Sistem Pendukung Keputusan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KESESUAIAN LAHAN

DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

SUCI HASTI

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN


(2)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KESESUAIAN LAHAN

DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

OLEH : SUCI HASTI

090308030/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN


(3)

ABSTRAK

SUCI HASTI : Sistem Pendukung Keputusan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Percut Sei Tuan. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya, bahkan dapat menghancurkan suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang. Dengan adanya permasalahan pada lahan pertanian maupun tentang kebutuhan petani akan informasi dan pengetahuan dalam menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dimiliki, diperlukanlah suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pendukung keputusan guna menentukan kelayakan suatu lahan untuk ditanami komoditi. Sistem Pendukung Keputusan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Percut Sei Tuan dibuat dengan menggunakan metode pencocokan. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa daerah Kenangan dan Kenangan Baru adalah lahan yang tidak sesuai untuk kelima komoditi untuk ditanam jika dilihat dari segi riwayat tanam di daerah tersebut. Namun ada beberapa daerah dengan tingkat kecocokan terhadap 5 parameter utama tinggi, tetapi tidak menjamin lahan tersebut menghasilkan jika dilihat dari riwayat tanam maupun produktivitas yang dapat dihandalkan masyarakat sekitar selama beberapa tahun terakhir.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Kesesuaian Lahan, Metode Pencocokan

ABSTRACT

SUCI HASTI : Decision Support System for Land Suitability in Percut Sei Tuan District. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Land use that is not according to his ability, besides causing damage to the land, will also increase the problem of poverty and other social problem, can even destroy a culture that had been evolving. Due to the problem of agricultural land and the farmer’s need for information and knowledge to determine the types of plants that is suitable to the characteristic’s of land, an information system is needed as a decision support system in order to determine the feasibility of land for planting a commodity. Decision Support System for Land Suitability in Percut Sei Tuan District was made using the right matching method. From the results, it was known that in Kenangan and Kenangan Baru land were not suitable for the five commodities to be planted based on history of planting in the area. However there were some areas with the level of 5 high main parameters, but do not guarantee that the land would produces well, based on the history of plant


(4)

RIWAYAT HIDUP

Suci Hasti dilahirkan di Pangkalan Berandan, Kabupaten Langkat pada tanggal 20 Maret 1992 dari pasangan ayah Drs. Hasbullah Harahap dan mama Nurhayati Mandey. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis pernah belajar di TK Kemala Bhayangkari 3 Medan pada tahun 1996, kemudian di SD Kemala Bhayangkari 1 Medan tahun 1997-2003, lalu di SMP Kemala Bhayangkari 1 Medan tahun 2003-2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di MAN 1 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama pula, penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota muda dalam organisasi HMI pada tahun 2009, mahasiswa binaan LAZ Peduli Ummat Waspada Angkatan XVIII pada tahun 2011 dan pernah pula menjadi asisten Laboratorium Menggambar Teknik Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada tanggal 9 Juli sampai dengan 9 Agustus 2012, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Karet Sarang Giting, PT. Perkebunan Nusantara III, Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Percut Sei Tuan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing serta Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan, saran dan kritikan berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk lebih menyempurnakan skripsi ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Agustus 2013


(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Batasan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Letak dan Geografis Kecamatan Percut Sei Tuan... 5

Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan ... 5

Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 7

Karakteristik dan Kualitas Lahan ... 11

Karakteristik lahan ... 11

Kualitas lahan ... 18

Persyaratan Tumbuh Tanaman ... 20

Kesesuaian Lahan dengan Tanaman ... 21

Sistem Informasi Pertanian ... 22

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ... 23

Defenisi SPK ... 23

Karakteristik dan nilai guna SPK ... 25

Komponen-komponen SPK ... 27

Proses pembangunan SPK ... 30

Basis Data ... 31

PHP dan MySQL ... 33

PHP ... 33

MySQL ... 34

XAMPP ... 37

Rancang Bangun Sistem ... 38

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

Bahan dan Alat ... 44

Bahan ... 44

Alat ... 45

Metode Penelitian... 45

Pelaksanaan Penelitian ... 45

HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan Sistem ... 50


(7)

Tahap Perancangan Logik ... 51

Tahap Perancangan Fisik ... 53

Perancangan Subsistem Dialog ... 55

Deskripsi Sistem ... 56

Menu Utama ... 56

Rincian Sub-sub Menu ... 57

Proses Pencocokan atau Matching... 61

Hasil Kesesuaian Lahan ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(8)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Bentuk wilayah dan kelas lereng... 12

2. Klasifikasi pH tanah ... 15

3. Tingkat bahaya erosi ... 16

4. Klasifikasi intensitas hujan ... 17

5. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan ... 19

6. Entitas pada perancangan logik ... 52

7. Perancangan fisik SPKK lahan ... 53

8. Pembobotan nilai penentuan kelas kesesuaian ... 63


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Tampilan Menu Utama ... 56

2. Tampilan Menu Profile ... 57

3. Tampilan Menu Komoditi ... 58

4. Tampilan Menu SPK ... 59

5. Tampilan Menu Data Produktivitas ... 59

6. Tampilan Menu Login... 60

7. Tampilan Input Artikel ... 61


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Gambar flowchart penelitian ... 72

2. Gambar flowchart SPKK Lahan ... 73

3. Persyaratan tumbuh tanaman Padi ... 74

4. Persyaratan tumbuh tanaman Jagung ... 74

5. Persyaratan tumbuh tanaman Ketela Pohon ... 75

6. Persyaratan tumbuh tanaman Sawi ... 75

7. Persyaratan tumbuh tanaman Bayam ... 76

8. Produktivitas komoditi tahun 2009-2011 ... 76

9. Karakteristik lahan ... 77

10.Nilai masing-masing karakteristik lahan ... 78

11.Klasifikasi kelas untuk data lahan ... 79

12.Klasifikasi kelas syarat tumbuh tanaman ... 81


(11)

ABSTRAK

SUCI HASTI : Sistem Pendukung Keputusan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Percut Sei Tuan. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya, bahkan dapat menghancurkan suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang. Dengan adanya permasalahan pada lahan pertanian maupun tentang kebutuhan petani akan informasi dan pengetahuan dalam menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dimiliki, diperlukanlah suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pendukung keputusan guna menentukan kelayakan suatu lahan untuk ditanami komoditi. Sistem Pendukung Keputusan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Percut Sei Tuan dibuat dengan menggunakan metode pencocokan. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa daerah Kenangan dan Kenangan Baru adalah lahan yang tidak sesuai untuk kelima komoditi untuk ditanam jika dilihat dari segi riwayat tanam di daerah tersebut. Namun ada beberapa daerah dengan tingkat kecocokan terhadap 5 parameter utama tinggi, tetapi tidak menjamin lahan tersebut menghasilkan jika dilihat dari riwayat tanam maupun produktivitas yang dapat dihandalkan masyarakat sekitar selama beberapa tahun terakhir.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Kesesuaian Lahan, Metode Pencocokan

ABSTRACT

SUCI HASTI : Decision Support System for Land Suitability in Percut Sei Tuan District. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Land use that is not according to his ability, besides causing damage to the land, will also increase the problem of poverty and other social problem, can even destroy a culture that had been evolving. Due to the problem of agricultural land and the farmer’s need for information and knowledge to determine the types of plants that is suitable to the characteristic’s of land, an information system is needed as a decision support system in order to determine the feasibility of land for planting a commodity. Decision Support System for Land Suitability in Percut Sei Tuan District was made using the right matching method. From the results, it was known that in Kenangan and Kenangan Baru land were not suitable for the five commodities to be planted based on history of planting in the area. However there were some areas with the level of 5 high main parameters, but do not guarantee that the land would produces well, based on the history of plant


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki keragaman besar dalam hal iklim dan topografi serta potensi yang sangat besar terkandung dalam lahan yang terdapat di daerah terpencil yang sebelumnya tidak pernah digunakan. Pemanfaatan lahan-lahan ini secara bijaksana memerlukan penelitian dalam hal kesesuaian, kendala pengembangan dan pertimbangan faktor lingkungan. Penelitian tentang potensi dan kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian telah dilakukan berdasarkan data yang ada pada tahun 1991 secara desk work dengan menghasilkan peta-peta potensi dan kesesuaian lahan untuk komoditas tertentu (BPPP, 1992).

Survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya alam terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuan tertentu. Informasi ini sangat diperlukan untuk keputusan pengembangan sumber daya lahan baik untuk pertanian maupun untuk kepentingan lain agar bermanfaat secara optimal dan berkesinambungan. Hasil dari survei tanah tersebut dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik tanah yang lebih dikenal dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan proses keragaan (performance) lahan untuk tujuan tertentu atau sebagai metode yang menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan (van Diepen et al, 1991).

Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan


(13)

yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Klasifikasi kesesuaian atau kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan tertentu. Beberapa ahli mengartikan kapabilitas (kemampuan) sebagai kapasitas suatu lahan untuk berproduksi, sedangkan kesesuaian (suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Pengertian yang umum dianut pada waktu ini adalah bahwa kemampuan lahan berarti potensi lahan untuk penggunaan pertanian secara umum, sedangkan kesesuaian lahan berarti potensi lahan untuk jenis tanaman tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain, bahkan dapat menghancurkan suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang. Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan informasi, mencakup : tanah, iklim, topografi, geologi dan sosial ekonomi (FAO, 1995).

Menurut FAO (1995), apabila potensi lahan sudah dapat ditentukan, maka perencanaan penggunaan lahan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan yang rasional, paling tidak mengenai apa yang dapat ditawarkan oleh sumber daya lahan tersebut. Dengan demikian, evaluasi lahan merupakan alat perencanaan penggunaan lahan yang strategis karena dapat memprediksi keragaan lahan mengenai keuntungan yang diharapkan dari penggunaan lahan dan kendala penggunaan lahan yang produktif.


(14)

Dengan adanya masalah pada lahan pertanian maupun tentang kebutuhan petani akan informasi dan pengetahuan dalam membantu pengambilan keputusan atas beberapa alternatif pilihan untuk menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dimiliki, diperlukanlah suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi serta ketersediaan data, informasi, pengetahuan dan kepakaran (mengenai karakteristik suatu lahan dan persyaratan tumbuh tanaman) guna merespon pasar yang cepat. Suatu bentuk pengembangan aplikasi sistem informasi ini disebut Sistem Pendukung Keputusan kesesuaian lahan. Sistem pengambilan keputusan suatu jenis tanaman pada suatu lahan ini didasarkan pada data karakteristik lahan, luas tanam, luas panen, produksi, produktivitas, syarat tumbuh tanaman, dan harga komoditi. Dengan demikian, hal ini diharapkan dapat membantu para petani dalam mengatasi masalah penentuan jenis tanaman pada lahan yang akan ditanam sehingga tercipta sentralisasi dan karakteristik suatu produk pertanian pada suatu wilayah tersebut.

Penelitian tentang sistem pendukung keputusan ini sebelumnya telah dilakukan oleh Sunggul J. Simanjuntak (2009) mengenai “Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas pada suatu Lahan dengan Metode Matching (Pencocokan)” yang menghasilkan suatu prioritas kesesuaian komoditas tanaman pada suatu daerah yang dipilih.


(15)

Tujuan Penelitian

1. Menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian tanaman pada suatu lahan.

2. Membangun sistem pendukung keputusan guna menentukan kelayakan suatu lahan untuk ditanami komoditi.

Batasan Penelitian

1. Daerah penelitian terbatas pada Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Kesesuaian lahan difokuskan untuk 5 jenis tanaman yang diprioritaskan produksinya, antara lain: padi, jagung, ketela pohon, sawi dan bayam. 3. Syarat tumbuh tanaman yang menjadi parameter utama antara lain:

temperatur, curah hujan, kelembaban, kedalaman efektif, dan kemiringan lereng.

4. Rentang waktu data yang digunakan adalah data tahun 2009-2011.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Keteknikan Pertanian Departemen Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai sarana untuk mempermudah penentuan kesesuaian tumbuh tanaman pada suatu lahan bagi petani.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Letak dan Geografis Kecamatan Percut Sei Tuan

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 km2 yang terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan dimana 5 desa dari wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10–20 m dengan curah hujan rata-rata 243 persen. Pusat pemerintahannya berkedudukan di Jalan Medan – Batang Kuis Desa Bandar Klippa (BPS, 2011).

Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan

Jika kita mengamati tanah pada suatu tempat dan membandingkannya dengan tanah di tempat lain, maka akan terlihat beberapa perbedaan warna, tekstur keadaan permukaan dan lain-lain. Belum lagi jika mengamati dan mendeskripsikan profil tanahnya, jelas sekali akan terlihat perbedaan dalam hal susunan dan sifat horizon tanah. Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang dapat terjadi di tempat-tempat yang berdekatan yang hanya berjarak beberapa meter saja karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi. Variasi tersebut mempengaruhi penggunaan lahan yang lebih atau kurang sesuai dalam pengertian fisik dan atau ekonomi yang paling tidak sebagian terjadi secara sistematik dan sebab-sebab yang diketahui dengan pasti. Adanya perbedaan (variasi) tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan potensi masing-masing tanah bagi pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu maupun untuk kepentingan di luar pertanian (Rossiter, 1996).


(17)

Evaluasi lahan menurut Rayes (2007) ini adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif.

Berdasarkan pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. Klasifikasi kesesuaian lahan bersifat spesifik untuk suatu tanaman atau untuk penggunaan tertentu, misalnya klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, kesesuaian lahan untuk tanaman jati, dan sebagainya. Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Clasification) adalah penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokkannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari (FAO, 1976).

Pengertian kesesuaian lahan (land suitability) berbeda dengan kemampuan lahan (land capability). Kemampuan lahan lebih menekankan kepada kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Jadi semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, semakin tinggi kemampuan lahan tersebut. Sedangkan kesesuaian


(18)

lahan adalah kesesuaian dari suatu bidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik, misalnya padi, jagung, kedelai, kelapa sawit, rambutan, durian, mahoni, akasia, meranti dan sebagainya (Rayes, 2007).

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut matching antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang dinginkan (FAO, 1976).

Dalam tingkat kelas, kemampuan lahan menunjukkan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat. Dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) diterangkan mengenai tanah yang dikelompokkan ke dalam kelas I sampai kelas VIII, dimana semakin tinggi kelasnya, kualitas lahannya semakin jelek, berarti resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah dan pilihan penggunaan lahan yang dapat diterapkan semakin terbatas. Tanah kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai untuk usaha pertanian, sedangkan kelas V sampai VIII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengelolaannya.

a. Kelas I

Lahan kelas I sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus. Lahannya datar, solumnya dalam, bertekstur agak halus atau sedang, drainase baik, mudah diolah dan


(19)

responsif terhadap pemupukan. Lahan kelas I tidak mempunyai penghambat atau ancaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk usaha tani tanaman semusim dengan aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur tanah yang baik diperlukan guna menjaga kesuburan dan mempertinggi produktivitas. b. Kelas II

Lahan kelas II mempunyai beberapa penghambat yang dapat mengurangi pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha pengawetan tanah yang tingkatnya sedang, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, pembuatan guludan, disamping tindakan-tindakan pemupukan. Faktor penghambat lahan kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut: lereng melandai (gentle slope), kepekaan erosi atau erosi yang telah terjadi adalah sedang, kedalaman tanah agak kurang ideal, struktur tanah agak kurang baik, sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah diperbaiki, kadang-kadang tergenang atau banjir, drainase yang buruk (wetness) yang mudah diperbaiki dengan saluran drainase, dan iklim sedikit menghambat.

c. Kelas III

Lahan kelas III mempunyai penghambat yang agak berat, yang mengurangi pilihan jenis tanaman yang dapat diusahakan, atau memerlukan usaha pengawetan tanah yang khusus, atau kedua-duanya. Tindakan pengawetan tanah yang perlu dilakukan antara lain adalah penanaman dalam strip, pembuatan teras, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah dengan waktu untuk tanaman tersebut lebih lama, disamping usaha-usaha untuk memelihara dan meningkatkan


(20)

kesuburan tanah. Faktor penghambat lahan kelas III adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut: lereng agak curam, kepekaan erosi agak tinggi atau erosi yang telah terjadi cukup berat, sering tergenang banjir, permeabilitas sangat lambat, masih sering tergenang meskipun drainase telah diperbaiki, dangkal, daya menahan air rendah, kesuburan tanah rendah dan tidak mudah diperbaiki, salinitas atau kandungan Na sedang, dan penghambat iklim sedang. d. Kelas IV

Lahan kelas IV mempunyai penghambat yang berat yang membatasi pilihan tanaman yang dapat diusahakan, memerlukan pengelolaan yang sangat berhati-hati, atau kedua-duanya. Penggunaan lahan kelas IV sangat terbatas karena salah satu atau kombinasi dari penghambat berikut: lereng curam, kepekaan erosi besar, erosi yang telah terjadi berat, tanah dangkal, daya menahan air rendah, sering tergenang banjir yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman, drainase terhambat dan masih sering tergenang meskipun telah dibuat saluran drainase, salinitas atau kandungan Na agak tinggi, dan penghambat iklim sedang.

