Gambaran Golongan darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

(1)

GAMBARAN GOLONGAN DARAH A-B-O DAN RHESUS

PADA SISWA SMA NEGERI 1 TELUK DALAM

KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS

SELATAN

SKRIPSI

Oleh

Yarniwati Hondro 081121034

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Judul : Gambaran Golongan darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Nama : Yarniwati Hondro NIM : 081121034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

ABSTRAK

Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah ABO dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu dengan pendekatan studi survei pada siswa SMA negeri 1 Teluk Dalam. Metode pengambilan sampel yaitu probability sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara biofisiologis dengan instrument In-Vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan darah O sebanyak 63 orang (78, 75%), golongan darah B sebanyak 14 orang (17, 50%), golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%) dan seluruh responden dengan jumlah 80 (delapan puluh) orang tersebut memiliki golongan darah rhesus positip. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah O dan seluruh responden memiliki rhesus positip.


(5)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Gambaran Golongan Darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Mula Tarigan, S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan saran yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

Teristimewa penulis mengucapakan terima kasih kepada kedua orangtua saya, suami tercinta Patrianus Sihura yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis dan kepada anakku Margareth Shine Tiara Sihura yang terkasih yang telah memberikan hiburan sampai skripsi ini selesai. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada sahabat-sahabatku (Ferdina, Dasni, Erna) yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam


(6)

menyelesaikan skripsi ini. Serta seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga seluruh bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadai lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan informasi demi kemajuan pengetahuan khususnya dalam dunia keperawatan

Medan, Januari 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Grafik ... viii

Daftar Skema ... ix

BAB 1. Pendahuluan 1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka 1. Defenisi Darah ... 6

2. Komposisi Darah ... 6

3. Golongan Darah O-A-B... 8

4. Golongan Darah Rhesus ... 10

5. Antigen Rhesus ... 11

BAB 3. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 12

2. Defenisi Operasional ... 12

BAB 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 14

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 14


(8)

2.2. Sampel... 14

2.3. Teknik Sampling ... 15

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.1. Lokasi... 16

3.2. Waktu Penelitian ... 16

4. Pertimbangan Etik ... 16

5. Instrumen Penelitian ... 17

5.1.Bahan ... 17

5.2. Alat ... 18

6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 18

7. Analisa Data ... 19

BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 20

2. Pembahasan... 24

BAB 6. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 29

2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Responden ... 33

2. Surat Ijin Pengambilan Data ... 34

3. Surat Ijin Penelitian SMA Negeri 1 Teluk Dalam ... 35

4. Taksasi Dana ... 36

5. Riwayat Hidup ... 37


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan……… 20 Grafik 2. Distribusi golongan darah ABO pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan ………... 21 Grafik 3. Distribusi golongan darah ABO berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan………. 22 Grafik 4. Distribusi golongan darah rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

Judul : Gambaran Golongan darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Nama : Yarniwati Hondro NIM : 081121034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

ABSTRAK

Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah ABO dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu dengan pendekatan studi survei pada siswa SMA negeri 1 Teluk Dalam. Metode pengambilan sampel yaitu probability sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara biofisiologis dengan instrument In-Vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan darah O sebanyak 63 orang (78, 75%), golongan darah B sebanyak 14 orang (17, 50%), golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%) dan seluruh responden dengan jumlah 80 (delapan puluh) orang tersebut memiliki golongan darah rhesus positip. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah O dan seluruh responden memiliki rhesus positip.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. (Alrasyid, 2010).

Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi


(13)

imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian (Rasyid, 2010).

Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB), atau tidak sama sekali (tipe O).

Sekitar ± 85% orang-orang Eropa mempunyai golongan (Rh Positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golonga

Insidens yang mengalami Inkompatibilitas Rhesus (yaitu rhesus negatif) adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam, jarang pada bangsa Asia. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi, kecuali adanya perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif. Pada wanita Rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya antibodi sebesar 8%. Sedangkan insidens timbulnya antibodi pada kehamilan berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%. Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya disebabkan oleh proses sensitisasi, diperkirakan berhubungan dengan respons imun sekunder yang timbul akibat produksi antibodi pada kadar yang memadai. Kurang lebih 1% dari


(14)

wanita akan tersensitasi selama kehamilan, terutama trimester ketiga. (Darmawati, 2005)

Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius. (Australia Red Cross, 2008).

Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal (Azmielvita , 2009).

Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh resipien (Azmielvita, 2009).

Berdasarkan dari survey pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan, dari 10 orang siswa yang ditanyakan hanya


(15)

3 orang saja yang mengetahui golongan darahnya, sedangkan 7 orang lagi tidak mengetahui jenis golongan darahnya. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui “Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010”.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana “Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010”.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran golongan darah A-B-O dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010.

4. Manfaat Penelitian

4,1. Bagi Siswa

Untuk menambah pengetahuan bagi para siswa agar mengetahui jenis golongan darahnya.

4.2. Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai bahan masukan untuk menambah kepustakaan dan acuan untuk melanjutkan penelitian yang sejenis dan lebih mendalam dengan variable yang berbeda.


(16)

4.3. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai jenis golongan darah dan rhesusnya agar dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah

Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Watson, 2002).

2. Komposisi Darah

Darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah berbentuk cair dan padat, yang apabila di periksa di bawah mikroskopis tampak banyak benda bundar kecil di dalamnya yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah (Watson, 2002).

Dalam keadaan normal, sel darah merah berbentuk cakram kecil bikonkaf

dengan diameter sekitar 7.2 μm tanpa memiliki inti, cekung pada kedua sisinya,

dilihat dari samping seperti 2 (dua) buah bulan sabit yang bertolak belakang, kalau dilihat satu persatu berwarna kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar seperti kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Struktur sel darah merah terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin (HB). Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi, yang mempunyai afinitas (daya gabung)


(18)

terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi (Pearce, 1979 : 133 – 135).

Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan sel mikrosit dan yang berukuran lebih dari normal (9 μm - 12 μm) dinamakan sel makrosit. Komposisi molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi sel darah merah merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).

Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam, dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan


(19)

sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel (Subowo, 2002).

3. Golongan Darah O-A-B

3.1.Antigen A dan B (Aglutinogen)

Dua antigen -tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada sebagian besar populasi. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena mereka seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus mempunyai keduanya

3.2.Golongan Darah O-A-B yang Utama

Pada transfusi darah dari orang ke orang, donor darah dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe O-A-B utama, bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan darahnya adalah golongan O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah golongan B. Dan bila terdapat aglutinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB (Azmielvita, 2009).


(20)

Menurut Alrasyid (2010) golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

1) Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

2.) Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B negative atau O negatif.

3.) Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

4.) Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut donor universal. Namun, orang


(21)

dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

4. Golongan Darah Rhesus (Rh)

Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, sistem Rh juga penting dalam transfusi darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak penah terjadi. Malahan, orang mula-mula harus terpajan secara masif dengan antigen Rh, biasanya melalui transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfuse yang bermakna (Azmielvita, 2009).

Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada A-B-O sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem


(22)

golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-), walaupun golongan darah A-B-O nya sama sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) (Widjajakusumah, 2003).

5. Antigen Rhesus

Terdapat enam tipe antigen Rh yang biasa, salah satunya disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi orang yang kehilangan antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama halnya untuk antigen D-d dan E-e. Juga, akibat cara penurunan faktor-faktor ini, maka setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen tersebut. Tipe antigen D dijumpai secara luas di masyarakat dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif, sedangkan mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-negatif. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-orang dengan Rh-negatif, beberapa antigen Rh lainnya masih dapat menimbulkan reaksi transfusi, walaupun biasanya jauh lebih ringan. Kira-kira 85 persen dari seluruh orang kulit putih adalah Rh-positif dan 15 persennya Rh- negatif. Pada orang kulit hitam Amerika, persentase Rh positifnya kira-kira 95%, sedangkan pada orang kulit hitam afrika, betul-betul 100% (Azmeilvita, 2009).


(23)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian tentang “Gambaran golongan darah A-B-O dan rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010” adalah sebagai berikut :

Skema 1 : Kerangka konsep penelitian

2. Defenisi Operasional

Siswa SMA Negeri I yaitu seluruh siswa SMA Negeri 1 mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 3, frekuensi golongan darah adalah frekuensi golongan darah yang diperiksa pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam berdasarkan penggolongan sistem A-B-O dan Rhesus, golongan darah A yaitu golongan darah yang memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya, golongan darah B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B pada permukaan sel darah

Siswa SMA Negeri I Teluk

Dalam Frekuensi golongan darah • A • B • AB • O • Rh


(24)

merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya, golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B, Rhesus adalah antigen D yang dijumpai pada sel darah merah, yaitu Rhesus positif dan Rhesus negatif. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya.


