2.1.4 Morfologi Aedes sp.
Nyamuk Aedes sp. berukuran kecil dan halus 4-13 mm. Bagian- bagian tubuhnya terdiri dari caput atau kepala, torak dan abdomen. Tubuh
nyamuk dewasa ini ramping dan disekujur badannya berwarna hitam dengan bercak-bercak putih, nyamuk ini lebih kecil dari nyamuk rumah Culex
quinquefasciatus. Di bagian caputnya terdapat probosis halus yang panjangnya melebihi
panjang kepala. Probosis ini berguna untuk menangkap makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk. Pada nyamuk betina,
probosis ini digunakan untuk alat tusuk dan penghisap darah. Sedangkan, pada nyamuk jantan, probosis ini digunakan sebagai penghisap cairan
tumbuh-tumbuhan, buah dan keringat. Di kiri dan di kanan probosis terdapat sepasang antena yang terdiri dari 15 segmen. Antena pada nyamuk jantan
berambut lebih lebat dari pada nyamuk betina, rambut pada antena nyamuk jantan disebut pulmose sedangkan pada nyamuk betina disebut pilose.
25
Pada bagian torak terdapat mesonotum yang berbentuk lyra “Lyreform” atau lyre-shaped. Dibagian mesonotum ini terdapat scutellum
yang memiliki 3 lobus. Perbedaan antara A. aegypti dan A. albopcitus teletak pada perbedaan mesonatumnya. Pada A. Albopictus mesonotumnya
terdapat gambaran garis putih yang memanjang dan hanya memiliki satu garis yang luas di tengah-tengah toraknya, sedangkan A. Aegypti memiliki
dua garis pada toranya.
24
Sayap nyamuk ini panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukaanya ditutupi sisik sayap. Sisik sayap
nyamuk ini sempit dan panjang.
Bagian abdomen dari tubuh nyamuk terdiri dari 10 segmen, 2 segmen terakhir berubah menjadi alat kelamin. Ujung abdomen Aedes sp. lancip
disebut pointed.
25
2.1.5 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Aedes sp. dan termasuk ordo diftera lainya, mengalami metamorfosis lengkap. Siklus hidupnya terdiri dari telur, larva jentik, pupa kepompong
dan nyamuk dewasa. Metamorfosis nyamuk Aedes aegypti mulai dari telur sampai menjadi larva memakan waktu kurang lebih 2 hari, dari larva
menjadi pupa membutuhkan waktu 6-8 hari dan sampai menjadi nyamuk dewasa selama 2 hari.
23
Selama masa bertelur, seekor nyamuk betina mampu meletakan 100- 400 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan di bagian yang berdekatan
dengan permukaan air. Telur diletakkan satu-persatu pada dinding.
23
1. Stadium telur
Telur nyamuk Aedes sp. tidak memiliki frill atau floats, bantuknya memanjang dan oval. Pada bagian luar cangkak telur ada
sedikit bentuk retikularis. Telur Aedes sp. pada kedua spesies Gambar 2.1 Toraks pada Nyamuk
Aedes sp. Betina Dewasa modifikasi dari WHO, 1995.
Sumber : Chooi Khim, 2005.
Gambar 2.2 Nyamuk Dewasa Aedes aegypti.
Sumber: Zettel, 2009.
memiliki rupa yang sama yakni hitam legam dan mengkilat. Pada awalnya telur berwarna putih dan lembut ketika pertama kali
dikeluarkan oleh induknya. Namun, kemudian telur berubah menjadi hitam dan sedikit keras. Sebelum telur matang, telur ini mengalami
pertambahan ukuran.
21
Telur ini berukuran sekitar ± 0,8 mm. Telur akan menetas dalam kurun waktu 2 hari.
23
2. Stadium larva
Telur menetas menjadi larva instar I dalam waktu 2 hari, setelah itu larva akan mengalami 3 kali pergantian kulit ecdysis berturut-
turur menjadi larva instar II,III, dan larva instar IV.
18
Proses dari larva instar I sampai ke instar IV membutuhkan waktu sekitar 10 hari.
Variasi waktu tergantung pada suhu dan diet larva .
Setiap mengakhiri instar dengan cara moult atau ecdysis. Salah satu tanda dari ecdysis
adalah munculnya pita-pita hitam di dadanya yang terbungkus sirkular dan muncul rambut secara lateral di sepanjang kutikula . Ukuran larva
sekitar 0,5-1 cm
2
. Setiap instar memiliki ciri masing-masing,
19,23,45
yaitu a.
