Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010.
Cari akar dari polinomial dengan metode Trial and Error. ---------------------------------------------------------
Tes setiap kemungkinan nilai a : a1 -- a2 a13 + a18 a12 + a16 a11 + 1 = a17
a2 -- a2 a23 + a18 a22 + a16 a21 + 1 = a10 a3 -- a2 a33 + a18 a32 + a16 a31 + 1 = a25
a4 -- a2 a43 + a18 a42 + a16 a41 + 1 = a12 a5 -- a2 a53 + a18 a52 + a16 a51 + 1 = a14
a6 -- a2 a63 + a18 a62 + a16 a61 + 1 = a7 a7 -- a2 a73 + a18 a72 + a16 a71 + 1 = a19
a8 -- a2 a83 + a18 a82 + a16 a81 + 1 = 0 -- akar
a9 -- a2 a93 + a18 a92 + a16 a91 + 1 = a8 a10 -- a2 a103 + a18 a102 + a16 a101 + 1 =
0 -- akar a11 -- a2 a113 + a18 a112 + a16 a111 + 1 =
0 -- akar Ambil nilai invers dari akar polinomial.
----------------------------------------- Invers dari a8 = a23
Invers dari a10 = a21 Invers dari a11 = a20
Jadi, posisi bit error = 23,21,20
Bit pesan hasil koreksi = 0110000101100010
Check bit hasil koreksi = 110000010001010 Pesan = ab
4.4 Evaluasi Performansi Kode BCH
Ide dari evaluasi performansi menggunakan model Jacobs-Viterbi adalah untuk mensimulasikan berbagai macam kondisi saluran dan menemukan
performansi dari sistem pengkodean, yang dibandingkan dengan sistem yang tidak dikodekan dan membuat grafik BER Bit Error Rate vs EbNo energy per bit to
noise power spectral density ratio
Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010.
Untuk itu, digunakan model komunikasi Shannon dan di-input sebuah deretan bit acak, yang akan dikodekan, dimodulasikan dan dilewatkan melalui
sistem. Selanjutnya, akan digunakan simulasi yang sama untuk berbagai nilai EbNo, yang akan digunakan untuk menggambar grafik.
Sekarang, untuk setiap percobaan, akan dihitung jumlah error antara output dari encoder dan decoder. Ini berarti, secara mendasar, dihitung BER
dengan membagikan total jumlah error untuk Ebo ini, dengan total jumlah bit yang ditransmisikan. BER = n errors n bits
Untuk setiap percobaan yang dijalankan pada EbNo tertentu, akan diperoleh sebuah BER yang spesifik. Dengan menggunakan cara ini maka akan
dapat dihitung dan digambarkan kurva EbNo vs BER untuk sistem pengkodean yang digunakan.
Secara singkat, metode Jacobs-Viterbi
12
dapat dituliskan dalam bentuk algoritma berikut:
a. Untuk setiap nilai Eb No dalam dB. Nilai Eb No ditetapkan pada nilai 1, 2,
3,…, 10. b.
Hitung SNR, menggunakan rumus :
12
…4.1
dengan fb adalah data rate dan B adalah bandwidth kanal atau carrier rate. c.
Modulasikan bit kode, dengan menggunakan energi, d.
Tambahkan noise pada sinyal analog yang dimodulasikan, dengan menggunakan metode Box Muller
e. Demodulasi sinyal pada energi yang sama, Ec
f. Dekodekan bit yang diperoleh
Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010.
g. Hitung jumlah error
h. Hitung BER untuk setiap Eb No
i. Ulangi untuk setiap nilai SNR dalam Db
j. Gambarkan grafik Eb No vs BER
4.5 Faktor yang Mempengaruhi Simulasi
Adalah kenyataan bahwa simulasi dari sistem pengkodean memerlukan jumlah bit yang besar 10
6
untuk disimulasikan pada sistem. Ini untuk memastikan sebuah akurasi tinggi dan memungkinkan kita untuk mendapatkan
BER rate dengan order 10
-5
. Untuk semua sistem, agar dapat mencapai sebuah BER 1R, maka perlu mentransmisikan paling sedikit 10 R bit, melalui channel.
Juga terdapat kemungkinan munculnya kesalahan dalam simulasi, jika tidak diperoleh BER, atau BER = 0 maka itu berarti terjadi salah satu dari
kemungkinan berikut: 1.
BER memang 0. 2.
Jumlah bit yang ditransmisikan melalui channel terlalu sedikit. 3.
EbNo terlalu rendah, atau noise floor terlalu rendah.
4.6 Hasil Simulasi