RESEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TERHADAP CERPEN KARYA CERPENIS PEREMPUAN DAN CERPENIS LAKI-LAKI.

(1)

RESEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

TERHADAP CERPEN KARYA CERPENIS PEREMPUAN DAN

CERPENIS LAKI-LAKI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Eria Wahyu Pratiwi

NIM 12201244038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO HIDUP

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai meninggal dunia.”

(H.R. Tirmidzi)

“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam, kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan.”

(Kahlil Gibran)

“Kemudahan mengajarkan syukur dan kesulitan mengajarkan sabar.” (Eria Wahyu Pratiwi)


(6)

vi

Puji syukur atas rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada saya, teriring salam dan doa dengan segala kerendahan hati saya tulis dan

persembahkan karya ini untuk:

Bapak dan ibu saya tercinta, Bapak Anantaguna dan Ibu Yuliati Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah. Berkat limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Resepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh sarjana.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Maman Suryaman, M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni, Ibu Dr. Wiyatmi, M.Hum. selaku ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Kusmarwanti, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kemudahan kepada saya.

Saya menyampaikan rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Suminto A. Sayuti selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar memberikan saya arahan, bimbingan, saran, dan masukan di sela-sela kesibukannya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jaka Tumuruna, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada saya. Bapak Susilo Eryono, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan baik selama penelitian berlangsung. Siswa-siswi SMA Negeri 4 Yogyakarta, khususnya kelas XI IPA 4, XI IPS 1, dan XI IPS 3 (XI KKO) yang telah bekerja sama dengan baik dalam penelitian ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya, Bapak Anantaguna dan Ibu Yuliati yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dan dorongan kepada saya. Kakak-kakak saya yang selalu memberikan saya doa dan dukungan, teman-teman Kos Seruni 1 yang telah memberikan saya doa dan


(8)

viii

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya kelas C 2012 yang telah memberikan saya doa, dukungan, inspirasi, dan pengalaman. Teman-teman se-FBS, teman-teman KKN dan PPL, sahabat dan teman-teman TK-SMA yang telah memberikan doa, dukungan, inspirasi, dan pengalaman. Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Negeri Yogyakarta, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri.

Yogyakarta, 10 November 2016 Penulis,


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

PERSETUJUAN PEMBIMBING...

PENGESAHAN KELULUSAN...

PERNYATAAN...

MOTTO HIDUP...

PERSEMBAHAN... i ii iii iv v vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ix xii xv xvi xviii BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... G. Batasan Istilah... 8 9 9 10 BAB II KAJIAN TEORI... 11

A. Deskripsi Teori... 11 1. Hakikat Resepsi Sastra...

a. Pengertian Resepsi Sastra...

11 11


(10)

x

c. Pembaca Resepsi Sastra... d. Metode Penelitian Resepsi... 2. Hakikat Cerpen...

14 16 17 a. Pengertian Cerpen... 17 b. Unsur Pembangun Cerpen... 18 3. Psikologi Pengarang... 4. Sosiologi Pengarang...

21 24 B. Penelitian yang Relevan...

C. Kerangka Pikir... 28 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian...

C. Populasi dan Sampel... 1. Populasi Penelitian... 2. Sampel Penelitian... D. Teknik Pengumpulan Data... E. Instrumen Penelitian... F. Uji Validitas Instrumen... G. Teknik Analisis Data...

32 33 33 33 34 35 37 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Hasil Penelitian... 1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan.

a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis...

40 41 41


(11)

xi

b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 2. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki.... a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki-Laki-Laki... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki-Laki-Laki... 3. Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan dengan Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... B. Pembahasan Hasil Penelitian...

1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan. a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 2. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki...

a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 3. Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki...

BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 50 57 59 66 73 76 76 77 87 95 96 108 116 120 120 121 123 126


(12)

xii

Tabel 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 33 Tabel 2: Sampel Penelitian... 34 Tabel 3: Penskoran Angket Penelitian... 35 Tabel 4: Kategori Resepsi Siswa... Tabel 5: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Tabel 6: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Tabel 7: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan... Tabel 8: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan... Tabel 9: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Perempuan.. Tabel 10: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Intelektual Cerpenis Perempuan.. Tabel 11: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Religiusitas Cerpenis Perempuan... Tabel 12: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kreativitas Cerpenis Perempuan... Tabel 13: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Tabel 14: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Perempuan... Tabel 15: Konversi Rerata dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Perempuan...

39

42

42

44

45

46

47

48

48

49

51


(13)

xiii

Tabel 16: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kelas Sosial Cerpenis Perempuan... Tabel 17: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Latar Belakang Budaya Cerpenis Perempuan Tabel 18: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Pendidikan Cerpenis Perempuan... Tabel 19: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Mata Pencaharian Cerpenis Perempuan... Tabel 20: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Tabel 21: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 22: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 23: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 24: Konversi Rerata dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 25: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Laki-Laki.... Tabel 26: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Intelektual Cerpenis Laki-Laki.... Tabel 27: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Religiusitas Cerpenis Laki-Laki... Tabel 28: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kreativitas Cerpenis Laki-Laki... Tabel 29: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Tabel 30: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Laki-Laki... 53 54 55 55 56 58 58 60 61 62 63 64 64 65 67


(14)

xiv

Dilihat dari Faktor Kelas Sosial Cerpenis Laki-Laki... Tabel 33: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Latar Belakang Budaya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 34: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Pendidikan Cerpenis Laki-Laki... Tabel 35: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Mata Pencaharian Cerpenis Laki-Laki... Tabel 36: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Tabel 37:Perbedaan Hasil Keseluruhan Resepsi Siswa terhadap Cerpen

Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki... Tabel 38:Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Tabel 39:Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi

69

70

70

71

72

74

75


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Gambar 2: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 3: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 4: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 5: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 6: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Gambar 7: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Gambar 8: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 9: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 10: Pie Chart Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Laki-Laki... 43

45

50

52

57

59

61

66

68


(16)

xvi

Lampiran 1: Cerpen “Pemanggil Bidadari” Karya Noviana Kusumawardhani... Lampiran 2:Cerpen “Ayah Pulang” KaryaRatna Indraswari Ibrahim... Lampiran 3:Cerpen “Seragam” KaryaAris Kurniawan Basuki…... Lampiran 4: Cerpen “Kain Perca Ibu” Karya Andrei Aksana... Lampiran 5: Kisi-Kisi Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya

Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki untuk Uji Instrumen... Lampiran 6: Hasil Uji Validitas... Lampiran 7: Data Mentah Resepsi Siswa... 1. Data Mentah dari Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen

Karya Cerpenis Perempuan... 2. Data Mentah dari Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Lampiran 8: Hasil Angket Penelitian... 1. Hasil Angket Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... 2. Hasil Angket Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Lampiran 9: Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa... 1. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... a. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 128 134 141 146 153 156 162 162 166 170 170 172 174 174 175 176


(17)

xvii

2. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... a. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen

Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Lampiran 10: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif... 1. Statistik Deskriptif Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... a. Statistik Deskriptif Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Statistik Deskriptif Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 2. Statistik Deskriptif Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... a. Statistik Deskriptif Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Statistik Deskriptif Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Lampiran 11: Hasil Pekerjaan Siswa... Lampiran 12: Surat Izin Penelitian... Lampiran 13: Dokumentasi Kegiatan...