e. Kelas V

Lahan kelas V mempunyai sedikit atau tanpa bahaya erosi, tetapi mempunyai penghambat lain yang praktis sukar dihilangkan, sehingga dapat membatasi penggunaan lahan ini. Akibatnya, lahan ini hanya cocok untuk tanaman rumput ternak secara permanen atau dihutankan. Lahan ini datar, akan tetapi mempunyai salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut: drainase yang


(21)

sangat buruk atau terhambat, sering kebanjiran, berbatu-batu, dan penghambat iklim cukup besar.

f. Kelas VI

Lahan kelas VI mempunyai penghambat yang sangat berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput ternak atau dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput harus dijaga agar rumputnya selalu menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu harus selektif. Bila dipaksakan untuk tanaman semusim, harus dibuat teras bangku. Lahan ini mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki, yaitu salah satu atau lebih sifat-sifat berikut: lereng sangat curam, bahaya erosi atau erosi yang telah terjadi sangat berat, berbatu-batu, dangkal, drainase sangat buruk atau tergenang, daya menahan air rendah, salinitas atau kandungan Na tinggi, dan penghambat iklim besar.

g. Kelas VII

Lahan kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk usaha tani tanaman semusim dan hanya sesuai untuk padang penggembalaan atau dihutankan. Faktor penghambatnya lebih besar dari kelas VI, yaitu salah satu atau kombinasi sifat-sifat berikut: lereng terjal, erosi sangat berat, tanah dangkal, berbatu-batu, drainase terhambat, salinitas atau kandungan Na sangat tinggi, dan iklim sangat menghambat.

h. Kelas VIII

Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan dalam keadaan alami atau di bawah vegetasi hutan. Lahan ini dapat digunakan


(22)

untuk daerah rekreasi cagar alam atau hutan lindung. Penghambat yang tidak dapat diperbaiki lagi dari lahan ini adalah salah satu atau lebih sifat berikut: erosi atau bahaya erosi sangat berat, iklim sangat buruk, tanah selalu tergenang, berbatu-batu, kapasitas menahan air sangat rendah, salinitasnya atau kandungan Na sangat tinggi, dan sangat terjal.

Karakteristik dan Kualitas Lahan

Karakteristik lahan

Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas:

a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng dan lain lain.

b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air dan lain lain.

Menurut Rayes (2007), macam dan jumlah kualitas lahan dan karakteristik lahan dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan skala dan tujuan evaluasi serta kondisi lahan di daerah yang dievaluasi. Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan kedalaman tanah seperti tekstur, kedalaman efektif, kapasitas tukar kation (KTK), reaksi tanah atau derajat kemasaman (pH), unsur hara dalam tanah (N, P2O5, K2O) yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman yang dievaluasi. Untuk kualitas lahan retensi hara (KTK, pH) dan ketersediaan hara karena relatif mudah diatasi tidak merupakan pembatas


(23)

utama, sehingga hasil penilaian kalau ada pembatas tersebut tidak akan menjatuhkan pada kelas N (tidak sesuai).

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu: topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.

1. Topografi

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Bentuk wilayah dan kelas lereng

No. Relief Lereng (%)

1. Datar (A) < 3

2. Berombak/landai (B) 3 - 8

3. Bergelombang/agak miring (C) 8 - 15

4. Miring berbukit (D) 15 - 30

5. Agak Curam (E) 30 - 45

6. Curam (F) 45 - 65

7. Sangat Curam (G) > 65

(Utomo, 1989).

Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (>700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian


(24)

tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman.

2. Tanah

Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi dan banjir/genangan.

1. Drainase Tanah

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah menurut Rayes (2007) diklasifikasikan sebagai berikut:

d0 = Berlebihan (excessively drained) d1 = Baik

d2 = Agak baik d3 = Agak buruk d4 = Buruk


(25)

2. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dengan persentase. Pengamatan tekstur tanah dapat dilakukan dengan cara merasa dengan tangan (texture by feel) atau analisis mekanis di laboratorium (Tim Dasar Ilmu Tanah FP USU, 2010).

Untuk menentukan klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan atas tanah (0 – 30 cm) dan lapisan bawah (30 – 60 cm), perhatikan pengelompokan berikut: t1 = tanah bertekstur halus, meliputi tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat t2 = tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu

t3 = tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu dan debu

t4 = tanah bertekstur agak kasar, meliputi tekstur lempung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus

t5 = tanah bertekstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir (Rayes, 2007).

3. Kedalaman Tanah

Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut: k0 = dalam (>90 cm)


(26)

k2 = dangkal (50 – 25 cm) k3 = sangat dangkal (<25 cm) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). 4. Kemasaman Tanah

Keasaman tanah (pH) mempengaruhi pertumbuhan akar. pH tanah dengan kisaran 5,0 – 8,0 berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar. Meskipun masing-masing tanaman menghendaki kisaran pH tertentu, tetapi kebanyakan tanaman tidak dapat hidup pada pH sangat rendah (di bawah 4,0) dan sangat tinggi (di atas 9,0). Karena pada pH tersebut merupakan kondisi yang beracun bagi pertumbuhan akar tanaman. Keasaman tanah (pH) dapat juga menentukan kelakuan dari unsur-unsur hara tertentu karena pH dapat mengendapkan atau membuatnya tersedia (Islami dan Utomo, 1995).

Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 50 cm seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Klasifikasi pH tanah

Kelas pH Tanah

Sangat masam < 4,5

Masam 4,5 - 5,5

Agak masam 5,6 - 6,5

Netral 6,6 - 7,5

Agak alkalis 7,6 - 8,5

Alkalis > 8,5

Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) 5. Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion) dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk


(27)

memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan sebagai berikut.

Tabel 3. Tingkat bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Ringan (r) 0,15 - 0,9

Sedang (s) 0,9 - 1,8

Berat (b) 1,8 - 4,8

Sangat berat (sb) > 4,8

(Rayes, 2007). 3. Iklim

1. Suhu Udara

Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928) dalam Mohr et al. (1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut :


(28)

Keterangan :

T = temperatur (oC)

26,3oC = temperatur rata-rata pada permukaan laut

h = ketinggian tempat dalam hektometer (100 meter) 2. Curah Hujan

Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975) dalam Guslim (2007) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm. Kriteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi.

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Intensitas hujan dapat diklasifikasikan sebagaimana tertera pada tabel. Tabel 4. Klasifikasi intensitas hujan (dalam Kohnke dan Bertrand, 1959)

Intensitas Hujan (mm/jam) Klasifikasi

Kurang dari 6,25 Rendah (gerimis)

6,25 – 12,50 Sedang

12,50 – 50,00 Lebat

Lebih dari 50,00 Sangat lebat


(29)

Kualitas lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu sehingga merupakan faktor pembatas. Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan, sebagai contoh ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman menurut Beek (1978) dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, zona perakaran dan pecahan batuan/bahan kasar di dalam profil tanah.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh banyak kualitas lahan berikut: tersedianya air, tersedianya unsur hara, tersedianya oksigen di perakaran, daya memegang unsur hara, kondisi untuk perkecambahan, mudah tidaknya diolah,


(30)

kadar garam, unsur-unsur beracun, hama dan penyakit tanaman, bahaya banjir, suhu, sinar matahari dan photo period, iklim, kelembaban udara, masa kering untuk pematangan tanaman dan kepekaan erosi. Kualitas lahan tersedianya oksigen di daerah perakaran tanaman misalnya, dapat ditaksir dari sering tidaknya daerah tersebut tergenang air. Kualitas lahan tersedianya air dapat ditentukan dari curah hujan, evapotranspirasi, tersedianya air irigasi dan sebagainya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman di dalam FAO (1976), antara lain terdiri atas: Ketersediaan air, Ketersediaan hara, Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran, Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah, Kemudahan lahan untuk diolah, Salinitas dan alkalinitas, Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit), Ketahanan terhadap erosi, Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan, Bahaya banjir, Rezim temperatur, Energi radiasi, Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan), dan Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan diberikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (oC) atau evaluasi

(m)

Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm), Lamanya masa kering (bulan), Kelembaban udara (%) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase

Media perakaran (rc) Drainase, Tekstur, Bahan kasar (%), Kedalaman tanah, Ketebalan gambut, Kematangan gambut


(31)

Retensi hara (nr) KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH H2O, C-organik(%)

Toksisitas (xc) Aluminium, Salinitas/DHL (dS/m)

Sodisitas (xn) Alkalinitas (%)

Bahaya sulfidik (xs) Pirit (bahan sulfidik) Bahaya erosi (eh) Lereng (%), Bahaya erosi

Bahaya banjir (fh) Genangan

Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan (%)

Sumber: Rayes(2007)

Persyaratan Tumbuh Tanaman

Persyaratan penggunaan lahan dari sebuah tipe penggunaan lahan adalah suatu perangkat kualitas lahan yang akan dibutuhkan agar tipe penggunaan lahan yang spesifik dapat berfungsi dengan baik. Semua jenis komoditas, termasuk tanaman pertanian untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu yang berbeda satu sama lain. Persyaratan tersebut terutama terdiri atas energi radiasi, temperatur (suhu), lengas (kelembaban), oksigen dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan. Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif tanah. Pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik sehingga aerasi tanah cukup baik. Dengan demikian akan cukup tersedia oksigen dalam tanah dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik serta mampu menyerap unsur hara secara optimal (FAO, 1983).

