perjanjian Koasuransi. Baik Pemimpin Panel Koasuransi Leader maupun Anggota Panel Koasuransi Member harus berihtikad baik, kalau tidak, maka perjanjian dapat dibatalkan istilah iktikad baik atau “Goede Trouw“ atau “Utmost Good Faith” adalah kemauan baik dari setiap pihak untuk melakukan perbuatan hukum agar akibat dari kehendakperbuatan hukum itu dapat tercapai dengan baik. Itikad baik selalu dilindungi oleh hukum, sedangkan tidak ada unsur tersebut tidak dilindungi. Itikad baik dianggap pada tiap-tiap pemegang kedudukan dan bila tidak ada, harus dibuktikan. Dalam bidang perjanjian koasuransi maka Pemimpin Panel Koasuransi Leader harus memberitahukan kepada Anggota Panel Koasuransi Member segala sesuatu mengenai risiko yang akan dilimpahkan kepadanya dan sebaliknya Anggota Panel Koasuransi Member tidak boleh mencari-cari alasan yang tidak masuk akal dengan maksud untuk menghindari kewajibannya membayar ganti kerugian yang menurut hukum harus dilaksanakan. “Prinsip Itikat Baik yang sempurna ditetapkan secara universal bersama-sama. baik untuk asuransi maupun reasuransikoasuransi.................... , keduanya adalah pendukung asas itikat baik yang sempurna. Asas ini melarang para pihak menyembunyikan apa yang diketahuinya terhadap yang lain.” 71 2. Prinsip “Insurable Interest” 71 Dr. Sri Rejeki Hartono, SH, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 167. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Kepentingan yang dipertanggungkan “Insurable Interest” atau istilah lainnya adalah “kepentingan” saja. Kepentingan adalah hak atau kewajiban tertanggung terhadap benda pertanggungan. Kepentingan dalam koasuransi adalah kewajiban Anggota Panel Koasuransi Member untuk mengganti kerugian terhadap klaim yang telah dibayarkan Pemimpin Panel Koasuransi Leader kepada tertanggung. Kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest dari penanggung pertama perusahaan asuransi atau ceding company adalah terbatas pada tanggung jawabnya menurut besarnya kerugian-kerugian yang dapat diderita sesuai dengan polis atau polis-polis yang telah diadakannya dengan tertanggung- tertanggungnya atau nasaba-nasabahnya. 72 3. Prinsip “Indemnitas” Prinsip “Indemnitas” adalah prinsip ganti rugi terkait pasal 252 KUH Dagang dan 253 KUH Dagang. Isi daripada prinsip indemnitas adalah keseimbangan, seimbang antara jumlah ganti kerugian dengan kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung, keseimbangan antara jumlah pertanggungan dengan nilai sebenarnya benda pertanggungan. Prinsip ini berlaku bagi asuransi kerugian, tetapi tidak berlaku bagi asuransi jiwa, sebab pada asuransi jiwa prestasi penanggung adalah membayar sejumlah uang seperti yang telah ditetapkan pada perjanjian ditutup polis asuransi diterbitkan. Dalam bidang koasuransi dalam hal asuransi kerugian, prinsip indemnitas berlaku sepenuhnya. Pembagian premi dan pembagian jumlah ganti kerugian antara Pemimpin Panel Koasuransi Leader dengan Anggota Panel Koasuransi Member adalah seimbang dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam perjanjian klausula koasuransi Coinsurance Clause 72 Ibid, hlm. 165-166 Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 “Perjanjian reasuransikoasuransi, pada hakikatnya adalah perjanjian untuk melaksanakan kewajiban mengganti kerugian yang diderita oleh penanggung pertamaceding company baik karena pembayaran ganti rugi yang sudah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan berdasarkan tanggung jawabnya untuk membayar ganti kerugian “ 73 4. Prinsip “Subrogasi” Subrogasi adalah hak menuntut dari tertanggung kepada penanggung, mana kala jumlah ganti kerugian sepenuhnya sudah diganti oleh penanggung Pasal 284 KUH Dagang. Dalam bidang Koasuransi Anggota Panel Koasuransi Member yang sudah membayar ganti kerugian kepada tertanggung melalui Pemimpin Panel Koasuransi Leader, berhak atas subrogasi