177 178 179 180 180 180 180 180 181 181 182 186 188


(18)

xviii

Oleh Eria Wahyu Pratiwi NIM 12201244038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dari aspek psikologi dan aspek sosiologi, (2) mendeskripsikan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dari aspek psikologi dan aspek sosiologi, dan (3) mendeskripsikan perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA NEGERI 4 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample. Pemilihan kelas berdasarkan nilai dan perbedaan kelas jurusan. Kelas XI IPA 4, XI IPS 1, dan XI KKO ditetapkan sebagai kelas yang dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian berjumlah 96 terdiri dari 47 siswa laki-laki dan 49 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan carajudgement experts.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan termasuk kategori sedang dengan persentase 70,65%, resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 80,43%, dan keterkaitan aspek sosiologi dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 83,68%; (2) resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki termasuk kategori sedang dengan persentase 71,74%, resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 47,83%, dan keterkaitan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 61,95%; dan (3) resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki lebih tinggi secara keseluruhan dan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen.

Kata kunci: resepsi siswa, cerpen, cerpenis, aspek psikologi, aspek sosiologi, SMA Negeri 4 Yogyakarta.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan hasil atau karya seseorang yang umumnya tertulis atau tercetak. Karya sastra digunakan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa. Sekarang ini, dibeberapa sekolah masih menerapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai sistem pendidikan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) masih menggunakan karya sastra sebagai salah satu teks yang wajib dipelajari siswa walaupun dalam pelaksanaannya lebih dominan teks nonsastra. Salah satu karya sastra yang digunakan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah cerpen.

Cerpen ditulis oleh seorang cerpenis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan yang dimiliki cerpenis itu sendiri. Gagasan tersebut dapat berasal dari pengalaman cerpenis, pengalaman orang lain, dan imajinasi cerpenis. Indonesia bangga memiliki cerpenis yang produktif dalam menulis karya sastra sehingga penggemar cerpen tidak haus bacaan. Cerpenis Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa hingga sekarang. Cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki semakin kreatif dan memiliki ciri khas dalam memproduksi cerpen.

Ciri khas cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki dilatarbelakangi oleh beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut dapat berasal dari dalam diri cerpenis itu


(20)

sendiri maupun dari luar diri cerpenis. Dalam diri cerpenis dapat dipengaruhi oleh aspek psikologi, sedangkan dari luar diri cerpenis dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dalam membentuk gaya atau ciri khas cerpenis dalam mengarang. Aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi jalan cerita dan pemilihan kata-kata yang digunakan dalam cerpen. Setiap cerpenis dipengaruhi oleh aspek psikologi dan aspek sosiologi yang berbeda-beda.

Meskipun jumlah cerpenis perempuan lebih sedikit dibanding dengan jumlah cerpenis laki-laki, namun mereka telah menerbitkan lebih dari satu buku kumpulan cerpen atau antologi cerpen (Rampan, 2009: 172). Selain itu, cerpenis perempuan lebih memfokuskan ceritanya pada lingkungan yang ada di sekitarnya, yaitu kaum wanita (Rampan, 2009: 174). Tidak dipungkiri, memang banyak ditemukan cerpen-cerpen yang menggunakan kaum wanita sebagai tokoh dan cerpen tersebut umumnya ditulis oleh cerpenis perempuan. Cerpenis perempuan menggunakan tokoh kaum wanita karena mereka lebih memahami cara menggambarkan kaum wanita secara jelas dalam cerpen.

Memang belum banyak orang yang membahas keadaan cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki di Indonesia pada abad 21 ini. Beberapa buku lebih tertarik untuk membahas cerpenis perempuan Indonesia, tetapi umumnya hanya cerpenis yang masih produktif. Cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki dapat mempublikasikan karyanya tidak hanya dengan cara membukukan cerpen-cerpennya, tetapi dapat juga melalui berbagai media, seperti majalah, koran, buku,

cyber, dan lain-lain.Salah satu koran yang mempublikasikan cerpen-cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki adalah Koran Kompas. Cerpen-cerpen


(21)

3

yang dimuat dalam Koran Kompas dan Cerpen Pilihan Kompasumumnya karya cerpenis laki-laki. Sedangkan,cerpen-cerpen karya cerpenis perempuan umumnya dimuat menjadi antologi cerpen yang disertai dengan analisis dari cerpen tersebut, seperti antologi cerpenKembang MayangdanDunia Perempuan.

Cerpenis Indonesia baik perempuan maupun laki-laki memiliki tujuan dalam menulis cerpen, yaitu agar menjadi bahan bacaan. Cerpenis juga memiliki tujuan agar cerpennya dapat meninggalkan efek mendalam pada pikiran dan perasaan pembaca (Tarigan, 2011: 180). Tidak hanya itu, cerpenis mengharapkan pembaca tidak sekedar membaca cerpennya, tetapi juga memberikan tanggapan atau resepsi mengenai cerpen tersebut. Pembaca juga memiliki tujuan membaca cerpen yaitu untuk mendapatkan berbagai manfaat, seperti sarana hiburan, mengetahui sejarah cerpen, memperoleh pengetahuan tentang kehidupan, dan lain-lain.

Pada abad ke-20 ini peran pembaca sangat mendominasi dibandingkan dengan peran penulis dan peran karya sastra (Ratna, 2004: 321). Hal ini dikarenakan pembaca memberi pengaruh besar dalam dunia sastra. Seorang penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari karyanya melalui peran pembaca. Oleh karena itu, cerpenis sangat membutuhkan pembaca sebagai penghubung antara cerpenis dengan karyanya. Pembaca, karya sastra, dan cerpenis saling menguntungkan satu sama lain.

Pembaca cerpen dapat berasal dari siswa. Siswa sebagai pembaca cerpen tergolong dalam pembaca yangsophisticated reader(pembaca terpelajar) (Segers, 2000: 45). Siswa membaca cerpen sebagai pembaca awam atau bukan pembaca


(22)

ahli layaknya seorang kritikus yang paham mengenai teori kritik. Siswa membaca cerpen sesuai dengan daya imajinasinya tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Cara menanggapi siswa yang berbeda-beda menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap tanggapan siswa pada cerpen karya cerpenis laki-laki dan cerpenis perempuan. Perbedaan cara menanggapi siswa menjadi hal yang menarik untuk diketahui karena ada banyak faktor yang menentukan bagi seseorang untuk membaca sebuah karya sastra sampai seseorang tersebut memberikan tanggapan. Selain itu, cara menanggapi seorang pembaca juga dapat menunjukkan pengalaman pembaca yang berkaitan dengan karya tersebut.

