2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Golongan Putih di Kecamatan Medan Amplas Pada Pemilu Legislatif 2009.
2.1. Faktor Sosial Ekonomi
Data ini diambil untuk mengetahui bagaimana faktor sosial ekonomi para responden mempengaruhi mereka untuk tidak ikut dalam pemilihan. Indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel faktor sosial ekonomi, yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, agama dan pengaruh keluarga.
Tabel 26 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan
Jumlah Persentase
1. Sarjana S1,S2,S3
13 13
2. Diploma D1,D2,D3
12 12
3. SLTASederajat
56 56
4. SLTPSederajat
13 13
5. SD
6 6
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia baik pendidikan formal maupun informal. Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa secara umum responden yang diperoleh adalah masyarakat yang berpendidikan SLTASederajat yaitu sebanyak 56 orang 56. Pada tabel
diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan Sarjana sebanyak 13 orang 13, Diploma D1,D2,D3 sebanyak 12 orang 12,
Universitas Sumatera Utara
SLTPSederajat sebanyak 13 orang 13 dan yang berpendidikan SD hanya 6 orang 6 dari 100 jumlah responden yang ada. Hal ini menandakan bahwa
masyarakat yang berpendidikan sarjana masih rendah dan rata-rata masyarakat banyak yang dari lulusan SLTASederajat.
Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan sangat mempengaruhi masyarakat di Kecamatan Medan Amplas untuk ikut atau
tidak ikut dalam pemilihan. Sebab, masyarakat di Kecamatan Medan Amplas yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak ikut memilih golput dalam
pemilihan karena mayoritas masyarakat di Kecamatan tersebut masih terbilang cukup rendah karena rata-rata masyarakat berpendidikan SLTASederajat. Jadi,
tingkat pendidikan rendah maupun tinggi sangat mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan. Karena tingkat pendidikan tinggi menciptakan kemampuan lebih besar
untuk mempelajari kehidupan politik tanpa rasa takut, disamping memungkinkan seseorang menguasai aspek-aspek birokrasi, baik pada saat pendaftaran maupun
pemilihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar kepeduliannya terhadap politik, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan
seseorang semakin kecil tingkat kepeduliannya terhadap masalah politik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 27 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan
Jumlah Persentase
1. Pedagang
18 18
2. PNS
10 10
3. Wiraswasta
38 38
4. Karyawan
19 19
5. Supir
2 2
6. Mekanik
3 3
7. Ibu Rumah Tangga
10 10
8. Mahasiswa
12 12
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta 38 dan sebagian responden ada yang bekerja
sebagai Pedagang 18, PNS 10, karyawan 19, supir 2, mekanik 3, ibu rumah tangga 10 dan mahasiswa 12. Ini berarti bahwa
masyarakat di Kecamatan Medan Amplas memiliki cukup banyak jenis pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka.
Faktor pekerjaan juga berkorelasi dengan kehadiran atau ketidakhadiran pemilih dalam pemilihan pada masyarakat di Kecamatan Medan Amplas.
Pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih menghargai patisipasi masyarakat. Para pemilih yang bekerja di lembaga-lembaga atau sektor-sektor yang berkaitan
langsung dengan kebijakan pemerintah cenderung lebih tinggi tingkat
Universitas Sumatera Utara
kehadirannya dalam Pemilu dibanding para pemilih yang bekerja pada lembaga- lembaga atau sektor-sektor yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Para pegawai negeri atau pensiunan menunjukkan tingkat kehadiran
pemilih lebih tinggi dibanding yang lain. Sebab, mereka sering terkena langsung dengan kebijakan pemerintah, seperti misalnya kenaikan gaji, pemutusan
hubungan kerja, dan sebagainya. begitu pula para pensiunan yang sangat berkepentingan langsung dengan berbagai kebijakan pemerintah, khususnya
tentang besarnya tunjangan pensiun, kesehatan, kesejahteraan atau tunjangan- tunjangan lainnya.
Masyarakat di Kecamatan Medan Amplas mayoritas berpenghasilan sebagai wiraswasta dan pedagang dan hanya 10 orang yang berpenghasilan
sebagai PNS. Hal ini tentunya terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dan pemerintah. Masyarakat sudah tidak lagi menganggap pemilu
legislatif sebagai sarana penting dalam memperbaiki kondisi kesejahteraan. Masyarakat sudah lelah dengan janji-janji kampanye yang tidak pernah ditepati.
Pemilu kini mulai dipertanyakan oleh masyarakat, tidak ada keuntungan signifikan yang diperoleh masyarakat dalam keikutsertaan mereka dalam
pemilihan. Dengan persepsi inilah yang menjadikan masyarakat lebih mementingkan urusan lain seperti berdagang atau membuka usahanya daripada
menghadiri acara pemilihan. Karena dengan melakukan pekerjaan mereka otomatis akan memberikan keuntungan secara material kepada mereka daripada
menghadiri acara pemungutan suara, apalagi mayoritas masyarakat di Kecamatan ini berpenghasilan sebagai wiraswasta dan pedagang.