(25)

(26)

BAB lV

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan pendekatan studi survei, untuk memberikan gambaran tentang golongan darah A-B-O dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010.

2. Populasi ,Sampel dan Teknik Sampling 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan kelas I dan II yang berjumlah 402 orang

2.2. Sampel

Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan kelas I dan II. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan besar sampel adalah dengan rumus pengambilan sampel secara acak :

N n =


(27)

402 n =

402 (0,1² )+ 1

n = 80 sampel

Keterangan :

n = Besar sampel yang diinginkan

N = Besar populasi = 402 orang

d² = Presisi (ketelitian) untuk mengukur kesalahan standard dari

estimasi

( Nursalam, 2008).

2.3. Teknik Sampling

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

probability sampling, dimana semua anggota populasi mempunyai

kemungkinan/peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Penelitian menggunakan cluster sampling kemudian dikelompokkan berdasarkan jumlah murid di kelas I dan II dan dilanjutkan dengan cara stratified random sampling (Sugiyono, 2008). Kriteria sampel yang digunakan adalah bersedia menjadi subjek penelitian.


(28)

3. Lokasi dan waktu penelitian 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai bulan April 2010 – Agustus 2010.

4. Pertimbangan Etik

Semua penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, harus disertai dengan pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etika setempat (Sastroasmoro. 1999). Adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Kerahasiaan (Confidentiality), merupakan kerahasiaan dari identitas responden penelitian.

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari bagian pendidikan yaitu dekan selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapat izin penelitian kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Setelah mendapat izin dari kepala sekolah baru boleh langsung ke responden. Kemudian peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed Consent) kepada responden yang akan


(29)

diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan,peneliti menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data. Setelah responden memahami serta menerima maksud dan tujuan penelitian, maka responden secara sukarela menandatangani lembar persetujuan.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap, tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. Data-data yang diperoleh semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan alat dan bahan (sediaan) laboratorium untuk memeriksakan semua golongan darah yang diambil sebagai sampel.

5.1 Bahan

Adapun bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah darah kapiler, serum anti-A, serum anti-B, serum anti-AB, serum anti-D, kapas kering, alkohol 70%.


(30)

5.2 Alat .

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lanset steril, kaca objek, dan mikroskop

6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan golongan darah dan rhesus yaitu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, mengambil darah kapiler responden pada ujung jari dengan cara bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering. Setelah itu pegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang. Kemudian di tusuk dengan cepat menggunakan lanset steril dengan arah tegak lurus pada garis sidik kulit jari. Buang tetes darah yang pertama keluar dengan kapas kering,tetes darah berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.

Pada bagian kiri kaca objek pertama ditetesi 1 tetes serum anti-A dan disebelah kanan 1 tetes serum anti-B dan kaca objek yang kedua, pada bagian kiri ditetesi 1 tetes serum anti-AB dan bagian kanan ditetesi 2 tetes serum anti-D lalu setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi, goyangkan kaca objek dengan membuat gerakan lingkaran dan perhatikan jika adanya aglutinasi dengam mata belaka dan benarkan dengan pendapat itu dengan memakai mikroskop.

Jadi pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara biofisiologis dengan instrumen In-Vitro yaitu melakukan pengambilan sampel darah pada siswa kelas I kelas II untuk dilakukan pemeriksaan golongan darah siswa


(31)

(Nursalam, 2008). Dan melibatkan seorang dokter dan analis laboratorium agar data yang diperoleh valid.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data yang dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data primer. Data yang dikumpul disajikan dalam bentuk grafik distribusi frekuensi.


(32)

(33)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan pada tanggal 16-19 Juni 2010. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang siswa SMA.