Objek penelitian ini adalah resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Cerpen yang akan ditanggapi dalam penelitian ini merupakan beberapa cerpen pilihan yang diambil dari buku Cerpen Pilihan Kompasdanwebsiteresmi cerpen kompas. BukuCerpen Pilihan Kompastersebut berjudul 20 Tahun Cerpen Pilihan Kompas: Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-Kunang di Langit Jakarta. Cerpen yang diambil dari buku Cerpen Pilihan Kompas adalah cerpen Kain Perca Ibu karya Andrei Aksana. Cerpen

Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Pemanggil Bidadari karya Noviana Kusumawardhani dan Ayah Pulang karya Ratna Indraswari Ibrahim diambil dari

websiteresmi cerpen kompas.

Peneliti memilih keempat judul cerpen tersebut dikarenakan cerpen yang pertama mewakili cerpen karya cerpenis laki yang menggunakan tokoh laki-laki, cerpen yang kedua mewakili cerpen karya cerpenis laki-laki yang menggunakan tokoh perempuan, cerpen yang ketiga merupakan cerpen karya


(23)

5

cerpenis perempuan yang menggunakan tokoh perempuan, dan cerpen yang terakhir merupakan cerpen karya cerpenis perempuan yang menggunakan tokoh laki-laki.

Cara pemilihan cerpen difokuskan dengan melihat keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerpen dengan aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis. Unsur-unsur yang digunakan dibatasi pada unsur plot atau alur, tema, penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur pada masing-masing cerpen bervariasi, seperti alur atau plot progresif dan plot regresif. Tema yang diangkat dalam cerpen-cerpen yang dipilih juga berbeda-beda sesuai dengan imajinasi cerpenis.

Selain alur dan tema, watak tokoh dalam cerpen yang dipilih peneliti juga bervariasi. Gaya dan nada yang digunakan masing-masing cerpenis tidak jauh berbeda dengan unsur yang lain karena cerpenis-cerpenis tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Penggambaran watak tokohdalam cerpen-cerpen tersebut masih secara umum dan tidak menggunakan kata-kata yang tabu. Penggunaan bahasa pada cerpen tersebut juga mudah dipahami siswa kelas XI SMA.

Secara keseluruhan, cerpen-cerpen yang dipilih memiliki perbedaan pada unsur-unsur pembangunnya. Hal ini dikarenakan, setiap cerpenis baik itu cerpenis perempuan maupun laki-laki memiliki cara yang berbeda dalam menulis cerpen. Ada cerpenis yang menonjolkan salah satu unsur pembangun cerpen, seperti watak tokohnya. Ada pula cerpenis yang menonjolkan pada gaya dan nadanya dalam membangun perasaan pembaca.


(24)

Peneliti memilih cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki karena pemilihan cerpen didasari aspek-aspek yang mempengaruhi cerpenis dalam mengarang sehingga cerpen tersebut dapat menunjukkan batas cerpen yang dipilih. Cerpen-cerpen tersebut juga belum pernah digunakan sebagai bahan penelitian yang sejenis. Di sisi lain, peneliti juga ingin mengenalkan beberapa nama cerpenis Indonesia agar siswa mengetahui dunia cerpen Indonesia.

Selanjutnya, peneliti juga memilih untuk menggunakan pendekatan apresiatif. Pendekatan apresiatif ini diterapkan dalam pembelajaran apresiasi sastra. Pendekatan apresiatif dapat digunakan untuk mengapresiasi cerpen sehingga siswa diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap cerpen yang telah dibacanya. Siswa harus memahami betul cerpen yang akan diberikan penilaian. Penilaian yang diberikan siswa tersebut berupa tanggapan atau respon. Tanggapan siswa dapat berupa segi kelebihan dan kekurangan dari karya sastra yang telah dibacanya.

Peneliti memilih SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai tempat penelitian. SMA Negeri 4 Yogyakarta dipilih karena sekolah tersebut termasuk sekolah yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. SMA Negeri 4 Yogyakarta dijadikan tempat penelitian karena di sekolah tersebut membuka kelas jurusan nonbahasa. Selain kelas jurusan IPA dan IPS, SMA Negeri 4 Yogyakarta juga membuka jurusan Olahraga. Di samping itu, SMA Negeri 4 Yogyakarta memiliki keunggulan, yaitu berprestasi di bidang olahraga atau non akademik, sedangkan SMA lain di Kota Yogyakarta umumnya lebih berprestasi di bidang akademik. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat resepsi siswa


(25)

7

SMA yang lebih unggul di bidang olahraga atau non akademik. Oleh karena itu, peneliti memilih SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan judul Resepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap Cerpen karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-laki.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa terhadap karya sastra yang telah dibacanya.

2. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis.

3. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis.

4. Belum diketahuinya perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan cerpenis laki-laki.


(26)

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang terdapat pada identifikasi masalah, tidak semua permasalahan akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

D. Rumusan Masalah

Masalah umum yang dikaji adalah bagaimana resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta. Berdasarkan masalah umum ini, dapat dirumuskan beberapa masalah khusus yang berkaitan dengan resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta.

1. Bagaimana tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologicerpenis dengan unsur pembangun cerpen? 2. Bagaimana tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta

terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen? 3. Bagaimana perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta

terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan cerpen karya cerpenis laki-laki?


(27)

9

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan perincian sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi dengan unsur pembangun cerpen.

2. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi dengan unsur pembangun cerpen.

3. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, dibagi dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis


(28)

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi kajian sastra, khususnya kritik sastra dan resepsi sastra.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru

Dijadikan pertimbangan dasar dalam memilih materi dan bahan ajar. b. Bagi Siswa

Memberikan motivasi terhadap siswa untuk membaca dan menulis cerpen.

c. Bagi Peneliti

Suatu bentuk pengabdian dan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi.

G. Batasan Istilah

1. Resepsi sastraadalah tanggapan atau respon pembaca terhadap karya sastra yang berupa tanggapan positif maupun tanggapan negatif.

2. Cerpenadalah salah satu karya sastra yang bisa selesai sekali baca, dua kali baca atau tiga kali baca yang panjangnya berkisar 500-30.000 kata.

3. Cerpenisadalah penulis atau pengarang cerita pendek.

4. Psikologi pengarang adalahsalah satu kajian psikologi sastra yang melihat aspek kepribadian pengarang dalam menciptakan karya sastra.

5. Sosiologi pengarangadalah salah satu kajian sosiologi sastra yang melihat aspek sosiologi yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya sastra.


(29)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

Deskripsi teori pada kajian teori ini akan memaparkan empat teori yang mendukung penelitian ini. Keempat teori tersebut yaitu mengenai resepsi sastra, cerpen, psikologi pengarang, dan sosiologi pengarang. Berikut ini pemaparan teori mengenai resepsi sastra, cerpen,psikologi pengarang, dan sosiologi pengarang.

1. Hakikat Resepsi Sastra

a. Pengertian Resepsi Sastra

Kata resepsi memiliki beberapa arti baik secara umum dan khusus. Secara etimologi, kata resepsi sastra berasal dari katarecipere(Latin),reception(Inggris) yang berarti penerimaan atau penyambutan dari pembaca. Secara luas diartikan sebagai pengolahan teks. Pengolahan teks yang dimaksud adalah cara pemberian makna-makna terhadap karya sastra sehingga memberikan respon positif maupun negatif terhadap karya sastra tersebut (Ratna, 2004: 165).

