Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pemilu legislatif tahun 2009 merupakan pemilu ketiga setelah apa yang kita sebut bersama sebagai masa reformasi. Ketiga pemilu belakangan ini baik tahun 1999,2004 maupun 2009 dilaksanakan dalam bingkai pemilu demokratis yang dapat disejajarkan dengan pemilu pertama kali yang diadakan pada tahun 1955 pada masa orde lama. Dengan mempergunakan sistem multi partai multy party sistem sungguh nampak jelas proses pembangunan politik mengarah pada pembangunan demokrasi secara kelembagaan institusionalism mulai menemukan titik terang saat ini. 1 Euphoria demokrasi ini ibarat hadiah atau bonus yang didapatkan oleh bangsa ini sejak orde baru tumbang pada Mei 1998. Dimana bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan liberty, Persamaan equality menjadi barang yang sangat mahal di era Soeharto memerintah. Hal ini memang tidak lain disebabkan praktek Dalam prakteknya liberalisasi politik yang sudah dijalankan membawa angin perubahan khususnya kebebasan dalam mendirikan partai politik. Sejurus kemudian sejak diadakan pemilu pertama kali yaitu di tahun 1999 sejak era reformasi komposisi dan konfigurasi partai politik yang menjadi kontestan juga sangat beragam baik dari segi platform, idiologi perjuangan dan juga basis pendukungnya. Intinya banyak partai bermunculan bagai jamur dimusim hujan. 1 Dalam Era orde baru pelaksanaan pemilu umumnya dikendalikan oleh penguasa saat itu kepentingan pelanggengan kekuasaan, sedang pasca 1998 pelaksanaan pemilu umumnya dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah dasar demokrasi seperti adanya kebebasan,luber dan jurdil sehingga menghasilkan banyak partai politik dalam waktu singkat. Khusus untuk deskripsi pelaksanaan Pemilu tahun 1999 dan 2004 bisa dilihat di Miriam Budiarjo,2008,Dasar-dasar ilmu Politik,Edisi Revisi,Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.,Hal. 280- 285 Universitas Sumatera Utara rezim otoritarianisme yang diamalkan oleh orde baru pada saat itu. Sehingga kebebasan masyarakat menjadi terbatas yang pada akhirnya melemahkan kekuatan civil society sebagai pilar penegak demokrasi sejatinya. Bekerjanya proses input dan output secara berimbang merupakan nilai plus yang tidak didapatkan pada era Soeharto. 2 Patut dicatat memang transformasi politik yang terjadi saat ini bukan khas milik Indonesia saja namun juga terjadi dibelahan bumi lain. Dunia politik yang selama ini hanya dimonopoli oleh para Elit Politik telah bergeser menjadi konsumsi publik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi politik masyarakat, media dan juga LSM di banyak Negara dalam kehidupan politik. Partisipasi politik itu tidak hanya terefleksikan dalam bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga bentuk-bentuk partisipasi politik dapat berupa pengerahan massa, pemogokan, demonstrasi jalanan, dan bentuk-bentuk protes lainnya. 3 Intinya pelaksanaan pemilu pasca orde baru bisa dikatakan demokratis jika dilihat dari tiga kriteria yaitu: Satu variabel yang cukup penting dari agenda reformasi dan birokrasi adalah dimulainya era pemilu yang Demokratis yaitu benar-benar bersih, jujur, luber dan rahasia setidaknya dari kesiapan pemerintah dalam memfasilitasi jalannya Pemilu dengan baik dan juga ikut serta berbagai unsur atau elemen masyarakat dalam mensukseskan Pemilu itu sendiri. 