Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seksual Pranikah pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI KOST

LINGKUNGAN V KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

JUNI ANITA GULTOM NIM: 111021037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

JUNI ANITA GULTOM 111021037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

Remaja adalah mereka yang sedang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Secara psikologis remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal yang baru. Isu seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan, menjadikan remaja cenderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi beresiko pada perilaku seksual pranikah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual prnikah pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional yang bersifat deskriptif-analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampelsistematisdengan besar sampel sebanyak 86 orang remaja putri. Data dianalisis dengan uji chi square dengan α < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja putri sebanyak 45 orang remaja putri (52,3%) pernah melakukan hubungan seksual pranikah di tempat kost dan tempat kost yang tidak ada pemilik kost sebanyak 68 orang remaja putri (79,1%).

Ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah yang signifikan yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), keterpaparan sumber informasi (p=0,000), lingkungan kost (p=0,000.

Dari hasil penelitian diharapkan kepada Kepala Lingkungan V Padang Bulan Medan untuk lebih meningkatkan pemantauan khususnya remaja yang tidak diawasi ibu kost untuk lebih tegas membuat peraturan, dan tamu wajib lapor 1 x 24 jam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan kepada pemilikkost terutama yang tidak diawasi agar menyediakan ruangan khusus untuk tamu agar tamu yang datang masuk ke kamar untuk mencegah terjadinya seksual pranikah di tempat kost.


(5)

ABSTRACT

Adolescents are those who are experiencing changes from childhood into adulthood. Psychologically adolescent have a high issues are makes adolescent want to create new experiment about sexual behavior.

The study aims to determine the factors associated with premarital sexual young women who livw the boarding house in Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru in 2013. This research hase been conducted with cross-sectional with research a descriptive-analitic. Sampling was done by sampling with a systematicsampling size of 86 people young women. Data wera analyzed by chi square test with α 0.05.

The results showed that premarital sexual relations conducted as many young women 45 people young women (52,3%) having had sexual intercourse before marriage in place boarding, and boarding place that no mother boarding house ownerslive together 68 people young women (79,1%).

Found that the factors that related with premarital sexual significant knowledge (p=0.000), attitudes (p=0.000), resources exposure (p=0.000), boarding environment (p=0.000).

From the results of the research are expected to head to the Environment V Kelurahan Medan Padang Bulan to improve monitoring, especially teenage mothers are not monitored kost to make more explicit regulations, guests must report 1x24 hours to prevent the things that are not desired and to the owner who does not particularly kost supervised in order to provide a special room for guests so that guests who do not come into the room to prevent the occurrence of premarita sexual in the kost.


(6)

Nama : Juni Anita Gultom

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Panjang/10 Juni 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Denai Gang. Rukun No. 41 Medan Area Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1994 – 1995 : Shandhy Putra Medan

2. Tahun 1995 – 2001 : SDN No. 010221PematangPanjang 3. Tahun 2001 – 2004 : SMP N 3 Air Putih

4. Tahun 2004 – 2007 : SMA Swata Teladan Medan

5. Tahun 2007 – 2010 : D-III Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Medan

6. Tahun 2011 - 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul : “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Seksual Pranikah Pada Remaja Putri Yang Tinggal Di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil.untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. BapakDr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Kependudukan Dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah banyak Memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat


(8)

6. Ibu Asfriyati, SKM, M. Kes selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staff pegawai FKM USU yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini

8. Kepala Lurah dan Kepala Lingkungan yang telah memberi izin dan membantu dalan pengambilan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian

9. Kepada Ayahanda tercinta M. Gultom dan ibunda tercinta E. Nainggolan yang telah memberikan limpahan kasih sayang, motivasi, perhatian dan doa yang tiada henti sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.

10.Seluruh teman-teman dari peminatan Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi dan teman-teman kelas ekstensi angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah member dukungan, bantuan dan inspirasi bagi penulis serta kritikan yang menambah semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan masyarakat.

Medan, Maret 2014


(10)

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Remaja ... 10

2.1.1. Pembagian Masa Remaja ... 11

2.1.2. Perubahan Pada Masa Remaja ... 13

2.2 Hubungan Seksual Pranikah ... 15

2.3 Faktor-fakror yang berhubungan dengan Seksual Pranikah 17 2.3.1. Pengetahuan ... 17

2.3.2. Sikap ... 20

2.3.3. Keterpaparan Sumber Informasi Tentang Seksual .... 23

2.3.4. Lingkungan Kost ... 26

2.4 Akibat Terjadinya Hubungan Seksual Pranikah... 31

2.5 Kerangka Konsep ... 33

2.6 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1Lokasi Penelitian ... 34

3.2.2Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 35

3.3.1Populasi ... 35

3.3.2Sampel ... 35


(11)

3.4.2Data sekunder ... 37

3.5 Defenisi Operasional ... 37

3.6 Aspek Penguuran ... 37

3.6.1. Pengetahuan Remaja ... 38

3.6.2. Sikap ... 38

3.6.3. Keterpaparan Sumber Informasi Tentang Seksual .... 39

3.6.4. Lingkungan Kost ... 39

3.6.5. Hubungan Seksual Pranikah ... 40

3.7 Teknik Pengolahan dan analisis Data ... 40

3.7.1Teknik Pengolahan Data ... 40

3.7.2Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru ... 42

4.2. Karakteristik Responden ... 42

4.2.1. Umur Responden ... 42

4.2.2. Pendidikan Responden ... 43

4.2.3. Lama tinggal di Tempat Kost ... 43

4.3. Hasil Analisis Univariat ... 44

4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seksual Pranikah ... 44

4.3.2. Sikap Responden ... 47

4.3.3. Keterpaparan Sumber Informasi ... 51

4.3.4. Lingkungan Kost ... 52

4.3.5. Hubungan Seksual Remaja ... 54

4.4. HAsil Analisis Bivariat ... 56

4.4.1. Hubungan Pengetahuan Dengan Seksual Pranikah .... 56

4.4.2. Hubungan Sikap Dengan Seksual Pranikah ... 57

4.4.3. Keterpaparan Sumber Informasi Dengan Seksual Pranikah ... 58

4.4.4. Hubungan Lingkungan Kost Dengan Seksual Pranikah ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1. Hubungan Seksual Pranikah Remaja Putri……….. 60

5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri yang Tinggal Di Kost ... 63

5.3. Hubungan Sikap dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri yang Tinggal Di Kost ... 66 5.4. Hubungan Keterpaparan Sumber Informasi dengan


(12)

6.1 Kesimpulan ... 71 6.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Umur Responden ... 43 Tabel 4.2 Pendidikan Responden... 43 Tabel 4.3. Lama Tinggal di Tempat Kost... 44 Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri yang Tinggal

di Kost Menurut Item Pernyataan Di Lingkungan V

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2013... 44 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Remaja Putri Terhadap Seksual Pranikah Remaja Putri yanga Tinggal di Kost Lingkungan V