1.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan, paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 44 orang (55%) dan paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yaitu 36 orang (45%). Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

0% 50% 100%


(34)

1.2 Gambaran Golongan Darah A-B-O Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran golongan darah ABO pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan, paling banyak mempunyai golongan darah O yaitu 63 orang (78, 75%), golongan darah B sebanyak 14 orang (17, 50%) dan paling sedikit golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%). Hal ini dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini :

Grafik 2. Distribusi Golongan Darah A-B-O Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Hasil penelitian pada tanggal 16 – 19 Juni 2010 diperoleh gambaran golongan darah berdasarkan jenis kelamin. Golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%) dengan jenis kelamin perempuan, golongan darah B dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang (11, 25%) dan 5 orang (6, 25%) dengan jenis

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Golongan darah A Golongan darah B Golongan darah AB Golongan darah O


(35)

kelamin perempuan, golongan darah O dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (33, 75%) dan 36 orang (45%) dengan jenis kelamin perempuan, sedangkan golongan darah AB tidak ada. Hal ini dapat dilihat dengan lebih jelas pada grafik berikut ini :

Grafik 3. Distribusi Golongan Darah A-B-O Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Golongan darah A Golongan darah B Golongan darah AB Golongan darah O Laki-laki Perempuan


(36)

1.3 Gambaran Golongan Darah Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran golongan darah rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan seluruhnya rhesus positif yaitu 80 orang (100%). Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4. Distribusi Golongan Darah Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%


(37)

2. Pembahasan

2.1. Gambaran Golongan Darah A-B-O Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah A-B-O dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010.

Hasil penelitian pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan menunjukkan paling banyak mempunyai golongan darah O yaitu 63 orang (78, 75%), kemudian golongan darah B sebanyak 14 orang (17, 5%) dan paling sedikit golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%). Hal ini berbeda dengan data yang menyatakan bahwa golongan darah orang Indonesia pada umumnya adalah B (Darmawati dkk, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Darmawati dkk, yang dilaksanakan dari tanggal 20 November 2001 sampai 29 Februari 2002 pada siswa SMUN 1 suku bangsa Melayu di kecamatan Rupat kabupaten Bengkalis provinsi Riau dengan jumlah sampel 121 orang diperoleh hasil golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah “B” 59 orang (48, 8%), kemudian golongan darah “O” 33 orang (27,3%), golongan darah “A” 22 orang (18,2%) dan paling sedikit golongan darah “AB” 7 orang (5,7%) (Darmawati dkk, 2005).

Terdapat perbedaan distribusi golongan darah ABO di kabupaten Bengkalis provinsi Riau, dimana golongan darah yang terbanyak adalah B kemudian diikuti oleh golongan darah O sedangkan pada kabupaten Nias Selatan adalah sebaliknya. Hal ini dikarenakan perbedaan pola hidup, dimana mayoritas


(38)

penduduk daerah kabupaten Bengkalis adalah suku melayu yang mata pencahariannya adalah berladang sayur-sayuran, padi dan buah-buahan, berdagang, dan menangkap ikan serta merupakan penghasil minyak bumi dan gas yang terbesar di Indonesia (Depnakertrans, 2001). Sedangkan masyarakat kabupaten Nias Selatan dahulunya adalah pemburu , berladang dengan menanam padi dan karet serta menangkap ikan. Hingga saat ini mayoritas masyarakat Nias Selatan dalam tiap-tiap keluarga tetap berternak babi dalam jumlah besar maupun sedikit. Sedangkan sayur-sayuran untuk kebutuhan masyarakat lebih banyak didatangkan dari luar daerah (Harmmerle, 2001)

Penelitian Imranud Din Khattak dkk, dengan sampel sebanyak 22.897 orang pada populasi Swat Pakistan menunjukkan golongan darah yang terbanyak adalah golongan darah “B” 7.415 orang (32,4%), kemudian golongan darah “O” 6.665 orang (29,1%), golongan darah “ A” 6.395 orang (27,9%) dan yang paling sedikit golongan darah “AB” 2.422 orang (10,6%) (Khattak dkk, 2008).

Hasil penelitian Zinaye Tekeste dan Beyene Petros di negara Ethiopia menunjukkan bahwa dari sampel 400 orang, diperoleh hasil golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah “O” sebanyak 159 orang (39, 7%), kemudian golongan darah “A” 120 orang (30%), golongan darah “B” 73 orang (18, 3%), dan yang paling sedikit adalah golongan darah “AB” 48 orang (12%) (Zinaye Tekeste dkk, 2010).

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Odokuma dkk, pada mahasiswa universitas Abraka Nigeria dengan sampel sebanyak 795 orang dan diperoleh


(39)

( 18, 6%), golongan darah “O” 455 orang (57,3%) dan golongan darah ”AB” yaitu 17 orang (2, 1%) (Odokuma dkk, 2007).