4 1. Keterbukaan 2 Untuk pembahasan tentang sistem politik silahkan lihat Budi Winarno,2008,Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,Yogyakarta:Medres 3 Firmanzah,2008,mengelola Partai Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.1. mengenai proses transisis Demokrasi dari Orba menuju Reformasi lihat di Gregorius Sahdan,2004,Jalan Transisi Demokrasi,Bantul:Pondok Edukasi,___Indonesia in transition,2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,__ 2004,Indonesia In transition re-Thinking Civil Society, region, and crisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 4 Lihat Axel Hadenius,dalam Menang Pemilu Ditengah Ologarki Partai,2008,Yogyakarta: Pustaka Pelajar., Hal.4. Universitas Sumatera Utara Artinya pemilu harus bersifat terbuka bagi warga Negara. Prinsip ini dikenal dengan hak memilih universal universal sufferage 2. Ketepatan Mengandung arti bahwa segaala proses yang berkaitan dengan pemilu, mulai dari pendaftaran partai peserta pemilu, verifikasi partai politik, kampanye, pelaksanaan pemungutan suara sampai penghitungan suara harus dilakukan secara tepat dan proporsional artinya semua yang terlibat dalam pemilu harus mendapat perlakuan hokum yang sama. 3. Efektivitas Artinya jabatan politik harus di isi semata-mata melalui pemilu, tidak dengan cara- cara lain seperti pengangkatan dan penunjukan. Tabel 1 parpol peserta pemilu tahun 2004 dan 2009 NO Parpol Tahun 2004 Perolehan suara 1 Partai Golkar 24,480,757 2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 21,026,629 3 Partai Kebangkitan Bangsa 11,989,564 4 Partai Persatuan Pembangunan 9,248,764 5 Partai Demokrat 8,455,225 6 Partai Keadilan Sejahtera 8,325,020 7 Partai Amanat Nasional 7.303,324 8 Partai Bulan Bintang 2,970,487 9 Partai Bintang reformasi 2,764,998 10 Partai damai sejahtera 2,414,254 11 Partai Karya Peduli Bangsa 2,399,290 Universitas Sumatera Utara 12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1,424,240 13 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1,31,230,4 14 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1,230,455 15 Partai Patriot Pancasila 1,073,139 16 PNI Marhaenisme 923,159 17 Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia 1895,610 18 Partai Pelopor 878,932 19 Partai Penegak demokrasi Indonesia 855,811 20 PartaiMerdeka 842,541 21 Partai Sarikat Indonesia 679,296 22 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 672,952 23 Partai Persatuan Daerah 657.916 24 Partai Buruh Sosial Demokrat 636,397 www.kpu.go.id Dari sekian banyak partai politik yang menjadi kontestan dalam pemilu legislatif adalah partai demokrat. Partai demokrat sebagai partai bentukan presiden RI ke 6 Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi partai yang sangat fenomenal khususnya bila kita kaitkan dengan pemilu tahun 2009 yang baru saja selesai. Pada pemilu tahun 2009 ini partai demokrat tidak hanya menjadi kampiun dalam perolehan suara terbanyak namun juga kembali menghantarkan ketua dewan penasehatnya SBY untuk kembali menduduki singgasana kursi kepresidenan untuk yang kedua kalinya sejak tahun 2004 kemarin. Keberadaan partai Demokrat sebagai partai yang mengusung idiologi kebangsaan religius-nasionalis menawarkan sebuah pemahaman baru bagi kondisi perpolitikan di Indonesia. Capaian yang dilalui oleh partai Demokrat pada pemilu legislatif tahun 2009 Universitas Sumatera Utara kemarin merupakan hal yang menakjubkan sekaligus fantastis bagi sebagian pengamat dan juga para praktisi politik di tanah air. Walaupun beberapa hasil survey dari beberapa lembaga riset menunjukkan bahwa aksetabilitas Partai Demokrat Pra-Pemilu tahun 2009 bisa dikatakan masih dibawah akseptabilitas partai PDI-P ataupun partai Golkar namun fakta dilapangan Demokrat memiliki poin akseptabilitas melebih dua partai besar tersebut. 5 No Tabel 2. Tingkat akseptabilitas 7 partai politik Partai Politik Akseptabilitas 1 Partai PDI-P 23,8 2 Partai Golkar 12,0 3 Partai Demokrat 9,6 4 Partai Keadilan Sejahtera 7,4 5 Partai Kebangkitan Bangsa 7,4 6 Partai Amanat Nasional 3,5 7 Partai Hanura 2,3 Sumber Hasil riset Indobarometer di 33 Provinsi dengan jumlah responden sebanyak 1200 Walau dibawah dua partai besar yaitu Golkar dan PDI-P namun perolehan suara partai Demokrat dalam survey pra pemilu juga tidak bisa dipandang enteng. Hal ini memang terbukti dalam kondisi rill yang sesungguhnya dalam medan pemilu 2009 tepatnya dalam pemilu legislatif. 