Kelurahan Padang Bulan ... 46 Tabel 4.6 Distribusi Sikap Remaja Putri yang Tinggal di Kost

Menurut Item Pernyataan Di Lingkungan V

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2013... 47 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Remaja Putri

Terhadap Seksual Pranikah Remaja Putri yanga Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang

Bulan... 49 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Keterpaparan

Sumber Informasi Tentang Seksual Menurut Jenis Media Pada Remaja Putri Yang Tinggal Di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan ... 50 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Keterpaparan

Sumber Informasi Tentang Seksual Menurut Jenis Media Pada Remaja Putri Yang Tinggal Di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan ... 51 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan Kost


(14)

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Seksual Pranikah Pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost

Lingkungan V Padang Bulan Medan... 54 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Seksual

Pranikah Pada Remaja Putri yang Tinggal Di Kost

Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan... 54 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan Hubungan

Seksual Pranikah... 56 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Sikap Dengan Hubungan

Seksual Pranikah... 57 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Sumber Informasi

Dengan Hubungan Seksual Pranikah... 58 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Lingkungan Kost Remaja Putri


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Hasil Frekuensi SPSS 3. Master Data


(16)

Remaja adalah mereka yang sedang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Secara psikologis remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal yang baru. Isu seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan, menjadikan remaja cenderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi beresiko pada perilaku seksual pranikah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual prnikah pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional yang bersifat deskriptif-analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampelsistematisdengan besar sampel sebanyak 86 orang remaja putri. Data dianalisis dengan uji chi square dengan α < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja putri sebanyak 45 orang remaja putri (52,3%) pernah melakukan hubungan seksual pranikah di tempat kost dan tempat kost yang tidak ada pemilik kost sebanyak 68 orang remaja putri (79,1%).

Ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah yang signifikan yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), keterpaparan sumber informasi (p=0,000), lingkungan kost (p=0,000.

Dari hasil penelitian diharapkan kepada Kepala Lingkungan V Padang Bulan Medan untuk lebih meningkatkan pemantauan khususnya remaja yang tidak diawasi ibu kost untuk lebih tegas membuat peraturan, dan tamu wajib lapor 1 x 24 jam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan kepada pemilikkost terutama yang tidak diawasi agar menyediakan ruangan khusus untuk tamu agar tamu yang datang masuk ke kamar untuk mencegah terjadinya seksual pranikah di tempat kost.


(17)

ABSTRACT

Adolescents are those who are experiencing changes from childhood into adulthood. Psychologically adolescent have a high issues are makes adolescent want to create new experiment about sexual behavior.

The study aims to determine the factors associated with premarital sexual young women who livw the boarding house in Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru in 2013. This research hase been conducted with cross-sectional with research a descriptive-analitic. Sampling was done by sampling with a systematicsampling size of 86 people young women. Data wera analyzed by chi square test with α 0.05.

The results showed that premarital sexual relations conducted as many young women 45 people young women (52,3%) having had sexual intercourse before marriage in place boarding, and boarding place that no mother boarding house ownerslive together 68 people young women (79,1%).

Found that the factors that related with premarital sexual significant knowledge (p=0.000), attitudes (p=0.000), resources exposure (p=0.000), boarding environment (p=0.000).

From the results of the research are expected to head to the Environment V Kelurahan Medan Padang Bulan to improve monitoring, especially teenage mothers are not monitored kost to make more explicit regulations, guests must report 1x24 hours to prevent the things that are not desired and to the owner who does not particularly kost supervised in order to provide a special room for guests so that guests who do not come into the room to prevent the occurrence of premarita sexual in the kost.


(18)

1.1. Latar belakang

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah sehingga kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2006).

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di Negara berkembang. Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Muadz, dkk, 2008).

Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya 50.000 remaja diseluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi persalinan (Centers for Disease Control, 2008). Secara global kasus HIV/AIDS


(19)

2

remaja terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga juni 2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS mencapai 32.103 dengan jumlah kematian 5.623 jiwa penderita usia 15-19 tahun sebanyak 1.134 jiwa jumlah penderita dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak 18.680 jiwa (Ditjen PP & PL RI, 2012).

Hasil penelitian Yayasan DKT (D.K Tyagi) Indonesia 2005 menunjukan perilaku seksual remaja di 4 kota Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan. Berdasarkan norma yang dianut 89% remaja tidak setuju seks pranikah, namun secara terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52%. Berdasarkan data yang dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2006 menunjukan remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah adalah remaja usia 13-18 tahun. Sebanyak 60% di antaranya mengakutidak menggunakan alat kontrasepsi dan mengaku melakukannya di rumah sendiri (Wijaya, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mahyar (2011) di 13 STIKes daerah Jakarta Timur diperoleh hasil responden yang berperilaku seksual beresiko (kegiatan cium bibir dan mulut, meraba – raba/petting dan hubungan seksual atau senggama) sebanyak 65 orang (29,5 %) sedangkan responden yang berperilaku seksual tidak beresiko sebanyak 155 orang (70,5%). Menurut penelitian Karminingsih (2009) yang dikutip oleh Mahyar (2011) dilaporkan bahwa perilaku seksual remaja SMA dikota Bekasi sebagian besar dalam batas ringan (54,5%) dan sebesar 45,4% berperilaku seksual dengan kategori berat. Sedangkan Penelitian oleh Sekarrini (2011) sebanyak


(20)

seksual dalam kategori ringan seperti mengobrol, menonton film berdua, jalan berdua, berpegangan tangan dan berpelukan. Sedangkan sebanyak 60,7% berperilaku seksial berisiko berat seperti berciuman bibir, mencium leher, meraba daerah erogen, bersentuhan alat kelamin dan melakukan hubungan seks.

Menurut survei Kesehatan Remaja Indonesia (2007) remaja usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa subur sebesar 65%, remaja perempuan yang tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki sebanyak 21%, hanya 10% remaja pria yang tahu masa subur wanita dan 63% remaja yang mengetahui jika melakukan hubungan seksual sekali berisiko kehamilan. Sedangkan remaja yang memiliki teman untuk melakukan hubungan seks pranikah mencapai 82% dan remaja mencapai teman seks dan hamil sebelum menikah mencapai 66%.

Menurut Green (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Hasil penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.

Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku seksual dikalangan remaja yaitu, perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, tabu atau larangan, kemajuan teknologi, sikap membutuhkan seksual, pengetahuan yang kurang tentang seks, pergaulan yang semakin bebas. Faktor lingkungan juga memiliki peran yang


(21)

4

Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri. Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independens. Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda (Santrock, 2003).

Sikap seksual pranikah remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Sikap seksual pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah remaja (Azwar, 2009).

