Agresi Militer Belanda II, 19 Desember 1948
persertujuan Renville. Padahal persetujuan tersebut ditandatangani oleh Amir Syarifuddin sendiri. FDR juga menentang kebijakan Rekonstruksi - Rasionalisasi RERA yang dijalankan
oleh Kabinet Hatta, sebab sebagian anggota FDR terkena rasionalisasi. FDR juga memancing bentrokan fisik dengan membuat kerusuhan-kerusuhan di Surakarta dan melancarkan aksi
mogok di pabrik karung Delanggu pada tanggal 5 Juli 1948.
Kekuatan FDR bertambah dengan datangnya MUSO dari Uni Soviet pada tahun 1926. la menyatakan bahwa revolusi di Indonesia sudah menyimpang. Kepemimpinan Presiden
Soekarno dikecamnya. Selanjutnya Muso mengorganisasi kembali kekuatan PKI.
Kegiatan agitasi dan anarkhi FDRPKI terus semakin meningkat. Mereka mengadakan kekacauan dimana-mana mengatasnamakan rakyat. FDR juga berupaya mengadu-domba
Pasukan Panembahan Senopati dengan pasukan hijrah Siliwangi. Sehingga terjadi insiden antara dua pasukan tersebut. Penculikan dan pembunuhan terhadap lawan-lawan politik pun
dilakukan PKI. Salah seorang korbannya ialah dr. Muwardi, pimpinan Barisan Banteng. Sementara itu juga terjadi insiden bersenjata di Surakarta antara FDR dengan kelompok Tan
Malaka maupun dengan pasukan hijrah Siliwangi, dalam rangka menciptakan Surakarta menjadi Wild West daerah kacau. Sedangkan Madiun dijadikan Basis Gerilya PKI.
Di Madiun PKI juga melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh agama, pejabat pemerintah dan anggota TNI yang menentangnya. Sebagai puncak agitasi PKI, pada tanggal
18 September 1948 PKI memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia melalui Radio Gelora Pemuda di Madiun.
Pemerintah Rl bertindak tegas terhadap pemberontakan ini. Presiden Soekarno menyatakan pilih Soekarno - Hatta atau Musso – Amir. Kemudian Presiden Sukarno
memerintahkan Panglima Besar Soedirman menumpas pemberontakan PKI itu. Untuk itu Soedirman menugaskan Kolonel Gatot Subroto, Panglima Divisi II Jawa Tengah bagian Timur
dan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I Jawa Timur. Dengan dukungan rakyat pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil diduduki oleh TNI. Para pemimpin PKI bertebaran
menyelamatkan diri. Muso mati tertembak di Somoroto, Ponorogo. Sedangkan Amir Syarifuddin ditangkap di daerah Branti, Grobongan, kemudian ditembak mati. Banyak tokoh-
tokoh PKI diantaranya Tan Malaka yang berhasil meloloskan diri dan belum sempat diadili. Hal itu disebabkan pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militernya
yang kedua.