Pendapat Ratna sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh ahli sastra lain bahwa estetika resepsi atau resepsi sastra adalah salah satu cabang kritik sastra yang berpandangan bahwa sebuah teks sastra seharusnya dipelajari (terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca (Segers, 2000: 35). Pendapat Segers ini menitikberatkan pada reaksi pembaca. Estetika resepsi ini digunakan untuk menyelidiki teks sastra dari sudut pandang pembaca.


(30)

Lebih lanjut, estetika resepsi adalah ilmu keindahan atau ilmu estetika. Ilmu keindahan tersebut berdasar pada estetika tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra. Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan positif maupun negatif dari pembaca (Pradopo, 2013: 206).

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pengertian resepsi sastra atau estetika resepsi dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra merupakan salah satu cabang kritik sastra. Resepsi sastra menitikberatkan pada reaksi atau tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Tanggapan pembaca tersebut dapat berupa tanggapan positif dan tanggapan negatif.

b. Konsep Resepsi Sastra

Konsep-konsep resepsi sastra yang paling penting adalah indeterminasi dan cakrawala harapan. Walaupun kedua konsep tersebut mendapat kritikan dari beberapa ahli, tetapi konsep tersebut tetap penting karena berpengaruh dan bermanfaat bagi perkembangan studi sastra (Segers, 2000: 41).

1) Indeterminasi

Menurut Iser telah muncul sejumlah indeterminasi atau ruang kosong yang bersifat khas bagi semua teks sastra. Indeterminasi muncul karena mereka tidak mengizinkan acuan pada situasi kehidupan nyata yang identik. Namun, indeterminasi inilah yang menyebabkan teks-teks tersebut mampu membentuk berbagai situasi yang dilengkapi oleh pembaca dalam bacaan-bacaan pribadinya. Indeterminasi bisa ditiadakan hanya dalam tindakan pembacaan. Indeterminasi tersebut bisa diganti oleh makna (Fokkema, dkk., 1998: 185).


(31)

13

Cara Iser memperlakukan konsep mengenai indeterminasi atau ruang kosong bertolakbelakang dengan cara Jauss. Jauss menganggap indeterminasi atau ruang terbuka sebagai ciri khas sejarah bukan ciri khas teks (Fokkema, dkk., 1998: 186). Indeterminasi atau ruang kosong yang ada pada karya sastra dapat memunculkan interpretasi-interpretasi baru dari pembaca karya sastra tersebut.

Lebih lanjut, karya sastra memiliki bagian indeterminasi atau ruang kosong di dalamnya yang mengharuskan para pembaca untuk mengisinya dengan makna dari pemikiran mereka sendiri. Hal ini dikarenakan karya sastra memiliki banyak tafsir yang bergantung pada kondisi pembacannya (Pradopo,2013: 208). Sementara itu, karya sastra yang memiliki banyak indeterminasi atau tempat terbuka termasuk dalam karya sastra yang bernilai, tetapi karya sastra yang terlalu banyak indeterminasi atau ruang kosong juga tidak baik karena membingungkan pembacanya (Segers, 2013: 209).

Dengan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu karya sastra memiliki indeterminasi atau ruang kosong. Banyaknya indeterminasi atau ruang kosong ikut menentukan nilai karya sastra karena indeterminasi mengharuskan pembaca untuk mengisinya dengan makna.

2) Cakrawala harapan

Setiap pembaca memiliki cakrawala harapan yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan tiap periode pembaca berbeda dengan periode pembaca lain dalam menanggapi sebuah karya sastra. Cakrawala harapan merupakan harapan-harapan yang dimiliki oleh seorang pembaca sebelum membaca karya sastra. Perbedaan cakrawala harapan seseorang dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan,


(32)

pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi karya sastra (Pradopo, 2013: 207-208).

Mandelkow membagi cakrawala harapan menjadi tiga jenis. Pertama, cakrawala harapan berdasarkan periode penulisan karya sastra yang disebut harapan periode. Kedua, cakrawala harapan berdasarkan teks khusus yang disebut harapan teks. Ketiga, cakrawala harapan berdasarkan aspek spesifik kreativitas pengarang yang disebut harapan pengarang (dalam Segers, 2000: 42).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cakrawala harapan atau harapan-harapan pembaca dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan dalam menanggapi karya sastra. Selain itu, cakrawala harapan terbagi menjadi tiga jenis, yakni harapan periode, harapan teks, dan harapan pengarang.

c. Pembaca Resepsi Sastra

Resepsi sastra membutuhkan pembaca karena hakekat resepsi sastra adalah penelitian yang menitikberatkan pada tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Kegiatan membaca karya sastra memiliki tujuan bagi pembaca seperti, hiburan dan sumber informasi. Pembaca dalam praktik resepsi sastra terbagi menjadi 3 kelompok pembaca (Segers, 2000: 47-50), yakni sebagai berikut. (1) pembaca ideal, yaitu pembaca yang mengkonstruksi hipotesis seorang

teoritikus dalam proses interpretasi. Dengan kata lain, pembaca ideal adalah pembaca yang serba tahu mengenai karya sastra, seperti seorang ahli atau kritikus. Pembaca ideal sangat membantu pengarang karena memberikan


(33)

15

tanggapan positif maupun negatif terhadap karya sastra sehingga pengarang tahu kekurangan dan kelebihan karyanya (Segers, 2000: 47).

(2) pembaca implisit, yaitu pembaca yang mampu mengetahui keseluruhan susunan indikasi tekstual yang menginstruksikan cara pembaca riil membaca (Segers, 2000: 47). Pembaca implisit dan pembaca ideal hampir mirip karena keduanya merupakan pembaca yang dituju oleh pengarang. Lebih lanjut, menurut Iser (dalam Ratna, 2004: 325), pembaca implisit merupakan konsep pokok resepsi sastra, konsep yang memungkinkan bagi pembaca untuk memahami karya sastra. Pembaca implisit dapat memaksimalkan fungsi karya sastra yang ditulis oleh pengarang.

(3) pembaca riil, yaitu pembaca yang benar-benar terlibat langsung dalam kegiatan pembacaan karya sastra. Pembaca riil termasuk dalam kategori real reader. Pembaca riil merupakan pembaca yang paling penting dalam resepsi sastra dibandingkan dengan pembaca ideal dan pembaca implisit. Hal ini dikarenakan pembaca riil memberikan arti individual kepada struktur-struktur yang digambarkan oleh pengarang (Segers, 2000: 49-50).

Penelitian ini menggunakan pembaca riil sebagai objek penelitian. Peneliti memilih siswa sebagai objek penelitian karena siswa dapat memberikan arti individual kepada struktur-struktur yang digambarkan dalam karya sastra oleh pengarang. Selain itu, siswa juga ikut berperan dalam studi sastra sehingga siswa dapat mengetahui perkembangan dunia sastra.


(34)

d. Metode Penelitian Resepsi

Metode estetika resepsi atau resepsi sastra merupakan metode yang berdasarkan teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi atau tanggapan para pembacanya (Pradopo, 2013: 209). Karya sastra yang telah dibaca selalu mendapat resepsi atau tanggapan, entah itu tanggapan secara langsung disampaikan kepada pengarangnya atau hanya sebatas tanggapan yang disampaikan kepada sesama pembaca.

