Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong
PENGARUH SUPLEMENTASI PROBIOTIK PADAT DAN
CAIR DALAM MENINGKATKAN KECERNAAN ZAT-ZAT
MAKANAN RANSUM SAPI POTONG
YENNI KRISNA SIREGAR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Suplementasi Probiotik Padat dan Cair dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat
Makanan Ransum Sapi Potong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Yenni Krisna Siregar
D24090108
ABSTRAK
YENNI KRISNA SIREGAR. Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair
dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong.
Dibimbing oleh SURYAHADI dan ANITA S. TJAKRADIDJAJA.
Untuk menjaga kesehatan pencernaan ternak, pakan ternak ruminansia perlu
mengarah pada rekayasa fungsi rumen melalui manipulasi komposisi kimia dan
peran mikroorganisme. Penggunaan feed additive, probiotik, diharapkan mampu
menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair di dalam ransum
terhadap kecernaan zat-zat makanan pada sapi potong. Penelitian menggunakan
18 ekor sapi potong. Perlakuan yang diberikan, yaitu: P1 : Kontrol (jerami padi +
pucuk tebu+konsentrat+dedak padi), P2 : P1+ Probiotik padat 0.25% (b/b
konsentrat), P3 : P1 + Probiotik cair 0.1% (b/v konsentrat dan dicampur ke dalam
air minum). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian suplementasi
probiotik cair berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan serat
kasar dan kecernaan protein kasar. Suplementasi probiotik cair dalam air minum
sapi dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen. Dengan
meningkatnya populasi dan aktivitas mikroba rumen dapat meningkatkan
kecernaan zat-zat makanan ransum sapi potong.
Kata kunci: kecernaan zat-zat makanan, probiotik cair, probiotik padat
ABSTRACT
YENNI KRISNA SIREGAR. The Effect of Solid and Liquid Probiotic
Supplementation on Increasing Nutrient Digestibilities of Beef Cattle Ration.
Supervised by SURYAHADI and ANITA S. TJAKRADIDJAJA.
To maintain digestive health of livestock, ruminant’s feed should be led to
the engineering of rumen function through manipulation of the chemical
composition and role of microorganisms. Hence, there is a need for feed additive
which can stimulate the growth and activity of rumen microbes such as probiotics.
This experimental aim was to study the effect of solid and liquid probiotic
supplementation on digestibility of nutrients of beef cattle ration. This study used
18 head of beef cattle. The treatments applied were: P1: Control (rice straw +
canebud + concentrate + rice bran), P2: P1 + solid probiotic 0.25% (w/w of
concentrate), P3: P1 + liquid probiotic 0.10% (v/w of concentrate and was mixed
with drinking water). Results showed that probiotic supplementation significantly
affected dry matter, crude fiber and crude protein digestibilities. Liquid probiotic
supplementation can stimulate the growth and activity of rumen microbes better
than solid probiotic. The increase in rumen microbial population and activity can
increase nutrient digestibilities of beef cattle rations. However, liquid probiotics
produced a better effect than solid probiotics.
Keywords: digestibility of nutrient, liquid probiotic, solid probiotic
ii
PENGARUH SUPLEMENTASI PROBIOTIK PADAT DAN
CAIR DALAM MENINGKATKAN KECERNAAN ZAT-ZAT
MAKANAN RANSUM SAPI POTONG
YENNI KRISNA SIREGAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iv
Judul Skripsi : Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair dalam
Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong
Nama
: Yenni Krisna Siregar
NIM
: D24090108
Disetujui oleh
Dr Ir Suryahadi, DEA
Pembimbing I
Ir Anita S. Tjakradidjaja, MRurSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan berkatNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis
menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair
dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejak Juli sampai Desember 2012.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk mengkaji
pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair di dalam ransum terhadap
kecernaan zat-zat makanan pada sapi potong. Hal tersebut dilakukan mengingat
laju peningkatan populasi sapi potong di Indonesia relatif lambat padahal
konsumsi daging sapi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya karena
jumlah penduduk di Indonesia yang semakin meningkat juga. Produktivitas sapi
potong yang rendah sebagai akibat keterbatasan dalam kuantitas dan kualitas
pakan yang rendah. Untuk itu, diperlukan perbaikan pakan sapi potong agar
kualitas dan kuantitasnya meningkat. Salah satu upaya perbaikan yang dapat
dilakukan dengan penggunaan probiotik. Probiotik ini diharapkan mampu
memperbaiki ekosistem rumen, meningkatkan efisiensi pakan akibat
meningkatnya populasi bakteri rumen selulolitik dan meningkatkan status
kesehatan ternak dengan terhambatnya bakteri patogen.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi,
wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat
diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Bogor, Juli 2013
Yenni Krisna Siregar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE................................................................................................................. 2
Bahan
2
Alat ....................................................................................................................... 2
Lokasi dan Waktu ................................................................................................ 2
Prosedur ............................................................................................................... 2
Persiapan Penelitian ......................................................................................... 2
Manajemen Pemberian Pakan dan Air Minum ................................................ 3
Koleksi Feses ................................................................................................... 3
Peubah yang Diamati
3
Konsumsi Pakan .......................................................................................... 3
Kecernaan Zat-Zat Makanan ....................................................................... 4
Pengukuran Energi ...................................................................................... 4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data ............................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Karakteristik Probiotik ......................................................................................... 5
Komposisi Nutrisi Pakan ..................................................................................... 6
Konsumsi Pakan................................................................................................... 7
Ekskresi Zat Makanan Melalui Feses ................................................................... 8
Kecernaan Zat-Zat Makanan ................................................................................ 9
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 11
Simpulan ........................................................................................................ 11
Saran............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11
14
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
20
UCAPAN TERIMA KASIH
20
viii
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan jumlah mikroba dalam probiotik padat dan cair
2 Hasil analisis proksimat beberapa sampel bahan pakan yang
digunakan
3 Konsumsi zat makanan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
4 Total konsumsi pakan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
5 Hasil analisis proksimat beberapa sampel feses
6 Eksresi zat makanan dalam feses
7 Kecernaan zat-zat makanan yang mendapat perlakuan suplementasi
probiotik padat dan cair
5
6
7
7
9
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi bahan kering
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi bahan organik
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi abu
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi protein kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi serat kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi lemak kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi beta-N
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi bahan kering
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi bahan organik
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi abu
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi protein kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi serat kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi lemak kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi beta-N
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan bahan kering
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan bahan organik
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan abu
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan protein kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan serat kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan lemak kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan Beta-N
Sidik ragam dan uji jarak Duncan nilai TDN
Sidik ragam dan uji jarak Duncan nilai DE
Sidik ragam dan uji jarak Duncan nilai ME
14
14
14
14
15
15
15
15
16
16
16
16
17
17
17
17
18
18
18
18
19
19
19
19
1
PENDAHULUAN
Produktivitas ternak sapi potong di Indonesia relatif rendah, terutama
berkaitan dengan kualitas pakan yang juga relatif rendah, ditambah lagi kuantitas
yang kemungkinan kurang mampu mencukupi kebutuhan ternak. Perbaikan
manajemen pakan adalah langkah terpenting dalam pengembangan usaha ternak
sapi potong ke arah yang lebih rasional, mengingat pakan merupakan sarana
produksi yang sangat penting bagi tenak karena berfungsi sebagai bahan pemacu
pertumbuhan. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan salah satunya dengan
penggunaan probiotik. Salah satu alasan penggunaan probiotik yaitu untuk
menstabilkan mikroflora pencernaan dan berkompetisi dengan bakteri patogen,
dengan demikian strain probiotik harus mencapai usus dalam keadaan hidup
dalam jumlah yang cukup.
Secara umum probiotik didefenisikan sebagai mikroorganisme hidup yang
dikonsumsi oleh manusia atau hewan dalam jumlah yang cukup, mampu hidup
dan melewati kondisi lambung dan saluran pencernaan serta bermanfaat bagi sel
inangnya dengan jalan meningkatkan kesehatan inangnya (Savadogo et al. 2006;
FAO/WHO 2002). Probiotik termasuk ke dalam pakan fungsional karena
memberikan pengaruh kesehatan pada inangnya (Roberfroid 2000). Pemberian
probiotik dapat mengontrol kondisi anaerob dalam rumen, sehingga meningkatkan
populasi dan aktivitas bakteri rumen. Meningkatnya populasi dan aktivitas
mikroba rumen dapat meningkatkan kecernaan. Aktivitas enzimatis terhadap
degradasi komponen serat dapat meningkat apabila produksi enzim pemecah serat
dapat ditingkatkan (Gong dan Tsao 1979), salah satunya adalah suplementasi
mikroorganisme atau probiotik.