itu. Jadi, jika Pemimpin Panel Koasuransi Leader menerima subrogasi, maka Anggota Panel Koasuransi Member juga mendapat subrogasi dari Pemimpin Panel Koasuransi Leader sebanding dengan jumlah bagiannya Share. Dalam hal ini penanggung ulang itu juga memperoleh Perolehan KembaliPemulihan Kerugian “Recovery”. “Prinsip Subrogasi berkaitan dengan suatu keadaan dimana, kerugian yang dialami tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak ketiga” 74 5. Prinsip “Kontribusi” Prinsip kontribusi ini terjadi bila ada “Double-Insurance” sebagai dimaksud dalam pasal 278 KUH Dagang, yakni dalam satu-satunya polis, ditandatangani oleh beberapa penanggung. Dalam hal yang demikian, maka mereka itu bersama- sama, menurut imbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka telah menandatangani polis, memikul hanya harga sebenarnya dari kerugian yang 73 Ibid, hlm. 161. 74 Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Op.cit, hlm. 76. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 diderita oleh tertanggung. Karena dalam bidang reasuransi kenyataan hukum yang disebut “Double Reinsurance” atau “Co-Reinsurance” itu dalam praktik tidak pernah terjadi, maka prinsip “kontribusi” ini dalam reasuransi menjadi tidak relevan. Yang dimaksud dengan “Double Reinsurance” atau “Co-Insurance” ini adalah bila dalam satu-satunya polis ditandatangani lebih dari satu penanggung ulang. “Prinsip Kontribusi berkaitan dengan adanya lebih dari 1 satu polis yang memberikan proteksi asuransi atas objek asuransi yang sama milik Tertanggung” 75 6. Prinsip “Follow The Leader” Prinsip ini berarti Anggota Panel Koasuransi Member akan mengikuti suka duka Pemimpin Panel Koasuransi Leader. Prinsip ini hanya khusus bagi Koasuransi. Prinsip ini menghendaki bahwa Anggota Panel Koasuransi Member tidak boleh mempertimbangkan secara sepihak, terhadap objek pertanggungan, akibatnya segala sesuatu, termasuk peraturan dan perjanjian, yang berlaku bagi Pemimpin Panel Koasuransi Leader, berlaku pula bagi Anggota Panel Koasuransi Member. Dalam Koasuransi, Anggota Panel Koasuransi Member menerima suatu pembagian share yang tetap dalam tanggung jawabnyatanggung gugatnya sebagaimana ditetapkan oleh Pemimpin Panel Koasuransi Leader, 75 Ibid, hlm. 77 Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Dalam Koasuransi, Pemimpin Panel Koasuransi Leader dan Anggota Panel Koasuransi Member membagi-bagi premi dan kerugiannya dalam proporsi yang telah ditetapkan semula, dimana dalam hal terjadi klaim dari jumlah yang dibayarkan Pemimpin Panel Koasuransi Leader maka Anggota Panel Koasuransi Member akan menggantinya sejumlah sesuai dengan pembagian tanggung jawab “Proportion of Liability” yang dimilikinya menurut pengaturan sebelumnya, sehingga antara Pemimpin Panel Koasuransi Leader dan Anggota Panel Koasuransi Member masing-masing mempunyai kepentingan yang sama dalam suatu risiko. Ciri-ciri khas untuk mengenal koasuransi terletak pada 3 faktor, yaitu : 1. Tanggung Jawab Liability 2. Premi Premium 3. Kerugian Claim Koasuransi adalah merupakan proses asuransi secara bersama-sama. Keduanya adalah merupakan cara dalam penyebaran risiko “Spreading of Risk”. Suatu risiko ada kalanya demikian besar sehingga tidak dapat ditanggung sendiri oleh satu perusahaan asuransi saja, sehingga perusahaan asuransi tersebut memerlukan dukungan dari perusahaan-perusahaan asuransi lainnya. Cara pembagiaannya adalah dengan sistem koasuransi. Dalam koasuransi telah jelas, bahwa perusahan asuransi yang menutup asuransinya yang pertama yang umumnya disebut dengan Pemimpin Panel Koasuransi Leader membagi risiko yang ditutupnya itu kepada Anggota Panel Koasuransi Member. Dalam hal ini anggota Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 panel Member tidak ada hubungan langsung dengan pihak tertanggung atau sebaliknya. Karena itu dalam segala urusan yang berhubungan dengan tertanggung