Alat Pengumpulan Data Analisis Data

Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa : a. Bahan Hukum Primer Yaitu bahan hukum yang mengikat, berupa ketentuan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain berupa buku-buku hasil penulisan, jurnal, makalah, artikel, surat kabar, internet yang berkaitan dengan objek penulisan ini. c. Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum dan jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat yang dipakai dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Studi Dokumen, untuk mengumpulkan data sekunder guna dipelajari kaitannya dengan permasalahan yang diajukan. Data ini diperoleh dengan mempelajari buku-buku, hasil penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang ada kaitannya dengan Hukum Perasuransian yang selanjutnya digunakan sebagai kerangka teoritis untuk penelitian dilapangan. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 2. Wawancara, dilakukan dengan pedoman wawancara informan yang telah ditetapkan dengan memilih model wawancara langsung tatap muka, yang terlebih dahulu dibuat pedoman wawacara dengan sistematika berdasarkan pokok bahasan, kepada Pejabat PT. Asuransi Ekspor Indonesia Cabang Medan.

5. Analisis Data

Data sekunder yang telah dianalisis dengan pengolahan data yang meliputi kegiatan analisa data menggunakan metode analisis kualitatif dengan logika deduksi, yaitu berfikir dari hal umum menuju spesifik, atau pemikiran dimulai dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus yang menggunakan perangkat normatif yang interpretasi dan kontruksi hukum, sehingga analisis data diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008