Di dalam bukunya Dr. Peter J.D’Adamo mengatakan bahwa berdasarkan sejarah evolusi sekitar 50.000 sampai 25.000 tahun SM, nenek moyang kita memiliki tipe darah yang sama, yakni O. Mereka ini adalah para pemburu sejati. Setiap hari makanan pokoknya daging. Namun, pada sekitar tahun 25.000 sampai 15.000 SM, ketika gaya hidup manusia berubah dari pemburu menjadi peramu dan kemudian agraris, muncullah tipe darah A, sebagai penyesuaian atas kebiasaan yang ada. Kemudian, akibat percampuran dari berbagai ras dan terjadinya migrasi dari Afrika ke Eropa, Asia, dan Amerika, tipe darah B muncul. Selanjutnya di zaman modern yang sudah penuh dengan bermacam manusia, tipe darah AB baru ada (Kusan, 2010).

Frekuensi dan penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras (Fitri, 2007). Dibeberapa Negara diperoleh data bahwa golongan darah O yang paling banyak kemudian disusul oleh golongan darah A. Negara-negara tersebut adalah Arab Saudi (52% dan 24%) , Australia (49% dan 38%), Inggris (47% dan 42%), Chine (44% dan 26%), Amerka Serikat (44% dan 42%) (Hossain, Ataturk, Ekram, Azad, 2004). Di negara lain diperoleh data yang terbalik bahwa golongan darah yang terbanyak adalah golongan darah A dan kemudian golongan darah O, negara tersebut adalah Israel (40% dan 38%), Jerman (43% dan 41%), Jepang (40% dan 30%), Turki (43,8% dan 30,8%) dan Perancis (45% dan 42%) (Bashawri, Ahmed, Al-mulhim, Ahmed, 2001).


(40)

Golongan darah B yang paling tinggi jumlahnya dapat ditemukan di negara Pakistan (38%) dan India (37,6%) (Bashawri, Ahmed, Al-mulhim, Ahmed, 2001).

Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah (Fitri, 2007).

Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O ditentukan oleh sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orangtua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah (Australia Red Cross, 2008).

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B, golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan membran selnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam serum darahnya, golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya dan individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B (Alrasyid, 2010).

2.2. Gambaran Golongan Darah Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Rhesus merupakan penggolongan atas ada atau tidak adanya antigen-D. Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya (Widjajakusumah, 2003).


(41)

Golongan darah rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan seluruhnya rhesus positif yaitu 80 orang (100%).

Penelitian Imranud Din Khattak dkk, dengan sampel sebanyak 22.897 orang pada populasi Swat Pakistan menunjukkan bahwa golongan darah rhesus

positif sebanyak 90, 13% dan rhesus negative 9, 87% (Khattak dkk, 2008).

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Odokuma dkk, pada mahasiswa universitas Abraka Nigeria dengan sampel sebanyak 795 orang dan diperoleh hasil golongan darah rhesus positip adalah 98, 24% dan rhesus negative 1, 76% (Odokuma dkk, 2007).

Hasil penelitian di Nigeria oleh Idowu Oluwadare pada tahun 2006 menunjukkan bahwa golongan darah rhesus positif sebanyak 93, 35% dan rhesus negatif sebanyak 6, 65% (Oluwadare, 2008).

Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya.

Jumlah orang dengan rhesus negatif relatif lebih sedikit jumlahnya. Pada orang kulit putih, rhesus negatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit hitam sekitar 5%, dan pada orang asia bahkan hampir seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi, kecuali adanya perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif (Azmeilvita, 2009).


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid. (2010). Golongan Darah. 17 April 2010. Dibaca pada http://forum.upi.edu.com

Azmielvita dkk. (2009). Genetika Dasar. FK UNRI 7 April 2010. Dibaca pada

Australia Red Cross. (2008). Blood Groups, 8 April 2010. Dibaca pada http://www.Bloodservice.com

Budi. (2009). Golongan Rhesus. 7 April 2010. Dibaca pada http://bali.stitidharma.org

Bashawri, Ahmed, Al-mulhim, Ahmed. (2001). Frequency of ABO blood groups in the Eastern region of Saudi Arabia, Jurnal Saudi Med Vol. 22(11):1008-1012, 12 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.smj.org.sa

Darmawati dkk. (2005). Frekuensi dan Penyebaran Alel Golongan Darah A B O Siswa SMUN 1 Suku Bangsa Melayu di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Riau , Jurnal Biogenesis Vol. 1(2):66-69,7 April 2010. Dibaca pada http://biologi-fkip.unri.ac.id

Depnakertrans. (2001). Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis, Bengkalis. 20 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.depnakertrans.go.id

Fitri. (2007). Manfaat Mengetahui Golongan Darah. 8 April 2010. Dibaca pada http://www.wikimu.com

Gandasoebrata. (2008). Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta : Dian Rakyat. Harmmerle. (2001). Asal Usul Masyarakat Nias, Gunungsitoli : Yayasan Pusaka

Nias.