Arus globalisasi yang begitu cepat berkembang membawa pengaruh komunikasi dan informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan sehingga dapat mempercepat adanya perubahan perilaku salah yaitu, terbukanya akses informasi dimana informasi dapat diperoleh melalui media elektronika seperti siaran televisi,


(22)

pengawasan serta perhatian dari orang tua dan keluarga yang semakin longgar sehingga banyak remaja yang memilih tinggal dikost dari pada tinggal bersama orang tuanya karena ingin bebas dan tidak terikat serta lingkungan sekitar yang mendorong perilaku seksual remaja (Prastana, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah fakor lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno (Taufik, 2005). Menurut Rohmahwati(2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

Situasi yang mendukung sebagai salah satu faktor penentu perilaku seksual pada remaja yaitu lokasi rumah yang berjauhan dari tempat perkuliahan menuntut sebagian remaja memilih tempat kost sebagai rumah kedua mereka. Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang lebih banyak dijadikan pilihan oleh remaja sebagai tempat tinggal sementara selama menempuh studi dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada induk semangnya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang diinginkan, termasuk perilaku seksual. Hal ini dapat dilakukan karena lemahnya pengawasan orang tua dan pemilik kost ditambah lagi masyarakat sekitar yang cenderung individualisme. Yang lebih memprihatinkan, pihak kampus tidak memiliki langkah-langkah penyelesaian sebagai bentuk respon tehadap masalah yang sedang melanda mahasiswanya serta lingkungan masyarakat sekitar kampus yang cenderung lepas tangan dan menutup mata (Dian, 2007).


(23)

6

Menurut Mochtar (2009) banyak mahasiswa yang menjadikan tempat kost sebagai tempat melakukan hubungan seksual pranikah karena ada kecenderungan pola hubungan sosial sangat renggang antara pemilik kost dengan penghuni kost yang bersifat hubungan transaksional.Adapun faktor lain yang mendorong terjadinya perilaku seks bebas maraknya aksi pornografi dan pornoaksi. Semuanya berimplikasi kepada longgarnya tatanan moral serta perilak seks bebas ini muncul karena kekurangtaatan kepada ajaran agama, lingkungan pergaulan yang tidak sehat, dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan, dan memang ada kesengajaan mempercepat perkawinan.

Hasil survei BKKBN 2010 sekitar 51% remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 24% responden yang mengaku melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, 16% melakukan pada 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 53%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia, sedangkan tempat favorit untuk melakukan hubungan seksual adalah di rumah sebanyak 40%, di tempat kost 30%, dan di hotel 30% (BKKBN, 2010).

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia (2011), sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks.Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak kejenjang pernikahan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Sebuah polling yang dilakukan


(24)

Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) menyebutkan bahwa 44,8 persen remaja Bandung telah melakukan hubungan seks sebagian besar yang tinggal di wilayah kost (Simanjorang, 2011).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di daerah lingkungan V Padang Bulan banyak terdapat tempat-tempat kost yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa bahkan tempat tersebut ada yang khusus untuk perempuan atau laki-laki, bahkan ada yang dihuni oleh perempuan dan laki-laki (campur). Tempat kost tersebut dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan hubungan seks bebas, karena tidak ada aturan didalam tempat tersebut bahkan remaja bebas untuk keluar masuk tanpa adanya batasan dan bebas melakukan apa yang mereka mau, karena tidak adanya pemilik kost yang dapat mengontrol mereka. Sedangkan di lingkungan I, II, III, dan IV tempat kost yang ditempati oleh remaja lebih banyak yang tinggal bersama dengan pemilik kost atau induk semang sehingga mereka dapat diawasi oleh induk semangnya masing-masing misalnya dengan membuat peraturan-peraturan tertentu seperti jam berkunjungsampai jam 21.00 WIB, membuat ruang tamu, dan buat remaja putri ditentukan jam 19.00 WIB sudah harus pulang ketempat kost.

Berdasarkan survei yang dilakukan dalam penelitian di salah satu lingkungan tempat kost di daerah Padang Bulan Medan mewawancari 10 orang remaja usia 18 – 21 tahun yang tinggal di kost menyatakan bahwa 8 orang dari mereka telah melakukan hubungan seksual pranikah di tempat kost tersebut sepakat bahwa tempat kost merupakan tempat yang dinilai aman dan murah untuk melakukan aktivitas seksual.


(25)

8

Berdasarkan uriaan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “fakor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya kejadian seksual pranikah yang terjadi pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

3. Untuk mengetahui hubungan antaraketerpaparan sumber informasi seksual pranikah dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.


(26)

4. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kost dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kepala lingkungan secara mendalamtentang fenomena yang terjadi di kalangan remaja kita sekarang ini yaitu tentangseks pra nikah serta faktor-faktor yang melatar belakangi fenomena tersebut, agar lebih mengawasi serta mengontrol perilaku remaja yang tinggal di kost dan menambah pengetahuan dan sikap tentang pentingnya menjaga perilaku seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

Menurut Mohammad yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah mampu mandiri. Ada dua hal penting menyangkut batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan psikologis.

Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Yani, 2009).

Sedangkan menurut WHO memberikan defenisi tentang remaja konseptual yang di dalamnya remaja dikemukakan dalam tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Kriteria biologis yaitu individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundernya sampai pada saat ia mencapai kematangan seksual. Kriteria psikologis yaitu individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak sampai dewasa. Kriteria Sosial ekonomi yaitu penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2008).


(28)

Hurlock (1999) mengemukakan istilah Adolescence atau remaja yang berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini juga mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir sampai ia menjadi matang secara hukum. Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual. Dalam definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :

Remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.1.1. Pembagian Masa Remaja

Menurut Monks (2001) batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai 21 tahun. Monks (2002) membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu :


(29)

12

2. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun 3. Fase remaja Akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun

Menurut Sumiati (2009) disebutkan perkembangan remaja dengan batasan-batasan usia dikelompokkan menjadi :

1. Fase remaja awal usia 10 – 14 tahun yang ditandai dengan : - Lebih dekat dengan teman sebaya.

- Ingin bebas.

- Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

2. Fase remaja pertengahan usia 15 – 16 tahun yang ditandai dengan : - Mencari identitas sendiri.

- Timbul keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. - Timbul perasaan cinta yang mendalam.

- Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. - Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Fase remaja akhir usia 17 – 19 tahun yang ditandai dengan :

- Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. - Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

- Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. - Dapat mewujudkan perasaan cinta.


(30)

Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia sendiri adalah antara usia 11 tahun sampai usia 24 tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu yang sudah menikah dianggap dan diperlukan sebagai individu dewasa penuh sehingga tidak lagi digolongkan sebagai remaja (Sarwono, 2003). World Health Organization (WHO) memiliki batasan yang tidak jauh berbeda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah individu yang berusia pada rentang 10-19 tahun.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata batasan usia remaja berkisar antara 10 tahun sampai 24 tahun, dengan pembagian fase remaja awal berkisar 10-15 tahun, fase remaja tengah berkisar 16 -18 tahun dan fase remaja akhir berkisar 19-24 tahun.