Probiotik yang digunakan pada penelitian ini dalam bentuk media padat
dan cair yang mengandung mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai
probiotik yaitu strain Lactobacillus, Bifidobacterium dan Bacillus yang tergolong
sebagai Bakteri Asam Laktat (BAL). Bakteri asam laktat merupakan salah satu
mikroorganisme yang banyak digunakan untuk probiotik. Kemampuan BAL
sebagai antimikroba menjadi salah satu keistimewaan selain mampu
meningkatkan keamanan dan nutrisi pakan. Jenie et al. (2001) melaporkan bahwa
bakteri asam laktat (lactobacillus sp) memiliki aktivitas antimikroba dengan
memproduksi metabolit berupa produksi asam organik (asam laktat, asam format
dan asam asetat), sehingga pemberian probotik mampu meningkatkan nilai
kecernaan dan kesehatan ternak itu sendiri.
Karakteristik probiotik yang efektif adalah dapat dikemas hidup dalam
skala industri, stabil dan hidup pada kurun waktu penyimpanan lama dan kondisi
lapangan, dapat bertahan hidup di dalam usus dan menguntungkan ternak. Lebih
lanjut dijelaskan, probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah strain
mikroorganisme dalam bentuk bubuk, tablet, granula atau pasta dan dapat
diberikan secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air ataupun pakan.
yang harus ditekankan adalah, meskipun berbeda strain probiotik namun,
memiliki toleransi intrinsik yang tersendiri dengan kondisi lingkungan dan
bagaimana sediaan kultur dipersiapkan. Respon stress dapat dimanfaatkan untuk
membuat strain probiotik lebih tahan dan kemungkinan untuk bertahan hidup
dalam matriks makanan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan suatu
2
penelitian untuk menguji pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair dalam
meningkatkan kecernaan zat-zat makanan ransum sapi potong.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sapi potong jantan PO (Peranakan Ongole)
sebanyak 15 ekor dan Simental sebanyak 3 ekor dengan bobot badan awal ratarata 448.8 ± 37.16 kg. Sapi tersebut dipelihara selama 35 hari dengan kandang
koloni yang beralaskan lantai semen, dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat
air minum permanen. Probiotik yang digunakan sebagai perlakuan adalah
probiotik padat dan probiotik cair. Probiotik padat dan cair mengandung mikroba
jenis bakteri asam laktat (BAL) yaitu Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium
dan Streptococcus thermophilus.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan pakan, pita
ukur, label, spidol, kantong plastik, ember pakan, ember minum, pengukur
volume, pengukur suhu dan kelembapan, sekop, dan sapu lidi.
Lokasi dan Waktu
Penelitian telah dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2012 di
peternakan sapi rakyat Desa Cibogo, Kelurahan Dangdeur, Kabupaten Subang,
Jawa Barat. Pada penelitian ini digunakan dua macam suplemen probiotik yang
dicampurkan ke dalam ransum sapi potong, yaitu probiotik padat dan probiotik
cair yang didapat dari Centras Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor.
Prosedur
Persiapan Penelitian
Delapan belas ekor sapi dibagi menjadi 3 perlakuan dan setiap perlakuan
mempunyai 6 ulangan. Sapi percobaan dipelihara di dalam kandang koloni. Pakan
diberikan 3 kali sehari. Air minum diberikan ad libitum. Pemeliharaan ternak
selama 35 hari dengan 10 hari masa adaptasi dan 25 hari masa pengumpulan data.
Koleksi total feses dilakukan pada masa pemeliharaan.
3
Manajemen Pemberian Pakan dan Air Minum
Sebelum dilakukan pengkoleksian data, ternak diadaptasikan (preliminary)
terlebih dahulu pada pakan yang diberikan selama sepuluh hari. Lamanya
pemberian pakan dalam masa koleksi dilakukan selama 35 hari. Pemberian pakan
dan air minum pada pagi hari yaitu pukul 06.00, air minum yang diberikan
ditambah dengan 1 kg dedak padi. Pada pukul 07.00-09.30, sapi diberi jerami
sebanyak 2 kg kemudian pucuk tebu sebanyak 4 kg. Pada pukul 09.30-14.00,
ternak diberi pakan konsentrat sebanyak 5 kg. Untuk pemberian pakan dan minum
siang hari juga dilakukan dengan urutan yang sama yaitu pada pukul 14.00-15.00,
ternak diberi air minum yang ditambah dengan 2 kg dedak (pada pemberian air
minum siang ini juga diberikan probiotik cair ke air minumnya). Pada pukul
15.00-19.00, sapi diberi jerami 1.5 kg kemudian pucuk tebu 4 kg. Pada pukul
19.00, ternak diberi konsentrat sebanyak 6 kg dan dibiarkan sapi
mengkonsumsinya hingga pagi.
Analisis proksimat pada pakan dilakukan setelah pakan berupa konsentrat,
pucuk tebu dan jerami padi dikumpulkan per hari sebanyak 100 g sebagai sampel
untuk dijemur dan ditimbang untuk mengetahui berat kering udara. Sampel pakan
dikumpulkan selama 34 hari berturut-turut. Sampel pakan dikompositkan dari
masa pemeliharaan untuk selanjutnya diambil sampel sebanyak 100 g untuk
dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dari masingmasing bahan pakan yang meliputi kadar air, kadar abu, protein kasar (PK), lemak
kasar (LK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) dan serat kasar (SK).
Koleksi Feses
Koleksi feses dilakukan selama 5 hari berturut-turut pada masa kolekting.
Koleksi feses dilakukan secara manual dengan mengambil feses setiap kali sapi
eksresi menggunakan sekop dan plastik. Selanjutnya feses segar dikumpulkan dan
ditimbang. Sebanyak 10% feses segar sebagai sampel diambil dari total feses
segar, kemudian sampel feses dijemur sampai kering dan diberi formalin 40%
yang sudah diencerkan. Sampel feses yang sudah dijemur selanjutnya ditimbang
untuk mengetahui berat kering udara. Feses dikompositkan dari 5 hari masa
kolekting dan diambil sebanyak 1000 g untuk dilakukan analisis proksimat.
Analisis ini untuk mengetahui kandungan nutrien dari masing-masing feses yang
meliputi kadar air, kadar abu, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), bahan ekstrak
tanpa N (Beta-N) dan serat kasar (SK).
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi Pakan
Konsumsi BK (kg)
Konsumsi BO (kg)
Konsumsi PK (kg)
Konsumsi SK (kg)
= konsumsi ransum segar x %BK ransum
= konsumsi BK x %BO ransum
= konsumsi BK x %PK ransum
= konsumsi BK x %SK ransum
4
Konsumsi LK (kg)
Konsumsi BetaN (kg)
= konsumsi BK x %LK ransum
= konsumsi BK x %BetaN ransum
2. Kecernaan Zat-Zat Makanan
Kecernaan BK (%)
= Konsumsi BK (kg) - BK feses (kg) x 100%
Konsumsi BK (kg)
Kecernaan BO (%)
= Konsumsi BO (kg) – BO feses (kg) x 100%
Konsumsi BO (kg)
Kecernaan Abu (%)
= Konsumsi Abu (kg) – Abu feses (kg) x100%
Konsumsi Abu (kg)
Kecernaan PK (%)
= Konsumsi PK (kg) – PK feses (kg) x100%
Konsumsi PK (kg)
Kecernaan SK (%)
= Konsumsi SK (kg) – SK feses (kg) x100%
Konsumsi SK (kg)
Kecernaan LK (%)
= Konsumsi LK (kg) – LK feses (kg) x100%
Konsumsi LK (kg)
Kecernaan BetaN (%) = Konsumsi BetaN (kg) – BetaN feses (kg) x100%
Konsumsi BetaN (kg)
Pengukuran Energi
Energi tercerna (digestible energy = DE) dan energi metabolis
(metabolism energy = ME) dihitung dengan persamaan NRC (2001) sebagai
berikut :
DE (Mcal/kg) = %TDN x 0.04409
ME (Mcal/kg) = (1.01 x DE) – 0.45.