5 Dalam dua pemilu sebelum pemilu tahun 2009, kedua partai baik Gokar dan PDI-P merupaka kampiun pada dua Pemilu tersebut , yaitu di tahun 1999 PDI-P sebagai jawaranya. Dan ditahun 2004 Golkar sebaliknya menjadi kampiunnya setelah ditahun 1999 menjadi runner up Universitas Sumatera Utara Sementara dari segi perolehan kursi di DPR Demokrat memperoleh kursi terbanyak berikut adalah perbandingan jumlah kursi di DPR bagi partai Demokrat dan partai lain: 6 No Nama Partai Politik Jumlah Kursi 1 Demokrat 150 2 Golkar 23 107 3 PDIP 28 95 4 PKS 8 57 5 PAN 9 43 6 PPP 24 37 7 PKB 13 27 8 Gerindra 5 26 9 Hanura 1 18 Di era liberalisasi politik seperti saat ini dengan tingkat persaingan merebut konstituen yang begitu ketat mengharuskan partai-partai politik peserta pemilu harus berpikir keras bagaimana merebut dan menghimpun suara para konstituen. Dengan kata lain diperlukan strategi yang tepat untuk memenangkan even pemilihan umum.banyaknya parpol ini juga menimbulkan kebingungan dalam tataran penilih, dengan banyaknya pilihan otomatis pemilih harus benar-benar cermat untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa Partai atau Calon Legislatif akan di berikan mandat untuk melaksanakan jalannya pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan misalnya dari data survei Indo Barometer Desember 2007 yang menguji apakah publik kesulitan atau tidak membedakan partai politik yang ada seka- rang ini waktu itu jumlah partai baru 24, baik secara umum maupun dari aspek yang 6 http:muhshodiq.wordpress.com20090510hasil-perolehan-kursi-parpol-di-dpr-2009-dibandingkan- dengan-2004,diakses pada tanggal 20 Januari 2010,pukul 13.00 wib Universitas Sumatera Utara sederhana seperti nama dan lambang ataupun yang kompleks seperti program dan ideologi partai.Ternyata mayoritas responden 60-70 menjawab kesulitan . 7 Implikasi dari kebingungan rakyat ini bermacam-macam. Pertama, pilihan rakyat menjadi kurang berkualitas karena mereka bingung membedakan program kerja satu partai dengan partai lainnya. Padahal, seyogianya pilihan itu didasarkan pada evaluasi dan preferensi program kerja. Kedua, rakyat yang bingung akan apatis. Apatisme ini bisa berujung pada keputusan untuk tidak memilih golput. Tingginya golput akan menurunkan legitimasi hasil pemilu yang notabene dibiayai uang rakyat yang jumlahnya sangat besar. Ketiga, akan sulit bagi partai, terutama yang baru ikut Pemilu 2009, untuk mendapatkan suara signifikan di tengah kerumunan partai yang begitu banyak. Jangankan dipilih, untuk dikenal saja sudah cukup sulit. Apalagi jika partai tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk sosialisasi dari tidak memiliki jaringan yang mengakar. Padahal, berdasarkan pengalaman survei dan pemilu sebelumnya, pengenalan merupakan syarat dasar partai politik untuk mendapatkan dukungan. 8 Seiring dengan perkembangan masyarakat yang menjadi lebih terbuka dan adanya persaingan yang semakin tinggi diantara para kontestan pemilihan umum, keniscayaan pemasaran politik political marketing bagi partai-partai politik yang menjadi kontestan Cara yang penulis maksudkan adalah strategi atau marketing politik. Marketing politik menjadi semakin penting saat ini mengingat kebutuhan perolehan suara untuk pemilu kian menjadi sulit saat ini. Perspektif Marketing Politik 7 Diakses melalui www.google.com,partai-partai baru dalam Pemilu tahun 2009, diakses pada 2 Februari 2010 pukul 19.30 wib 8 Prediksi ini sebenarnya sudah mendapat pembenaran jjka di lihat dari kiprah partai-partai baru yang tidak bisa berkembang karena dalam tataran tingkat pemilih mengalami berbabagi dilemma kebingungan yang akhirnya berujung pada sikap apatis. Dari partai baru yang ikut pada pemilu legislative tahun 2009 hanya Partai Gerindra dan Partai hanura yang meraup suara cukup signivikan walaupun masih kalah jauh dari partai-partai yang sebelumnya sudah mapan. Sedang partai-partai politik yang lain khususnya partai politik yang baru ikut merasakan ketatnya persaingan