Di dalam Rayes (2007) dikatakan bahwa persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas


(32)

mempunyai batasan kisaran minimum, optimum dan maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau penggunaan lahan tersebut merupakan batasan kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas lahan yang dibawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2) dan atau sesuai marginal (S3). Diluar batasan tersebut di atas merupakan lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N).

Kesesuaian Lahan dengan Tanaman

Tanaman yang dapat tumbuh pada suatu lahan merupakan tanaman yang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh di sembarang lahan. Meskipun dapat tumbuh, pertumbuhan tanaman menjadi kurang sempurna. Berdasarkan hal ini, pemilihan tanaman perlu dilakukan secara selektif agar diperoleh produksi yang sesuai dengan harapan (Indriani, 1993).

Selain itu, dalam Indriani (1993) juga dinyatakan bahwa untuk memilih tanaman yang cocok dengan kondisi lingkungan sekitarnya diperlukan data-data dari Pusat Meteorologi dan Geofisika atau di Dinas Pertanian setempat. Faktor lingkungan perlu diperhatikan karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Tanaman yang ditanam pada daerah yang tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya akan mengalami gangguan pertumbuhan.


(33)

Setelah kondisi lingkungan setempat diketahui, maka jenis tanaman dapat segera dipilih. Pemilihan ini dilakukan dengan mencocokkan syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lingkungan, demikian juga dengan jenis tanahnya. Setelah jenis tanahnya diketahui, dicocokkan dengan jenis tanaman yang sesuai. Syarat tumbuh tanaman yang telah diketahui kemudian dicocokkan dengan keadaan lingkungan. Setelah mempertimbangkan keadaan lingkungan yang meliputi tipe iklim, curah hujan, ketinggian tempat, temperatur, kelembaban dan jenis tanahnya, maka dapat diketahui beberapa jenis tanaman yang dapat ditanam di lahan yang tersedia (Indriani, 1993).

Sistem Informasi Pertanian

Informasi merupakan sumber daya penting dalam pertanian modern. Perkembangan komputer dan perbaikan teknologi komunikasi memberikan petani kesempatan untuk memperoleh informasi teknis dan ekonomi dengan cepat dan menggunakannya secara efektif untuk pengambilan keputusan. Pelaku pengembangan pertanian membutuhkan informasi inovasi pertanian yang memadai sebagai dasar strategi perencanaan dan pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut (BPPT, 2004).

Pengembangan sistem informasi pertanian memerlukan dukungan data yang akurat, sistem informasi dan layanan data, serta informasi yang baik. Dengan sistem informasi yang baik, akan dapat dilakukan pemantauan dan penyebarluasan informasi pertanian secara cepat, akurat dan murah. Pengembangan sistem informasi juga diperlukan dalam membangun kegiatan koordinasi dan sinkronisasi


(34)

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian baik oleh departemen pertanian maupun swasta (Hanani et al, 2003).

Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Definisi SPK

Definisi awal sistem pendukung keputusan (SPK) menunjukkan SPK sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai SPK sebagai berikut:

− Menurut Mann dan Watson, Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif, yang membantu pengambilan keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur.

− Menurut Gorry dan Scott Morton (1971), Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur.

− Menurut Keen dan Scott Morton (1978), Sistem pendukung keputusan memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas


(35)

komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. SPK adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani masalah-masalah tidak terstruktur.

− Menurut Kendall dan Kendall (1992), SPK merupakan suatu cara untuk mengatur atau mengorganisir informasi dengan tujuan penggunaan dalam pengambilan keputusan.

SPK secara tidak langsung memberikan output dalam bentuk laporan, tetapi lebih bertujuan untuk menyediakan atau menunjang proses pengambilan keputusan melalui penyajian informasi yang di desain untuk pemecahan masalah dan kebutuhan aplikasi. Jadi, SPK tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan manajerial dengan membuat keputusan untuk pengguna (Render dan Stair, 1994).

SPK adalah sistem yang memberi penekanan pada proses, bukan pada produk seperti halnya sistem informasi manajemen (Management Information System = MIS). Interaksi antara pengambil keputusan (Decision Maker = DM) dengan sistem merupakan fokus dalam SPK. Melalui interaksi dalam sistem, DM akan diberikan pilihan atau alternatif oleh SPK yang dapat membantu DM dalam membuat keputusan. O’Brien (1990) menuliskan bahwa SPK terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

• Perangkat keras (hardware resource) berupa sistem komputer yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi


(36)

• Perangkat lunak (software resource) terdiri dari paket software SPK yang disebut SPK generator, yang meliputi modul basis data, model dan manajemen dialog

• Basis data yang mengandung data dan informasi yang diekstrak dari suatu organisasi, data eksternal, dan basis data manajer

• Basis model yang merupakan kumpulan dari model matematis dan teknik analitis yang disimpan dalam berbagai modul program dan file

• Sumber daya manusia (people resources) yaitu manajer atau staf spesialis untuk mengeksplorasi alternatif keputusan.

Penerapan SPK telah berkembang di berbagai bidang, termasuk bidang pertanian. Baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan telah mulai menggunakan SPK. Untuk tanaman suatu komoditi yang sama bisa terdapat lebih dari satu SPK, terutama disebabkan sudut pandang perancang SPK yang berbeda (O’Brien, 1990).

Karakteristik dan nilai guna SPK

Di dalam Daihani (2001) diuraikan adanya berbagai karakteristik yang membedakan SPK dengan sistem informasi lain yaitu:

1. SPK dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur.

2. Dalam proses pengolahannya, SPK mengkombinasikan model-model/teknik-teknik analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari/interogasi informasi.


(37)

3. SPK dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar pengoperasian komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif.

4. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi pada kebutuhan pemakai. Dengan berbagai karakter khusus seperti yang dikemukakan di atas, SPK dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya. Keuntungan dimaksud diantaranya meliputi:

1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi bagi pemakainya.

2. SPK membantu pengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.

4. Walaupun suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia mampu menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya karena SPK mampu menyajikan berbagai alternatif.

5. SPK dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.


(38)

Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan di atas, SPK juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.

2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.

4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena walau bagaimanapun canggihnya suatu SPK, dia hanyalah suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.

Komponen-komponen SPK

Daihani (2001) juga menyatakan bahwa SPK terdiri atas tiga komponen utama atau subsistem yaitu:

1. Subsistem Data (data base)

Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data dimaksud disimpan dalam suatu pangkalan data (data base) yang dioganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem manajemen pangkalan data (Data Base Management System/DBMS). Melalui manajemen pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat.


(39)

2. Subsistem Model (model base)

Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Kalau pada pangkalan data, organisasi data dilakukan oleh manajemen pangkalan data, maka dalam hal ini ada fasilitas tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model yang disebut dengan pangkalan model. Model adalah suatu peniruan dari alam nyata. Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil yang didasarkan pada model tersebut menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai model pada sistem pangkalan model harus tetap dijaga fleksibilitasnya. Artinya harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model, seiring dengan perkembangan pengetahuan.

3. Subsistem Dialog (user system interface)

Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas atau subsistem ini dikenal sebagai subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu:

• Bahasa Aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini


(40)

dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti keyboard, joystic atau key function lainnya.

• Bahasa Tampilan (display atau presentation language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter dan lain-lain.

• Basis Pengetahuan (knowledge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif.

Kombinasi dari berbagai kemampuan di atas dikenal sebagai gaya dialog (dialog style). Gaya dialog ini terdiri atas beberapa jenis, diantaranya:

1. Dialog Tanya Jawab

Dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna dan pengguna menjawab. Kemudian dari hasil dialog ini sistem akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan pengguna.

2. Dialog Perintah

Dalam dialog ini, pengguna memberikan perintah-perintah yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi yang ada pada SPK.