Sedangkan Total Digestible Nutrient (TDN) dihitung berdasarkan rumus
pendugaan Sutardi (1980) sebagai berikut :
TDN (%)
= (PKt + SKt + 2.25 LKt + BetaNt) x 100%
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 6
kelompok sebagai ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
P1 = Ransum Kontrol (dedak padi 12% + jerami padi 14% + pucuk tebu 31%
konsentrat 43%)
P2 = P1 + probiotik padat 0.25% (b/b konsentrat)
P3 = P1 + probiotik cair 0.1% (b/v konsentrat dan dicampur ke dalam air minum).
Data dianalisis menggunakan program SPSS 16 untuk analisa sidik ragam
(ANOVA) dan bila berbeda nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji jarak
berganda Duncan (Steel dan Torrie 1991).
5
Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah:
Yij = µ + τi + ßj+ εij
Keterangan :
Yijk
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Nilai rataan umum
τi
= Efek perlakuan ke-i
βj
= Efek kelompok ke-j
εij
= Pengaruh perlakuan galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa peubah yang dapat dijadikan gambaran pengaruh pakan
perlakuan pada uji biologis terhadap sapi potong, meliputi karakteristik probiotik
yang digunakan, komposisi nutrisi pakan, konsumsi pakan, ekskresi zat makanan
melalui feses dan kecernaan zat makanan.
Karakteristik Probiotik
Probiotik yang digunakan pada penelitian ini dalam bentuk media padat
dan cair yang mengandung mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai
probiotik yaitu strain Lactobacillus, Bifidobacterium, Streptococcus dan Bacillus
yang tergolong ke dalam bakteri asam laktat (BAL). Surono (2004) menyatakan
BAL yang umum digunakan dalam produk probiotik adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium. Golongan BAL tersebut di antaranya adalah L. acidophilus, L. casei,
L. johnsonii, L. reuteri, L. rhamnosus, L. gasseri, L. bulgaricus, B. longum, B. lactis
dan B. bifidum (Surono 2004).
Probiotik cair dan probotik padat memiliki jenis bakteri yang hampir sama,
tetapi dengan jumlah bakteri yang berbeda. Salah satu syarat agar probiotik
mampu memberikan efek positif bagi kesehatan inangnya adalah probiotik
tersebut diharapkan memiliki jumlah sel hidup sebesar (10 7-109 cfu ml-1) (Surono
2004). Sama halnya dengan Simon (2005) yang menyatakan bahwa konsentrasi
yang direkomendasikan untuk hampir semua probiotik yaitu kira-kira 108 cfu kg-1
pakan. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat jumlah bakterinya memenuhi bahkan
lebih untuk syarat sebagai produk probiotik.
Tabel 1 Jenis dan jumlah mikroba dalam probiotik padat dan cair
Jenis
Total plate count (TPC)
Lactobacillus acidophilus
Bifidobacterium sp.
Streptococcus thermophillus
Bacillus sp.
Sumber : Suryahadi dan Tjakradidjaja (2012)
Hasil Pengujian Probiotik
Padat (cfu g-1)
Cair (cfu ml-1)
3.9 x 108
1.5 x 1010
9
7.2 x 10
1.1 x 1010
4.9 x 109
7.0 x 105
7
5.6 x 10
1.0 x 1010
4.0 x 105
-
6
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat jumlah bakterinya memenuhi bahkan
lebih untuk syarat sebagai produk probiotik. Pemberian probiotik padat pada
pakan yaitu 0.25% (b/b) dari konsentrat. Konsentrat yang diberikan 11 kg e-1 h-1,
sehingga jumlah probiotik padat yang ditambahkan sebanyak 2.75 g e -1 h-1
dengan jumlah TPC 1.07 x 109. Sedangkan pemberian probiotik cair yaitu 0.1%
(v/b) dari konsentrat atau 10 ml e -1 h-1 dicampur air minum, sehingga jumlah TPC
adalah 1.5 x 1011.
Komposisi Nutrisi Pakan
Ransum percobaan (P1, P2 dan P3) memiliki kandungan BK, PK, SK, LK
dan Beta-N yang bervariasi tergantung dari jenis pakannya. Untuk itu, zat nutrisi
yang terkandung dalam ransum tentunya harus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
dari ternak tersebut. Kandungan zat nutrisi ransum penelitian berdasarkan
perhitungan jauh berbeda dengan hasil analisis. Zat nutrisi ransum yang cukup
jauh berbeda antara hasil perhitungan dengan hasil analisis ini mengindikasikan
bahwa bahan baku ransum yang dipergunakan berkualitas rendah. Kandungan
nutrisi ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Analisis proksimat beberapa sampel bahan pakan yang digunakan
Kandungan
Nutrien
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Jerami Padi
Konsentrat
Pucuk Tebu
Dedak Padi
--------------------------- %BK --------------------------88.85
87.41
89.78
90.21
19.39
12.09
7.65
12.77
7.38
14.12
7.84
11.67
30.20
18.04
35.53
22.64
0.84
3.48
1.31
6.71
42.18
52.27
47.68
46.21
Hasil analisis Labolatorium Pengetahuan Bahan Makan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor (2012)
Ransum pada penelitian ini tidak melalui proses penyimpanan yang lama
karena ransum langsung diberikan pada ternak untuk kebutuhan selama 2 minggu
atau lebih. Pucuk tebu dan jerami padi memiliki serat kasar yang tinggi (Tabel 2),
serat kasar yang kaya akan lignin dan selulosa menyebabkan dedak sulit dicerna
(Amrullah 2002). Menurut Nelson dan Suparjo (2011) lignin merupakan
komponen dinding sel tanaman yang mengalami perkembangan setelah tanaman
tersebut mengalami proses pendewasaan. Bahan makanan yang mengandung serat
kasar tinggi akan menurunkan koefisien cerna zat-zat makanan lainnya, karena
lignin yang bersifat resistent terhadap degradasi mikroba rumen sehingga untuk
mencerna serat kasar dibutuhkan banyak.
7
Konsumsi Pakan
Pakan yang dikonsumsi oleh ternak sapi sangat diperlukan guna memenuhi
kebutuhan zat makanan untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi pakan setiap
ekor ternak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks yang
terdiri dari hewan, pakan yang diberikan dan lingkungan tempat hewan tersebut
dipelihara (Parakkasi 1999). Pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair
selama penelitian disajikan dalam Tabel 3 dan 4.
Tabel 3 Konsumsi zat makanan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
Bahan
pakan
Jerami
Padi
Konsentrat
Pucuk
Tebu
Dedak
Padi
BK
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
-------------------------- Kg e-1 h-1 ---------------------------0.56
0.45
0.11
0.04
0.17
0.01
0.24
0.82
0.66
0.16
0.06
0.25
0.01
0.34
0.84
0.68
0.16
0.06
0.25
0.01
0.35
6.96
6.08
0.64
0.75
0.96
0.18
2.78
7.36
6.43
0.68
0.79
1.01
0.20
2.94
7.84
6.85
0.72
0.85
1.08
0.21
3.13
0.65
0.61
0.05
0.05
0.23
0.01
0.60
0.42
0.39
0.03
0.03
0.15
0.01
0.39
0.47
0.43
0.04
0.04
0.17
0.01
0.43
1.98
1.73
0.25
0.23
0.45
0.13
0.92
1.98
1.73
0.25
0.23
0.45
0.13
0.92
1.98
1.73
0.25
0.23
0.45
0.13
0.92
P1 = kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Tabel 4 Total konsumsi pakan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
Konsumsi
BK
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
P1
P2
P3
-1 -1
--------------------------- Kg e h --------------------------10.15 ± 1.48
10.58 ± 0.91
11.13 ± 0.49
8.87 ± 1.30
9.21 ± 0.80
9.69 ± 0.43
1.06 ± 0.14
1.12 ± 0.09
1.18 ± 0.04
1.07 ± 0.15
1.12 ± 0.09
1.18 ± 0.05
1.81 ± 0.24
1.86 ± 0.15
1.95 ± 0.08
0.33 ± 0.04
0.34 ± 0.02
0.35 ± 0.01
4.24 ± 0.60
4.40 ± 0.37
4.63 ± 0.20
P1 = kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Pada Tabel 4 menunjukkan pengaruh tidak signifikan terhadap total
konsumsi zat-zat makanan dan selera makan ternak sapi potong. Pengaruh
8
perlakuan yang tidak nyata terhadap konsumsi zat makanan kemungkinan besar
diakibatkan status protein pakan yang hampir sama, mengingat masing-masing
perlakuan menggunakan jenis bahan penyusun pakan dan proporsi penggunaan
yang hampir sama pula, sehingga memungkinkan tingkat palatabilitas yang tidak
jauh berbeda. Wallace dan Newbold (1992) menjelaskan bahwa tingkat
palatabilitas dan status protein pakan serta tingkat kecernaan pakan akan
mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.