BAB II PEMBAGIANSHARE ANTARA PARA PIHAK PENANGGUNG DALAM

PERTANGGUNGJAWABAN RENTENG A. Pertanggungjawaban Renteng Isi Pasal 1278 KUH Perdata adalah : Suatu perikatan tanggung renteng terjadi antara beberapa orang yang berpiutang, jika didalam perjanjian secara tegas kepada masing-masing diberikan hak untuk menuntut pemenuhan seluruh hutang. sedangkan pembayaran yang dilakukan kepada salah satu membebaskan orang yang berhutang meskipun perikatan menurut sifatnya dapat dipecah dan dibagi antara orang yang berpiutang tadi. Pertanggungjawaban renteng sering juga disebut pertanggungan saling menanggung. Dari sudut ekonomi, pertanggungan kerugian itu besar sekali artinya bagi perusahaan-perusahaan yang mempunyai resiko besar. Dapat dikatakan, bahwa perusahaan besar tidak dapat lancar dilaksanakan tanpa adanya lembaga pertanggungan karena tujuan utama pertanggungan itu adalah untuk mengalihkan resiko tertanggung kepada penanggung. Untuk tujuan ini, mula-mula ada lembaga hukum yang disebut pertanggungan saling menanggung ondonderlinge verzekering sebagai yang diatur dalam Pasal 286 KUH Dagang. Pertanggungan ini berbentuk suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang atau pengusaha-pengusaha. yang sama-sama diancam oleh satu jenis bahaya yang sama. Mereka membagi-bagi resiko yang mereka hadapi bersama-sama itu dengan cara bersama-sama mengikatkan diri Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 34 untuk memikul kerugian yang timbul karena bahaya yang sama itu, yang menimpa salah seorang dari anggota atau pemimpin dari kelompok tersebut. Memikul kerugian secara bersama-sama itu dilakukan dengan cara : a. Kerugian yang diderita dalam satu jangka waktu tertentu 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan, dibagi sama rata antara anggotanya. b. Masing-masing anggota membayar uang premi tiap-tiap tahun, dengan mana kerugian yang timbul dapat diganti. Pertanggungan semacam ini tidak diatur dalam KUH Dagang, hanya disinggung saja, yaitu dalam Pasal 286 KUH Dagang. Isi Pasal 286 KUH Dagang adalah : “Suatu perikatan adalah tanggung- menanggung-tanpa memedulikan prestasi dapat atau tidak dapat dibagi, jika setiap debitor berkewajiban menyerahkan atau setiap kreditor berhak atas seluruh prestasi, dan dengan pembayaran oleh salahsatu debitor atau penerimaan oleh suatu kreditor perikatan hapus untuk semua pihak.” 63 “Tanggung Renteng Aktif adalah perikatan tanggung renteng yang pihaknya terdiri dari beberapa orang kreditor itu dinamakan perikatan tanggung renteng aktif . Hak pilih adalah pada debitur.” 64 “Tanggung Renteng Pasif adalah terjadinya suatu perikatan tanggung- menangggu di antara orang-orang yang berhutang, yang mewajibkan mereka melakukan suatu hal yang sama.” 65 63 Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta 2007, hlm. 397. 64 Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman. SH, et al, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, hlm. 49-50. 65 Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman. SH, Aneka Hukum Bisnis , Alumni, Bandung 2005, hlm. 15. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 “Pertanggungan saling menanggung ini berbeda dengan pertanggungan yang diatur dalam KUH Dagang. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut : 1. Bahwa anggota tidak perlu mengeluarkan uang, yang dalam pertanggungan biasa merupakan keuntungan penanggung, yang dimasukkan dalam perhitungan uang premi, dan harus dibayar oleh tertanggung. 2. Bahwa sifat kepribadiannya sangat kuat, sehingga masing-masing anggota itu saling mengenal, yang berakibat bahwa dalam bidang pengawasan lebih terjamin daripada pertanggungan biasa, misalnya mengenai “pemberitaan” dan mengenai perhitungan yang dimajukan oleh masing- masing anggota.” 66 Pasal 286 ayat 1 KUH Dagang berbunyi sebagai berikut “pertanggungan saling menanggung diatur menurut perjanjian-perjanjian dan reglemen-reglemen yang bersangkutan dan apabila kurang lengkap, menurut asas-asas hukum pada umumnya”. “Dalam hukum perjanjian ada suatu aturan,bahwa tiada perikatan dianggap tanggung menanggung, kecuali hal itu dinyatakan diperjanjikan secara tegas, ataupun ditetapkan oleh Undang-Undang.” 67 Jenis pertanggungan saling menanggung ini lama kelamaan didesak oleh pertanggungan jenis pertanggungan premi dimana seorang penanggung yang berdiri sendiri mengadakan perjanjian pertanggungan dengan beberapa orang penanggung, yang masing-masing berdiri sendiri pula. Dalam sistematik pengaturan hukum pertanggungan dalam KUH Dagang, pertanggungan saling menanggung atau pertanggungjawaban renteng itu termasuk jenis pertanggungan kerugian. Dalam pertanggungan jenis ini seorang penanggung mengadakan perjanjian dengan beberapa orang penanggung, hal ini dapat ditinjau dari dua sudut : 66 HMN Purwosutjipto, SH, Op.cit, hlm. 116 67 Prof. Subekti, SH, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2004, hlm. 8. Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 1. Dari sudut yuridis, perjanjian itu harus ditinjau sendiri-sendiri, antara penanggung dengan tertanggung. 2. Dari sudut ekonomi, maka seorang penanggung yang mengadakan perjanjian dengan beberapa orang penanggung itu mempunyai arti sebagai pembagian risiko atau untuk menghilangkan ataupun mengurangi risiko yang diderita. Sebagai contoh dapat dikemukakan suatu bentuk penutupan asuransi atas pekerjaan konstruksi pada Cambridge Hotel PT MEDAN GLOBAL TOWN SQUARE yang terletak di Jl. S Parman Medan, Sumatera Utara. Polis yang digunakan adalah polis Contractor All Riks Polis Risiko Pekerjaan Konstruksi. Dalam polis ini terdapat 2 risiko kerugian yang dijamin oleh perusahaan asuransi yaitu resiko kerugian akibat rusaknya fisik bangunan yang sedang dikerjakan Material Damage, serta kerugian yang timbul kepada pihak ketiga Third Party Liability yang berada didalam lingkungan proyek konstruksi tersebut. Untuk risiko Material Damage nilai kerugian yang dijamin dibatasi untuk tiap-tiap tahapan pekerjaan, misal : 1. Pekerjaan Penimbunan = Rp. 10.000.000.000,00 2. Pekerjaan Pemadatan Tanah = Rp. 15.000.000.000,00 3. Pekerjaan Penggalian Tanah = Rp. 4.000.000.000,00 4. Pekerjaan Struktur Bangunan = Rp. 220.000.000.000,00 5. Pekerjaan Mesin dan Listrik = Rp. 150.000.000.000,00 ----------------------------------- + Total Nilai Pertanggungan = Rp. 399.000.000.000,00 Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. Persero Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009 USU Repository © 2008 Untuk Third Party Liabilty nilai kerugian maksimal yang dijamin dibatas untuk tiap-tiap kerugian yang timbul terhadap : 1. Luka-luka pada orang = Rp. 100.000.000,00 per kecelakaan 2. Rusaknya hak milik = Rp. 1.000.000.000,00 Tertanggung telah menentukan bahwa asuransi yang menutup kondisi diatas adalah PT Asuransi Bintang, hal ini didasarkan pertimbangan internal Tertanggung. Sesuai kapasitas yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang, maka kemampuan maksimal yang dapat ditutup adalah sebesar 30 tiga puluh persen dari Total Nilai Pertanggungan, maka sisa sebesar 70 tujuh puluh persen, ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi lainnya dalam bentuk Lembar Penyertaan Penutupan Placing Slip. Perusahaan asuransi yang mendapatkan Placing Slip akan memberikan konfirmasi mengenai kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam penutupan tersebut dan masuk sebagai anggota dari Panel Koasuransi gabungan beberapa asuransi dalam menutup satu objek asuransi atas timbulnya kerugian akibat terjadinya suatu peristiwapetaka. Dalam contoh diatas, konfirmasi yang didapat PT Asuransi Bintang selaku Pemimpin Panel Koasuransi Leader adalah : Tabel 1. Konfirmasi Yang Didapat PT Asuransi Bintang Selaku Pemimpin Panel Koasuransi Leader No Nama Asuransi Bagian Share Status dalam Panel Koasuransi 1. PT Asuransi Bintang 30 Leader

2. PT Asuransi Ekspor Indonesia 20