Peristiwa Malari 1974 a. Kedatangan Perdana Menteri

M A L A R I : S T U D I G E R A K A N M A H A S I S W A ………| 23 untuk mengajukan beberapa pertanyaan seputar modal asing. Bahkan delegasi mahasiswa dari ITB mendatangi Bappenas dan menuntut agar permainan kotor modal asing tidak diteruskan. Selain itu Dewan Mahasiswa dari ITB, Unpad, dan Unpar berdemonstrasi di depan kedutaan Jepang untuk mengutuk kerjasama modal Jepang.

2. Peristiwa Malari 1974 a. Kedatangan Perdana Menteri

Tanaka Pada tanggal 9 Januari 1974, sebelum kedatangan Perdana Menteri Tanaka, para mahasiswa telah berdemonstrasi menentang para Asisten Pribadi Aspri presiden. Di Jakarta dan Bandung terjadi pembakaran boneka-boneka yang menggambarkan Soedjono Humardani dan Perdana Menteri Jepang, Tanaka. Para Aspri menyerang balik mahasiswa, mereka menuduh mahasiswa telah ditunggangi oleh kekuatan luar yang anti Suharto. Tanggal 11 Januari, Presiden Suharto menerima delegasi Dewan- Dewan Mahasiswa yang menyampaikan kecaman dan mempertanyakan kewibawaan presiden yang dirongrong tingkah laku para pemimpin yang memperkaya diri secara tidak sah. Opsus yang dipimpin Ali Moertopo memiliki kekuasaan yang besar melebihi pemerintah dan parlemen. Pertemuan antara delegasi mahasiswa dan Presiden Suharto tidak menghasilkan apa-apa karena presiden tidak mengambil keputusan apapun. Dari situlah kemudian mahasiswa melalui sebuah Apel Siaga Mahasiswa di kampus UKI pada tanggal 12 Januari mengajak masyarakat untuk menyambut Perdana Menteri Tanaka dengan gerakan aksi. Mahasiswa juga mengajak masyarakat untuk memasang bendera setengah tiang pada hari kehadiran Perdana Menteri Tanaka, selain itu juga mengajak koran untuk memboikot pemberitaan tentangnya, dan mengadakan aksi total pada tanggal 15 Januari 1974. Pada tanggal 14 Januari 1974 mahasiswa berdemonstrasi di lapangan udara Halim Perdanakusuma sebagai protes atas kedatangan Perdana Menteri Tanaka. Namun pada hari itu belum terjadi bentrokan, situasi masih berjalan dinamis. Mahasiswa menonjolkan isu-isu tentang keresahan masyarakat, anti cukong dan modal 24 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013 asing terutama dari Jepang. Nantinya gerakan-gerakan tersebut mengarah pada tindakan kerusuhan karena sudah melibatkan berbagai elemen, tidak hanya mahasiswa saja. Tanggal 15 Januari 1974 para mahasiswa berkumpul di Fakultas Kedokteran UI Jalan Salemba. Mereka menyusun kembali Tritura yang berisi 1 Bubarkan Aspri 2 Turunkan harga 3 Ganyang korupsi Suharsih Mahendra, tt:82. Tuntutan untuk membubarkan Aspri oleh mahasiswa dari awal ditanggapi Ali Moertopo, bahwa hal tersebut adalah hak sepenuhnya presiden. Nantinya Aspri akan dipertahankan atau dibubarkan, keputusannya berada di tangan presiden. Setelah itu mahasiswa bergerak ke Monumen Nasional Monas di Lapangan Merdeka. Dalam perjalanan, jumlah massa semakin bertambah karena para pelajar juga ikut masuk dalam barisan mahasiswa. Massa aksi yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa ini kemudian bergerak menurunkan bendera-bendera penyambutan tamu negara yang ada di sepanjang pinggir jalan menjadi setengah tiang sebagai tanda duka cita atas kedatangan Perdana Menteri Tanaka. Perdana Menteri Jepang Tanaka dan putrinya Makiko beserta rombongan menyentuh landasan Halim Perdanakusuma pukul 19.45 pada tanggal 14 Januari 1974. Kedatangan tamu Jepang itu tidak disambut dengan upacara militer kenegaraan, setelah itu segera rombongan Perdana Menteri Jepang Tanaka disertai Presiden Suharto menuju Wisma Negara dengan menaiki mobil Mercedes-600 “Indonesia I”. Sementara demonstrans yang gagal masuk ke Halim Perdanakusuma berusaha menyelundupkan beberapa orang menerobos pengamanan. Pada hari itu aksi demonstrans tidak terlalu beringas, karena itu mereka merencanakan keesokan harinya dengan aksi yang lebih tajam.

b. Tanggal 15 Januari sebagai Puncak Aksi