Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
tinggal satu rumah bersama dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan seperti jam berkunjung dibatasi hingga jam
21.00 WIB, dan menyediakan tempat khusus untuk menerima tamu. Sedangkan tempat kost yang tidak diawasi tidak ada pemilik kostnya, karena
mereka bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah baik itu perempuanlaki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar
oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan mereka dapat berbuat sesuka hatinya. Tempat-tempat kost tersebut dapat membuka peluang
atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, karena tidak adanya aturan didalam tempat tersebut bahkan pelajar bebas untuk keluar masuk tanpa
adanya batasan waktu. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti pada bulan Desember 2008
terhadap sejumlah tempat-tempat kost yang ada di Padang Bulan di dapat bahwa tempat kost khusus perempuan hanya 20, yang dihuni khusus laki-
laki ada 20, untuk tempat kost yang diawasi oleh pemilik kost juga 20, sedangkan yang penghuninya campur laki-laki dan perempuan ada 40 data
tersebut di dapat dari hasil wawancara terhadap kepala lingkungan yang ada di daerah tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu
kost tentang hubungan seksual pranikah di wilayah Padang Bulan Medan
1.2. Perumusan Masalah
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Banyaknya tempat-tempat kost didaerah Padang Bulan Medan
membuat para remaja semakin bebas untuk memilih, seperti tempat kost yang diawasi oleh ibu kost maupun tempat yang tidak diawasi, tempat kost yang
tidak diawasi oleh ibu kost akan dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, sedangkan yang diawasi sedikit kemungkinan
dapat melakukan seks bebas karena adanya pengawasan dari ibu kost. Berdasarkan latar belakang diatas bahwa masih ada remaja yang
melakukan seks bebas baik di kost-kosan maupun di tempat lain sehingga peneliti tertarik untuk melihat perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan
tidak diawasai ibu kost tentang hubungan seksual pranikah di wilayah Padang Bulan Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah di Padang
Bulan Medan Tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran remaja yang diawasi ibu kost dan yang
tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah 2.
Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang hubungan seksual pranikah.
3. Untuk mengetahui sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah.
4. Untuk mengetahui tindakan hubungan seksual pranikah pada remaja.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala lingkungan agar mengawasi perilaku anak kost yang tinggal di lingkungan tersebut.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sejenis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
Menurut Mohammad yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan
batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya
secara sosial dan psikologis mampu mandiri. Ada dua hal penting menyangkut batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan tersebut menyangkut
perubahan fisik dan psikologis Notoatmodjo, 2007. Sedangkan menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang
mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. Batasan usia remaja menurut WHO dibagi dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14
tahun dan remaja akhir 15-20 tahun Djaja,dkk, 2002. Menurut Gunarsa 1991, disebutkan perkembangan remaja dengan batas-
batas usia dikelompokkan menjadi : 1.
Usia 12-14 tahun disebut remaja awal 2.
Usia 15-17 tahun disebut remaja 3.
Usia 18-21 tahun disebut remaja lanjut
2.1.1. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik organobiologik secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan mental, emosional. Perubahan yang
cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu mereka memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan disekitarnya, agar
tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani maupun mental dan psikososial Depkes RI, 2001.
A. Ciri-Ciri Perkembangan Remaja
Menurut Depkes RI 2001, ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi 3 tiga tahap yaitu :
1. Masa Remaja Awal 10-12 tahun, yang ditandai dengan : - Lebih dekat dengan teman sebaya
- Ingin bebas - Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
2. Masa Remaja Tengah 13-15 tahun - Mencari identitas diri
- Timbulnya keinginan untuk kencan - Mempunyai rasa cinta yang mendalam
- Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan berkhayal tentang aktifitas seks
3. Masa Remaja Akhir 16-19 tahun - Pengungkapan kebebasan diri
- Lebih selektif dalam mencari teman sebaya - Mempunyai citra jasmani dirinya
- Dapat mewujudkan rasa cinta dan mampu berpikir abstrak.
B. Perubahan Fisik pada Masa Remaja
Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi organ seksual mencapai kematangan, sehingga munculnya
tanda-tanda sebagai berikut: 1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks.
a. Terjadinya haid pada remaja puteri. b.
Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki. 2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu:
a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar,
badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
b. Pada remaja puteri pingul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara
membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan pubis Depkes, 2001.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan aktif dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
b. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut
persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain.
c. Norma-norma yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.
d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan melalui media masa dengan teknologi yang canggih contoh : VCD, Photo, majalah, internet, dan lain-lain, menjadi tidak terbendung
lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka
belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
e. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang
masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam
masalah ini. f.
Adanya kecenderungan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,
sehingga kedudukan perempuan semakin sejajar dengan pria Mu’tadin, 2002.
2.1.2. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi Depkes RI, 2001 :
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi : - Sensitif mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa
- Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga mudah terpengaruh, misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi : - Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
- Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba.
2.2. Hubungan Seksual Pranikah
2.2.1. Pengertian Seksual Pranikah
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan ditunjuk. Jenis kelamin adalah suatu sifat atau ciri yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan. Sedangkan pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara
hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan Mu’tadin, 2002. Hubungan seksual ialah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi
ejakulasi pengeluaran cairan mani yang didalamnya terdapat jutaan sperma dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina, memudahkan
pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan
wanita yang telah mencapai hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri Anonim, 2002.
Sedangkan hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu Suatu masalah selalu muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin
mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan organ fungsi kebutuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua,
faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah organ seksual
Tempo, 2006. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksual dapat berupa
orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri Mu’tadin, 2002.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain di kenal sebagai
Gunarsa, 2000 : 1.
Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk
pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti
sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan
memuaskan dorongan seksual. 3.
Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang
sebenarnya masih dapat dikerjakan. Contoh, menonton dan membaca buku pornografi.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai menikah maka harus
dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut Gunarsa, dkk, 2000
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Perubahan perilaku seks pranikah remaja tidak terlepas dari: 1.
Hasil percontohan modeling. Salah satunya adalah terbukanya akses informasi, dimana informasi dapat diperoleh melalui media elektronika seperti siaran
televisi, video, DVD dan media cetak bahkan teknologi moderen seperti internet. 2.
Adanya anggapan informasi seks hanya menjadi otoritas kaum dewasa dan bukan anak-anak dan remaja, sehingga seks yang hadir dalam kehidupan remaja tidak
dikenal secara utuh dan terpotong-potong, karena dalam keluarga seks tabu untuk dibicarakan ke anak-anak.
3. Dengan munculnya sikap ingin tahu hubungan seks pranikah sebagai “gugatan’’
Keadaan ini dipicu pula karena oleh berbagai macam tayangan, terbitan media cetak dan elektronik pasca reformasi sehingga muncul gaya hidup baru menuju
perilaku seks bebas Widjanarko, M, 2002.
2.2.2. Perkembangan Seksual Remaja
Selama perkembangan masa remaja, tidak ada fenomena yang sedramatis dan memiliki pengaruh besar sebagaimna perwujudan dari perkembangan perilaku
seksual pada remaja. Menurut Elyawati 2001, bahwa perkembangan seksual remaja dapat ditelusuri melalui 3 tiga aspek yang mendukung yaitu :
1. Seksual fantasi.
Seksual awal remaja biasanya tidak lepas dari upaya remaja untuk berfantasi mengenai seluk beluk masalah seksual sampai dengan mimpi basah. Adanya
berbagai alasan mengapa remaja melakukan fantasi seksual, yaitu untuk menikmati aktivitas seksual secara pribadi untuk meggantikan penyaluran
dorongan seksual secara nyata, untuk mencoba-coba membangkitkan kepuasan
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
seksual dan untuk latihan sebelum perilaku seksual tersalurkan secara nyata. Seksual fantasi ini berguna bagi eksistensi perilaku seksual remaja dimasa dewasa
nanti, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri remaja saat hubungan seksual yang sesungguhnya dilakukan.