Penelitian resepsi sastra membutuhkan suatu pendekatan agar memudahkan peneliti untuk menentukan langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Metode penelitian resepsi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan (Teeuw, 2015: 160-164), yaitu sebagai berikut: (1) penelitian resepsi sastra secara eksperimental, yaitu metode penelitian resepsi dengan cara memberi karya sastra dan pembaca agar pembaca memberi tanggapan dan tanggapan pembaca dianalisis berdasarkan faktor tertentu; (2) penelitian resepsi sastra secara kritik sastra, yaitu metode penelitian yang dilakukan dalam periode tertentu oleh kritikus; dan (3) penelitian resepsi sastra secara intertekstualitas, yaitu metode penelitian resepsi sastra yang digunakan untuk mengetahui hubungan dua karya sastra atau lebih.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian resepsi sastra secara eksperimental sehingga pembahasan akan dibatasi dalam metode tersebut. Peneliti akan melihat resepsi siswa dengan melakukan survei. Survei dilakukan dengan memberikan angket yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Siswa yang disurvei hanya mengisi angket dan peneliti merangkum jawaban-jawaban dalam bentuk presentase, tabel, atau grafik (Adi, 2011: 243-244).


(35)

17

Selain metode resepsi sastra eksperimental, penelitian ini juga didukung oleh pendekatan apresiatif. Pendekatan apresiatif merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapresiasi karya sastra dengan cara memberikan penilaian terhadap karya sastra tersebut. Apresiasi sastra menekankan perilaku pengindahan, penikmatan, dan penghargaan sastra. Resepsi sastra yang merupakan salah satu jenis kritik sastra juga menekankan pada perilaku pencarian, penilaian, dan penghakiman kebenaran nilai-nilai atau hal-hal yang ada dalam sastra (Saryono, 2009: 44).

Perbedaan pembaca dalam memberikan makna tidak terlepas dari adanya penilaian subjektif dan penilaian objektif terhadap karya sastra. Penilaian bersifat subjektif merupakan penilaian yang sepenuhnya ditentukan oleh pembaca tanpa harus mengaitkannya dengan karya sastra. Penilaian bersifat objektif bila penilaian yang ditentukan oleh nilai yang ada dalam teks sastra, dan bukan nilai yang ada dalam opini pembaca itu sendiri (Aminuddin, 1995: 54). Penelitian ini menggunakan penilaian yang bersifat objektif karena penilaian karya sastra bukan berasal dari opini pembaca.

2. Hakikat Cerpen

a. Pengertian Cerpen

Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berjenis cerita narasi. Cerpen berisi cerita yang menggambarkan pengalaman atau imajinasi pengarangnya. Sayuti berpendapat bahwa cerpen adalah karya sastra berupa prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Cerita yang disajikan pengarang cukup


(36)

dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca (Sayuti, 2000: 9). Cerpen menceritakan secara singkat konflik yang muncul sehingga pembaca lebih menyukai cerpen karena ceritanya yang tidak berbelit-belit.

Cerpen merupakan cerita pendek. Namun, tidak setiap cerita pendek dapat digolongkan ke dalam cerpen. Cerpen adalah cerita yang pendek dan di dalamnya terdapat pergolakan jiwa pada diri pelakunya sehingga secara keseluruhan cerita pada cerpen tersebut bisa menyentuh perasaan pembaca. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai buah sastra dari cerpen (Nursisto, 2000: 165).

Mochtar Lubis (dalam Rampan, 2000: 1) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang bisa selesai sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali baca. Jumlah perkataan dalam cerpen berkisar 500-30.000 kata. Penentuan jumlah perkataan dalam cerpen dapat menjadi acuan untuk membedakan cerpen karena cerita yang pendek belum tentu dapat dikatakan cerpen.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan cerita pendek yang selesai sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali baca. Isi cerita pada cerpen dapat memberikan efek tertentu pada pembaca. Selain itu, jumlah perkataan dalam cerpen berkisar 500-30.000 kata. Oleh karena itu, tidak semua cerita pendek dapat dikatakan cerpen.

b. Unsur Pembangun Cerpen

Unsur pembangun cerpen terdiri dari beberapa unsur. Menurut Stanton (dalam Wiyatmi, 2009: 30) unsur pembangun cerita fiksi atau cerpen terbagi menjadi tujuh unsur, yaitu tokoh, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan nada, serta tema. Lebih lanjut, unsur pembangun cerpen terdiri dari tema, plot,


(37)

19

perwatakan, sudut pandangan, latar, gaya, alinea awal alinea akhir (Rampan, 2009: 3-9). Unsur-unsur pembangun cerpen dan novel sama, seperti plot atau alur, tema, penokohan, dan latar. Unsur-unsur yang telah disebutkan oleh para ahli tersebut berkaitan satu sama lain untuk membentuk cerita secara utuh (Nurgiyantoro, 2013: 14). Berikut penjelasan unsur pembangun cerpen yang dilihat dari alur atau plot, tema, penokohan, serta gaya dan nada.

Alur atau plot merupakan bagian yang penting dalam cerpen. Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 167), plot atau alur merupakan bagian cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian hanya dihubungkan secara sebab akibat. Selanjutnya, kejelasan plot, kejelasan hubungan antar peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita (Nurgiyantoro, 2013: 164). Namun, plot cerpen yang rumit dan sulit dikenali menyebabkan pembaca sulit memahami isi cerita.

Jakob Sumardjo (dalam Rampan, 2013: 3), berpendapat bahwa tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang, dalam menulis cerita, bukan sekedar bercerita, tetapi mengatakan atau mengungkapkan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang dimaksud adalah suatu yang berasal dari masalah kehidupan, pandangan hidup tentang kehidupan, atau komentar terhadap kehidupan. Lebih lanjut, tema merupakan motif pengikat keseluruhan cerita yang umumnya tidak ditunjukkan secara gamblang oleh pengarang. Pembaca harus memahami dan menafsirkan cerita sehingga pembaca mampu mengetahui tema dari cerita tersebut (Nurgiyantoro, 2013: 113).


(38)

Penokohan atau perwatakan termasuk unsur pembangun cerpen yang sangat penting. Menurut Anwar (dalam Jabrohim dkk., 2001: 107), penokohan merupakan teknik atau cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada pembaca atau teknik yang digunakan untuk memunculkan tokoh cerita. Lebih lanjut, Jakob Sumardjo (dalam Rampan, 2009: 5), menambahkan cara penggambaran watak dapat dilakukan dengan lima hal, yaitu (1) melalui perbuatan atau tindakan tokoh, (2) melaui ucapan tokoh, (3) melalui penggambaran fisik tokoh, (4) melalui pikiran tokoh, dan (5) melalui penerangan langsung. Cara penggambaran watak juga menjadi ciri khas dari seorang pengarang.