hanya akan berhubungan dengan Pemimpin Panel Koasuransi Leader yang menutupnya saja perusahaan yang menerbitkan polisnya, termasuk dalam hal masalah klaim, walaupun dalam pelaksanaanya risiko yang ditutup asuransinya itu dikoasuransikan. Dengan demikian masalah pembayaran klaimnya pun perusahaan asuransi sebagai Pemimpin Panel Koasuransi Leader bertanggung jawab penuh 100 kepada tertanggung, Anggota Panel Koasuransi Member hanya bertanggung jawab kepada Pemimpin Panel Koasuransi Leader, yaitu perusahaan yang menerbitkan polis asuransi untuk bagiannya Share dalam klaim tersebut. Dan apabila koasuransi itu telah dilakukan, maka seluruh Anggota Panel Asuransi yang terdiri dari Pemimpin Panel Koasuransi Leader dan Anggota Panel Koasuransi Member hanya akan memikirkan untuk bagian yang ditutupnya sendiri itu, dan jika terjadi klaim maka hal ini tidak akan terlalu membebaninya, terutama dalam hal mengusahakan dana untuk pembayaran klaim tersebut sebelum terjadinya pemulihan kerugian “Recovery”. Cara Koasuransi ada 2 macam pula, yaitu Koasuransi yang dilakukan oleh beberapa perusahaan asuransi dengan menggunakan 1 polis saja, dan Koasuransi yang dilakukan dengan menggunakan polisnya masing-masing untuk sebesar bagian yang ditutupnya, yang dalam hal ini dikenal penutupan koasuransi secara polis berjalan bersama “Run In Conjuction”. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Koasuransi terjadi setelah pihak-pihak yang bersangkutan yaitu Pemimpin Panel Koasuransi Leader dan Anggota Panel Koasuransi Member mengadakan kesepakatan-kesepakatan atas hal-hal yang telah dinegosiasikan sebelumnya. Dalam negosiasi yang terjadi antara Pemimpin Panel Koasuransi Leader dan Anggota Panel Koasuransi Member, diperlukan data-data atau informasi-informasi yang akan dinegosiasikan. Data-data atau informasi-informasi tersebut pada permulaannya dituangkan dalam suatu formulir pesetujuan untuk ikut menanggung “Placing Slip”, yang dalam proses selanjutnya dibuatkan polis yang bersifat sementara “Cover Note” dan pada akhirnya diterbitkan Polis utama yang secara rinci menjelaskan kondisi pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi kepada pihak tertanggung. Cover Note dalam asuransi disebutkan juga Binder, merupakan suatu nota penutupan sementara yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi, dimana dinyatakan bahwa penanggung telah memberikan jaminan penutupan asuransi atas pertangggungan tertentu dengan nilai tertentu seperti yang tercantum pada nota tersebut. Cover Note biasanya berlaku selama 30 tiga puluh hari dan akan menjadi batal dengan sendirinya setelah polis dikeluarkan. Alasan penerbitan Cover Note antara lain : Data-data belum lengkap, misalnya nama kapal, dan tanggal pemberangkatan kapal belum diketahui dalam asuransi pengangkutan “Marine Cargo Insurance” Menunggu proses administrasi penerbitan polis Dalam perjanjian koasuransi Cover Note yang dikeluarkan oleh pemimpan panel Leader merupakan semacam polis sementara dimana dicantumkan antara lain : Share dari masing-masing anggota panel asuransi Limit nilai pertanggungan Komisi koasuransi dan lain-lain. 76 76 Safri, Ayat, Kamus Praktis Asuransi, Op.cit, hlm. 87 Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Pada penutupan dilakukan secara Koasuransi atas pekerjaan konstruksi pada Cambridge Hotel PT MEDAN GLOBAL TOWN SQUARE yang terletak di Jl. S Parman Medan, Sumatera Utara, polis yang digunakan adalah polis Contractor All Riks Polis Risiko Pekerjaan Konstruksi. PT Persero Asuransi Ekspor Indonesia bertindak sebagai Anggota Panel Koasuransi Member dan sebagai Pemimpin Panel Koasuransi Leader adalah PT Asuransi Bintang. dengan komposisi bagian Share adalah sebagai berikut : Tabel 2. Status Dalam Panel Koasuransi No Nama Asuransi Bagian Share Status dalam Panel Koasuransi 1. PT Asuransi Bintang 30 Leader

2. PT Asuransi Ekspor Indonesia 20