Pola yang hampir sama pada Tabel 3 dan 4 terlihat konsumsi BK, BO, PK,
LK, SK dan Beta-N yang meningkat akibat penambahan suplemen probiotik.
Probiotik yang mengandung bakteri asam laktat L. acidophillus menghasilkan
senyawa bakteorisin dan senyawa asam organik terutama asam laktat sebagai hasil
metabolismenya yang bersifat antimikroba terhadap bakteri patogen (Reque
2000). Bakteorisin mampu menghambat pertumbuhan mikroba lainnya dengan
cara membentuk rongga atau pori di dinding/membran sel yang sensitif dan
menurunkan potensial atau gradien pH yang menyebabkan rusaknya material
seluler hingga menyebabkan sel lisis (Asaduzzaman dan Sonomoto 2009).
Kondisi ekologis rumen yang stabil akan meningkatkan jumlah mikroba dalam
rumen yang juga akan meningkatkan proses fermentasi rumen, bahan pakan akan
lebih cepat dicerna, lebih cepat meninggalkan rumen dan mendorong ternak untuk
mengkonsumsi pakan lebih banyak. Peningkatan proses fermentasi atau aktivitas
mikroba dalam rumen merupakan salah satu faktor yang dapat memaksimalkan
jumlah konsumsi dan sekaligus nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak
ruminansia. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjanto (2005) bahwa semakin
banyak mikroba yang terdapat dalam rumen maka jumlah pakan yang tercerna
akan semakin tinggi pula.
Ekskresi Zat Makanan Melalui Feses
Ekskreta merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari
pakan yang tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil
metabolisme. Feses atau hasil ekskresi pada penelitian dikumpulkan untuk
dilakukan analisis proksimat. Zat makanan yang dikonsumsi yang tidak tercerna
dalam tubuh hewan akan dikeluarkan melalui feses. Jumlah konsumsi makanan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kualitas makanan, koefisien cerna
makanan, umur dan status fisiologis ternak (Balch dan Campling 1962). Hasil
ekskresi zat makanan dalam feses pada Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa
perlakuan yang paling banyak mengeluarkan zat makanan dalam fesesnya ada
pada perlakuan yang diberi probiotik padat. Semakin sedikit zat makanan yang
dikeluarkan melalui ekskreta, maka semakin tinggi zat makanan dalam ransum
yang dapat diserap atau dicerna oleh tubuh. Ekskresi zat makanan melalui feses
dapat menggambarkan keadaan kecernaan hewan. Apabila kecernaan bahan
pakannya tinggi akan menunjukkan sebagian besar dari zat-zat makanan yang
terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh hewan. Hasil analisis proksimat
dari sampel feses dicantumkan di dalam Tabel 5 dan 6.
9
Tabel 5 Hasil analisis proksimat beberapa sampel feses
Zat Makanan
P1
P2
P3
--------------------------- %BK -------------------------91.32
90.76
91.11
22.17
20.71
20.88
13.25
13.50
13.08
37.17
38.46
37.75
0.34
0.65
0.39
27.07
26.67
27.72
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Hasil analisis Laboratorium Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, P1 =
kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Tabel 6 Ekskresi zat makanan dalam feses
Ekskresi Zat Makanan
BK
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
P1
P2
P3
----------------------- Kg e-1 h-1 -----------------------3.10 ± 0.39
3.29 ± 0.63
2.96 ± 0.41
2.41 ± 0.29
2.60 ± 0.48
2.34 ± 0.31
0.69 ± 0.10
0.68 ± 0.16
0.62 ± 0.11
0.41 ± 0.07
0.44 ± 0.08
0.39 ± 0.06
1.15 ± 0.11
1.26 ± 0.23
1.11 ± 0.11
0.01 ± 0.11
0.02 ± 0.01
0.01 ± 0.01
0.84 ± 0.14
0.91 ± 0.48
0.82 ± 0.17
P1 = kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Sesuai dengan Sulistyowati (2002) yang menyatakan kecernaan bahan
pakan dapat digunakan sebagai penduga mutu ransum yang terlihat dari bagian
yang terserap oleh tubuh dan yang dikeluarkan melalui feses. Zat makanan yang
tidak terserap oleh tubuh yang dikeluarkan melalui feses menunjukkan kualitas
pakan yang rendah sehingga bahan makanan tersebut susah dicerna. Parakkasi
(1982) menyatakan, bila suatu bahan makanan sukar dicerna karena banyak
mengandung lignin atau silika, maka relatif lebih banyak dari bahan makanan
tersebut yang keluar dari feses. Lignin membentuk matriks yang mengelilingi
selulosa dan hemiselulosa sebagai penyedia kekuatan pohon dan pelindung dari
biodegradasi (Fadilah et al. 2008).
Kecernaan Zat-Zat Makanan
Kecernaan merupakan ukuran tinggi rendahnya kualitas suatu bahan pakan
karena umumnya bahan pakan dengan kandungan zat-zat makanan yang mudah
dicerna akan tinggi nilai gizinya. Menurut McDonald et al. (2002), kecernaan
dapat didefenisikan sebagai jumlah pakan yang diserap oleh tubuh hewan atau
jumlah yang tidak dieksresikan dalam feses. Kecernaan zat-zat makanan yang
10
tinggi menunjukkan sebagian besar dari zat-zat makanan yang terkandung di
dalamnya dapat dimanfaatkan oleh hewan.
Kecernaan bahan pakan dapat digunakan sebagai penduga mutu ransum
karena terlihat dari bahan yang terserap oleh tubuh dan yang dikeluarkan melalui
feses (Sulistyowati 2002). Tabel 7 menunjukkan rataan kecernaan zat makanan
perlakuan probiotik padat, probiotik cair dan perlakuan tanpa suplementasi
probiotik.
Tabel 7 Kecernaan zat makanan yang mendapat perlakuan suplementasi
probiotik padat dan cair
Peubah
Kecernaan
BK
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Kandungan
TDN
DE (Mcal kg-1)
ME (Mcal kg-1)
P1
P2
P3
--------------------------- % --------------------------68.93 ± 5.85b
72.33 ± 5.02
33.66 ± 14.34
60.93 ± 8.55b
35.46 ± 11.57b
96.88 ± 2.16
79.96 ± 3.58
68.72 ± 6.43b
71.56 ± 5.58
38.56 ± 15.68
60.10 ± 7.97b
31.48 ± 14.74b
93.21 ± 3.48
79.14 ± 4.66
73.47 ± 3.05a
75.90 ± 2.81
47.51 ± 8.04
67.10 ± 4.44a
43.09 ± 4.03a
96.73 ± 1.73
82.21 ± 3.48
53.32 ± 3.84
2.35 ± 0.17
1.92 ± 0.17
51.62 ± 5.38
2.28 ± 0.24
1.85 ± 0.24
55.74 ± 2.64
2.46 ± 0.12
2.03 ± 0.12
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P
CAIR DALAM MENINGKATKAN KECERNAAN ZAT-ZAT
MAKANAN RANSUM SAPI POTONG
YENNI KRISNA SIREGAR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Suplementasi Probiotik Padat dan Cair dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat
Makanan Ransum Sapi Potong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Yenni Krisna Siregar
D24090108
ABSTRAK
YENNI KRISNA SIREGAR. Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair
dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong.