2.1.2. Perubahan Pada Masa Remaja 1. Perubahan Fisik

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atau biasa disebut “pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal ( Notoatmodjo, 2007).


(31)

14

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) mencapai kematangan, sehingga muncul tanda-tanda sebagai berikut :

1. Tanda-tanda seks primer

a. Terjadinya haid pada remaja putri.

b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki 2. Tanda-tanda seks sekunder

a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. b. Pada remaja putri pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,

payudara membesar, tumbuh rambut disekitar ketiak dan kemaluan (pubis) (Depkes 2001).

2. Perubahan Psikologis

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkahlaku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bias menimbulkan kenakalan.

Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif,


(32)

rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Wibowo (1994) yang dikuti oleh Notoatmodjo (2007), tindakan dan sikap seperti ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik tentu berakibat konstruktif dan berguna. Tetapi sering kali pengaruh faktor dari luar dari remaja, seperti peer group dan ada sekelompok orang cenderung memanfaatkan potensi tersebut untuk perbuatan negatif sehingga mereka terjerumus kedalam kegiatan yang tidak bermanfaat, berbahaya bahkan destruktif.

2.2. Hubungan Seksual Pranikah

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata seks berarti jenis kelamin dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2007).

Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan untuk mengembangkan keturunan. Kenikmatan yang diperoleh dari hubungan tersebut merupakan karunia Tuhan kepada manusia dalam melaksanakanfungsinya meneruskan keturunan. Oleh karena itu hubungan seksual harus dilakukan dalam ikatan yang sah, dimana pasangan terikat komitmen dan tanggung jawab moral


(33)

16

Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini disebut koitus, tetapi ada juga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu agama pun yang berhubungan seks diluar ikatan pernikahan. Hubungan seks pranikah sangat merugikan remaja (Aryani, 2010).

Hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Suatu masalah muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal yang termasuk yang berhubungan dengan fungsi organ (alat kelamin) yang melibatkan pasangannnya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja yang mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah organ seksual (Juvida, 2012). Menurut BKKBN (2007) Hubungan seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja sebelum menikah.

Perilaku seksual adalah segala sesuatu tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beranekaragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku kencan, bercumbu dan senggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Mu‟tadin, 2002).

Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai (Sumiati, 2009) :


(34)

1. Mastrubasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. 2. Berpacaran dengan sebagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,

pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya dapat menunjukan dorongan yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Contoh menonton dan membaca buku pornografi.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyalur sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut (Gunarsa, dkk 2000).

2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Seksual Pranikah 2.3.1. Pengetahuan (Knowlwdge)

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2007), yakni :


(35)

18

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adala mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang sepsifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan


(36)

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menciptakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penelitian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yng ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

Pengetahuan seksual pranikah remaja penting diberikan kepada remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya, membaca buku porno, menonton film porno, dsb. Oleh karena itu, perlu diupayakan adanya pemberian informasi mengenai pengetahuan seksual pranikah dikalangan remaja (Chyntia,


(37)

20

Pengetahuan seksual pranikah remaja terdiri dari dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah (Sarwono 2006). Masyarakat masih sangat mempercayai pada mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar (Soetjiningsih, 2007).

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar di kalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan seksual dapat mengurangi frustasi, menyebabkan awet muda, menambah semangat belajar), akibat hubungan seksual (mitos yang berkembang yaitu tidak akan hamil kalau senggama terputus, hanya menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali saja, berenang dan berciuman bisa menyebabkan kehamilan), dan yang mendorong hubungan seksual pranikah (mitos yang berkembang adalah ganti- ganti pasangan seksual tidak menambah resiko PMS, pacaran perlu variasi antara lain bercumbu, mau berhubungan seksual berarti serius dengan pacar, sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS, dan sebagainya)

2.3.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara


(38)

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan: 1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berati orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu :

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan


(39)

22

2. Memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek dengan menggunakan skala Guttman (Singarimbun dan Efendi, 1995).

Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan,gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud adalah sikap remajaterhadap perilaku seksual pranikah (Bungin, 2001). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007).

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2009): 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu

Adapun sikap yang menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seksual pranikah adalah karena sikap kurang terbukanya anak kepada orang tua, si anak berusaha menyimpan masalahnya sendiri serapat mungkin akibat putusnya


(40)

anak berada di alam perantauan. Orang tua sendiri dirasa kurang bisa mengamati fase awal anak merantau, dimana muncul anggapan dikalangan orang tua, bahwa anak selama ini menjadi tanggung jawabnya sudah dewasa dan pantas untuk di”lepas”kan. Apalagi ditambah kepercayaan yang diberikan orang tua untuk pengelolaan finansiaan dan lainnya secara mandiri, hal inilah yang kemudian disebut sikap orang tua yang lebih permisif terhadap anak.

2.3.3. Keterpaparan Sumber Informasi Tentang Seksual

Adanya anggapan informasi seks hanya menjadi otoritas kaum dewasa dan bukan anak-anak dan remaja, sehingga seks hadir dalam kehidupan remaja tidak dikenal secara utuh dan terpotong-potong.

Kurang , dalam keluarga seks tabu untuk dibicarakan ke anak-anak sehingga .informasi tentang seks menyebabkan para remaja memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan tersebut bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi yang salah. Penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan teknologi canggih (Video cassettc, satelit palapa dan lain-lain) tidak dapat dibendung lagi.remaja sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau di dengarnya dari media massa, khususnya karena pada umumnya mereka belum pernah mengalami masalah seks secara lengkap dari orang tuanya. Hal ini disebabkan orang tua dan anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling kesumber-sumber lain yang lebih akurat khususnya teman (Sarwono, 2003).


