5.2.2. Pengendalian Diri Self Control Remaja pada Siswai di SMA
Negeri 17 Medan
Pengendalian diri self control dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor usia, semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik
pengendalian diri self control seseorang itu. Individu yang matang secara psikologis juga akan mampu mengendalikan perilakunya karena telah mampu
mempertimbangkan mana hal yang baik dan yang tidak baik bagi dirinya. Faktor usia dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pengendalian diri
self control remaja karena semua siswai di SMA Negeri 17 Medan masih berada pada rentang usia yang sama, yaitu remaja tengah 15-17 tahun.
Remaja pada tingkat Sekolah Menengah Atas SMA, umumnya berada pada rentang usia 15-17 tahun, dalam konteks psikologi perkembangan individu
berada pada fase remaja tengah middle adolescent. Masa remaja tengah membutuhkan pengendalian diri yang baik agar remaja tidak mudah
terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan. Remaja juga membutuhkan pengendalian diri yang baik karena masa remaja merupakan masa badai dan
tekanan Arnett dalam Singgih D. Gunarsa, 2009. Pengendalian diri yang buruk pada masa remaja tengah dapat menyebabkan penyimpangan perilaku
karena masa remaja tengah merupakan masa yang penuh gejolak jiwa Kharie, dkk, 2014. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian Aroma, I.S
Suminar, D.R. 2012 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja.
Universitas Sumatera Utara
Faktor lainnya yang mempengaruhi pengendalian diri self control remaja adalah lingkungan keluarga. Remaja tengah membutuhkan pengendalian diri
self control yang baik sebab masa remaja tengah adalah masa dimana remaja
ingin
lepas dari orang tua dan mengeluh jika orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya Batubara, 2010. Namun, bila orangtua menerapkan
disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari
yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kendali diri baginya sehingga membuat remaja
memiliki pengendalian diri baik. Remaja dengan pengendalian diri yang baik membuat remaja mampu mengatur dirinya.
Calhoun dan Acocella, 2005.
Pengendalian diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri serta kemampuan untuk menekan atau merintangi implus-implus atau
tingkah laku implusive Chaplin, 2004.
Individu yang mempunyai pengendalian diri buruk sifatnya pasif, menarik diri dari lingkungan, tingginya konformitas,
tidak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, hidup semaunya, mudah kompulsi, emosional dan refleks responnya relatif kasar Calhoun dan Acocella, 2005.
Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian Muniroh 2013 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self control dengan
perilaku disiplin.
Pengendalian diri terbagi atas tiga aspek, yakni kendali perilaku behavior control, kendali kognitif cognitive control dan kendali
keputusan decisional control Averill, 1973.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian tentang tingkat pengendalian diri self control siswai di SMA Negeri 17 Medan berada pada kategori baik sebanyak 80 responden
90,9 dan kategori rendah sebanyak 8 responden 9,1. Pengendalian diri pada penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga aspek yang dipaparkan
oleh Averill 1973, yakni: kendali perilaku kuesioner 1-20, kendali kognitif kuesioner 21-33 dan kendali keputusan kuesioner 34-43
Beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki pengendalian diri baik adalah tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan walaupun
menghadapi banyak hambatan kuesioner no. 12, dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma yang berlaku dimana ia berada
kuesioner no. 5, tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak- ledak kusioner no. 18, bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri terhadap
situasi yang tidak dikehendaki kuesioner no. 21 Logue Forzano, 1995
dalam Aroma Suminar, 2012. Beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki
pengendalian diriburuk adalah cenderung bertindak impulsif kuesioner no. 1, lebih memilih tugas sederhana dan melibatkan kemampuan fisik kuesioner no.
40, egois kuesioner no. 4, senang mengambil resiko kuesioner no. 32, dan mudah kehilangan kendali emosi karena mudah frustasi kuesioner no. 8.
Individu dengan karakteristik ini lebih mungkin terlibat dalam hal kriminal dan perbuatan menyimpang dibanding mereka yang memiliki tingkat pengendalian
diri baik Gottfredson dan Hirschi, 1990 dalam Aroma Suminar, 2012. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi dan persentase
tingkat pengendalian diri self control siswai di SMA Negeri 17 Medan
Universitas Sumatera Utara
diperoleh sebanyak 80 responden 90,9 pada rentang pengendalian diri baik 108-172, yang ditunjukkan dengan adanya sikap: berusaha untuk
mendapatkan prestasi di kelas, memanfaatkan waktu dengan melakukan rencana kegiatan yang telah dibuat, menganggap kritik sebagai masukkan
untuk menjadi lebih baik, ketika melakukan kesalahan maka segera memperbaikinya, berpikir untuk mencari solusi ketika menghadapi masalah,
mengambil pelajaran dari pengalamanmasalah yang dihadapi, mencoba kesempatan
baik yang
diberikan dan
menggunakanmemanfaatkan kelebihanketerampilan yang dimiliki sehingga dapat disimpulkan tingkat
pengendalian diri siswai berada pada kategori baik. Sementara, 8 orang responden lainnya 9,1 berada pada rentang pengendalian diri buruk 43-
107.
5.2.3. Hubungan Percaya Diri dengan Pengendalian diri self control