Dibimbing oleh SURYAHADI dan ANITA S. TJAKRADIDJAJA.
Untuk menjaga kesehatan pencernaan ternak, pakan ternak ruminansia perlu
mengarah pada rekayasa fungsi rumen melalui manipulasi komposisi kimia dan
peran mikroorganisme. Penggunaan feed additive, probiotik, diharapkan mampu
menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair di dalam ransum
terhadap kecernaan zat-zat makanan pada sapi potong. Penelitian menggunakan
18 ekor sapi potong. Perlakuan yang diberikan, yaitu: P1 : Kontrol (jerami padi +
pucuk tebu+konsentrat+dedak padi), P2 : P1+ Probiotik padat 0.25% (b/b
konsentrat), P3 : P1 + Probiotik cair 0.1% (b/v konsentrat dan dicampur ke dalam
air minum). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian suplementasi
probiotik cair berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan serat
kasar dan kecernaan protein kasar. Suplementasi probiotik cair dalam air minum
sapi dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen. Dengan
meningkatnya populasi dan aktivitas mikroba rumen dapat meningkatkan
kecernaan zat-zat makanan ransum sapi potong.
Kata kunci: kecernaan zat-zat makanan, probiotik cair, probiotik padat
ABSTRACT
YENNI KRISNA SIREGAR. The Effect of Solid and Liquid Probiotic
Supplementation on Increasing Nutrient Digestibilities of Beef Cattle Ration.
Supervised by SURYAHADI and ANITA S. TJAKRADIDJAJA.
To maintain digestive health of livestock, ruminant’s feed should be led to
the engineering of rumen function through manipulation of the chemical
composition and role of microorganisms. Hence, there is a need for feed additive
which can stimulate the growth and activity of rumen microbes such as probiotics.
This experimental aim was to study the effect of solid and liquid probiotic
supplementation on digestibility of nutrients of beef cattle ration. This study used
18 head of beef cattle. The treatments applied were: P1: Control (rice straw +
canebud + concentrate + rice bran), P2: P1 + solid probiotic 0.25% (w/w of
concentrate), P3: P1 + liquid probiotic 0.10% (v/w of concentrate and was mixed
with drinking water). Results showed that probiotic supplementation significantly
affected dry matter, crude fiber and crude protein digestibilities. Liquid probiotic
supplementation can stimulate the growth and activity of rumen microbes better
than solid probiotic. The increase in rumen microbial population and activity can
increase nutrient digestibilities of beef cattle rations. However, liquid probiotics
produced a better effect than solid probiotics.
Keywords: digestibility of nutrient, liquid probiotic, solid probiotic
ii
PENGARUH SUPLEMENTASI PROBIOTIK PADAT DAN
CAIR DALAM MENINGKATKAN KECERNAAN ZAT-ZAT
MAKANAN RANSUM SAPI POTONG
YENNI KRISNA SIREGAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iv
Judul Skripsi : Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair dalam
Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong
Nama
: Yenni Krisna Siregar
NIM
: D24090108
Disetujui oleh
Dr Ir Suryahadi, DEA
Pembimbing I
Ir Anita S. Tjakradidjaja, MRurSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan berkatNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis
menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Suplementasi Probiotik Padat dan Cair
dalam Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan Ransum Sapi Potong
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejak Juli sampai Desember 2012.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk mengkaji
pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair di dalam ransum terhadap
kecernaan zat-zat makanan pada sapi potong. Hal tersebut dilakukan mengingat
laju peningkatan populasi sapi potong di Indonesia relatif lambat padahal
konsumsi daging sapi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya karena
jumlah penduduk di Indonesia yang semakin meningkat juga. Produktivitas sapi
potong yang rendah sebagai akibat keterbatasan dalam kuantitas dan kualitas
pakan yang rendah. Untuk itu, diperlukan perbaikan pakan sapi potong agar
kualitas dan kuantitasnya meningkat. Salah satu upaya perbaikan yang dapat
dilakukan dengan penggunaan probiotik. Probiotik ini diharapkan mampu
memperbaiki ekosistem rumen, meningkatkan efisiensi pakan akibat
meningkatnya populasi bakteri rumen selulolitik dan meningkatkan status
kesehatan ternak dengan terhambatnya bakteri patogen.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi,
wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat
diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Bogor, Juli 2013
Yenni Krisna Siregar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE................................................................................................................. 2
Bahan
2
Alat ....................................................................................................................... 2
Lokasi dan Waktu ................................................................................................ 2
Prosedur ............................................................................................................... 2
Persiapan Penelitian ......................................................................................... 2
Manajemen Pemberian Pakan dan Air Minum ................................................ 3
Koleksi Feses ................................................................................................... 3
Peubah yang Diamati
3
Konsumsi Pakan .......................................................................................... 3
Kecernaan Zat-Zat Makanan ....................................................................... 4
Pengukuran Energi ...................................................................................... 4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data ............................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Karakteristik Probiotik ......................................................................................... 5
Komposisi Nutrisi Pakan ..................................................................................... 6
Konsumsi Pakan................................................................................................... 7
Ekskresi Zat Makanan Melalui Feses ................................................................... 8
Kecernaan Zat-Zat Makanan ................................................................................ 9
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 11
Simpulan ........................................................................................................ 11
Saran............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11
14
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
20
UCAPAN TERIMA KASIH
20
viii
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan jumlah mikroba dalam probiotik padat dan cair
2 Hasil analisis proksimat beberapa sampel bahan pakan yang
digunakan
3 Konsumsi zat makanan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
4 Total konsumsi pakan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
5 Hasil analisis proksimat beberapa sampel feses
6 Eksresi zat makanan dalam feses
7 Kecernaan zat-zat makanan yang mendapat perlakuan suplementasi
probiotik padat dan cair
5
6
7
7
9
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi bahan kering
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi bahan organik
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi abu
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi protein kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi serat kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi lemak kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan konsumsi beta-N
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi bahan kering
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi bahan organik
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi abu
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi protein kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi serat kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi lemak kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan ekskresi beta-N
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan bahan kering
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan bahan organik
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan abu
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan protein kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan serat kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan lemak kasar
Sidik ragam dan uji jarak Duncan kecernaan Beta-N
Sidik ragam dan uji jarak Duncan nilai TDN
Sidik ragam dan uji jarak Duncan nilai DE
Sidik ragam dan uji jarak Duncan nilai ME
14
14
14
14
15
15
15
15
16
16
16
16
17
17
17
17
18
18
18
18
19
19
19
19
1
PENDAHULUAN
Produktivitas ternak sapi potong di Indonesia relatif rendah, terutama
berkaitan dengan kualitas pakan yang juga relatif rendah, ditambah lagi kuantitas
yang kemungkinan kurang mampu mencukupi kebutuhan ternak. Perbaikan
manajemen pakan adalah langkah terpenting dalam pengembangan usaha ternak
sapi potong ke arah yang lebih rasional, mengingat pakan merupakan sarana
produksi yang sangat penting bagi tenak karena berfungsi sebagai bahan pemacu
pertumbuhan. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan salah satunya dengan
penggunaan probiotik. Salah satu alasan penggunaan probiotik yaitu untuk
menstabilkan mikroflora pencernaan dan berkompetisi dengan bakteri patogen,
dengan demikian strain probiotik harus mencapai usus dalam keadaan hidup
dalam jumlah yang cukup.
Secara umum probiotik didefenisikan sebagai mikroorganisme hidup yang
dikonsumsi oleh manusia atau hewan dalam jumlah yang cukup, mampu hidup
dan melewati kondisi lambung dan saluran pencernaan serta bermanfaat bagi sel
inangnya dengan jalan meningkatkan kesehatan inangnya (Savadogo et al. 2006;
FAO/WHO 2002). Probiotik termasuk ke dalam pakan fungsional karena
memberikan pengaruh kesehatan pada inangnya (Roberfroid 2000). Pemberian
probiotik dapat mengontrol kondisi anaerob dalam rumen, sehingga meningkatkan
populasi dan aktivitas bakteri rumen. Meningkatnya populasi dan aktivitas
mikroba rumen dapat meningkatkan kecernaan. Aktivitas enzimatis terhadap
degradasi komponen serat dapat meningkat apabila produksi enzim pemecah serat
dapat ditingkatkan (Gong dan Tsao 1979), salah satunya adalah suplementasi
mikroorganisme atau probiotik.