(41)

24

Informasi seksual yang cenderung berbau pornografi ini merupakan suatu pengaruh lingkungan yang paling dominan dalam terjadinya pergaulan seks berbau dikalangan remaja, kerena mereka yang pada umumnya sedang bergejolak. Jenis-jenis sumber informasi yang diperoleh oleh remaja adalah sebagai berikut : (Megawaty, 1999).

a. Film

Film adalah sesuatu jenis media yang sebagai sumber informasi dengan cara menayangkan gambar hidup serta bicara. Penayangan ini biasanya melalui televisi, video dan bioskop. Pada umumnya film yang banyak ditonton oleh masyarakat terutama para remaja adalah film yang bersifat hiburan. Biasanya sebelum produser membuat sebuah film, maka terlebih dahulu ia membaca keinginan dan selera penonton dengan melihat film apa yang paling laris dipasaran. Catatan dalam film nasional diperoleh perbandingan bahwa film-film yang bertemakan drama rumah tangga dan drama remaja (film-film seks), dikategorikan sebagai jenis film yang sukses sekali, sementara jenis film lain, tema sejarah dan lainnya penontonnya berada jauh dibawah jumlahnya. Jadi film dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian seseorang terutama penyebab dari seks bebas dikalangan pelajar, karena film dapat memberikan kesan yang mendalam setelah disaksikan secara langsung, film juga dapat menggugah khayalan-khayalan baru tentang apa yang telah disaksikan.

b. Media cetak


(42)

tentang seksual juga mempergunakan media cetak sebagai alatnya. Kenyataan sehari-hari dapat kita saksikan beberapa buku-buku porno, novel/roman cabul beredar bebas, digelar, dan diobral dengan harga murah dikaki lima, mudah terlihat dari sampulnya yang dibuat sengaja didesain merangsang dan menggambarkan isi buku tersebut. Kehidupan mutu cetak, rata-rata isinya menceritakan tentang kegiatan seksual secara verbal, kasar, mendetail dan sengaja ditulis untuk menimbulkan rangsangan. Biasanya bacaan tersebut lebih besar pengaruhnya daripada bacaan yang menceritakan kejujuran, ilmu pengetahuan dan kebenaran, sehingga cenderung dapat memberikan dorongan terhadap perbuatan-perbuatan yang berbau kejahatan seks.

c. Radio Casette

Salah satu media sumber informasi ini juga dapat merupakan faktor penyebab dari seks bebas dikalangan pelajar, karena banyak lagu-lagu yang disiarkan melalui radio maupun lagu-lagu dalam bentuk pita kaset yang di impor dari Negara-negara barat. Pengaruh ini dapat terjadi apabila bait demi bait dari lagu tersebut dihayati sedemikian rupa dengan melihat sifat dari pelajar yang sangat suka akan sesuatu yang unik dan menyenangkan maka pengaruh lagu-lagu yang berbau seksual itu tidak terlalu sukar merusak kedalam jiwanya. Sebenarnya informasi mengenai seksual bukan lah sesuatu yang harus ditutupi untuk dirahasiakan, karena kebutuhan jawaban untuk setiap pertanyaan tentang seksual dan apabila si anak tidak menemukan jawaban yang tepat dari orang yang sebenarnya (orang tua, guru) maka anak akan mencari sendiri informasi tersebut.


(43)

26

jawab dengan memakai media informasi yang ada dan gampang didapat dengan mudah.

2.3.4. Lingkungan

Faktor lingkungan adalah adanya tokoh masyarakat yang melakukan hubungan bebas yang kemudian menjadi media kampanye dan propaganda seks bebas yang selanjutnya menjadi tren anak muda. Masyarakat saat melihat yang mereka anggap lebih tinggi derajatnya akan berusaha meniru, baik secara sadar maupun tidak, dari perbuatan “tokoh” tersebut. Kemudian kurangnya tanggung jawab masyarakat akan cinta dan sex bebas menjadi faktor penyebab lain yang dirasa pengaruhnya cukup kuat dalam diri individu. Selain itu masyarakat masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksualitas, yang kemudian ditambah kurangnya perhatian masyarakat untuk menjaga anggotanya dari pengaruh yang salah seperti itu. Sebagai akibat keegoisan masyarakat kota yang menjadi lingkungan baru bagi remaja yang merantau. Serta lemahnya control budaya pada masyarakat, terutama pada rumah kost maupun kontrakan yang sering kali diserahkan kepada pengontrak dan tidak mempedulikan apa yang akan terjadi pada rumah tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena tidak adanya pengawasan dari pihak pemilik rumah kost, ditambah lagi masyarakat sekitar yang cenderung tidak mau tahu dengan apa yang terjadi di lingkungan mereka. Ada beberapa faktor mempengaruhi hubungan seks pranikah di tempat kost adalah sebagai berikut :


(44)

1. Teman Sebaya

Sumber informasi yang paling umum adalah teman-teman sebaya, kemudian diikuti dengan literature, ibu, sekolah dan pengalaman. Banyak remaja memandang teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka.

Yang merupakan teman sebaya (peers) adalah anak-anak remaja dengan tingkat kedewasaan yang sama. Salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia diluar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Pada masa remaja, kedekatannya dengan kelompok sebayanya sangat tinggi karena selain ikatan peer group memutuskan hubungan keluarga, maka tidak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tidak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami seks pranikah itu sendiri (Santrock, 2003).

Tekanan teman sebaya merupakan ide yang umum dalam kehidupan remaja, pengaruh teman sebaya dapat memberikan tekanan positif dan negatif, yaitu :

a. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang untuk menyetujui dan berperilaku seperti yang mereka inginkan, tetapi dalam kehidupan yang baik atau positif dan


(45)

28

memilih untuk tidak menjadi anggota dari perkumpulan teman sebaya yang bersifat negatif.

b. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang yang menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan, namun keinginannya negatif (Santrock, 2003).

2. Kondisi Rumah Kost

Kost adalah tempat tinggal sementara bagi orang yang merantau ataupun mahasiswa/mahasiswi untuk lebih strategis dalam mencapai kampus karena rumah yang sangat jauh ataupun untuk menghemat biaya.

Lokasi rumah yang berjauhan dari tempat kuliah menuntut mahasiswa sebahagian memilih kost-kostan sebagai rumah kedua. Banyak hal yang positif didapat dari lepasnya “remaja beranjak dewasa” ini dari lingkungan keluarga menuju lingkungan yang penuh sebaya. Antara lain, mereka lebih menjadi mandiri, berani mengambil keputusan sendiri dan tidak cengeng. Namun ada sisi negatif yang mungkin kurang disadari oleh mereka, yaitu lemahnya pengawasan orang tua dan pemilik kost membuat mereka begitu mudahnya melakukan hubungan seks di dalam kamar tertutup.

Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi dengan sang anak, orang tua hanya berpikiran bagaimana mengirimkan uang kuliah kepada anaknya yang kost. Biasanya remaja yang kost memasukkan pacaran pada pagi hari dan keluar pada sekitar jam 9 malam hari, hal itu agar tidak diketahui masyarakat sekitar atau pemilik rumah kost. Hal ini didukung dengan adanya rumah


(46)

kost campur, pria dan wanita, kost campur memang bukan hal baru, sebagian besar teman-teman kost mendukung perilaku seks bebas. Ada penjaga kost yang mengizinkan tamu laki dibolehkan masukdan sebahagian ibu kost tidak mengetahuinya. Dari segi biaya dan citra, salah satu anak kost mengatakan seks bebas dikamar kost juga menimbulkan image orang lain terhadap sebutan cewek nakal (Kompas, 2008).

