Peristiwa Jengkol, 15 Nopember 1961, yaitu : Peristiwa penyerangan oleh BTI, Pemuda Peristiwa Kanigoro Kediri, 13 Januari 1965, yaitu : Penyerbuan PKI terhadap aktivitas Peristiwa Banda Betsy, 14 Mei 1965, yaitu : Penyerobotan tanah perkebunan milik ne-

Perkembangan politik yang didasarkan pada ide NASAKOM nasionalisme, agama dan komu- nis memberi kesempatan kepada PKI memperluas pengaruhnya ke berbagai bidang. Perluasan pengaruh PKI ke dalam seni budaya dilakukan melalui LEKRA Lembaga Kebudayaan Rakyat . Hal ini menimbulkan reaksi dari kelompok anti-komunis. Sikap menentang lekra ini kemudian dituangkan dalam sebuah pernyataan yang disebut Manifestasi Kebudayaan Manikebu, Agustus 1963. Kuatnya pengaruh komunis dalam pemerintahan, mengakibatkan Manikebu dilarang oleh pemerintah. Dalam upaya mengurangi pengaruh PKI dalam pemerintahan, para wartawan anti PKI membentuk Badan Pendukung Soekarnoisme BPS, September 1964, dipimpin oleh Adam Malik. Akan tetapi BPS kemudian dilarang pada bulan Desember 1964. Politik Indonesia pun semakin condong ke Blok Timur, baik Cina maupun Uni Soviet. Sehingga bantuan ekonomi, pendidikan dan militer semakin banyak diberikan oleh negara-ne- gara Blok Timur kepada Indonesia. Bahkan menjelang perayaan HUT RI tahun 1965 pemerin- tah RI membentuk poros Jakarta - Pnomphen - Hanoi - Beijing - Pyongyang. Sementara itu hubungan dengan negara-negara Blok Barat semakin renggang. Dalam usaha menciptakan suasana revolusioner, PKI melakukan kegiatan-kegiatan sabotase, aksi sepihak dan aksi teror diantaranya sebagai berikut :

1. Peristiwa Jengkol, 15 Nopember 1961, yaitu : Peristiwa penyerangan oleh BTI, Pemuda

Rakyat dan Gerwani terhadap petugas yang sedang mengerjakan tanah negara di daerah Kediri

2. Peristiwa Kanigoro Kediri, 13 Januari 1965, yaitu : Penyerbuan PKI terhadap aktivitas

pelajar Islam di Kanogoro yang disertai penganiayaan terhadap para kyai, serta pen- grusakan tempat ibadah

3. Peristiwa Banda Betsy, 14 Mei 1965, yaitu : Penyerobotan tanah perkebunan milik ne-

gara oleh BTI di daerah Sumatera Utara dan pengeroyokan terhadap petugas perkebunan. 4. Sabotase terhadap transportasi umum kereta api oleh Serikat Buruh Kereta Api, Januari sampai Oktober 1964, sehingga terjadi serentetan kecelakaan kereta api di Purwokerto, Kaliyoso, Kroya, Cirebon, Bandung, Tanah Abang dan Tasikmalaya. 5. Pengrusakan Kantor Gubernur Jawa Timur, 27 September 1965, oleh aksi ormas-ormas PKI.

b. Pelaksanaan Gerakan 30 September 1965

Dalam upaya memaksakan kehendaknya, PKI melakukan persiapan-persiapan yang cukup matang sebagai berikut : 1. Merumuskan Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan MKTBP, yang mencakup un- sur-unsur perjuangan gerilya di desa- desa, perjuangan kaum buruh di kota-kota dan bek- erja secara intensif di kalangan musuh. 2. Memanipulasi pidato-pidato kenegaraan, antara lain : a. Tahun 1960 : Jalan Revolusi Kita Jarek b. Tahun 1961 : Revolusi Sosialisme Indonesia Pimpinan Nasional Resopim c. Tahun 1962 : Tahun Kemenangan Takem d. Tahun 1963 : Genta Suara Revolusi Indonesia Gesuri e. Tahun 1964 : Tahun Vivera Pericoloso Tavip f. Tahun 1965 :Tahun Berdiri di Atas Kaki Sendiri Takari

