UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjelaskan perangkat monitoring, dan membuat rekomendasi untuk produk bagi pasien diabetes melitus.
Apoteker, meskipun bukan sebagai profesional kesehatan untuk mendiagnosa diabetes, mempunyai peran penting dalam membantu pasien
mengontrol penyakit mereka. Apoteker dapat memantau kadar glukosa darah pasien dan menjaga tetap stabil. Selama berinteraksi dengan apoteker,
pasien dapat menanyakan apoteker pertanyaan-pertanyaan yang tidak mereka tanyakan kepada dokter dan bisa mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai penyakit diabetes. Apoteker juga dapat memberi informasi kepada pasien tentang pemberian insulin secara teratur sehingga timbulnya
komplikasi dapat dicegah dengan memiliki kontrol glikemik yang ketat. Peran penting lain dari apoteker adalah selalu tersedia untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari para pasien. Secara keseluruhan, hal tersebut adalah peran apoteker yang paling efisien untuk membantu pasien diabetes
dalam mengatasi penyakit mereka Setter, 2000 dalam Palaian, 2004.
2.3.3 Tatalaksana terapi
Menurut Depkes RI 2005 penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus, yang secara
spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal dan mencegah atau
meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Penatalaksanaan terapi menurut Depkes RI 2005 ada dua jenis terapi yaitu terapi tanpa obat dan
terapi obat:
a. Terapi tanpa obat 1. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1 Karbohidrat : 60-70 2 Protein : 10-15
3 Lemak : 20-25 Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut, dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Dalam salah satu penelitian
dilaporkan bahwa penurunan 5 berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6 HbA1c adalah salah satu parameter status DM,
dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 gram perhari. Disamping akan menolong menghambat
penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan
penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu, makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral. 2. Olah raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan
nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga
ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan
meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
b. Terapi Obat Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat pengaturan diet dan olahraga
belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
1. Terapi insulin. Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe-
1.Pada DM Tipe-1, sel- sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita
rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe 1 harus mendapat insulin
eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal.
Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30 ternyata memerlukan terapi insulin di
samping terapi hipoglikemik oral. 2. Terapi obat Hipoglikemia oral
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang
tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi
hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen
hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes tingkat glikemia serta kondisi kesehatan pasien
secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinid meglitinid dan turunan fenilalanin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Sensitiser insulin obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin, meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanid
dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase
yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial post-meal
hyperglycemia. Disebut juga “starch-blocker”. Menurut Dipiro 2009 algoritma pelaksanaan terapi diabetes melitus agar terapi
berjalan optimal adalah sebagai berikut:
Target Tercapai Pantau HbA1C tiap 3-
6 bulan Pilihan monoterapi lain:
Pioglitazon, Rosiglitazone, Repaglinid, Nateglinid,
Acarbose, InsulinInsulin Analog
Tambahkan terapi insulin Intervensi Awal
EdukasiDietOlahraga Target:
HbA1C: ≤6,5-7,0 GDS: 110-130 mgdl
GDPP: 140-180 mgdl
Target tidak Tercapai setelah 1 bulan
Monoterapikombinasi ADO
Sulfonilurea danMetformin
Pilihan kombinasi lain: MetforminSulfonilurea +
PioglitazonRosiglitazon atau AkarboseMiglitol
Metformin + Nateglinid atau Repaglinid atau
InsulinInsulin Analog Target tidak Tercapai
setelah 3 bulan Kombinasi
Sulfonilurea dan Metformin
Target tidak Tercapai setelah 3-6 bulan
Target Tercapai Lanjutkan Terapi
Pantau HbA1C tiap 3- 6 bulan
Target Tercapai Lanjutkan Terapi
Pantau HbA1C tiap 3- 6 bulan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Pengertian Polifarmasi