Anak-anak kost merupakan komunitas yang rentan terhadap hal ini karena mereka memiliki kebebasan penuh dalam mengatur hidupnya tanpa ada larangan dan pengawasan dari orang tua atau siapapun. Sehingga mereka bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan manapun termasuk lingkungan negatif yang lambat laun akan mempengaruhi perilaku mereka menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif anak kost dipengaruhi oleh tidak adanya pengawasan dari orang tua, lingkungan pergaulan yang negatif dan kebebasan hidup ditempat kost (Natalia, dkk, 2008).

Adapun kondisi rumah kost yang dapat remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah :

Keadaan Rumah Kost yang tidak di awasi.

Remaja kost yang tidak diawasi adalah tidak ada pemilik kost tinggal bersama anak-anak kostnya mereka hanya bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah baik itu perempuan atau laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan mereka dapat berbuat sesuka hatinya (Dhalia, 2012).


(47)

30

Mereka semakin enjoy dengan pergaulan seks bebas dan tanpa kompromi dengan desa, walaupun hanya French kiss, atau petting, bahwa mahasiswa melakukan seks ditempat kost karena beberapa faktor menguntungkan yaitu sebahagian besar teman-teman kost mendukung perilaku bebas tersebut dan bahkan ada penjaga kost yang mengizinkan atau mengambil keuntungan dari perilaku seks tersebut. Contohnya dengan menarik iuran penghuni kost apabila ada teman lawan jenis yang menginap, seks bebas dikamar kost tidak membutuhkan biaya, tetapi bila dilakukan di hotel atau tempat umum akan membutuhkan biaya (Sugiyanto, 2008).

Perilaku seks bebas dikamar kost juga meminimalkan image orang lain terhadap sebutan “cewek nakal” atau “cowok nakal”. Semakin banyak mengerti atau punya pengalaman seks bebas, mereka semakin merasa dirinya modern atau gaul. Hal ini didukung dengan adanya rumah kost campur, pria dan wanita, karena kost campur bukan hal yang lain lagi.

Keadaan Rumah Kost yang di awasi.

Rumah kost yang diawasi adalah anak-anak kost yang tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan dan dibuat tempat khusus untuk menerima tamu (Dhalia, 2012). Rumah kost yang diawasi kecil kemungkinan untuk dapat melakukan seks bebas, karena adanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh ibu kost seperti jam berkunjung yang dibatasi, tidak boleh ada teman yang menginap bahkan apabila berpergian, tidak boleh terlalu malam (hanya sampai jam 21.00 WIB).


(48)

Rumah kost yang diawasi adalah anak-anak kost yang tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan dan dibuat tempat khusus untuk menerima tamu.

2.4. Akibat Terjadinya Hubungan Seks Pranikah

Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja putri, tetapi orang tua, keluarga bahkan masyarakat.

Akibat buruk dari hubungan seksual pranikah berpengaruh bukan saja bagi pasangan khususnya remaja putri, tetapi juga orang tua, keluaga, bahkan masyarakat.

1. Akibat Bagi Remaja

a.Gangguan kesehatan reproduksi akibat infeksi penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.

b.Meningkatkan resiko terhadap penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore (kencing nanah), sifilis, herpes pada alat kelamin dan klamida.

c.Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan pengguguran kandungan yang tidak aman infeksi organ reproduksi, kemandulan dan kematian akibat perdarahan, dan keracunan hamil.

d.Trauma kejiwaan (rendah diri, depresi, rasa berdosa, hilang harapan masa depan), remaja perempuan tidak perawan dan remaja laki-laki tidak perjaka. e.Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melajutkan pendidikan dan


(49)

32

f.Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat. 2. Akibat Bagi Keluarga

a.Menimbulkan aib bagi keluarga b.Beban ekonomi keluarga bertambah

c.Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan (ejekan masyarakat disekitarnya).

3. Akibat Bagi Masyarakat

a.Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. b.Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan

reproduksi menurun.

c.Menambah beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat menurun (Saroha, 2009).

Sementara sifat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental kebingungan akan peran social yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil diluar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, halini disebabkan rasa malu dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks (Mu‟tadin, 2002).


(50)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

2.6. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kasus seksual pra nikah pada remaja putri.

2. Ada hubungan antara sikap dengan kasus seksual pranikah pada remaja putri.

3. Ada hubungan antara keterpaparan sumber informasiseksual pranikah dengan kasus seksual pranikah pada remaja putri.

4. Ada hubungan antara lingkungan kost dengan kasus seksual pranikah pada remaja

Hubungan seksual pranikah pada remaja

- Pengetahuan - Sikap

- Keterpaparan Sumber Informasi - Lingkungan


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang) yaitu penelitian terhadap variabel-variabel yang termasuk faktor independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus seksual pranikah pada remaja yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Alasan pemilihan lokasi ini karena

1. Daerah Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru banyak terdapat tempat-tempat kost yang dekat dengan lokasi kampus. 2. Karena masih tingginya kasus seksual pranikah pada remaja usia 18-21

tahun di daerah Lingkungan V Kelurhan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

3.2.2. Waktu Penelitian


(52)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri usia 18-21 tahun yang tinggal di rumah kost di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2013 yang berjumlah 161 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis proporsi populasi pada satu sampel dua sisi, yaitu :

dimana :

n = jumlah atau besar sampel minimal

Z 1-α/2 = nilai baku distribusi normal pada α tertentu (α = 5%) sebesar 1,96 Z 1-β = nilai baku distribusi normal pada β atau kekuatan uji (β = 10%)

sebesar 1,282

Po = proporsi remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah = 80% (0,8)

Pa = proporsi remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah yang diharapkan = 65% (0,65)


(53)

36

n = 2

2 ) 15 , 0 ( ) 477 , 0 . 282 , 1 4 , 0 96 , 1 ( x n = 0225 , 0 949 , 1

= 86,6 86

maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 86 orang

Tehnik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah sampel sistematis(Systematic Sampling) ialah suatu metode pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja dari sampel yang dipilih secara acak dan dapat diurutkan berdasarkan anggota populasi yang telah diberi nomor urut, sedangakan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis.Sampel sistematis sering menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil pada saat wawancara karena sampel memencar secara merata diseluruh populasi. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.Sampel yang akan diambil adalah 86 remaja putri usia 18-21 tahun di tempat kost dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 2.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu : 3.4.2. Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh dengan wawancara tentang seksual pranikah kepada remaja putri berusia 18-21 tahun yang tinggal di kost dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun dengan cara menuliskan jawaban


(54)

3.4.3. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui kepala lingkungan dan pemilik kost yaitu berupa data remaja putri yang kost di Padang Bulan Medan.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, untuk definisi operasional sebagai berikut: 1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

hubungan seksual pra nikah

2. Sikap adalah respon/tanggapan responden tentcang hubungan seksual pra nikah.

3. Keterpaparan sumber informasi seksual pranikah adalah informasi yang diperoleh remaja putri tentang seksual pranikah, serta ada atau tidaknya keterpaparan media yang mempengaruhi seksual pranikah remaja putri. 4. Lingkungan kost adalah segala sesuatu yang ada disekitar responden yang

memengaruhi perkembangan kehidupan responden baik langsung maupun tidak langsung di tempat kost yang ada pemilik kost dan yang tidak ada pemilik kost serta lamanya tinggal di tempat kost.