2. Indepensi.
Keterdekatan remaja dengan kelompok bermainnya sangat membantu dalam upaya mendapatkan dukungan dan bimbingan dari perilaku yang dilakukan,
walaupun tidak dipungkiri bahwa kelompok bermain itu sendiri memiliki pola aturan yang spesifik dan tuntunan perilaku yang dikehendaki, namun remaja lebih
memilih teman sebayanya sebagai peralihan dari keterikatan dengan orang tua. Jadi kemandirian yang ditunjukkan oleh remaja sebenarnya masih butuh topangan
bimbingan. Remaja umumnya menentang orang tua mengenai perilaku seksual bebas, masalah kebebasan seksual inilah yang sering kali dijadikan senjata bagi
remaja untuk melarikan diri dari ikatan orang tua.
3. Reaksi orang tua
Sikap orang tua terhadap masalah seksual sangat berpengaruh terhadap sikap seksual remaja, bila orang tua mengagungkan keperawanan maka biasanya
anaknya memiliki nilai yang sama mengenai keperawanan, walaupun tidak semua orang tua memiliki sikap yang kaku dan keras terhadap perilaku seksual
remajanya, namun orang tua tidak membiarkan anaknya memiliki sikap seksual yang bebas Elyawati, 2001.
2.2.3. Pengaruh Akibat Terjadinya Hubungan Seks Pranikah
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan
seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi orang tua, keluarga bahkan masyarakat.
Akibat buruk dari hubungan seksual pranikah berpengaruh bukan saja bagi pasangan khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua keluarga, bahkan
masyarakat.
1. Akibat bagi remaja
a. Menambah resiko tertular penyakit menular seksual PMS, seperti kencing nanah, sifilis, herpes pada alat kelamin, klamida, HIVAIDS.
b. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, perdarahan,
kemandulan bahkan kematian. c.
Trauma kejiwaan depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan, remaja wanita menjadi tidak perawan, remaja pria menjadi tidak
perjaka. d.
Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja, terutama bagi remaja perempuan.
e. Melahirkan bayi yang kurang tidak sehat.
2. Akibat bagi keluarga
a. Menimbulkan aib keluarga. b. Menambah beban ekonomi keluarga.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya ejekan.
3. Akibat bagi masyarakat
a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. b. Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesejahteraan
masyarakat menurun Djaja, S, dkk, 2002 Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain
adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, Misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat
kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima
kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks Mu’tadin, 2002.
2.3. Kesehatan Reproduksi
Sesuai dengan definisi WHO 1992 dalam Anshor 2006, kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi kespro ialah suatu keadaan utuh secara fisik, mental dan sosial dari penyakit dan kecacatan dalam semua hal yang berhubungan dengan
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
sistem, fungsi dan proses reproduksi. Sehat secara fisik, mental dan sosial suatu masyarakat tentu saja dipengaruhi oleh sudut pandang kehidupan Anonim, 2003.
Sedangkan menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak ada
penyakit atau kelemahan. Masa remaja dalam perjalanan hidup kita adalah suatu periode transisi yang memiliki rentang dari masa anak-anak yang bebas dari tanggung
jawab sampai pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa. Remaja secara umum dianggap mencakup individu berusia antara 10 sampai 19 tahun, sehingga kesehatan
reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda. Remaja memiliki masalah yang berbeda dari orang dewasa sehingga program
kesehatan seksual dan keluarga berencana yang ditujukan kepada kaum muda harus dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka, bukan diadaptasi dari
program yang sudah ada ditujukan kepada orang dewasa Glasie,dkk, 2006. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi,
termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi, menggunakannya secara optimal sebagai alat untuk berprokreasi berproduksi den berekreasi dalam
mengekspresikan dorongan seksual. Sedangkan dilihat dari dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap
seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual. Dalam dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul, dalam relasi
antar manusia, bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks Kuswardani dan Risyanti, 2000.
2.3.1. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang ada. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan
kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik adalah Depkes RI, 2001 :
1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan
dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membinggungkan. Informasi tentang haid dan
mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap remaja.
2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu
mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun penyaluran
yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga untuk melanjutkan keturunan.
3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi
tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Disamping itu remaja memerlukan pembekalan tentang
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual
dengan penggunaan NAPZA. 4. Persiapan pernikahan
Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga.