3. Dialog Menu

Model dialog ini merupakan gaya dialog yang paling populer dalam SPK. Dalam hal ini pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif menu yang telah disediakan sistem. Menu ini akan ditampilkan pada monitor. Dalam


(41)

menentukan pilihannya, pengguna sistem cukup menekan tombol-tombol tertentu dan setiap pilihan akan menghasilkan respon/jawaban tertentu. 4. Dialog Masukan/Keluaran

Dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui media ini, pengguna memasukkan perintah dan data. Disamping form input, juga disediakan form keluaran yang merupakan respon dari sistem. Setelah memeriksa keluaran, penggunaan dapat mengisi form masukan lainnya untuk melanjutkan dialog berikutnya.

(Daihani, 2001).

Proses pembangunan SPK

Menurut Daihani (2001), pada dasarnya untuk membangun suatu SPK dikenal 8 tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini, yang paling penting dilakukan adalah perumusan masalah serta penentuan tujuan dibangunnya SPK. Langkah ini merupakan langkah awal yang sangat penting, karena akan menentukan pemilihan jenis SPK yang akan dirancang serta metode pendekatan yang akan dipergunakan. 2. Penelitian

Berhubungan dengan pencarian data serta sumber daya yang tersedia. 3. Analisis

Dalam tahap ini termasuk penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan serta sumber daya yang dibutuhkan.


(42)

4. Perancangan

Pada tahap ini dilakukan perancangan dari ketiga subsistem utama SPK yaitu subsistem basis data, subsistem model dan subsistem dialog.

5. Konstruksi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari perancangan, dimana ketiga subsistem yang ada digabungkan menjadi suatu SPK.

6. Implementasi

Tahap ini merupakan penerapan SPK yang dibangun. Pada tahap ini terdapat beberapa tugas yang harus dilakukan yaitu testing, evaluasi, penampilan, orientasi, pelatihan dan penyebaran.

7. Pemeliharaan

Merupakan tahap yang harus dilakukan secara terus menerus untuk mempertahankan keandalan sistem.

8. Adaptasi

Dalam tahap ini dilakukan pengulangan terhadap tahapan di atas sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan pengguna.

Basis Data

Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak guna memanipulasinya. Basis data merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan informasi bagi para pemakai. Penerapan database dalam sistem informasi disebut dengan database system (Jogiyanto, 2003).


(43)

Di dalam Asrianda dan Fadlisyah (2008) dinyatakan bahwa database adalah sekumpulan tabel-tabel yang saling berelasi, relasi tersebut bisa ditunjukkan dengan kunci dari tiap tabel yang ada. Satu database menunjukkan satu kumpulan data yang dipakai dalam satu lingkup perusahaan atau instansi. Database mempunyai kegunaan dalam mengatasi penyusunan dan penyimpanan data, maka seringkali masalah yang dihadapi adalah: redundansi dan inkonsistensi data, kesulitan dalam pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multi user, keamanan data, integritas data, serta kebebasan data.

Menurut Kadir dan Triwahyuni (2005) berdasarkan pengaksesannya, basis data dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

• Basis data individual

Basis data individual adalah basis data yang digunakan oleh perseorangan. biasanya basis data seperti ini banyak dijumpai di lingkungan PC. Visual dBASE, Microsoft Acces, Corel Paradox, dan Filemaker Pro merupakan contoh perangkat lunak yang biasa digunakan untuk mengelola basis data untuk kepentingan pribadi.

• Basis data perusahaan

Basis data perusahaan adalah basis data yang dimaksudkan untuk diakses oleh sejumlah pegawai dalam sebuah perusahaan dalam sebuah lokasi. Basis data seperti ini tersimpan dalam sebuah server dan para pemakai dapat mengakses dari masing-masing komputer yang berkedudukan sebagai client.


(44)

• Basis data terdistribusi

Basis data terdistribusi adalah basis data yang tersimpan pada sejumlah komputer yang terletak pada beberapa lokasi. Model seperti ini banyak digunakan pada bank yang memiliki sejumlah cabang di berbagai kota dan melayani transaksi perbankan yang bersifat online.

• Bank data publik

Bank data publik adalah jenis basis data yang dapat dikases oleh siapa saja (publik) sebagai contoh, banyak situs web yang menyediakan data yang bersifat publik dan dapat diambil siapa saja secara gratis.

PHP dan MySQL

PHP

PHP adalah bahasa server-side scripting yang menyatu dengan hypertext markup language (HTML) untuk membuat halaman web yang dinamis. Maksud dari server-side scripting adalah sintak dan perintah-perintah yang diberikan akan sepenuhnya dijalankan di server akan tetapi disertakan pada dokumen HTML. Pembuatan web merupakan kombinasi antara PHP sendiri sebagai bahasa pemrograman dan HTML sebagai pembangun halaman web. Hampir seluruh aplikasi berbasis web dapat dibuat dengan PHP, namun kekuatan utama adalah konektivitas basis data dengan web. Dengan kemampuan ini akan didapatkan sistem basis data yang dapat diakses dari web. PHP menawarkan koneksitas yang baik dengan structured query language (SQL) dalam hal ini MySQL sebagai basis data (Sunarfrihantono, 2002).


(45)

Menurut Peranginangin (2006), PHP tidak terbatas pada hasil keluaran HTML (HyperText Markup Languages). PHP juga memiliki kemampuan untuk mengolah keluaran gambar, file PDF, dan movies Flash. PHP juga dapat menghasilkan teks seperti XHTML dan file XML lainnya. Salah satu fitur yang dapat diandalkan oleh PHP adalah dukungannya terhadap banyak database. Berikut database yang dapat didukung oleh PHP: Adabas D, dBase, Direct MS-SQL, Empress, FilePro (read only), FrontBase, Hyperwave, IBM DB2, Informix, Ingres, Interbase, MSQL, MySQL, ODBC, Oracle (OCI7 dan OCI8), Ovrimos, PostgrSQL, Solid, Sybase, Unix DBM, dan Velocis.

MySQL

MySQL termasuk dalam kategori database management system, yaitu suatu database yang terstruktur dalam pengolahan dan penampilan datanya. MySQL merupakan database yang bersifat client server, dimana data diletakkan di sever yang bisa diakses melalui computer client. Pengaksesan dapat dilakukan apabila komputer telah terhubung dengan server. Berbeda dengan database desktop, dimana segala pemrosesan data harus dilakukan pada komputer yang bersangkutan (Sugiri dan Saputro, 2008).

MySQL adalah aplikasi database yang berjalan sebagai aplikasi service. Aplikasi service berjalan tanpa menampilkan antarmuka pada desktop atau pada taskbar. MySQL menyediakan beberapa aplikasi tambahan yang berfungsi sebagai antarmuka. MySQL server merupakan aplikasi yang berjalan sebagai service dalam suatu sistem operasi. Penggunaan MySQL untuk website dinamis


(46)

telah didukung oleh beberapa macam bahasa pemrograman website, seperti active server page (ASP), PHP, dan Java (Wahana Komputer, 2006).

SQL singkatan dari Structure Query Language. Dalam bahasa Inggris sering dibaca SEQUEL. SQL merupakan bahasa query standar yang digunakan untuk mengakses basis data relasional. Standarisasi internasional terhadap SQL pertama kali dilakukan oleh ANSI (American National Standards Institution), melalui publikasi Database Language SQL. Saat ini ANSI dan ISO (International Standards Organization) merupakan dua organisasi yang membuat standarisasi terhadap SQL (Kadir, 2003).

Dalam Sugiri dan Saputro (2008) dinyatakan juga bahwa MySQL merupakan database yang dikembangkan dari bahasa SQL (Structured Query Language). SQL merupakan bahasa terstruktur yang digunakan untuk interaksi antara script program dengan database server dalam hal pengolahan data. Dengan SQL, maka dapat dibuat tabel yang akan diisi data, memanipulasi data seperti menambah, menghapus dan meng-update data, serta membuat suatu perhitungan berdasarkan data yang ditemukan. SQL tidak hanya terbatas digunakan untuk mendapat suatu tampilan database statis, namun juga dikembangkan SQL3 yang berencana membuat SQL menjadi bahasa yang mendekati mesin turing misalnya computable query atau recursive query.

Selain itu, Sugiri dan Saputro (2008) juga menjabarkan beberapa alasan mengapa MySQL menjadi database yang sangat popular dan digunakan oleh banyak orang, diantaranya ialah:


(47)

1. MySQL merupakan database yang memiliki kecepatan tinggi dalam pemrosesan data, dapat diandalkan, mudah digunakan dan mudah dipelajari. MySQL telah banyak digunakan, sehingga jika ada masalah maka dapat bertanya langsung kepada banyak orang maupun melalui internet.