Pada instar I ukuran larva berkisar 1 mm , duri-duri spine pada dadanya belum begitu jelas dan corong pernapasan siphon belum
menghitam. Larva akan terus tumbuh menjadi 2 kali lipat panjang Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti.
Sumber: Zettel, 2009.
Gambar 2.4 Telur Aedes aegypti Usia 2 Minggu Setelah Ovitrap.
Sumber : Malar, 2006
.
tubuh awal. Dibutuhkan waktu 1-2 hari unuk menjadi larva instar I.
b. Pada instar II, kepala dan bagian terminal larva lebih besar dari
pada larva instar I, tubuh dan kepala semakin gelap dan lebih panjang serta silindris, spine belum jelas dan siphon sudah
berwarna hitam. Dibutuhkan waktu 2-3 hari untuk mencapai instar II.
c. Pada larva instar III, tampak larva lebih besar dan panjang dari
sebelumnya. Dibutuhkan waktu 2-3 hari untuk mencapai instar ini. d.
Pada instar IV terjadi pengembangan tunas imaginal dada dan akumulasi lemak di tubuh larva sehingga tampak lebih besar dan
gemuk, pada fase ini terdapat struktur yang khas yakni adanya rudiment of the pupal respiratory trumpets. Stadium ini sudah bisa
dibagi berdasarkan anatominya. Pada larva ini dibutuhkan waktu 2- 3 hari.
Larva bergerak terutama dengan dua cara yakni dengan tersentak oleh tubuhnya dan dengan mouth brushes.
19
larva ini selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas
permukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan
permukaan air.
biasanya berada
disekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari larva atau jentik akan menjadi
pupa.
19,23
Gambar 2.5 Larva Aedes aegypti.
Sumber: Malar, 2006.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa total panjang instar I berkisar 1,434-2,056 mm, instar II adalah 2,432- 3,438 mm,
instar III adalah 3,95-4,736 mm dan instar IV adalah 6,393-8,011 mm.
3. Stadium pupa
Saat fase ecdysis mendekati akhir, larva akan menjadi pupa. Pupa merupakan stadium akhir. Bentuk pupa bengkok dan kepalanya besar.
Fase ini membutuhkan waktu sekitar 2-5 hari. Selama fase ini tidak makan apapun. Didalam pupa terdapat kantung udara yang terletak
diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terdapat sepasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk
menyelam cepat dan mengadakan serangkaian jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsangan. Bentuknya seperti koma, gerakan lambat,
sering berada dipermukaan air. Ketika pertama kali muncul, pupa Gambar 2.6 Abdomen Larva Aedes aegypti Instar I-IV, Pembesaran 22x.
Sumber : Bar, anaya, 2013
Tabel 2.1 Perbadingan panjang larva.
Sumber: Bar, Anaya, 2013
berwarna putih tetapi dalam waktu yang singkat terjadi perubahan pigmen. setelah 1-2 hari pupa akan menjadi nyamuk baru.
8,19,23
2.2 Sirsak Annona muricata L
2.2.1 Deskripsi
Lebih dari 119 spesies dari genus Annona, famili Annonaceae, tersebar luas di daerah tropis dan subtropis dan ditemukan di india barat,
Amerika Utara dan Selatan, dataran rendah di Afrika, dan Asia Tenggara seperti Indonesia.
28
Di negara yang berbahasa Spanyol, buah ini dikenal dengan istilah guanabana. Di Salvador dikenal sebagai guanaba, di Mexico sebagai zopote
de viejas atau cabeza de negro. Di Venezuela sebagai catoche, di Argentina sebagai anona de puntitas ,di Brazil sebagai araticum do grande, graviola
atau jaca do para, dalam bahasa Ingrris dikenal sebagai soursop, Di Afrika barat dan Vietnam Utara dikenal sebagai corossol epineux. Di Malaysia
dikenal sebagai durian belanda, sedangkan di Indonesia dikenal sebagai sirsak atau nangka belanda.
28
Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropis dengan ketinggian diatas 300 m di atas permukaan laut, tanaman ini dapat tumbuh pada suhu
15-30° C dengan kondisi tanah cukup dalam dan sedikit kering serta pH 6.0- 6.5.
30-31
Sirsak banyak dikonsumsi di berbagai daerah, bisa dijadikan jelly buah, penyusun minuman, es krim dan sirup.
32
Selain itu, tanaman ini memiliki efek pengobatan dari hampir semua komonen dari tanaman sirsak,
Gambar 2.7 Pupa Aedes aegypti.
Sumber : Malar, 2006