5. Hubungan seksual pranikah adalah tindakan seksual yang dilakukan oleh responden sebelum menikah di tempat kost

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian adalah untuk mengukur perilaku responden yang meliputi pengetahuan, sikap, dan semua variabel dimana variabel pengukuran dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai yang


(55)

38

3.6.2. Pengetahuan Remaja

Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang seksual pranikah diukur melalui jawaban kuesioner dengan pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan. Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Baik, jika skorresponden ≥51%, dengan skor total yaitu 6-10 2. Kurang, jika skorresponden <51%, dengan skor total yaitu 0-5 3.6.3. Sikap

Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang kasus seksual pranikah, dilakukan dengan memberikan pertanyaan. Sikap diukur melalui jawaban kuesioner dengan skala Likert, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 5. Total skor maksimal adalah 50 total skor minimal adalah 10.

Table 3.6.2. Skala Sikap Model Likert

PernyataanPositif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4 Setuju (S) 4

Ragu-ragu 3 Ragu-ragu (Rg) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Hidayat (2007)

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut (Riduwan, 2010) :


(56)

a. Baik, jika jawaban benar responden > 75% dengan skor 41-50 b. Cukup, jika jawaban benar responden 50-75% dengan skor 31-40 c. Kurang, jika jawaban benar responden < 50% dengan skor 10-30 3.6.4. Informasi/media

Informasi/media diukur melalui 5 pertanyaan dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 5 buah, dengan masing-masing jawaban setuju akan diberi skor 1, sedangkan tidak setuju diberi skor 0, sehingga skor tertinggi adalah 5, selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut :

1. Baik, jika skorresponden ≥51%, dengan skortotal yaitu 3-5 2. Kuran, jika skorresponden <51%, dengan skor total yaitu 0-2 3.6.5. Lingkungan Kost

Untuk mengetahui lingkungan kost remaja putri diukur melalui jawaban kuesioner dengan pertanyaan yang diajukan sebanyak 9 pertanyaan. Setiap jawaban ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0.

- Untuk pertanyaan 1, 2, 4, 10 jawaban ya diberi skor 1 - Untuk pertanyaan 3, 5, 6, 7, 9 jawaban tidak diberi skor 1 Tingkat lingkungan kost dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Baik, jika skor responden ≥51%, dengan skor total 5-9 2. Buruk , jika skorresponden <51%, dengan skor total 0-4 3.6.6. Hubungan Seksual Pranikah


(57)

40

Ya : Jika remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah Tidak : Jika remaja tidak pernah melakukan hubungan seksual pranikah 3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer.

3. Data cleaning

Peneliti melakukan pengecekan ulang, dan membetulkan jika ada kesalahan data yang telah terjadi selama proses entry data. Dengan demikian peneliti mempersiapkan data untuk diproses lebih lanjut.

4. Tabulating (Data entry)

Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase.


(58)

3.7.2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis univariat

Analisis univariat (analisis presentase) yaitu analisis yang digunakan untukmenjelaskan karakteristik masing-masing variable yang akan diteliti. Dalam penelitian ini analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskrpsikan angka atau nilai karateristik responden berdasarkan pengetahuan, sikap, keterpaparan sumber informasi, lingkungan dengan hubungan seksual pranikah pada remaja putri.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo, 2002). Dalam penelitian ini analisis bovariat digunakan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, informasi, lingkungan dengan kasus seksual pranikah sehingga dalam analisis ini dapat digunakanuji statistic chi squaredengan α = 0,05

Dengan criteria :

1. Ho ditolak jika p < α maka ada hubungan antara variable independen dengan variable dependen.

2. Terima Ho jika p >α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variable independen dengan variable dependen.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Berdasarkan data yang ada di lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru jumlah penduduk di lingkungan V adalah 692 jiwa, terdapat 86 orang remaja putri yang berusia 18-21 tahun yang akan diteliti, dan rumah kost yang berada di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan terdapat 28 rumah kost yang 1 rumah berisi 12 kamar yang di tempati oleh anak kost baik putri maupun pria.

Batas-batas Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yaitu sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Lingkungan VII - Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Jalan Jamin Ginting - Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Sungai Babura - Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Lingkungan VIII 4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Umur Responden

Karakteristik responden yang diteliti menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut :


(60)

Tabel 4.1. Umur Responden

Umur f %

18 19 20 21 20 22 25 19 23,3 25,5 29,1 22,1

Total 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa dari 86 responden paling banyak berumur 20 tahun yaitu sebanyak 25 responden (29,1%), dan paling sedikit adalah berumur 21 tahun yaitu sebanyak 19 responden (22,1%).

4.2.2. Pendidikan Responden

Karakteristik responden yang diteliti menurut pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2. Pendidikan Responden Pendidikan yang sedang diikuti

Responden

f %

SMA D III S I 19 36 31 22,1 41,9 36,0

Total 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa dari 86 responden yang diteliti paling banyak pendidikan yang sedang diikuti D III yaitu 36 responden (41,9%), dan paling sedikit pendidikan yang sedang diikuti SMA yaitu 19 responden (22,1%).

4.2.3. Lama Tinggal di Tempat Kost

Karakteristik responden yang diteliti menurut lama tinggal di tempat kost dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut :


(61)

44

Tabel 4.3. Lama Tinggal di Tempat Kost Lama Tinggal di Tempat Kost

(Tahun)

f %

1-2 tahun 2-3 tahun 3-4 tahun 21 36 29 24,4 41,9 33,7

Total 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa dari 86 responden yang diteliti paling lama tinggal di tempat kost2-3 tahun yaitu 36 responden (41,9%), dan paling sedikit yang lama tinggal di tempat kost 1-2 tahun yaitu 21 responden (24,4%). 4.3. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut :

4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seksual Pranikah

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Remaja Putri yang Tinggal di Kost Menurut Item Pernyataan Di Lingkungan V Padang Bulan Medan Tahun 2013.

No. Item Pernyataan Tahu Tidak

Tahu

f % F %

1.

2.

3.

Seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun agama

Dampak psikologisyang timbul akibat melakukan hubungan seks pranikah adalah perasaan takut, cemas, rendah diri, depresi dan merasa berdosa

Akibat yang terjadi bila seorang remaja sering melihat porno/film seks atau BF (Blue Film) adalah timbul rangsangan dan dorongan sehingga mencoba melakukan hal yang sama.

