Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
seksual dan untuk latihan sebelum perilaku seksual tersalurkan secara nyata. Seksual fantasi ini berguna bagi eksistensi perilaku seksual remaja dimasa dewasa
nanti, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri remaja saat hubungan seksual yang sesungguhnya dilakukan.
2. Indepensi.
Keterdekatan remaja dengan kelompok bermainnya sangat membantu dalam upaya mendapatkan dukungan dan bimbingan dari perilaku yang dilakukan,
walaupun tidak dipungkiri bahwa kelompok bermain itu sendiri memiliki pola aturan yang spesifik dan tuntunan perilaku yang dikehendaki, namun remaja lebih
memilih teman sebayanya sebagai peralihan dari keterikatan dengan orang tua. Jadi kemandirian yang ditunjukkan oleh remaja sebenarnya masih butuh topangan
bimbingan. Remaja umumnya menentang orang tua mengenai perilaku seksual bebas, masalah kebebasan seksual inilah yang sering kali dijadikan senjata bagi
remaja untuk melarikan diri dari ikatan orang tua.
3. Reaksi orang tua
Sikap orang tua terhadap masalah seksual sangat berpengaruh terhadap sikap seksual remaja, bila orang tua mengagungkan keperawanan maka biasanya
anaknya memiliki nilai yang sama mengenai keperawanan, walaupun tidak semua orang tua memiliki sikap yang kaku dan keras terhadap perilaku seksual
remajanya, namun orang tua tidak membiarkan anaknya memiliki sikap seksual yang bebas Elyawati, 2001.
2.2.3. Pengaruh Akibat Terjadinya Hubungan Seks Pranikah
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan
seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi orang tua, keluarga bahkan masyarakat.
Akibat buruk dari hubungan seksual pranikah berpengaruh bukan saja bagi pasangan khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua keluarga, bahkan
masyarakat.
1. Akibat bagi remaja
a. Menambah resiko tertular penyakit menular seksual PMS, seperti kencing nanah, sifilis, herpes pada alat kelamin, klamida, HIVAIDS.
b. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, perdarahan,
kemandulan bahkan kematian. c.
Trauma kejiwaan depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan, remaja wanita menjadi tidak perawan, remaja pria menjadi tidak
perjaka. d.
Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja, terutama bagi remaja perempuan.
e. Melahirkan bayi yang kurang tidak sehat.
2. Akibat bagi keluarga
a. Menimbulkan aib keluarga. b. Menambah beban ekonomi keluarga.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya ejekan.
3. Akibat bagi masyarakat
a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. b. Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesejahteraan
masyarakat menurun Djaja, S, dkk, 2002 Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain
adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, Misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat
kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima
kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks Mu’tadin, 2002.
2.3. Kesehatan Reproduksi