dalam pemilu legislative suaranya tidak melebihi 1 atau 1,5 persen saja. Universitas Sumatera Utara dalam pemilihan umum tersebut dianggap sangat tepat untuk memenangkan pemilihan umum. Didunia barat, marketing politik diyakini sebagai metode dan instrumen yang dapat membantu politisi dan partai politik untuk dapat bersaing dan memenangkan persaingan. Secara konsep, marketing politik tidak jauh berbeda dengan marketing yang digunakan dalam dunia bisnis. Perbedaanya dalam dunia bisnis yang dijual adalah produk berupa barang, jasa sedang dalam dunia politik yang dijual adalah visi misi serta program kepada masyarakat luas dengan target dapat dipilih sebagai pemenang. Dan agar jualan laris manis maka dalam hal ini mereka partai politik harus memahami dan mengenal audiensnya. Sehingga bisa membidik target secara tepat dan cermat. Dalam domain politik marketing menawarkan perpspektif alternatif yang menawarkan penggunaan yang membantu untuk mengefisienkan serta efektif dalam membangun dalam hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat. Berkembangnya pusat perhatian partai politik terhadap pembangunan strategi marketing politik merupakan alternatif yang dapat membantu bersaing dalam iklim politik yang penuh persaingan terbuka dan transparan ketika berhadapan vis avis dengan konstituen yang berasal dari beragam idiologi, agama serta etnisitas. Marketing politik sejatinya dapat mempermudah bagaimana menggarap dan menjual produk politik yang akan dipasarkan. Dalam hal ini setiap segmentasi pasar tentu memiliki strategi yang berbeda dalam aplikasinya. Oleh sebab itulah keniscayaan marketing politik sangat dibutuhkan untuk kondisi pemilihan di era persaingan yang sangat kompetitif saat ini. Adapun dalam perspektif marketing dalam dunia politik memiliki beberapa tujuan yaitu: Universitas Sumatera Utara Pertama, Menjadikan pemilih sebagai subyek dan bukan sebagai obyek politik Kedua, Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih adalah langkah awal dalam menyusun program kerja yang ditawarkan dalam kerangka masingmasing ideologi partai Dermody Scullion, 2001 Ketiga, Marketing politik tidak menjamin sebuahkemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya memperoleh dukungan suara O’Shaughnessy, 2001 Sebagai subjek akademik konsep marketing politik dari Amerika. Namun dalam konteks Indonesia setidaknya menjadi keniscayaan setidaknya ada lima faktor yang membuat marketing politik bisa berkembang di Indonesia: 9 1. Sistem multi partai yang memungkinkan siapa saja boleh mendirikan partai politik dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam antar partai politik. 2. Pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya disbanding pemilu sebelumnya, sehingga syarat bagi penerapan marketing politik terpenuhi. 3. Partai-partai lebih bebas menentukan platform dan identitas organisasinya. 4. Pemilu merupakan momentum sejarah yang penting dalam perjalanan bangsa sehingga pihak-pihak yang berkeptingan terutama para elit politk akan berusaha keras untuk ambil bagian. 5. Sistem pemilihan anggota parlemen ,DPRD,dan presiden dilakukan secara langsung yang selanjutnya diikuti oleh pemilihan Gubernur,Walikota dan Bupati Pergantian sistem pemilu dari model lama ke model baru berarti adalah perubahan paradigma. Pada situasi obyektif yangberubah paradigma acuannya pun tentu harus diubah 9 Adman Nursal,2004, Political Marketng strategi Memenangkan Pemilu: Suatu Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD dan Presiden,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.,Hal.10-11. Universitas Sumatera Utara arena ruang pembelajaran politik tidak sesempit dulu. Kini ada banyak paradigma baru antara lain: 10 1. Partai politik mendapatkan kebebasannya 2. Rakyat menggunakan hak pilih lebih bebas 3. Rakyat memilih langsung terhadap anggota DPR, DPD, presiden dan wakil presiden serta Gubernur, Walikota dan Bupati. 