Bagi para pedagang, wiraswastawan, dan pekerja sektor informal ini, keterlibatan politik dalam Pemilu justru dinilai oleh sebagian dari mereka malah
kurang menguntungkan. Sebab, kalau ikut mencontreng Pemilu saja, itu berarti mereka harus kehilangan pemasukan satu hari. Apalagi, jika keterlibatan politik
dalam Pemilu itu diikuti dengan aktivitas politik lainnya seperti ikut kampanye,
Universitas Sumatera Utara
pawai, dan sebagainya. Kalau kerugian kehilangan pemasukan itu bisa ditutupi dengan harapan akan terjadinya perubahan politik yang lebih baik, demikian
penjelasan beberapa responden dari ”pekerja bebas”, mungkin masih bisa dipahami.
Persoalannya, para wakil rakyat yang didukung pada saat Pemilu itu seringkali tidak perduli lagi ketika sudah duduk si kursi DPRD, sehingga kerugian
yang mereka tanggung tidak sebanding dengan harapan yang akan dicapai. Sebaliknya, bagi para pegawai negeri sangat sedikit yang golput. Dari 85
responden yang mengaku Golput pada Pemilu Legislatif 2009 di Kecamatan Medan Amplas, hanya 10 orang 10 yang bekerja sebagai pegawai negeri. Data
ini menunjukkan bahwa perilaku golput tampaknya tidak memperoleh dukungan di kalangan pegawai negeri. Dari kacamata pemerintah, data ini menggembirakan.
Sedikitnya jumlah pegawai negeri yang Golput pada Pemilu Legislatif 2009 di Kecamatan Medan Amplas ini menunjukkan bahwa mereka masih mempercayai
kinerja pemerintah yang sedang berjalan. Atau, setidaknya mereka masih mengharapkan adanya perubahan itu melalui sarana Pemilu. Kecilnya jumlah
pegawai negeri yang Golput ini juga menunjukkan mereka masih menganggap bahwa kehadiran pemilih merupakan salah satu tolok ukur keprcayaan masyarakat
terhadap pemerintah. Sebagai orang pemerintah, atau yang menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah, para pegawai negeri ini juga bertanggungjawab
atas kinerja pemerintah. Bagaimanapun, kalau ada penilaian tidak baik kepada pemerintah,
penilaian itu tidak semata-mata ditujukan kepada para penguasa dari partai politik, tetapi juga tidak menutup kemungkinan penilaian tersebut ditujukan kepada para
penyelenggara negara atau aparat pemerintah. Disinilah letak tanggungjawab pegawai negeri untuk mensukseskan Pemilu dengan meningkatkan kehadiran
pemilih di bilik suara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28 : Jawaban Responden Apakah Sudah Terdaftar Sebagai Pemilih atau
Tidak
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1. Terdaftar
72 72
2. Tidak Terdaftar
28 28
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden sudah terdaftar sebagai pemilih yaitu sebanyak 72, namun ada juga responden yang
masih tidak terdaftar sebagai pemilih yaitu sebanyak 28. Meskipun demikian, ada juga pemilih yang belum terdaftar sebagai pemilih tetapi ikut serta dalam
pemilihan. Hal ini baru diketahui peneliti pada saat melakukan penelitian di daerah tersebut.
Tabel 29 : Jawaban Responden Apakah Pada Saat Pemilihan Ikut Memilih Atau
Tidak
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1. Ikut Memilih
15 15
2. Tidak Ikut Memilih
85 85
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir semua responden tidak ikut memilih dalam pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu yaitu sebanyak 85 ,
hanya 15 responden yang ikut memilih dalam pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Amplas
kurang berpartisipasi dalam pemilu Legislatif tahun 2009 yang lalu.
Tabel 30 : Jawaban Responden Mengapa Tidak Menggunakan Hak Pilih Dalam
Pemilihan Umum Legislatif
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1. Tidak Terdaftar
7 8,2
2. Tidak Percaya dengan
Parpol 51
60
3. Lebih Mementingkan
Urusan Pekerjaan 27
31,8
Jumlah 85
100 Sumber : Kuesioner 2010
Karena jumlah responden yang tidak ikut memilih dalam pemilu legislatif sebanyak 85 orang, maka dari tabel diatas hanya responden yang tidak ikut
memilih yang akan menjawab pertanyaannya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 51 orang responden 51 tidak ikut memilih karena alasan
masyarakat tidak percaya dengan partai politik. Sedangkan sebanyak 27 orang responden 27 tidak ikut memilih karena mereka lebih mementingkan urusan
pekerjaan mereka daripada datang ke tempat pemilihan untuk memilih, dan hanya 7 orang responden 7 tidak ikut memilih karena mereka tidak terdaftar sebagai
pemilih.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat di Kecamatan Medan Amplas sudah lelah dengan janji-janji kampanye yang diberikan oleh caleg ataupun partai politik yang mengusungnya,
tetapi janji-janji yang diberikan mereka tidak pernah ditepati. Para caleg maupun partai politik yang mengusungnya cenderung mengutamakan kepentingan pribadi
ataupun kelompoknya daripada kepentingan masyarakat. Hal inilah yang membuat masyarakat Kecamatan Medan Amplas tidak percaya dengan partai
politik, sehingga masyarakat lebih mementingkan urusan pekerjaan mereka daripada menghadiri acara pemilu legislatif. Jadi, dengan alasan-alasan tersebut
masyarakat tidak menggunakan hak pilih mereka golput dalam Pemilu Legislatif 2009 yang lalu.