Probiotik yang digunakan pada penelitian ini dalam bentuk media padat
dan cair yang mengandung mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai
probiotik yaitu strain Lactobacillus, Bifidobacterium dan Bacillus yang tergolong
sebagai Bakteri Asam Laktat (BAL). Bakteri asam laktat merupakan salah satu
mikroorganisme yang banyak digunakan untuk probiotik. Kemampuan BAL
sebagai antimikroba menjadi salah satu keistimewaan selain mampu
meningkatkan keamanan dan nutrisi pakan. Jenie et al. (2001) melaporkan bahwa
bakteri asam laktat (lactobacillus sp) memiliki aktivitas antimikroba dengan
memproduksi metabolit berupa produksi asam organik (asam laktat, asam format
dan asam asetat), sehingga pemberian probotik mampu meningkatkan nilai
kecernaan dan kesehatan ternak itu sendiri.
Karakteristik probiotik yang efektif adalah dapat dikemas hidup dalam
skala industri, stabil dan hidup pada kurun waktu penyimpanan lama dan kondisi
lapangan, dapat bertahan hidup di dalam usus dan menguntungkan ternak. Lebih
lanjut dijelaskan, probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah strain
mikroorganisme dalam bentuk bubuk, tablet, granula atau pasta dan dapat
diberikan secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air ataupun pakan.
yang harus ditekankan adalah, meskipun berbeda strain probiotik namun,
memiliki toleransi intrinsik yang tersendiri dengan kondisi lingkungan dan
bagaimana sediaan kultur dipersiapkan. Respon stress dapat dimanfaatkan untuk
membuat strain probiotik lebih tahan dan kemungkinan untuk bertahan hidup
dalam matriks makanan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan suatu
2
penelitian untuk menguji pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair dalam
meningkatkan kecernaan zat-zat makanan ransum sapi potong.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sapi potong jantan PO (Peranakan Ongole)
sebanyak 15 ekor dan Simental sebanyak 3 ekor dengan bobot badan awal ratarata 448.8 ± 37.16 kg. Sapi tersebut dipelihara selama 35 hari dengan kandang
koloni yang beralaskan lantai semen, dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat
air minum permanen. Probiotik yang digunakan sebagai perlakuan adalah
probiotik padat dan probiotik cair. Probiotik padat dan cair mengandung mikroba
jenis bakteri asam laktat (BAL) yaitu Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium
dan Streptococcus thermophilus.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan pakan, pita
ukur, label, spidol, kantong plastik, ember pakan, ember minum, pengukur
volume, pengukur suhu dan kelembapan, sekop, dan sapu lidi.
Lokasi dan Waktu
Penelitian telah dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2012 di
peternakan sapi rakyat Desa Cibogo, Kelurahan Dangdeur, Kabupaten Subang,
Jawa Barat. Pada penelitian ini digunakan dua macam suplemen probiotik yang
dicampurkan ke dalam ransum sapi potong, yaitu probiotik padat dan probiotik
cair yang didapat dari Centras Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor.
Prosedur
Persiapan Penelitian
Delapan belas ekor sapi dibagi menjadi 3 perlakuan dan setiap perlakuan
mempunyai 6 ulangan. Sapi percobaan dipelihara di dalam kandang koloni. Pakan
diberikan 3 kali sehari. Air minum diberikan ad libitum. Pemeliharaan ternak
selama 35 hari dengan 10 hari masa adaptasi dan 25 hari masa pengumpulan data.
Koleksi total feses dilakukan pada masa pemeliharaan.
3
Manajemen Pemberian Pakan dan Air Minum
Sebelum dilakukan pengkoleksian data, ternak diadaptasikan (preliminary)
terlebih dahulu pada pakan yang diberikan selama sepuluh hari. Lamanya
pemberian pakan dalam masa koleksi dilakukan selama 35 hari. Pemberian pakan
dan air minum pada pagi hari yaitu pukul 06.00, air minum yang diberikan
ditambah dengan 1 kg dedak padi. Pada pukul 07.00-09.30, sapi diberi jerami
sebanyak 2 kg kemudian pucuk tebu sebanyak 4 kg. Pada pukul 09.30-14.00,
ternak diberi pakan konsentrat sebanyak 5 kg. Untuk pemberian pakan dan minum
siang hari juga dilakukan dengan urutan yang sama yaitu pada pukul 14.00-15.00,
ternak diberi air minum yang ditambah dengan 2 kg dedak (pada pemberian air
minum siang ini juga diberikan probiotik cair ke air minumnya). Pada pukul
15.00-19.00, sapi diberi jerami 1.5 kg kemudian pucuk tebu 4 kg. Pada pukul
19.00, ternak diberi konsentrat sebanyak 6 kg dan dibiarkan sapi
mengkonsumsinya hingga pagi.
Analisis proksimat pada pakan dilakukan setelah pakan berupa konsentrat,
pucuk tebu dan jerami padi dikumpulkan per hari sebanyak 100 g sebagai sampel
untuk dijemur dan ditimbang untuk mengetahui berat kering udara. Sampel pakan
dikumpulkan selama 34 hari berturut-turut. Sampel pakan dikompositkan dari
masa pemeliharaan untuk selanjutnya diambil sampel sebanyak 100 g untuk
dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dari masingmasing bahan pakan yang meliputi kadar air, kadar abu, protein kasar (PK), lemak
kasar (LK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) dan serat kasar (SK).
Koleksi Feses
Koleksi feses dilakukan selama 5 hari berturut-turut pada masa kolekting.
Koleksi feses dilakukan secara manual dengan mengambil feses setiap kali sapi
eksresi menggunakan sekop dan plastik. Selanjutnya feses segar dikumpulkan dan
ditimbang. Sebanyak 10% feses segar sebagai sampel diambil dari total feses
segar, kemudian sampel feses dijemur sampai kering dan diberi formalin 40%
yang sudah diencerkan. Sampel feses yang sudah dijemur selanjutnya ditimbang
untuk mengetahui berat kering udara. Feses dikompositkan dari 5 hari masa
kolekting dan diambil sebanyak 1000 g untuk dilakukan analisis proksimat.
Analisis ini untuk mengetahui kandungan nutrien dari masing-masing feses yang
meliputi kadar air, kadar abu, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), bahan ekstrak
tanpa N (Beta-N) dan serat kasar (SK).
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi Pakan
Konsumsi BK (kg)
Konsumsi BO (kg)
Konsumsi PK (kg)
Konsumsi SK (kg)
= konsumsi ransum segar x %BK ransum
= konsumsi BK x %BO ransum
= konsumsi BK x %PK ransum
= konsumsi BK x %SK ransum
4
Konsumsi LK (kg)
Konsumsi BetaN (kg)
= konsumsi BK x %LK ransum
= konsumsi BK x %BetaN ransum
2. Kecernaan Zat-Zat Makanan
Kecernaan BK (%)
= Konsumsi BK (kg) - BK feses (kg) x 100%
Konsumsi BK (kg)
Kecernaan BO (%)
= Konsumsi BO (kg) – BO feses (kg) x 100%
Konsumsi BO (kg)
Kecernaan Abu (%)
= Konsumsi Abu (kg) – Abu feses (kg) x100%
Konsumsi Abu (kg)
Kecernaan PK (%)
= Konsumsi PK (kg) – PK feses (kg) x100%
Konsumsi PK (kg)
Kecernaan SK (%)
= Konsumsi SK (kg) – SK feses (kg) x100%
Konsumsi SK (kg)
Kecernaan LK (%)
= Konsumsi LK (kg) – LK feses (kg) x100%
Konsumsi LK (kg)
Kecernaan BetaN (%) = Konsumsi BetaN (kg) – BetaN feses (kg) x100%
Konsumsi BetaN (kg)
Pengukuran Energi
Energi tercerna (digestible energy = DE) dan energi metabolis
(metabolism energy = ME) dihitung dengan persamaan NRC (2001) sebagai
berikut :
DE (Mcal/kg) = %TDN x 0.04409
ME (Mcal/kg) = (1.01 x DE) – 0.45.
