Gangguan Transmisi LANDASAN TEORI

Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010. yang masuk ditransfer ke transmitter sebagai rangkaian dari perubahan tegangan yang menunjukkan bit – bit pada communication bus atau kabel. Transmitter dihubungkan secara langsung ke media dan merubah aliran yang masuk menjadi sinyal yang mampu untuk ditransmisikan. Sinyal yang ditransmisikan yang diserahkan ke media menjadi subyek untuk sejumlah gangguan, sebelum mencapai receiver. Jadi, sinyal yang diterima dapat saja berbeda dari sumbernya. Receiver akan berupaya menganalisis keaslian data sumber, didasarkan atas sinyal yang diterima dan pengetahuannya atas media dan menghasilkan rangkaian bit. Bit – bit ini dikirim ke komputer output, di mana bit – bit tersebut secara singkat ditahan di dalam memori. Dalam beberapa kasus, sistem tujuan akan berupaya untuk memperingatkan bila terjadi error, dan untuk selanjutnya bekerja sama dengan sistem sumber sampai akhirnya mendapatkan data yang bebas dari error error-free data. Data – data ini kemudian diberikan kepada user melalui suatu perangkat output, seperti printer atau layar monitor. Pesan atau message yang dilihat oleh user biasanya merupakan salinan dari pesan aslinya.

2.2 Gangguan Transmisi

Masalah utama dalam merancang sebuah fasilitas komunikasi adalah gangguan transmisi. Untuk sinyal-sinyal analog, gangguan transmisi memperkenalkan efek random yang menurunkan mutu informasi yang diterima dan kemungkinan mempengaruhi kejelasan data. Sedangkan sinyal-sinyal digital, gangguan transmisi dapat menyebabkan bit error pada receiver. Secara umum, gangguan transmisi yang paling signifikan adalah: Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010. a. Atenuasi Kekuatan sinyal berkurang bila jaraknya terlalu jauh melalui media transmisi. Untuk guided media, penurunan dalam hal kekuatan, atau atenuasi, pada umumnya mengikuti fungsi logarithm. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai jumlah desibel konstan per unit jarak. Untuk unguided media, atenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak. Atenuasi membawa tiga pertimbangan untuk membangun transmisi. Pertama, sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada receiver bisa mendekati sinyal. Kedua, sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau yang diterima tanpa error. Ketiga, atenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat. Permasalahan pertama dan kedua berkaitan dengan perhatian terhadap kekuatan sinyal dan penggunaan amplifier atau repeater. Untuk hubungan ujung ke ujung, kekuatan sinyal sebuah transmitter harus cukup kuat agar dapat diterima dengan jelas, namun juga tidak perlu terlalu kuat agar tidak menimbulkan overload pada sirkuit transmitter atau repeater, yang bisa menyebabkan distorsi. Melampaui jarak tertentu, atenuasi tidak dapat diterima dengan baik, dan repeater atau amplifier dipergunakan utnuk memperkuat sinyal pada interval yang wajar. Permasalahan ini menjadi lebih kompleks untuk jalur multipoint dimana jarak dari transmitter menuju receiver tidak tetap. b. Distorsi Tunda Distorsi tunda merupakan sebuah fenomena khas pada media guided. Distorsi yang terjadi disebabkan oleh kenyataan bahwa kecepatan penyebaran sebuah sinyal melewati medium guided berbeda dengan frekuensi. Untuk sebuah Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010. signal band terbatasi, kecepatannya cenderung sangat tinggi di dekat pusat frekuensi dan turun mengarah pada kedua sisi band. Sehingga berbagai komponen frekuensi suatu sinyal akan mencapai receiver pada waktu yang berlainan, dan mengakibatkan fasenya berubah di antara frekuensi yang berbeda-beda. Efek ini menunjuk pada distorsi tunda, akibat sinyal yang diterima mengalami distorsi karena berbagai penundaan yang dialami pada pemilih frekuensinya. Distrosi tunda sangat kritis bagi data digital. Anggap saja, suatu rangkaian bit sedang ditransmisikan baik dengan menggunakan signal analog maupun signal digital. Karena mengalami distrosi tunda, beberapa komponen sinyal dair satu posisi bit meluap spill over ke posisi bit yang lain, dan menimbulkan gangguan inter-simbol, yang merupakan batasan utama terhadap bit rate maksimum sepanjang channel transmisi. c. Derau Untuk suatu peristiwa pentransmisian data, sinyal yang diterima akan berisikan sinyal-sinyal yang ditransmisikan, dimodifikasi oleh berbagai distorsi yang terjadi melalui sistem transmisi, plus sinyal-sinyal tambahan yang tidak diinginkan yang diselipkan di suatu tempat di antara transmisi dan penerimaan. Berikutnya, sinyal-sinyal yang tidak diharapkan tersebut disebut sebagai derau. Derau dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu: i. Derau suhu Merupakan suatu gejolak thermal elektron. Muncul di semua perangkat elektronik dan media transmisi serta merupakan fugnsi temperatur. Derau suhu secara keseluruhan disebarkan sepanjang spektrum frekuensi dan Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010. sering juga disebut segagai white noise. Derau suhu tidak dapat dihilangkan dan karena itu menempatkan suatu batas atas pada unjuk kerja sistem komunikasi. ii. Derau Intermodulasi Derau intermodulasi akan terjadi bila terdapat beberapa sifat tidak linear pada transmitter, receiver, atau sistem transmisi yang menghalangi. Normalnya, komponen-komponen ini berlaku sebagai sistem linear, yaitu output sama dengan input kali suatu konstanta. Pada suatu sistem nonlinear, output merupakan fungsi yang lebih kompleks dari input. Sifat tidak linear semacam ini disebabkan karena tidak berfungsinya komponen atau penggunaan kekuatan sinyal yang terlalu berlebihan. iii. Crosstalk Crosstalk dialami oleh siapapun yang saat menggunakan telepon, terdengan percakapan lain; ini merupakan kopel yang tidak diharapkan yang terjadi di antara sinyal. Dapat pula terjadi karena kopel elektrik di antara twisted pair yang berdekatan. Crosstalk dapat pula terjadi bila sinyal-sinyal yang tidak diharapkan tersebut disebarkan melalui antena gelombang mikro, meskipun antena pengarah dipergunakan, namun energi gelombang mikro tersebar luas selama proses propagasi. iv. Derau impuls Derau impuls umumnya hanyalah gangguan kecil bagi data analog. Sebagai contoh, transmisi suara dapat diganggu oleh bunyi klik dan Edy Susanto : Analisis Kinerja Kode BCH, 2010. gemerisik tanpa mengurangi kejelasannya. Bagaimanapun juga, derau impuls juga merupakan sumber utama terjadinya error dalam komunikasi data digital. Gangguan ini kadang-kadang cukup memadai untuk mengubah 1 menjadi 0 atau 0 menjadi 1.

2.3 Konsep Dasar Sistem Pengkodean