Gaya dan nada merupakan bagian dari sarana penceritaan dalam cerita fiksi yang memiliki hubungan erat. Gaya sendiri berarti sarana, sedangkan nada berarti tujuan. Kedua bagian ini dapat dijadikan sebagai cara pengungkapan tokoh yang khas bagi pengarang. Dengan kata lain, gaya merupakan pemilihan bahasa oleh pengarang yang menjadi ciri khasnya (Sayuti, 2000: 173). Lebih lanjut, Sumardjo berpendapat bahwa gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen. Bahasa sebagai alat komunikasi dan ekspresi harus diolah secara kreatif sehingga dapat digunakan secara maksimum untuk menyampaikan amanat yang ingin dicapai oleh pengarang (dalam Rampan, 2004: 8).

Berdasarkan pembahasan di atas mengenai unsur pembangun cerpen, dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun cerpen yang dipilih adalah alur, tema,


(39)

21

penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur merupakan bagian cerita yang berisi urutan kejadian yang diurutkan secara sebab akibat. Tema merupakan ide sebuah cerita. Penokohan atau perwatakan merupakan merupakan teknik atau cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada pembaca. Gaya dan nada salah satu bagian dari sarana penceritaan dalam cerita fiksi yang memiliki hubungan erat.

3. Psikologi Pengarang

Dalam penelitian ini, digunakan juga teori sastra lain, yaitu salah satu cabang teori psikologi sastra. Namun, penelitian ini tetap fokus pada resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Teori psikologi pengarang digunakanuntuk membantu siswa dalam memberi tanggapan cerpen-cerpen yang digunakan dalam penilitian. Selain itu, teori psikologi pengarang digunakan dalam penelitian ini agar siswa bisa dapat mempelajari unsur ekstrinsik cerpenjuga dengan cara mengaitkan pengetahuan mereka mengenai unsur-unsur pembangun cerpen (unsur intrinsik) dengan psikologi cerpenis (unsur ekstrinsik). Berikut penjelasan mengenai teori psikologi pengarang.

Sudah sejak dahulu dikenal bahwa karya sastra selalu berkaitan dengan penciptanya atau pengarangnya. Selain itu, karya sastra juga terkait dengan biografi pengarangnya. Belakangan karya sastra juga dikenal sebagai gambaran atau cerminan perasaan, pikiran dari penciptanya (Minderop, 2013: 61). Selanjutnya, menurut Christoper Marlowe terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan hubungan antara sastra dan psikologi. Berikut adalah


(40)

faktor-faktor yang perlu diperhatikan, antara lain (1) suatu karya harus merefleksikan kekuatan, kekaryaan, dan kepakaran penciptanya; (2) karya sastra harus memiliki keistimewaan dalam hal gaya dan masalah bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang; dan (3) masalah gaya, struktur, dan tema karya sastra harus saling terkait dengan elemen-elemen yang mencerminkan pikiran serta perasaan individu (Minderop, 2013: 61-62).

Pendapat yang diungkapkan oleh Christoper Marlowe sejalan dengan pendapat Edmund Wilson. Edmund Wilson mengatakan bahwa elemen paling penting dari karya fiksi adalah elemen-elemen yang mencakup kepribadian pengarang. Elemen tersebut dapat berwujud daya imajinasi pengarang yang mampu menampilkan citra melalui watak tokoh, situasi, dan adegan konflik yang dialami si tokoh (dalam Minderop, 2013: 62).

KatareligiusitydalamThe World Book Dictionaryberartireligious feeling

or sentiment, atau perasaan keagamaan. Religi memiliki arti yang lebih luas dibanding agama. Perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang berhubungan dengan Tuhan, seperti perasaan dosa, takut, dan kebesaran Tuhan (Atmosuwito, 1989: 123-124). Sebagai contoh cerpen Anjing karangan Kuntowijoyo yang memiliki nilai-nilai religius.

Seorang pengarang dapat dikatakan kreatif apabila pengarang tersebut mampu menggambarkan watak tokoh yang ada dalam cerpennya dengan jelas. Semakin banyak watak tokoh yang digambarkan dan watak setiap tokoh yang diungkapkan berbeda-beda, maka semakin tidak jelas sosok pengarang cerpen tersebut (Wellek dan Warren, 1995: 104). Kejelasan penggambaran watak setiap


(41)

23

tokoh sangat diperlukan oleh pembaca, sebab pembaca juga perlu memahami karakter tokoh dan ciri khas pengarang dalam menggambarkan watak tokoh.

Di samping itu, seorang pengarang yang cerdas mampu menuangkan emosinya sebagai tema karyanya (Wellek dan Warren, 1995: 104). Emosi yang dituangkan ke dalam cerpen merupakan emosi yang paling mendasar (primary emotions), seperti kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan. Emosi yang telah dituangkan ke dalam cerpen dapat menunjukkan emosi pengarangnya, apabila emosi tersebut ditunjukkan secara jelas(Minderop, 2013: 39).

Bakat seorang pengarang naratif yang paling disorot adalah kemampuan membuat penokohan dan struktur plot serta ceritanya. Bakat yang sudah dimiliki cerpenis juga perlu diimbangi dengan pengetahuan yang luas sehingga cerpen yang ditulis menjadi lebih menarik untuk dibaca. Pengetahuan mengenai penokohan dan struktur plot juga penting dimiliki pengarang sebab pengarang yang baik akan mampu memilih watak dan struktur plot yang sesuai untuk cerpennya (Wellek dan Warren, 1995: 101-103).

Selanjutnya, seorang pengarang yang menggunakan gaya bahasa sebagai pemaparan imajinatif akan menghasilkan karya yang lebih segar dan berkesan bagi pembaca (Minderop, 2013: 82). Gaya bahasa yang dapat digunakan antara lain metafor, simile, antitesis, hiperbola, dan paradoks. Gaya bahasa digunakan pengarang untuk menggambarkan karakteristik tokohnya. Pemilihan kata juga dapat menggambarkan ciri khas pengarang cerpen.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pengarang dipengaruhi oleh aspek dari dalam diri pengarang, yaitu aspek


(42)

psikologi. Aspek psikologi pengarang (unsur ekstrinsik cerpen) dapat mempengaruhi unsur-unsur pembangun cerpen (unsur instrinsik cerpen). Dalam aspek psikologi pengarang terdapat faktor-faktor, seperti kreativitas, emosi, religiusitasdan intelektual. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan unsur-unsur pembangun, seperti penokohan atau perwatakan, alur atau plot, tema, serta gaya dan nada.

4. Sosiologi Pengarang

Selain teori resepsi sastra dan psikologi sastra, penelitian ini juga meminjam teori sastra lain, yaitu sosiologi sastra. Namun, penelitian ini tetap fokus pada teori resepsi sastra khususnya resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Salah satu cabang teori sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang. Teori sosiologi pengarang digunakan dalam penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan teori psikologi pengarang, yaitu agar siswa lebih memahami cerpen dan mempelajari unsur ekstrinsik cerpen. Berikut penjelasan mengenai teori sosiologi pengarang.

Sosiologi pengarang merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi sastra. Kurniawan (2012: 11) mengungkapkan bahwa inti dari analisis sosiologi pengarang adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman terhadap pengarang yang dijadikan objek kajian.