Sedangkan Total Digestible Nutrient (TDN) dihitung berdasarkan rumus
pendugaan Sutardi (1980) sebagai berikut :
TDN (%)
= (PKt + SKt + 2.25 LKt + BetaNt) x 100%
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 6
kelompok sebagai ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
P1 = Ransum Kontrol (dedak padi 12% + jerami padi 14% + pucuk tebu 31%
konsentrat 43%)
P2 = P1 + probiotik padat 0.25% (b/b konsentrat)
P3 = P1 + probiotik cair 0.1% (b/v konsentrat dan dicampur ke dalam air minum).
Data dianalisis menggunakan program SPSS 16 untuk analisa sidik ragam
(ANOVA) dan bila berbeda nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji jarak
berganda Duncan (Steel dan Torrie 1991).
5
Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah:
Yij = µ + τi + ßj+ εij
Keterangan :
Yijk
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Nilai rataan umum
τi
= Efek perlakuan ke-i
βj
= Efek kelompok ke-j
εij
= Pengaruh perlakuan galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa peubah yang dapat dijadikan gambaran pengaruh pakan
perlakuan pada uji biologis terhadap sapi potong, meliputi karakteristik probiotik
yang digunakan, komposisi nutrisi pakan, konsumsi pakan, ekskresi zat makanan
melalui feses dan kecernaan zat makanan.
Karakteristik Probiotik
Probiotik yang digunakan pada penelitian ini dalam bentuk media padat
dan cair yang mengandung mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai
probiotik yaitu strain Lactobacillus, Bifidobacterium, Streptococcus dan Bacillus
yang tergolong ke dalam bakteri asam laktat (BAL). Surono (2004) menyatakan
BAL yang umum digunakan dalam produk probiotik adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium. Golongan BAL tersebut di antaranya adalah L. acidophilus, L. casei,
L. johnsonii, L. reuteri, L. rhamnosus, L. gasseri, L. bulgaricus, B. longum, B. lactis
dan B. bifidum (Surono 2004).
Probiotik cair dan probotik padat memiliki jenis bakteri yang hampir sama,
tetapi dengan jumlah bakteri yang berbeda. Salah satu syarat agar probiotik
mampu memberikan efek positif bagi kesehatan inangnya adalah probiotik
tersebut diharapkan memiliki jumlah sel hidup sebesar (10 7-109 cfu ml-1) (Surono
2004). Sama halnya dengan Simon (2005) yang menyatakan bahwa konsentrasi
yang direkomendasikan untuk hampir semua probiotik yaitu kira-kira 108 cfu kg-1
pakan. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat jumlah bakterinya memenuhi bahkan
lebih untuk syarat sebagai produk probiotik.
Tabel 1 Jenis dan jumlah mikroba dalam probiotik padat dan cair
Jenis
Total plate count (TPC)
Lactobacillus acidophilus
Bifidobacterium sp.
Streptococcus thermophillus
Bacillus sp.
Sumber : Suryahadi dan Tjakradidjaja (2012)
Hasil Pengujian Probiotik
Padat (cfu g-1)
Cair (cfu ml-1)
3.9 x 108
1.5 x 1010
9
7.2 x 10
1.1 x 1010
4.9 x 109
7.0 x 105
7
5.6 x 10
1.0 x 1010
4.0 x 105
-
6
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat jumlah bakterinya memenuhi bahkan
lebih untuk syarat sebagai produk probiotik. Pemberian probiotik padat pada
pakan yaitu 0.25% (b/b) dari konsentrat. Konsentrat yang diberikan 11 kg e-1 h-1,
sehingga jumlah probiotik padat yang ditambahkan sebanyak 2.75 g e -1 h-1
dengan jumlah TPC 1.07 x 109. Sedangkan pemberian probiotik cair yaitu 0.1%
(v/b) dari konsentrat atau 10 ml e -1 h-1 dicampur air minum, sehingga jumlah TPC
adalah 1.5 x 1011.
Komposisi Nutrisi Pakan
Ransum percobaan (P1, P2 dan P3) memiliki kandungan BK, PK, SK, LK
dan Beta-N yang bervariasi tergantung dari jenis pakannya. Untuk itu, zat nutrisi
yang terkandung dalam ransum tentunya harus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
dari ternak tersebut. Kandungan zat nutrisi ransum penelitian berdasarkan
perhitungan jauh berbeda dengan hasil analisis. Zat nutrisi ransum yang cukup
jauh berbeda antara hasil perhitungan dengan hasil analisis ini mengindikasikan
bahwa bahan baku ransum yang dipergunakan berkualitas rendah. Kandungan
nutrisi ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Analisis proksimat beberapa sampel bahan pakan yang digunakan
Kandungan
Nutrien
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Jerami Padi
Konsentrat
Pucuk Tebu
Dedak Padi
--------------------------- %BK --------------------------88.85
87.41
89.78
90.21
19.39
12.09
7.65
12.77
7.38
14.12
7.84
11.67
30.20
18.04
35.53
22.64
0.84
3.48
1.31
6.71
42.18
52.27
47.68
46.21
Hasil analisis Labolatorium Pengetahuan Bahan Makan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor (2012)
Ransum pada penelitian ini tidak melalui proses penyimpanan yang lama
karena ransum langsung diberikan pada ternak untuk kebutuhan selama 2 minggu
atau lebih. Pucuk tebu dan jerami padi memiliki serat kasar yang tinggi (Tabel 2),
serat kasar yang kaya akan lignin dan selulosa menyebabkan dedak sulit dicerna
(Amrullah 2002). Menurut Nelson dan Suparjo (2011) lignin merupakan
komponen dinding sel tanaman yang mengalami perkembangan setelah tanaman
tersebut mengalami proses pendewasaan. Bahan makanan yang mengandung serat
kasar tinggi akan menurunkan koefisien cerna zat-zat makanan lainnya, karena
lignin yang bersifat resistent terhadap degradasi mikroba rumen sehingga untuk
mencerna serat kasar dibutuhkan banyak.
7
Konsumsi Pakan
Pakan yang dikonsumsi oleh ternak sapi sangat diperlukan guna memenuhi
kebutuhan zat makanan untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi pakan setiap
ekor ternak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks yang
terdiri dari hewan, pakan yang diberikan dan lingkungan tempat hewan tersebut
dipelihara (Parakkasi 1999). Pengaruh suplementasi probiotik padat dan cair
selama penelitian disajikan dalam Tabel 3 dan 4.
Tabel 3 Konsumsi zat makanan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
Bahan
pakan
Jerami
Padi
Konsentrat
Pucuk
Tebu
Dedak
Padi
BK
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
-------------------------- Kg e-1 h-1 ---------------------------0.56
0.45
0.11
0.04
0.17
0.01
0.24
0.82
0.66
0.16
0.06
0.25
0.01
0.34
0.84
0.68
0.16
0.06
0.25
0.01
0.35
6.96
6.08
0.64
0.75
0.96
0.18
2.78
7.36
6.43
0.68
0.79
1.01
0.20
2.94
7.84
6.85
0.72
0.85
1.08
0.21
3.13
0.65
0.61
0.05
0.05
0.23
0.01
0.60
0.42
0.39
0.03
0.03
0.15
0.01
0.39
0.47
0.43
0.04
0.04
0.17
0.01
0.43
1.98
1.73
0.25
0.23
0.45
0.13
0.92
1.98
1.73
0.25
0.23
0.45
0.13
0.92
1.98
1.73
0.25
0.23
0.45
0.13
0.92
P1 = kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Tabel 4 Total konsumsi pakan sapi potong yang diberi suplementasi probiotik
padat dan cair
Konsumsi
BK
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
P1
P2
P3
-1 -1
--------------------------- Kg e h --------------------------10.15 ± 1.48
10.58 ± 0.91
11.13 ± 0.49
8.87 ± 1.30
9.21 ± 0.80
9.69 ± 0.43
1.06 ± 0.14
1.12 ± 0.09
1.18 ± 0.04
1.07 ± 0.15
1.12 ± 0.09
1.18 ± 0.05
1.81 ± 0.24
1.86 ± 0.15
1.95 ± 0.08
0.33 ± 0.04
0.34 ± 0.02
0.35 ± 0.01
4.24 ± 0.60
4.40 ± 0.37
4.63 ± 0.20
P1 = kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Pada Tabel 4 menunjukkan pengaruh tidak signifikan terhadap total
konsumsi zat-zat makanan dan selera makan ternak sapi potong. Pengaruh
8
perlakuan yang tidak nyata terhadap konsumsi zat makanan kemungkinan besar
diakibatkan status protein pakan yang hampir sama, mengingat masing-masing
perlakuan menggunakan jenis bahan penyusun pakan dan proporsi penggunaan
yang hampir sama pula, sehingga memungkinkan tingkat palatabilitas yang tidak
jauh berbeda. Wallace dan Newbold (1992) menjelaskan bahwa tingkat
palatabilitas dan status protein pakan serta tingkat kecernaan pakan akan
mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.