3. Pembentukan Biro khusus yang dipimpin Syam Kamaruzaman dengan sasaran utama

pengembangan pengaruh dan ideologi PKI 4. Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh petani yang dipersenjatai. 5. Melaksanakan latihan kemiliteran di Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta. Pada bulan Mei 1965, muncul desas-desus tentang Dewan Jendral Angkatan Darat yang dituduh mempersiapkan perebutan kekuasaan dengan bantuan kekuatan Barat CIA. Hal ini didasarkan pada adanya Dokumen Gilchrist yang di dalamnya tertulis “ our local army friends ”. Dokumen tersebut diterima oleh Dr. Subandria, 15 Mei 1965, melalui pos berupa konsep surat ketikan tanpa tanda tangan. Di dalam dokumen tersebut tertulis nama Gilchrist, si pembuat surat. Salinannya oleh Subandrio dibagi-bagikan ke luar negeri, sedangkan di dalam negeri salinannya disebarluaskan oleh BPI Badan Pusat Intelegen . Tuduhan ini dito- lak oleh Angkatan Darat, sebaliknya menuduh PKI akan melakukan perebutan kekuasaan. Angkatan Darat juga menolak pembentukan “ Angkatan ke-5”. Hal ini semakin mempertinggi persaingan politik antara PKI dan Angkatan Darat. Setelah beberapa kali mengadakan rapat dari bulan Agustus sampai September 1965, PKI berhasil menyusun organisasi gerakan yang dipimpin oleh D.N. Aidit. Selanjutnya diten- tukan hari dan jam pelaksanaan gerakan, yaitu tanggal 30 September 1965 pukul 04.00, dan gerakan ini sepakat diberi nama Gerakan 30 September. Akan tetapi waktu pelaksanaan dirubah menjadi tanggal 1 Oktober 1965 pukul 04.00 dini hari. Sasaran gerakan adalah para perwira tinggi angkatan darat. Kesatuan bersenjata yang terlibat dalam Gerakan 30 September dibagi menjadi beberapa pasukan, sebagai berikut : 1. Pasukan Pasopati, dipimpin oleh Lettu Inf. Dul Arief dengan tugas menculik tujuh per- wira tinggi AD 2. Pasukan Bima Sakti, dipimpin oleh Kapten Suradi yang bertugas mengusai kota Jakarta 3. Pasukan Gatotkaca, dipimpin oleh Mayor Udara Sukrisna berfungsi sebagai pasukan cadangan yang berkedudukan di Lubang Buaya. Pasukan Pasopati bergerak meninggalkan kawasan Halim Perdanakusumah pada tengah malam dipenghujung hari Kamis, 30 September 1965 dan awal 1 Oktober 1965. Mereka men- culik dan membunuh perwira-perwira tinggi AD, sebagai berikut : 1. Letjen Achmad Yani 2. Mayjen R. Soeprapto 3. Mayjen M.T. Haryono 4. Mayjen S. Parman 5. Brigjen D.I. Panjaitan, dan 6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo. Disamping para perwira tinggi tersebut, dalam usaha menculik Jendral A.H. Nasu- tion, PKI telah menyebabkan gugurnya Ade Irma Nasution, Lettu Pierre Tendean Ajudan A.H. Nasution, dan juga Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun pengawal Dr. J. Leimena. Sementara Jendral A. H. Nasution sendiri selamat dari usaha penculikan tersebut. Setelah berhasil menguasai dua buah sarana komunikasi vital, yaitu : studio RRI Pusat dan Kantor Telekomunikasi, pada hari Jum’at, Oktober 1965, Gerakan 30 September mengelu- arkan pengumuman bahwa Gerakan 30 September ditujukan kepada jendral-jendral anggota Dewan Jendral yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula tentang pembentukan Dewan Revolusi di pusat dan di daerah-daerah serta pendemisioneran Kabinet Dwikora, sedangkan Dewan Revolusi sebagai sumber kekuasaan dalam negara Republik In- donesia.

c. Penumpasan Gerakan 30 S 1965

Sepanjang pagi dan siang hari, nasib Kepala Staf Angkatan Bersenjata dan Menteri Panglima Angkatan Darat belum diketahui, sehingga Panglima Komando Strategi Angkatan Darat KOSTRAD. Mayor Jendral Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, ke- mudian dimulai penumpasan terhadap gerakan 30 September. Langkah-langkah yang segera diambil sebagai berikut : 1. Mengadakan kontak dengan Pangdam V Jaya Mayor Jendral Umar Wirahadikusumah

2. Merebut kembali RRI dan pusat telekomunikasi yang dipimpin oleh Kol.Inf. Sarwo Edhi Wibowo.