2. MySQL mendukung banyak bahasa pemrograman seperti C, C++, Perl, Phython, Java, dan PHP. Bahasa pemrograman tersebut dapat digunakan untuk berinteraksi maupun berkomunikasi dengan MySQL server. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai komponen pembentuk antarmuka (interface) database MySQL. Pada MySQL tersedia MyODBC untuk koneksi dengan aplikasi lain seperti MS Access, Visual Basic, Delphi dan lain-lain. Selain MyODBC, juga tersedia JDBC yang digunakan untuk berinteraksi dengan Java.

3. Koneksi, kecepatan, dan keamanannya, membuat MySQL sangat cocok diterapkan untuk pengaksesan database melalui internet dengan menggunakan bahasa pemrograman Perl atau PHP sebagai interfacenya. 4. MySQL dapat melakukan koneksi dengan client menggunakan protocol

TCP/IP, Unix socket (Unix), atau Named Pipes (NT).

5. MySQL dapat menangani database dengan skala sangat besar, dengan jumlah record lebih dari 50 juta, 60 ribu tabel, dan bias menampung 5 milyar baris data. Selain itu, pada MySQL setelah versi 4.1.2, batas indeks pada tiap tabel dapat menampung sampai 64 index.


(48)

6. Dalam relasi antartabel pada suatu database, MySQL menerapkan metode yang sangat cepat, yaitu dengan menggunakan metode one-sweep multijoin. MySQL sangat efisien dalam mengelola informasi yang diminta dari banyak tabel sekaligus.

7. Multiuser, yaitu dalam satu database server pada MySQL dapat diakses oleh beberapa user dalam waktu yang sama tanpa mengalami konflik atau crash.

8. Security database MySQL terkenal baik, karena memiliki lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama host dan izin akses user dengan sistem perizinan khusus serta password yang dimiliki setiap user dalam bentuk data terenkripsi.

9. MySQL merupakan software database yang bersifat free atau gratis. Jadi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar lisensi pada pembuat software. Berbeda bila menggunakan software database IBM DB2 dan Oracle, karena harus membayar mahal untuk mendapatkan lisensinya.

XAMPP

web server apache yang di dalamnya

sudah tersedia database server mysql dan support php programming. XAMPP merupakan software yang mudah digunakan, gratis dan mendukung instalasi di Linux dan Windows. Keuntungan lainnya adalah cuma menginstal satu kali sudah

tersedi(PHP 4 dan

PHP 5) dan beberapa modul lainnya. Hanya bedanya kalau yang versi untuk Windows sudah dalam bentuk instalasi grafis dan yang Linux dalam bentuk file


(49)

terkompresi tar.gz. Kelebihan lain yang berbeda dari versi untuk Windows adalah memiliki fitur untuk mengaktifkan sebuah server secara grafis, sedangkan Linux masih berupa perintah-perintah di dalam console. Oleh karena itu yang versi untuk Linux sulit untuk dioperasikan. Dulu XAMPP untuk Linux dinamakan LAMPP, sekarang diganti namanya menjadi XAMPP FOR LINUX (Maniacms, 2012).

Rancang Bangun Sistem

Untuk membangun sebuah sistem yang kompleks secara sistematis dan terintegrasi, maka dibutuhkan metode-metode pembangunan sistem, agar dapat

menuntun pembuat untuk menghasilkan sistem yang standar (Oetomo dan Foenadioen, 2003).

Menurut Kadir dan Triwahyuni (2005), ada banyak cara dalam mengembangkan sistem informasi, seperti insourcing, prototyping, pemakaian paket perangkat lunak, selfsourcing dan outsourcing.

1. Insourcing

Pengembangan sistem umumnya dengan menggunakan SDLC (System Development Life Cycle) atau daur hidup pengembangan sistem. Dengan menggunakan SDLC ini, organisasi akan mengikuti 6 langkah penting, yang mencakup berbagai tahapan berikut yakni: perencanaan, penentuan lingkup, analisis, desain, implementasi dan pemeliharaan.


(50)

2. Prototyping

Prototyping merupakan suatu pendekatan yang membuat suatu model yang memperlihatkan fitur-fitur suatu produk, layanan atau sistem usulan. Modelnya dikenal dengan sebutan prototipe. Langkah dalam prototyping adalah sebagai berikut: mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar pemakai, mengembangkan sebuah prototipe, menggunakan prototipe, memperbaiki dan meningkatkan prototipe.

3. Pemakaian paket perangkat lunak

Kadangkala karena waktu yang sangat pendek terhadap tenggat waktu yang ditentukan oleh manajemen, bagian sistem informasi tidak mampu mengembangkan sendiri aplikasi yang diperlukan perusahaan. Sebagai gantinya dilakukan pembelian paket perangkat lunak, yaitu perangkat lunak yang dibuat oleh suatu vendor yang ditujukan untuk menangani masalah tertentu. Dengan menggunakan perangkat lunak seperti ini, para spesialis sistem informasi tidak perlu membuat program dan tentu saja hal ini akan menyingkat waktu tersedianya sistem informasi yang dikehendaki.

4. Selfsourcing

Alternatif lain dalam mengembangkan sistem yakni berupa selfsourcing. Selfsourcing adalah suatu model pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam organisasi dengan sedikit bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali.


(51)

5. Outsourcing

Dewasa ini terdapat pula kecenderungan untuk mengadakan sistem informasi melalui outsourcing. Outsourcing adalah pendelegasian terhadap suatu pekerjaan dalam sebuah organisasi ke pihak lain dengan jangka waktu tertentu, biaya tertentu dan layanan tertentu. Pada prakteknya, outsourcing sistem informasi terkadang tidak hanya dalam hal pengembangan sistem, melainkan juga pada pengoperasiannya.

Turban et al. (2005) menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari pakar perlu dievaluasi kualitasnya, termasuk evaluasi, validasi dan verifikasi. Konteks ini sering digunakan secara bergantian.

Evaluasi adalah konsep luas. Tujuannya untuk memperkirakan nilai keseluruhan sistem pakar. Selain memperkirakan level perfoma yang diterima, juga menganalisis apakah sistem akan dapat digunakan, efisien dan cost-effective.

Validasi adalah bagian evaluasi yang berhubungan dengan perfoma sistem (misalnya, pada saat dibandingkan dengan pakar). Secara sederhana dinyatakan bahwa validasi adalah pembangunan sistem yang tepat, yaitu menyatakan sistem bertindak pada level akurasi yang layak.

Verifikasi adalah membangun sistem yang benar atau menyatakan bahwa sistem diterapkan dengan benar sesuai spesifikasinya.

Dalam realisasi sistem pakar, aktivitas ini adalah dinamik karena harus diulang tiap kali prototipe diubah. Dalam konteks basis pengetahuan, perlu memastikan kita memiliki basis pengetahuan yang tepat (bahwa pengetahuan adalah valid) dan


(52)

juga perlu dipastikan bahwa basis pengetahuan tersebut dibangun dengan tepat (verifikasi).

Menurut Law dan Kelton (1991), verifikasi berkaitan dengan menentukan apakah program komputer simulasi bekerja sebagaimana dimaksud, dan upaya verifikasi awal meliputi:

• Model diberi kode dan mengidentifikasi serta menghapus error

• Pengidentifikasi interaktif digunakan untuk memverifikasi bahwa setiap jalur program benar

• Model hasil output diperiksa untuk kewajaran

• Ringkasan statistik model untuk nilai-nilai yang dihasilkan dari distribusi masukan probabilitas dibandingkan dengan statistik ringkasan data historis Sedangkan validasi berkaitan dengan menentukan seberapa dekat model simulasi merupakan sistem yang sebenarnya, dan berikut ini adalah beberapa prosedur validasi yang dilakukan:

• Semua asumsi model ditinjau dan disetujui

• Data yang berbeda set untuk jenis yang sama keacakan diuji homogenitasnya dan bergabung hanya jika sesuai

• Semua distribusi probabilitas pas (misalnya, lognormal) diuji untuk kebenaran dengan menggunakan teknik

Umumnya tidak mungkin untuk memvalidasi model simulasi sepenuhnya, karena beberapa bagian dari sistem yang sebenarnya tidak mungkin ada saat ini. Namun, membangun sebuah model simulasi dari sistem yang ada sama lalu


(53)

membandingkan model dan output sistem sering akan menentukan sebagian validasi teknik yang tersedia.