Hossain, Ataturk, Ekram, Azad. (2004). Study on ABO & Rhesus Blood Groups in Rajshahi Medical College Hospital, The Journal of Teachers Association RMC Vol.17(1):38-40, 15 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.rmctaj.com

Khattak dkk. (2008). Frequency of ABO and Rhesus Blood Groups In District Swat Pakistan, Jurnal Ayub Med Coll Abottabad Vol. 20(4). 14 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.ayubmed.edu.pk

Kusan. (2010). Mengatur Makanan Sesuai Golongan Darah. 19 November 2010. Dibaca pada


(43)

Nursalam. (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Odokuma dkk. (2007) Distrubution of ABO and Rhesus Blood Groups In Abraka Delta State, Nigerian Journal of Physiological Sciences 22 (1-2): 89-9. 13 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.bioline.org.br

Oluwadare dkk. (2008) ABO and Rhesus ‘D’ blood type distribution in students admitted into Moshood Abiola Polytechnic Abeokuta Nigeria in 2006, African Journal of Biotechnology Vol. 7 (11), 1641-1643. 15 Oktober 2010. Dibaca pada http://ajol.info/index.php/ajb/article

Pearce. (1979). Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT. Gramedia Sastroasmoro, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi III.,

Jakarta: Binarupa Aksara.

Subowo. (2002). Histologi Umum, Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Watson.(2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, Edisi 10, Jakarta : EGC. Widjajakusumah. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.

Zinaye Tekeste dkk. (2010) The ABO Blood Group and Plasmodium Falciparum Malaria in Awash, Metehara and Ziway areas Ethiopia. Malaria Journal, 9:280. 15 Oktober 2010. Dibaca pada http://malariajournal.com


(44)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bernama Yarniwati Hondro / 081121034 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Golongan Darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiaatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan siswa berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak negatif, kerahasiaan catatan mengenai data siswa sebagai responden juga dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan hasil yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Terima kasih atas partisipasinya dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2010

Responden


(45)

(46)

(47)

TAKSASI DANA

Pengumpulan Materi

1. Beli buku Rp. 300.000,-

2. Print dan penggandaan Rp. 100.000,-

Pengumpulan Data

1. Serum anti-A,B,AB dan D Rp. 650.000,-

2. Lanset Rp. 60.000,-

3. Objek glass Rp. 30.000,-

4. Konsumsi responden Rp. 350.000,-

5. Fotocopy Rp. 30.000,-

Ujian

1. Biaya print dan penggandaan Rp. 250.000,-

2. Lain-lain Rp. 400.000,-


(48)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yarniwati Hondro

Tempat/Tanggal Lahir : Onohondro, 17 Desember 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Saonigeho Km. 1 Kecamatan Teluk Dalam

Kabupaten Nias Selatan

Pendidikan : SD Tohia (1986-1992)

SMP Negeri 1 Gunungsitoli (1992-1995)

SMA Negeri 1 Gunungsitoli (1995-1998)

Akper Depkes RI Medan (1998-2001)


(49)

(50)

(1)

(2)

(3)

TAKSASI DANA

Pengumpulan Materi

1. Beli buku Rp. 300.000,-

2. Print dan penggandaan Rp. 100.000,-

Pengumpulan Data

1. Serum anti-A,B,AB dan D Rp. 650.000,-

2. Lanset Rp. 60.000,-

3. Objek glass Rp. 30.000,-

4. Konsumsi responden Rp. 350.000,-

5. Fotocopy Rp. 30.000,-

Ujian

1. Biaya print dan penggandaan Rp. 250.000,-

2. Lain-lain Rp. 400.000,-


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yarniwati Hondro

Tempat/Tanggal Lahir : Onohondro, 17 Desember 1979 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Saonigeho Km. 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Pendidikan : SD Tohia (1986-1992)

SMP Negeri 1 Gunungsitoli (1992-1995) SMA Negeri 1 Gunungsitoli (1995-1998) Akper Depkes RI Medan (1998-2001) S1 Fakultas Keperawatan USU Medan (2008)


(5)

(6)