Selain itu, sosiologi pengarang juga berkaitan dengan unsur pembangun cerpen, seperti tokoh, latar sosial, dan alur. Ketiga unsur ini menjadi pusat


(43)

25

perhatian karena sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh sebagai gambaran umummanusia. Latar sosial merupakan kondisi sosial karya sastra yang berkaitan dengan fakta sosial, yaitu norma sosial, instuisi sosial, kelas sosial, dan lembaga sosial. Alur berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang terbentuk dalam karya sastra (Kurniawan, 2012: 13-14).

Lebih lanjut, Wellek dan Warren dalam bukunya Theory of Literature

(1995:109-133) mengatakan bahwa sosiologi pengarang sangat berhubungan dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah-masalah yang dikaji sosiologi pengarang antara lain, status sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi sosial pengarang dalam masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, mata pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan.

Kurniawan (2012: 11) menambahkan pendapat di atas bahwa analisis sosial pengarang meliputi (1) proses pengarang mendapatkan mata pencaharian; (2) profesionalisme dalam kepengarangan, yang mencakup sejauh mana pengarang menganggap pekerjaan sebagai profesi; dan (3) masyarakat yang dituju oleh pengarang. Namun, dalam penelitian ini hanya mengaitkan empat wilayah kajian sosiologi pengarang dengan beberapa unsur pembangun cerpen. Adapun, wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan adalah status atau kelas sosial, latar belakang budaya pengarang, mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang. Berikut penjelasan mengenai wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan dalam penelitian ini.


(44)

Kelas sosial atau status sosial pengarang termasuk wilayah kajian sosiologi pengarang yang termasuk dalam latar sosial. Cara mengidentifikasi ideologi kelas sosial pengarang, yaitu bisa dilakukan dengan dua cara (1) secara langsung dengan wawancara observasi mengenai kehidupan, pandangan-pandangan, ideologi, dan kelas sosial; dan (2) secara tidak langsung dengan kajian pustaka. Fokus analisis pada kenyataan kelas sosial yang diduduki pengarang dan ideologi-ideologi kelas sosialnya. Posisi kelas pengarang, baik dominan maupun subordinat, dapat dilihat bersamaan dengan produksi kelas sosial yang diperjuangkan oleh pengarang melalui sastra (Kurniawan, 2012: 51).

Selanjutnya, sastra secara kolektif adalah hasil budaya manusia yang secara umum diwujudkan melalui sistem bahasa dan bahasa sendiri adalah unsur kebudayaan (Kurniawan 2012: 2-3). Hubungan antara sastra dengan budaya yang dimediasi dengan bahasa menunjukkan kekhasan sastra tersendiri. Alasan sastra menjadi disiplin objek kajian karena sastra adalah sistem budaya sebagai representasi pikiran manusia yang mewakili kolektivitasnya dalam kehidupan sosial masyarakat. Teeuw (dalam Kurniawan, 2012: 3) menyebut kode budaya sebagai suatu sistem yang harus didaku oleh pembaca dalam memahami sastra karena dalam sastra ada budaya yang mempresentasikan kehidupan pengarangnya. Secara tidak langsung, pendapat Kurniawan dan Teeuw mengatakan bahawa latar belakang budaya seorang pengarang berkaitan dengan gaya bahasa dan pemilihan kata dalam menciptakan karya sastra.

Selain itu, setiap pengarang memiliki profesi yang dilandasi oleh dorongan keras. Otodidak adalah salah satu cara yang paling umum dilakukan. Pengarang


(45)

27

profesional yang berasal dari pendidikan tinggi tentu berbeda dengan pengarang otodidak. Profesi pengarang otodidak biasanya mendasarkan atas kerja kreatif dengan membaca karya sastra. Sebelum pengarang otodidak menemukan gayanya sendiri, ia akan meniru gaya dari sejumlah karya sastra yang sudah dibacanya. Pengarang dapat meniru gaya menulis pengarang lain dari segi gaya bahasa dan tema ceritanya (Faruk, 2015: 119).

Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis semata-mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt (dalam Damono, 1979:3) mengemukakan cara seorang pengarang mendapatkan modal produksi. Mata pencaharian seorang pengarang juga mempengaruhi produksi karyanya. Beberapa pengarang di Indonesia umumnya memiliki pekerjaan rangkap. Pekerjaan rangkap juga mempengaruhi hasil produksi karya sastra.Pengarang profesional memiliki strata khusus dibanding pengarang-pengarang sambilan. Mata pencaharian atau profesi pengarang juga ikut mempengaruhi tema dan bahasa yang digunakan pada cerpen karena lingkungan sosial yang sering dihadapi pengarang ketika bekerja (Faruk, 2015: 119).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pengarang yang menciptakan karya sastra dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi (unsur ekstrinsik cerpen). Sosiologi pengarang dapat dikaji dari berbagai sudut, seperti status sosial atau kelas sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar belakang budaya pengarang, posisi sosial pengarang, pembaca yang dituju, mata pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Namun, penelitian ini mengkaji dari sudut status sosial pengarang, latar belakang budaya pengarang,


(46)

mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang yang dihubungkan dengan unsur-unsur pembangun cerpen.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian yang dilakukan oleh Aning Fiftiani dengan Resepsi Siswa Kelas VII SMP Negeri

di Kabupaten Banyumas Terhadap Cerpen Remaja “Maafkan Aku Ibu” Karya

Herawati. Penelitian ini untuk mengetahui resepsi siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Banyumas terhadap cerpen “Maafkan Aku Ibu” karya Herawati dengan melihat tiga faktor, yakni faktor kebaruan cerita, faktor desain cerita, dan faktor dampak yang ditimbulkan cerita terhadap pembaca. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar termasuk kategori “tinggi” yakni sebanyak 246 siswa (67,05%). Hal itu didukung dengan faktor kebaruan cerita yang tinggi (sebesar 69,89%), faktor dampak yang ditimbulkan yang tinggi (57,37%) pula, serta faktor desain cerita yang tinggi (sebesar 59,94%).

Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Aspek Pragmatik Komunikasi Sastra (Studi Kasus terhadap Penilaian Guru Bahasa Indonesia terhadap Dua Buah Cerpen Indonesia Modern) oleh Suminto A. Sayuti. Penelitian ini difokuskan padaaspek pragmatik komunikasi sastra dan mencoba melihat hubungan antara teks dan pembaca tertentu. Selain itu, penelitian ini juga mencoba mengangkat penilaian pembaca sebagai sasaran utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) di kalangan guru Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP yang dijadikan subjek penelitian, jenis cerpen


(47)

29

konvensional yang coraknya seperti cerpen “Jodoh” secara keseluruhan lebih disukai atau dinilai lebih baik daripada cerpen populer yang coraknya seperti “Serpihan Masa Lalu”, dan (b) dalam kaitannya dengan cerpen konvensional, penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria penggunaan bahasa, ironi, dan kepuasan pembaca, sedangkan dalam kaitannya dengan cerpen populer, penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria wholeness, tema, minat pembaca, dan plot.