Menurut Napitupulu (2009), verifikasi model simulasi dapat dilakukan dengan mengecek kecocokan dari berbagai hal yang berkaitan dengan pengoperasian sistem maya sebagai berikut:

1. Tahapan operasi maya

Verifikasi dilakukan dengan mengamati jalannya operasi maya menurut tahapan proses dan hasil pengolahan data untuk melihat kecocokan operasi sistem maya terhadap rangkaian proses, bentuk hubungan dan interaksi, serta input-output operasi yang tertuang dalam model konseptual simulasi. 2. Pengkodean pada penyusunan program

Verifikasi dilakukan dengan mengecek ulang pengkodean dan penggunaan kode untuk memeriksa penggunaan ganda kode yang sama untuk objek yang berbeda, lengkap tidaknya kode dan variabel untuk setiap objek, kecocokan variabel dengan jenis dan tipe nilai objek, serta penggunaan kode dan variabel yang tidak akurat. Pengecekan perlu dilakukan mengingat fungsi dari kode dalam bentuk variabel sebagai bentuk maya dari objek riil dengan nilai yang menyatakan kehadiran dan keadaan dari berbagai elemen yang mencakup nilai-nilai input, proses dan output operasi sistem.

3. Kecocokan hasil eksekusi perangkat lunak

Verifikasi dilakukan dengan memeriksa kecocokan hasil uji coba eksekusi perangkat lunak simulasi dengan penggunaan data input khusus pengujian.


(54)

Pemeriksaan dilakukan atas hasil eksekusi formula dan sub-program yang mewakili proses dan tahapan-tahapan operasi sistem. Pengecekan dilakukan untuk melihat benar tidaknya model-model simbolik yang digunakan dan tepat tidaknya penggunaan nilai-nilai sesuai dengan tahapan pada model konseptual dan operasi.

4. Akurasi hasil pengolahan data

Verifikasi dilakukan melalui pemeriksaan kesalahan eksekusi program untuk melihat titik lemah program yang berpotensi memberikan hasil yang berbeda atau menyimpang dari hasil yang semestinya. Kesalahan hasil eksekusi program dapat berkaitan dengan penentuan alternatif aksi atau operasi yang tidak tepat dan tidak benar untuk kondisi yang ditentukan sebagai persyaratan. Kesalahan ini dapat terjadi jika ekspresi pengujian kondisi tidak mendefinisikan persyaratan secara tepat dan benar sehingga pengolahan data berlangsung tidak sesuai dengan keadaan dan bentuk perubahan yang terjadi.

Validasi model tidak sama dengan verifikasi model tetapi berkaitan berdasarkan berlakunya validasi atas model yang telah lolos verifikasi. Jika verifikasi menyangkut penyusunan model yang benar maka validasi menyangkut penyusunan model simulasi yang benar memberikan hasil yang akurat.


(55)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan mulai April 2013 sampai Mei 2013 di Kecamatan Percut Sei Tuan dan pembuatan SPK dilaksanakan mulai Mei 2013 sampai Juli 2013 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data karakteristik lahan, mencakup: temperatur tahunan, curah hujan tahunan, kelembaban udara tahunan, kedalaman efektif tanah dan kemiringan lereng (sumber: BMKG StaKlim Sampali, BPN Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Percut Sei Tuan)

2. Data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi, jagung, ketela pohon, sawi dan bayam tahun 2009-2011 (sumber: BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang)

3. Data persyaratan tumbuh masing-masing tanaman, mencakup: temperatur, curah hujan, kelembaban udara, kedalaman efektif tanah dan kemiringan lereng (sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan literatur) 4. Data harga komoditi di pasar yang berlaku (sumber: Dinas Pertanian


(56)

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Perangkat keras

• Komputer Pribadi 2. Perangkat lunak

• Basisdata Relasional (MySQL)

• Pemrograman dan Desain Web (Macromedia Dreamweaver dan Adobe Photoshop)

• Web Server (XAMPP) Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan rancang bangun sebuah sistem informasi yang berupa sebuah sistem pendukung keputusan yang disebut sistem pendukung keputusan kesesuaian lahan dengan menyesuaikan data-data yang menjadi parameter utama dengan persyaratan tumbuh tanaman hingga diperoleh kesimpulan kelayakan lahan tersebut ditanami suatu komoditi.

Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a. Fase A : Perencanaan

Penyuluh formal (dari instansi pemerintah) belum memberikan peran dalam memberikan informasi pertanian dalam hal pemanfaatan atau pengolahan sumber daya lahan sehingga berdampak kepada sistem pertanian


(57)

yang cenderung kepada sistem pertanian penggunaan input yang berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrim, yaitu: penggunaan input luar secara besar-besaran yang sering disebut “HEIA” (High External Input Agriculture) dan pemanfaatan sumber daya lahan lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar yang disebut “LEIA” (Low External Input Agriculture).

Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi pertanian yang dapat memberikan informasi dalam mendukung pemanfaatan dan pengolahan lahan pertanian sehingga dapat menghasilkan pertanian yang berkelanjutan atau disebut juga LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Sistem ini merupakan SPK yang akan memberikan hasil prioritas tanaman pada setiap lahan dan detail pencocokan yang berisikan pencocokan antara karakteristik lahan didukung parameter lainnya dengan persyaratan tumbuh tanaman untuk menghasilkan kelas kesesuaian tanaman pada lahan. b. Fase B : Penelitian

Dalam fase ini diteliti mengenai kebutuhan data yang membutuhkan data persyaratan tumbuh setiap tanaman dan data setiap karakteristik lahan. Untuk itu perlu dilakukan pengambilan data karakteristik lahan pada suatu lahan. Data yang dibutuhkan berupa data karakteristik lahan, luas tanam, luas panen, produksi, produtivitas, persyaratan tumbuh dan harga komoditi yang telah ditentukan.


(58)

c. Fase C : Analisis Sistem

Pada fase ini ditentukan atribut apa saja yang akan dipakai pada sistem sesuai dengan perkembangan kebutuhan atribut yang diperlukan dan kondisi ketersediaan data yang ada untuk proses pencocokan. Untuk mempercepat proses ini dibutuhkan beberapa kebutuhan sistem dan dukungan teknologi yaitu:

− Kebutuhan Sistem, mencakup:

• Pemrograman Web (Macromedia Dreamweaver) • Basisdata Relasional (MySQL) dan XAMPP

• Data, Informasi dan Pengetahuan Kesesuaian Lahan, Persyaratan Tumbuh Tanaman serta Produktivitas Komoditi

− Dukungan Teknologi, mencakup: • Komputer Pribadi

Masalah spesifik yang akan diselesaikan oleh sistem ini ialah proses penentuan kelayakan suatu lahan untuk ditanami komoditi pertanian. Proses penentuan dilakukan dengan melakukan pencocokan antara atribut pada karakteristik lahan dengan atribut yang terdapat pada persyaratan tumbuh tanaman yang didukung dengan atribut parameter lainnya. Dari hasil pencocokan ini akan didapatkan hasil tingkat atau kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman.

Parameter yang dipakai pada sistem berupa temperatur, curah hujan, kelembaban udara, kedalaman efektif tanah, kemiringan lereng dan produktivitas komoditi yang telah dikalikan dengan harga komoditi di pasar


(59)

yang berlaku. Dengan demikian, total nilai selisih yang diperoleh dari kecocokan atribut karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman digabungkan dengan nilai peringkat komoditi yang didapat dari hasil perkalian jumlah produktivitas dengan harga komoditi yang berlaku di pasar. Oleh sebab itu, untuk hasil kesesuaian Sangat Sesuai akan didapatkan apabila total nilai yang diperoleh dalam rentang paling kecil. Sedangkan untuk kelas Tidak Sesuai akan didapatkan apabila total nilai yang diperoleh dalam rentang paling besar.

d. Fase D : Perancangan Sistem

Perancangan SPK ini akan dipisahkan menjadi 3 subsistem, yaitu : 1. Perancangan Subsistem Model

2. Perancangan Pangkalan Data

dimana akan dilakukan atas berberapa tahap, yaitu : tahap analisis, perancangan logik, perancangan fisik dan implementasi

3. Perancangan Subsistem Dialog (user interface) e. Fase E : Pembangunan Sistem

Pada fase ini diintegrasikan komponen subsistem pendukung keputusan berupa subsistem model, subsistem pangkalan data dan subsistem dialog yang telah dirancang menjadi satu kesatuan sistem. Sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang dan dapat memperoleh hasil pengolahan yang dilakukan oleh sistem.


(60)

f. Fase F : Validasi dan Verifikasi

Pada fase validasi, sistem yang diterapkan harus dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana sebuah sistem dapat memberikan jenis tanaman yang memang sesuai pada lahan tersebut. Dengan demikian kredibilitas dari suatu model yang dibangun ini dapat dijamin.