5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya Remaja perlu mendapatkan informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi
remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan Depkes, 2001.
2.3.2. Berbagai Resiko Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual PMS, kekerasan seksual dan oleh sistem yang membatasi akses
terhadap informasi dan pelayanan klinis. Kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh : gizi, kesehatan psikologis, ekonomi dan ketidak-setaraan jender yang menyulitkan
remaja putri menghindari hubungan seks yang dipaksakan atau seks komersial Triswan, 2008.
Komponen penting yang kita perlukan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan keterampilan untuk menjalani kehidupan life skill education. 2. Memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi antara lain pendidikan
seksual, keluarga berencana, reproduksi, abstinensi, aborsi, PMS dan HIVAIDS, peran jender dan lain-lain.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
3. Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi remaja KRR oleh petugas kesehatan Djaja, dkk, 2002.
2.4. Perilaku
Notoatmodjo 2003, menyatakan perilaku manusia dapat dilihat dari 3 tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara rinci merupakan
repleksi gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi sikap dan sebahagian yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman,
keyakinan, cara fisik dan sosial budaya masyarakat.
2.4.1. Pengertian Perilaku
Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari
luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini di
sebut teori Stimulus Organisme respon. Sedangkan menurut Robert Kwick yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003,
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap
adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak
menyenangi objek tersebut, sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
2.4.2. Bentuk Perilaku
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sutu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan stimulus dari luar subjek.
Respon ini dibedakan menjadi 2 dua : 1. Perilaku tertutup covert behavior
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup covert. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior, misal seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIVAIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka overt behavior Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek practice, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek practice misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa
anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi dan sebagainya. Sedangkan perilaku seks adalah segala bentuk aktivitas yang muncul
berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang lain pasangan. Perilaku seks muncul akibat keterlibatan pasangan misalnya :
berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, petting dan hubungan seks,
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
perilaku seks yang timbul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi Kuswardani dan Risyanti, 2000.
Perilaku ingin mencoba hal-hal baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk kepada hubungan seks pranikah
dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan
penularan penyakit kelamin termasuk HIVAIDS Depkes RI, 2001.
A. Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Overt Behaivour.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 enam tingkatan Notoatmodjo, 2003.
1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : Seorang remaja putra maupun puteri mengetahui apa
arti dari hubungan seksual pranikah. 2. Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya : remaja memahami efek-efek yang ditimbulkan seorang pria dan
wanita jika melakukan hubungan seksual pranikah. 3. Aplikasi aplication
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Contohnya : seorang remaja
putra maupun puteri tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah, karena tahu dampak yang akan ditimbulkan dari hubungan seksual pranikah.
4. Analisis analysis Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Misalnya : remaja
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
tahu jika pacaran terlalu intim, dan tidak diawasi oleh kedua orang tua, dapat mengakibatkan hubungan seks pranikah.
5. Sintesis synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contohnya : bila remaja putri hamil dalam keadaan masih sekolah maka pilihan untuk digugurkan aborsi atau
berhenti sekolah. 6. Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya : dapat menafsirkan sebab-sebab apabila remaja melakukan hubungan
seksual pranikah.
B. Sikap attitude
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons secara positif atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosionalafektif senang, benci, sedih dsb, disamping itu komponen kognitif pengetahuan tentang
obyek itu serta aspek konatif kecenderungan bertindak. Dalam hal ini
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2003.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan: 1. Menerima receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek
2. Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu tindakan dari sikap. Karena dari usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat dilakukan dengan : 1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang
bersangkutan.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
2. Memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek dengan menggunakan skala
Guttman Singarimbun dan Efendi, 1995.
C. Tindakan atau Praktek Pratice
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan overt behavior. Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tingkat-tingkat tindakanpraktek, yaitu : 1.
Persepsi perseption Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2.
Respons Terpimpin guided respons Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme mechanism
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia
sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi adaptation
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut Notoatmodjo, 2003.