58 32 56 67,4 37,2 65,1 28 54 30 32,6 62,8 34,9


(62)

Tabel 4.4. (Lanjutan)

No. Item Pernyataan Tahu Tidak Tahu

f % F %

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

seperti yang ditonton dan melakukan mastrubasi/onani (melakukan hubungan intim dengan didi sendiri)

Dampak sosial yang timbul akibat melakukan hubungan seksual pranikah dikucilkan, dianggap wanita yang tidak bermoral, dan tekanan masyarakat yang mencelah keadaan tersebut

Resiko yang dihadapi remaja putri akibat melakukan hubungan seksual pranikah yaitu kehamilan, dikucilkan, infeksi organ reproduksi, tidak perawan

Faktor-faktor penyebab remaja putri masuk kedalam persoalan seksual pranikah yaitu meningkatnya hasrat seksual, rasa keingintahuan, pergaulan yang semakin bebas, kurangnya informasi tentang seksual, orangtua yang tertutup, pengawasan yang kurang dan adanya peluang atau kesempatan. Alasan remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah karena suka dan cinta pada pasangan sehingga menganggap seks itu bagian dari cinta, keinginan yang besar terhadap seks itu sendiri dan ingin coba-coba.

Masalah yang dihadapi remaja dari segi perilaku seksual adalah perubahan fisik, perubahan mental, pengaruh lingkungan yaitu teman sebaya, pergaulan yang semakin bebas, dan pengetahuan yang kurang.

Penyakit yang diakibatkan karena sering melakukan hubungan seksual pranikah dan berganti-ganti pasangan adalah HIV/AIDS, Herpes, Sifilis, Kencing manis, Klamida. Remaja mengetahui cara melakukan hubungan seksual adalah melalui media (tv, video, VCD porno, Internet, majalah), melihat orang tua melakukannya, dari teman sebaya, dan masuknya budaya asing.

45 47 71 66 40 49 58 52,3 54,7 82,6 76,7 46,5 57,0 67,4 41 39 15 20 46 37 28 47,6 45,4 17,5 23,3 53,5 43,0 32,5


(63)

46

Dari tabel 4.4. di atas dilihat (62,8%) responden tidak tahu bahwa hubungan seksual pranikah dapat menimbulkan dampak psikologis yaitu perasaan takut, cemas, rendah diri, depresi, merasa berdosa.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Seksual Pranikah Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Padang Bulan Medan 2014

Pengetahuan f %

Baik Kurang

41 45

47,7 52,3

Total 86 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa dari 86 orang responden, pengetahuan remaja putri terhadap seksual pranikah remaja putri paling banyak berada pada kategorik pengetahuan buruk yaitu 45 orang remaja putri (52,3%).


(64)

4.3.2. Sikap Responden

Tabel 4.6. Distribusi Sikap Remaja Putri Tentang Seksual Pranikah Menurut Item Pernyataan di Kost Lingkungan V Padang Bulan Medan Tahun 2013.

Item Pernyataan f %

Untuk mengikuti gaya hidup yang moderen, maka remaja putri boleh melakukan hubungan seksual diluar nikah

- Sangat setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Remaja belum pantas melakukan hubungan seksual - Sangat setuju

- Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Melakukan hubungan seksual adalah bukti cinta kepada lawan jenis/pacar

- Sangat setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Tidak adanya ibu kost, dapat melakukan hubungan seksual

- Sangat setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

34 - - 45 7 84 2 - - - - 37 17 30 2 - 32 20 31 3 39,5 - - 52,3 8,2 97,7 2,3 - - - - 43,0 19,8 34,9 2,3 - 37,2 23,3 36,0 3,5


(65)

48

Tabel 4.6. (Lanjutan)

Item pernyataan f %

Tidak melakukan hubungan seksual pranikah karena berdosa menurut ajaran agama

- Sangat setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Hubungan seksual merasa menjadi dewasa - Sangat setuju

- Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Setiap orang boleh melakukan hubungan seksual pranikah

- Sangat setuju - Setuju

- Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Free seks sebelum menikah dianjurkan - Sangat setuju

- Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Sebaiknya pemilik kost mengawasi remaja yang tinggal di kost

- Sangat setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

Tempat kost merupakan tempat yang aman melakukan hubungan seksual pranikah

- Sangat setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

74 10 - 2 - - 25 28 27 6 - 3 31 49 3 - 20 18 40 8 19 17 30 19 1 - 26 26 24 10 86,0 11,7 - 2,3 - - 29,1 32,5 31,4 7,0 - 3,5 36,0 57,0 3,5 - 23,3 20,9 46,5 9,3 22,1 19,7 34,9 22,1 1,2 - 30,2 30,2 28,0 11,6


(66)

Dari tabel 4.6. diatas dapat dilihat (37,2%) responden setuju bahwa dengan tidak adanya ibu kost, dapat melakukan hubungan seksual, (41,9%) responden sangat setuju dan setuju bahwa sebaiknya pemilik kost mengawasi remaja yang tinggal dikost, dan (60,4%) responden sangat setuju dan setuju bahwa tempat kost merupakan tempat yang aman melakukan hubungan seksual pranikah.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Remaja Putri Terhadap Seksual Pranikah Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Padang Bulan Medan Tahun 2013

Sikap f %

Baik Cukup Kurang

18 43 25

20,9 50,0 29,1

Total 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa sikap remaja putri terhadap seksual pranikah paling banyak berada pada kategorik cukup yaitu 43 orang remaja putri (50,0%) dan paling sedikit pada kategorik baik yaitu 18 orang remaja putri (20,9%).


(1)

sumber informasi dari teman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 50 58.1 58.1 58.1

tidak 36 41.9 41.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

sumber seks pertamakali

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 36 41.9 41.9 41.9

tidak 50 58.1 58.1 100.0

Total 86 100.0 100.0

sumber seks pertama kali dari pacar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 60 69.8 69.8 69.8

tidak 26 30.2 30.2 100.0

Total 86 100.0 100.0

sumber seks pertama kali dari orang tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 25 29.1 29.1 29.1

tidak 61 70.9 70.9 100.0


(2)

113

sumber informasi pertama kali dari media

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 73 84.9 84.9 84.9

tidak 13 15.1 15.1 100.0


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Putra Putri Di SMA YAPIM Namorambe Tahun 2013

4 85 144

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

0 46 84

Gambaran Perilaku Remaja Yang Diawasi Ibu Kost Dan Yang Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah Di Padang Bulan Medan Tahun 2009

1 37 82

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKUMAKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 PADANG TAHUN 2013.

0 0 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010.

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ORIENTASI SEKSUAL PADA REMAJA

0 0 10

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA YANG TINGGAL DI KOST LINGKUNGAN V KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seksual Pranikah pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seksual Pranikah pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 1 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI KOST LINGKUNGAN V KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 15