Sedangkan dalam fase verifikasi, data keluaran yang dihasilkan oleh sebuah sistem dikumpulkan dan dibandingkan dengan spesifikasi perancangannya. Ini bertujuan untuk menjamin kebenaran suatu model secara matematis dan konsisten secara logika. Jadi, dalam verifikasi model ini dilakukan pemeriksaan dari seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan yang ada dengan benar.


(61)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan Sistem

Perancangan SPKK Lahan dilakukan dengan menggunakan beberapa software MAX (MySQL, Adobe Dreamweaver CS3 dan XAMPP) dan tahap perancangannya dilakukan menjadi 3 subsistem yaitu:

Perancangan Subsistem Model

Perancangan subsistem model berfungsi sebagai fasilitas pengelolaan berbagai model. Model adalah suatu peniruan alam nyata. Adapun kendala yang sering dihadapi dalam perancangan model ini jika model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata. Dalam sistem ini, model dirumuskan sebagai fungsi yang menggambarkan hubungan antar objek-objek yang berperan dalam penentuan kelas kesesuaian (sistem ini menerapkan metode matching). Untuk mengetahui kelas kesesuaian tanaman pada lahan, kecocokan dari seluruh parameter dijumlahkan dengan pembobotan seperti berikut.

KK = Σselisih (t, ch, rh, d, l) + rank (p*c)

Keterangan :

KK = kelas kesesuaian lahan t = temperatur

ch = curah hujan rh = kelembaban udara d = kedalaman efektif tanah l = kemiringan lereng


(62)

p = produktivitas c = harga komoditi

Sebagai contoh, apabila diperoleh total nilai x ≥ 5 maka kelas kesesuaian tanaman pada lahan tersebut termasuk ke dalam kategori kelas Tidak Sesuai. Sedangkan jika diperoleh total nilai 1 ≤ x < 2 maka kelas kesesuaian tanaman pada lahan tersebut termasuk ke dalam kategori kelas Sangat Sesuai.

Perancangan Pangkalan Data

Dalam perancangan data akan dilakukan atas beberapa tahap yaitu: Tahap Analisis

Pada tahap ini, dianalisa keterkaitan dan hubungan yang terjadi diantara entitas pembentuk sistem pendukung keputusan ini. Tahap ini juga merupakan tahapan yang bertujuan dalam menentukan apakah pendekatan yang digunakan sesuai atau tidak dan metode pencocokan yang diterapkan pada sistem ini memberikan respon yang cocok atau tidak dengan kondisi di lapangan jika dilihat dari riwayat yang ada untuk masing-masing daerah terhadap tanaman. Selain itu, metode pencocokan ini dinilai cukup aman digunakan dalam penentuan kelas kesesuaian lahan. Hal ini juga dikarenakan pada SPKK Lahan menggunakan parameter kesesuaian secara umum dan minimum.

Tahap Perancangan Logik

Pada perancangan logik (logic design) terdapat entitas-entitas dengan masing-masing atributnya, dimana setiap entitas akan mewakili informasi dalam


(63)

pembentukan sistem. Rancangan logik SPKK Lahan ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Entitas pada perancangan logik

Entitas Atribut Keterangan

karakteristik lahan id kode untuk karakteristik lahan ling nilai linguistik

s rentang awal

e rentang akhir

d kisaran data

param nilai parameter nilai jumlah nilai kar Karakteristik data

lahan id kode untuk lahan

temp nilai suhu

ch nilai curah hujan

rh nilai kelembaban

kedls nilai kedalaman efektif rentang awal kedle nilai kedalaman efektif rentang akhir lers nilai kemiringan lereng rentang awal lere nilai kemiringan lereng rentang akhir lokasi nama desa/kelurahan

clas_temp kelas suhu clas_ch kelas curah hujan clas_rh kelas kelembaban clas_kedl kelas kedalaman efektif clas_ler kelas kemiringan lereng

tanaman id kode untuk komoditi

temps suhu rentang awal tempe suhu rentang akhir chs curah hujan rentang awal che curah hujan rentang akhir rhs kelembaban rentang awal rhe kelembaban rentang akhir kedls kedalaman efektif rentang awal kedle kedalaman efektif rentang akhir lers kemiringan lereng rentang awal lere kemiringan lereng rentang akhir

nama nama tanaman

p_nama nama panggilan untuk tanaman clas_temp kelas suhu

clas_ch kelas curah hujan clas_rh kelas kelembaban clas_kedl kelas kedalaman efektif clas_ler kelas kemiringan lereng


(1)

(2)

78


(3)

Lampiran 11. Klasifikasi kelas untuk data lahan

Lokasi Temperatur rata-rata

tahunan (°C)

Curah Hujan/tahun (mm)

Kelembaban (%)

Kedalaman Efektif (cm)

Lereng (%)

Amplas 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Kenangan 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Tembung 26.87 2145.6 83.08 30 – 60 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Dangkal, Sedang Datar

Sumber Rejo Timur 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Sei Rotan 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Bandar Klippa 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Bandar Khalipah 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Medan Estate 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Laut Dendang 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Sampali 26.87 2145.6 83.08 60 – 90 0 - 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar


(4)

80

Lokasi Temperatur rata-rata tahunan (°C)

Curah Hujan/tahun (mm)

Kelembaban (%)

Kedalaman Efektif (cm)

Lereng (%)

Bandar Setia 26.87 2145.6 83.08 60 - 90 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Kolam 26.87 2145.6 83.08 60 - 90 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Saentis 26.87 2145.6 83.08 60 - 90 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Cinta Rakyat 26.87 2145.6 83.08 60 - 90 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Cinta Damai 26.87 2145.6 83.08 30 - 60 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Dangkal, Sedang Datar

Pematang Lalang 26.87 2145.6 83.08 30 - 60 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Dangkal, Sedang Datar

Percut 26.87 2145.6 83.08 30 - 60 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Dangkal, Sedang Datar

Tanjung Rejo 26.87 2145.6 83.08 60 - 90 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Tanjung Selamat 26.87 2145.6 83.08 60 - 90 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Sedang, Dalam Datar

Kenangan Baru 26.87 2145.6 83.08 30 - 60 0 – 2

Sedang Sangat Tinggi Agak Tinggi Dangkal, Sedang Datar


(5)

Lampiran 12. Klasifikasi kelas syarat tumbuh tanaman

Jenis Tanaman Temperatur rata-rata tahunan (°C) Curah Hujan/tahun (mm) Kelembaban (%) Kedalaman Efektif (cm) Lereng (%)

Padi 24 – 29 > 1500 33 - 90 > 50 < 3

Sedang Agak Tinggi, Tinggi,

Sangat Tinggi

Rendah, Agak Rendah, Sedang, Agak Tinggi

Sedang, Dalam Datar

Jagung 20 - 26 500 - 1200 > 42 > 60 < 8

Agak Dingin, Sejuk, Sedang

Sedang, Agak Tinggi Sedang, Agak Tinggi,

Tinggi

Sedang, Dalam Datar,

Berombak/Landai

Ketela Pohon 22 - 28 1000 - 2000 60 - 65 > 100 < 8

Sejuk, Sedang Sedang, Agak Tinggi,

Tinggi, Sangat Tinggi

Sedang Dalam Datar,

Berombak/Landai

Sawi 16 - 22 250 - 400 40 - 80 > 60 < 8

Dingin, Agak Dingin, Sejuk

Rendah, Agak Rendah Agak Rendah, Sedang,

Agak Tinggi

Sedang, Dalam Datar,

Berombak/Landai

Bayam 12 - 24 250 - 600 42 - 75 > 75 < 8

Dingin, Agak Dingin, Sejuk, Sedang

Rendah, Agak Rendah, Sedang

Agak Rendah, Sedang Sedang, Dalam Datar,

Berombak/Landai


(6)

82

Lampiran 13. Ranking masing-masing tanaman

Desa/Kelurahan

Ranking

Padi

Jagung

Ketela Pohon

Sawi

Bayam

Amplas

1

4

2

3

5

Kenangan

5

5

5

5

5

Tembung

1

5

5

5

5

Sumber Rejo Timur

1

5

2

4

3

Sei Rotan

1

5

2

3

4

Bandar Klippa

5

3

1

2

5

Bandar Khalipah

1

4

2

3

5

Medan Estate

5

2

1

5

5

Laut Dendang

5

3

1

2

5

Sampali

2

4

1

3

5

Bandar Setia

2

5

1

3

4

Kolam

1

5

2

3

4

Saentis

1

5

2

3

4

Cinta Rakyat

1

5

2

5

5

Cinta Damai

1

5

5

5

5

Pematang Lalang

1

5

5

5

5

Percut

1

5

5

5

5

Tanjung Rejo

1

5

2

5

5

Tanjung Selamat

2

5

1

5

5

Kenangan Baru

5

5

5

5

5