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah di tempat Kost
Faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah di tempat kost adalah sebagai berikut :
1. Teman Sebaya
Pada masa remaja, kedekatannya dengan kelompok sebayanya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group mengantikan ikatan keluarga, maka
tidak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar
informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks
pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu
sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami seks pranikah itu sendiri Tempo,
2006. Tekanan kelompok sebaya adalah desakan kuat dari seseorang atau
beberapa orang teman untuk menyesuaikan diri dan mau berperilaku seperti yang mereka inginkan. Jenis-jenis tekanan kelompok sebaya ada dua macam
yaitu Anonim, 2005:
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
a. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang untuk menyetujui dan berperilaku seperti yang
mereka inginkan, tetapi dalam kegiatan yang baik atau positif. b. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan yang kuat dari seseorang
atau beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan, namun keinginannya negative Anonim, 2005.
2. Kondisi Rumah Kost
Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi dengan sang anak, orang tua hanya berpikiran bagaimana mengirimkan uang
kuliah kepada anaknya yang kost. Biasanya remaja yang kost memasukan pacarnya pada pagi hari dan keluar pada sekitar jam 9 malam hari, hal itu
agar tidak diketahui masyarakat sekitar atau pemilik rumah kost. Hal ini didukung dengan adanya rumah kost campur, pria dan wanita. Kost campur
memang bukan hal baru, sebagian besar teman-teman kost mendukung perilaku seks bebas. Ada penjaga kost yang mengizinkan tamu laki
dibolehkan masuk dan sebagian ibu kost tidak mengetahuinya. Dari segi biaya dan citra, salah satu anak kost mengatakan seks bebas di kamar kost
tidak membutuhkan biaya. Perilaku seks bebas di kamar kost juga meminimalkan image orang lain terhadap sebutan cewek nakal Kompas,
2008. Anak-anak kost merupakan komunitas yang rentan terhadap hal ini,
karena mereka memiliki kebebasan penuh dalam mengatur hidupnya tanpa ada larangan dan pengawasan dari orang tua atau siapapun. Sehingga mereka
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan manapun termasuk lingkungan negatif yang lambat laun akan mempengaruhi perilaku mereka
menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif anak kost dipengaruhi oleh tidak adanya pengawasan dari orang tua, lingkungan pergaulan yang
negatif dan kebebasan hidup ditempat kost Natalia, dkk, 2008. Mereka semakin enjoy dengan pergaulan seks bebas dan tanpa
kompromi dengan dosa, walaupun hanya french kiss atau petting, bahwa mahasiswa melakukan seks di tempat kost karena beberapa faktor yang
menguntungkan yaitu sebagian besar teman-teman kost mendukung perilaku bebas tersebut, dan bahkan ada penjaga kost yang mengijinkan atau
mengambil keuntungan dari perilaku seks tersebut. Contohnya dengan menarik iuran penghuni kost apabila ada teman lawan jenis yang menginap.
Seks bebas di kamar kost tidak membutuhkan biaya, tetapi bila dilakukan di hotel atau tempat umum akan membutuhkan biaya Sugiyanto, 2008.
Perilaku seks bebas di kamar kost juga meminimalkan image orang lain terhadap sebutan ”cewek nakal” atau ”cowok nakal”. Semakin banyak
mengerti atau punya pengalaman seks bebas, mereka semakin merasa dirinya modern atau gaul. Hal ini didukung dengan adanya rumah kost campur, pria
dan wanita, karena kost campur bukan hal yang baru lagi. Rumah kost yang diawasi kecil kemungkinan untuk dapat melakukan seks bebas, karena adanya
peraturan-peraturan yang dibuat oleh ibu kost seperti jam berkunjung yang dibatasi, tidak boleh ada teman yang menginap bahkan apabila bepergian
tidak boleh terlalu malam hanya sampai jam 21.00 WIB. Remaja kost yang
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
tidak diawasi adalah tidak ada pemilik kost tinggal bersama anak-anak kostnya, mereka hanya bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah
baik itu perempuan atau laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan
mereka dapat berbuat sesuka hatinya, sedangkan rumah kost yang diawasi adalah anak-anak kost yang tinggal satu rumah bersama dengan pemilik
kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan dan dibuat tempat khusus untuk mernerima tamu http:www.infogue.com.
Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.
2.6. Kerangka Konsep Penelitian