4. Sirkulasi dan seleksi kepemimpinan politik terjadi terus menerus secara periodik dan mendorong peningkatan partisipasi secara menyeluruh 5. Pengalihan wewenang dari pusat kedaerah desentralisasi yang memacu reformasi struktur kekuasaan lokal lebih dinamis 6. Mekanisme yang efektif pengelolaan sumber-sumber legitimasi kekuasaan berisi komponen Poleksosbud menjadi ajang penguatan bagi proses pembangunan karakter Nasional masyarakat Indonesia ke depan. Sebagai tambahan juga dikarenakan semakin berkembangnya zaman yang menuntut adanya pendekatan-pendekatan baru dalam mengeksekusi perubahan selera pemilih. Dengan adanya strategi politik yang dianggap mampu mengakomodir rancangan konstruktif yang hendak dilakukan oleh partai politik untuk merbut simpati dari konstituennya serta juga masyarakat secara umum. Diperkirakan sampai beberapa kali Pemilu di Indonesia Pemilu akan senantiasa dikuti banyak partai. Dalam kondisi seperti itu para pemilih tidak akan mampu mengingat begitu banyak nama partai, proses awal yang penting bagi pemilh sebelum ia menetapkan pilihannya. Konon lagi untuk mengetahui program-program utama dan dan nama-nama para 10 Agung Dkk,2005,Memenangkan Hati dan Pikiran Rakyat:Strategi dan Taktik Menang dalam Pilkada,Yogyakarta:Pembaruan., Hal.14-15 Universitas Sumatera Utara kandidat yang ditawarkan suatu partai. Dengan demikian mayoritas partai-partai yang ikut pemilu akan sulit dikenal pemilih apalagi membedakannya dengan partai lain. 11 Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa partai-partai politik tidak gampang mencapai sasaran objektif dengan cara-cara kampanye dan kegiatan kehumasan yang konvensional. Tantangan besar khususnya akan dihadapi partai-partai baru. Tanpa langkah terobosan partai-partai baru akan sulit meraih suara bahkan hanya sadar untuk dikenal baik oleh para pemilih. Langkah-langkah terobosan itu hanya bisa dilakukan dengan strategi yang jitu termasuk didalamnya menerapkan marketing politik. 12 Dalam sistem pemilu yang baru ini secara tekhnis pemilih akan mencoblos tanda partai dan nama calon legislatif. Keadaan ini menyebabkan model persaingan menjadi kompleks dan strategi untuk memenangkan suara dengan sendirnya juga akan lebih rumit. Institusi partai memiliki strategi agar para pemilih mencoblos tanda gambar partai. Sementara itu masing-masing calon yang diajukan sebuah partai juga bersaing dengan kawan separtai sehingga setiap calon akan berusaha keras agar lebih menjatuhkan pilihan padanya. Sedang partai memerlukan strategi untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya. 13 11 Adman Nursal.Op.Cit., Hal 10. 12 Adman Nursal.Ibid., Hal.10 13 Ibid Hal. 13 Namun yang perlu dipahami bahwa marketing politik saat ini menjadi trendsetter bagi acuan setiap kontestan pemilu baik itu bersifat perorangan ataupun partai politik. Itulah sebabnya penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang marketing politik partai Demokrat. Dalam pemilu tahun 2009 kemarin peserta atau kontestan partai politik yang mengikuti pemilu berjumlah 38 partai yang dinyatakan resmi oleh KPU untuk mengikuti perhelatan akbar demokrasi lima tahunan itu. Diantara beragam partai tersebut setidaknya masih dihiasi oleh partai-partai lama dan juga kontestan kontestan partai politik yang baru. Universitas Sumatera Utara Sama seperti partai partai lain setidaknya partai Demokrat juga memasang strategi bagaimana melalui pemilu tahun 2009 kemarin dengan gilang gemilang. Termasuk tentunya mengadakan konsolidasi sampai tingkat bawah dengan mode top-down Gambar 1. Alur Kewenangan Partai Politik DPP Dewan Pimpinan Pusat DPD Dewan Pimpinan Daerah DPC Dewan Pimpinan Cabang Dalam penulisan skripsi ini penulis akan mengkaji bagaimana konsep Marketing Politik dilaksanakan pada tataran tingkat Kota sebagai penopang Propinsi dan Dewan Pusat. Untuk lokasi akan ditentukan di Partai Demokrat khususnya DPC Partai Demokrat Kota Medan.

2. Perumusan Masalah