Tabel 31 : Jawaban Responden Apakah Pihak Keluarga Memberikan Pengaruh Dalam
Hal Tidak Ikut Memilih Pada Pemilu Legislatif
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1. Ya
56 56
2. Tidak
35 35
3. Tidak tahu
9 9
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Keluarga merupakan tempat dimana seseorang bertumbuh dan berkembang, sehingga keluarga sangat memberikan pengaruh besar bagi
seseorang untuk bertindak dan memberikan sikap pada semua gejala yang ada. Keluarga memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendidikan maupun
perkembangan sosiologis seseorang. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden menjawab bahwa pihak keluarga memberikan pengaruh dalam hal
tidak ikut memilih golput pada saat pemilihan berlangsung. Jumlah responden
Universitas Sumatera Utara
yang mengatakan bahwa pihak keluarga memberikan pengaruh adalah sebanyak 56 orang 56 dari semua jumlah responden. Karena kuatnya pengaruh pimpinan
keluarga Ayah dalam menentukan pilihan politik keluarga. Sehingga apabila kepala keluarga Ayah tidak ikut memilih maka akan memberikan pengaruh
kepada anggota keluarga lainnya untuk tidak ikut memilih golput.
Tabel 32 : Jawaban Responden Apakah Isu Agama Dari Partai Politik Mempunyai
Pengaruh Untuk Tidak Ikut Memilih
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1. Sangat Mempengaruhi
29 29
2. Mempengaruhi
41 41
3. Tidak Mempengaruhi
30 30
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Isu agama sangat sering sekali digunakan partai politik untuk menarik simpatisan dari para masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku
politik masyarakat Indonesia secara umum masih dipengaruhi oleh agama. Akan tetapi isu agama dari partai politik memberikan pengaruh kepada masyarakat
dalam hal tidak ikut memilih golput dalam pemilihan. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 41 orang responden dari 100 orang responden 41
mengatakan bahwa isu agama dari partai politik memepengaruhi mereka untuk tidak memilih golput. Misalnya, orang percaya bahwa muslim yang santri atau
taat keislamannya, akan cenderung berafiliasi pada partai-partai Islam. Mereka akan cenderung mendukung caleg yang kurang lebih digambarkan sebagai sosok
yang lebih dekat dengan tradisi Islam atau seorang sosok santri, taat agama, bahkan mempunyai agenda-agenda politik Islam, seperti komitmen terhadap
Universitas Sumatera Utara
syariat Islam dan pelaksanaannya dalam kehidupan politik. Hal inilah yang dilihat dan dipertimbangkan masyarakat untuk ikut atau tidak ikut golput dalam pemilu
legislatif.
Tabel 33 : Jawaban Responden Apakah Isu Ekonomi Dari Partai Politik Mempunyai
Pengaruh Untuk Tidak Ikut Memilih
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1. Sangat Mempengaruhi
47 47
2. Mempengaruhi
34 34
3. Tidak Mempengaruhi
19 19
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner 2010
Isu ekonomi sangat sering digunakan partai politik untuk menarik simpatisan dan dukungan yang sebesar-besarnya dari para masyarakat. Partai
politik menggunakan isu-isu ekonomi untuk mempengaruhi masyarakat dalam memilih mereka. Isu-isu ekonomi tersebut menjanjikan kesejahteraan masyarakat
dan apabila mereka memilih partai tersebut maka masyarakat akan diberikan pekerjaan dan lain sebagainya. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 47
responden dari 100 responden 47 mengatakan bahwa isu ekonomi dari partai politik sangat mempengaruhi masyarakat untuk ikut atau tidak ikut golput dalam
pemilihan umum. Isu ekonomi yang digunakan partai politik sangat memberikan pengaruh
kepada masyarakat untuk ikut atau tidak ikut golput dalam pemilihan. Karena apabila isu ekonomi tersebut menawarkan perubahan kebijakan yang
menguntungkan dan realistis kepada masyarakat maka mereka akan memilih caleg ataupun partai politik yang mengusungnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Faktor Psikologis