Pola yang hampir sama pada Tabel 3 dan 4 terlihat konsumsi BK, BO, PK,
LK, SK dan Beta-N yang meningkat akibat penambahan suplemen probiotik.
Probiotik yang mengandung bakteri asam laktat L. acidophillus menghasilkan
senyawa bakteorisin dan senyawa asam organik terutama asam laktat sebagai hasil
metabolismenya yang bersifat antimikroba terhadap bakteri patogen (Reque
2000). Bakteorisin mampu menghambat pertumbuhan mikroba lainnya dengan
cara membentuk rongga atau pori di dinding/membran sel yang sensitif dan
menurunkan potensial atau gradien pH yang menyebabkan rusaknya material
seluler hingga menyebabkan sel lisis (Asaduzzaman dan Sonomoto 2009).
Kondisi ekologis rumen yang stabil akan meningkatkan jumlah mikroba dalam
rumen yang juga akan meningkatkan proses fermentasi rumen, bahan pakan akan
lebih cepat dicerna, lebih cepat meninggalkan rumen dan mendorong ternak untuk
mengkonsumsi pakan lebih banyak. Peningkatan proses fermentasi atau aktivitas
mikroba dalam rumen merupakan salah satu faktor yang dapat memaksimalkan
jumlah konsumsi dan sekaligus nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak
ruminansia. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjanto (2005) bahwa semakin
banyak mikroba yang terdapat dalam rumen maka jumlah pakan yang tercerna
akan semakin tinggi pula.
Ekskresi Zat Makanan Melalui Feses
Ekskreta merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari
pakan yang tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil
metabolisme. Feses atau hasil ekskresi pada penelitian dikumpulkan untuk
dilakukan analisis proksimat. Zat makanan yang dikonsumsi yang tidak tercerna
dalam tubuh hewan akan dikeluarkan melalui feses. Jumlah konsumsi makanan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kualitas makanan, koefisien cerna
makanan, umur dan status fisiologis ternak (Balch dan Campling 1962). Hasil
ekskresi zat makanan dalam feses pada Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa
perlakuan yang paling banyak mengeluarkan zat makanan dalam fesesnya ada
pada perlakuan yang diberi probiotik padat. Semakin sedikit zat makanan yang
dikeluarkan melalui ekskreta, maka semakin tinggi zat makanan dalam ransum
yang dapat diserap atau dicerna oleh tubuh. Ekskresi zat makanan melalui feses
dapat menggambarkan keadaan kecernaan hewan. Apabila kecernaan bahan
pakannya tinggi akan menunjukkan sebagian besar dari zat-zat makanan yang
terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh hewan. Hasil analisis proksimat
dari sampel feses dicantumkan di dalam Tabel 5 dan 6.
9
Tabel 5 Hasil analisis proksimat beberapa sampel feses
Zat Makanan
P1
P2
P3
--------------------------- %BK -------------------------91.32
90.76
91.11
22.17
20.71
20.88
13.25
13.50
13.08
37.17
38.46
37.75
0.34
0.65
0.39
27.07
26.67
27.72
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Hasil analisis Laboratorium Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, P1 =
kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Tabel 6 Ekskresi zat makanan dalam feses
Ekskresi Zat Makanan
BK
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
P1
P2
P3
----------------------- Kg e-1 h-1 -----------------------3.10 ± 0.39
3.29 ± 0.63
2.96 ± 0.41
2.41 ± 0.29
2.60 ± 0.48
2.34 ± 0.31
0.69 ± 0.10
0.68 ± 0.16
0.62 ± 0.11
0.41 ± 0.07
0.44 ± 0.08
0.39 ± 0.06
1.15 ± 0.11
1.26 ± 0.23
1.11 ± 0.11
0.01 ± 0.11
0.02 ± 0.01
0.01 ± 0.01
0.84 ± 0.14
0.91 ± 0.48
0.82 ± 0.17
P1 = kontrol (konsentrat, hijauan dan dedak), P2 = P1 + 0.25% probiotik padat yang dicampur
konsentrat, P3 = P1 + 0.1% probiotik cair yang dicampur dengan air
Sesuai dengan Sulistyowati (2002) yang menyatakan kecernaan bahan
pakan dapat digunakan sebagai penduga mutu ransum yang terlihat dari bagian
yang terserap oleh tubuh dan yang dikeluarkan melalui feses. Zat makanan yang
tidak terserap oleh tubuh yang dikeluarkan melalui feses menunjukkan kualitas
pakan yang rendah sehingga bahan makanan tersebut susah dicerna. Parakkasi
(1982) menyatakan, bila suatu bahan makanan sukar dicerna karena banyak
mengandung lignin atau silika, maka relatif lebih banyak dari bahan makanan
tersebut yang keluar dari feses. Lignin membentuk matriks yang mengelilingi
selulosa dan hemiselulosa sebagai penyedia kekuatan pohon dan pelindung dari
biodegradasi (Fadilah et al. 2008).
Kecernaan Zat-Zat Makanan
Kecernaan merupakan ukuran tinggi rendahnya kualitas suatu bahan pakan
karena umumnya bahan pakan dengan kandungan zat-zat makanan yang mudah
dicerna akan tinggi nilai gizinya. Menurut McDonald et al. (2002), kecernaan
dapat didefenisikan sebagai jumlah pakan yang diserap oleh tubuh hewan atau
jumlah yang tidak dieksresikan dalam feses. Kecernaan zat-zat makanan yang
10
tinggi menunjukkan sebagian besar dari zat-zat makanan yang terkandung di
dalamnya dapat dimanfaatkan oleh hewan.
Kecernaan bahan pakan dapat digunakan sebagai penduga mutu ransum
karena terlihat dari bahan yang terserap oleh tubuh dan yang dikeluarkan melalui
feses (Sulistyowati 2002). Tabel 7 menunjukkan rataan kecernaan zat makanan
perlakuan probiotik padat, probiotik cair dan perlakuan tanpa suplementasi
probiotik.
Tabel 7 Kecernaan zat makanan yang mendapat perlakuan suplementasi
probiotik padat dan cair
Peubah
Kecernaan
BK
BO
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Kandungan
TDN
DE (Mcal kg-1)
ME (Mcal kg-1)
P1
P2
P3
--------------------------- % --------------------------68.93 ± 5.85b
72.33 ± 5.02
33.66 ± 14.34
60.93 ± 8.55b
35.46 ± 11.57b
96.88 ± 2.16
79.96 ± 3.58
68.72 ± 6.43b
71.56 ± 5.58
38.56 ± 15.68
60.10 ± 7.97b
31.48 ± 14.74b
93.21 ± 3.48
79.14 ± 4.66
73.47 ± 3.05a
75.90 ± 2.81
47.51 ± 8.04
67.10 ± 4.44a
43.09 ± 4.03a
96.73 ± 1.73
82.21 ± 3.48
53.32 ± 3.84
2.35 ± 0.17
1.92 ± 0.17
51.62 ± 5.38
2.28 ± 0.24
1.85 ± 0.24
55.74 ± 2.64
2.46 ± 0.12
2.03 ± 0.12
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P