Masalah yang Dihadapi dalam Keluarga

B. Pembahasan

Dari uraian dan tabel penelitian di atas, maka selanjutnya dilakukan pembahasan untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas dari data yang telah diperoleh tersebut. Pembahasan dilakukan secara beruntun sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Penelitian ini akan melihat bentuk identitas keluarga, masalah yang dihadapi dalam keluarga, dan konteks sosial masyarakat yang berhubungan dalam kumpulan cerpen Kompas tahun 2007-2011 karya cerpenis-cerpenis perempuan, yang kesemuanya ditelaah menggunakan pengkajian kritik sastra feminis ginokritik dalam karya sastra.

1. Identitas Keluarga

Identitas keluarga dalam kumpulan cerpen Kompas tahun 2007-2011 karya cerpenis-cerpenis perempuan dapat dilihat dari jenis keluarga dan karakteristik keluarga yang terdapat dalam cerpen. Jenis keluarga dalam kumpulan cerpen Kompas tahun 2007-2011 karya cerpenis-cerpenis perempuan terdiri dari keluarga inti yang beranggotakan ayah atau suami, ibu atau istri, dengan atau tanpa anak, keluarga besar yang beranggotakan nenek, ayah, ibu, dan juga anak, keluarga dengan orang tua tunggal yang beranggotakan ibu dan anak. Dalam kumpulan cerpen Kompas tahun 2007-2011 karya cerpenis- cerpenis perempuan didominasi oleh keluarga inti yang dapat dibedakan dalam empat kategori. Pertama, suami dan istri. Cerpen yang termasuk dalam kategori ini adalah ―Sirajatunda‖ dan ―Tradisi Telur Merah‖. Cerpen ―Sirajatunda‖ karya Nukila Amal dan cerpen ―Tradisi Telur Merah‖ karya Sanie B. Kuncoro sama- sama memunculkan dua tokoh dalam keluarga yaitu tokoh suami dan tokoh istri. Kedua cerpen tersebut memang tidak memunculkan tokoh anak, namun hal tersebut tidak membuat salah satu dari tokoh suami atau istri untuk menghianati satu sama lain. Kedua keluarga tersebut tetap utuh meskipun tidak memiliki anak. Dalam cerpen ―Sirajatunda‖ tokoh suami seolah sengaja menunda untuk memiliki anak karena kesibukannya dalam mempersiapkan novelnya. Berbeda dengan cerpen ―Tradisi Telur Merah‖ yang kedua tokohnya, tokoh suami dan tokoh istri, sangat menginginkan kehadiran anak. Keduanya telah menunggu kelahiran anak pertama selama sembilan tahun. Nyaris sembilan tahun terlalui. Belum satu dasawarsa, tetapi bukan rentang waktu yang sebentar untuk sebuah penantian. Berapa lama lagi? Masihkah tersisa ketabahan untuk menjalani rentang masa yang tak terkira itu? Kuncoro, dalam Arcana, 2012:91 Pada kutipan tersebut tergambarkan dengan jelas tentang kesetiaan seorang suami kepada istrinya meskipun istrinya belum juga hamil ketika usia pernikahan mereka telah menginjak sembilan tahun. Tokoh suami tidak pernah berpikir untuk meninggalkan atau bahkan menceraikan istrinya sehingga dapat menikahi wanita lain dengan harapan tokoh suami mendapatkan keturunan. Tokoh istri bukannya tidak berusaha untuk mendapatkan keturunan, hanya saja nasib memang belum mengijinkannya untuk mendapatkan keturunan. Kategori kedua adalah keluarga inti yang beranggotakan suami dan istri dengan orang ketiga. Satu-satunya cerpen yang masuk dalam kategori ini adalah