Penelitian relevan yang lain adalah Resepsi Siswa Kelas VII SMP di Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang Karya Chairil Anwar oleh Tita Purnama Wati. Penelitian ini untuk mengetahui resepsi siswa dan cakrawala harapan siswa kelas VII SMP di Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar. Penelitian ini menunjukkan sebanyak 138 siswa (58,09%) mampu memaknai dan menanggapi kumpulan puisi tersebut dengan baik dan sebanyak 117 siswa (49,30%) memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang lebih luas dari pada nilai-nilai yang ada dalam puisi Chairil Anwar ini.

Penelitian-penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena mempunyai kesamaan, yaitu jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian resepsi secara eksperimental. Selain itu, pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner atau angket. Perbedaan ketiga penelitian tersebut terletak pada karya sastra yang diteliti dan sampel


(48)

yang digunakan. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

C. Kerangka Pikir

Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan masih menerapkan karya sastra berupa cerpen sebagai teks yang perlu dipelajari. Cerpen tidak hanya menjadi bacaan bagi siswa tetapi terdapat amanat atau pesan moral yang dapat diteladani oleh siswa. Siswa sebagai pembaca memiliki perbedaan dalam menanggapi cerpen yang telah dibaca. Siswa dapat memberikan tanggapan positif dan tanggapan negatif terhadap cerpen yang telah dibaca.

Cerpen yang dipilih berasal dari cerpen Adapun cerpen-cerpen tersebut adalah Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Kain Perca Ibu karya Andrei Aksana, Pemanggil Bidadari karya Noviana Kusumawardhani dan Ayah Pulang

karya Ratna Indraswari Ibrahim. Cerpen-cerpen tersebut dipilih sebab sesuai dengan kriteria bahwa cerpen yang pertama merupakan karya cerpenis laki-laki yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki, cerpen yang kedua merupakan karya cerpenis laki-laki yang menggambarkan kehidupan tokoh perempuan, cerpen yang ketiga merupakan cerpen karya perempuan yang menggambarkan


(49)

31

kehidupan tokoh perempuan, dan cerpen yang keempat merupakan cerpen karya cerpenis perempuan yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki.

Cerpen-cerpen yang dipilih menggambarkan ciri khas yang dimiliki masing-masing pengarangnya. Disamping itu, cerpen-cerpen yang dipilih sebagai objek penelitian menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami siswa. Keempat cerpen tersebut tidak menggunakan bahasa yang terlalu berani atau kasar sehingga cocok untuk digunakan bahan penelitian resepsi siswa. Selain dari segi gaya bahasa, cerpen-cerpen tersebut dipilih untuk dijadikan objek penelitian karena belum pernah digunakan sebagai bahan penelitian sejenis.


(50)

32 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang diperoleh berupa data kuantitatif atau data yang berupa angka-angka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

Penelitian ini akan memaparkan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Penelitian ini menempuh dua langkah, yakni: (1) kepada siswa disajikan cerpen kemudian mereka diminta untuk mengisi angket dengan pertanyaan tertutup. Jawaban dari pertanyaan tertutup tersebut ditabulasikan; dan (2) siswa diminta mengisi angket dengan pertanyaan terbuka. Jawaban dari pertanyaan terbuka dan tertutup dianalisis secara kualitatif. Pelaksanaan penelitian ini bersifat eksperimental dan sinkronis. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada pembaca yang sezaman.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Magelang, Karangwaru Lor, Tegalrejo, Yogyakarta. Peneliti mengambil sekolah ini sebagai tempat penelitian dengan alasan, SMA Negeri 4 Yogyakarta ini merupakan sekolah terakreditasi A dan memiliki tiga jurusan nonbahasa, yaitu


(51)

33

IPA, IPS, dan Kelas Khusus Olahraga. Selain itu, yang menjadi pertimbangan peneliti adalah di SMA Negeri 4 Yogyakarta belum pernah digunakan untuk penelitian yang sejenis.

Pelaksanaan observasi dan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 4 Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2016. Kemudian uji instrumen dilaksanakan bulan Mei dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei dengan 6 kali pertemuan. Berikut jadwal penelitian. Tabel 1:Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kelas Waktu

1. XI IPA 4

Selasa, 17 Mei 2016 Jam pelajaran ke 4-5 Kamis, 19 Mei 2016 Jam pelajaran ke 3-4

2. XI IPS 3 atau XI KKO (Kelas Khusus Olahraga)

Rabu, 18 Mei 2016 Jam pelajaran ke 5-6

Sabtu, 21 Mei 2016 Jam pelajaran ke 6-7

3. XI IPS 1

Kamis, 19 Mei 2016 Jam pelajaran ke 1-2 Sabtu, 21 Mei 2016 Jam pelajaran ke 1-2

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta sebanyak 260 siswa pada tahun pelajaran 2015/2016, yang tersebar pada 8 kelas di SMA Negeri 4 Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknikpurposive sampleatausampel bertujuan. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sample karena peneliti ingin


(52)

mengetahui kemampuan apresiasi siswa terhadap cerpen dari kelas-kelas dengan jurusan yang berbeda. Penelitian ini mengambil sampel dari kelas yang memiliki nilai kognitif dan psikomotor berkisar 80-89 serta nilai afektif dan narasi A-B. Sampel responden yang diambil adalah 1 kelas jurusan IPA, 1 kelas jurusan IPS, dan 1 kelas jurusan Olahraga.

Siswa kelas XI di SMA Negeri 4 Yogyakarta memperoleh porsi jam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 4 jam pelajaran setiap minggunya. Kelas jurusan IPA, IPS, dan Khusus Olahraga memperoleh porsi yang sama 2 kali pertemuan dengan rincian 2 x 45 menit per pertemuannya. Tabel 2:Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa Keterangan

1. XI IPA 4 34 L= 16, P= 18 2. XI IPS 1 32 L= 12, P= 20 3. XI KKO (Kelas Khusus Olahraga) 30 L= 19, P= 11

Total 96 L= 47, P= 49

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik angket sebagai alat pengumpul data. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa. Angket berisi daftar pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka yang harus diisi atau diberi tanda oleh responden. Pernyataan tertutup berjumlah 72 butir dengan rincian 32 butir pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan 32 butir pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki. Pertanyaan terbuka berisi 7 butir pertanyaan yang terkait unsur


(53)

35

pembangun cerpen yang digunakan dalam penelitian dan pengalaman siswa dalam membaca cerpen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan tipe pertanyaan atau pernyataan

rating scale (skala bertingkat) dan pertanyaan terbuka yang diberikan secara langsung kepada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta. Tipe pernyataan

rating scale dipilih karena sesuai untuk memperoleh data yang bertingkat. Pertanyaan terbuka ini digunakan untuk menguatkan data dalam pembahasan.

Penskoran angket yang digunakan untuk resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki menggunakan skala Likert. Selain itu, penelitian ini menggunakan empat jawaban alternatif, yakni sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Adapun penskoran angket penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3:Penskoran Angket Penelitian

Pernyataan (+) (-)

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Penelitian ini menggunakan angket yang berisi pernyataan untuk mendapatkan data resepsi sastra siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta. Peneliti meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan atau respon terhadap keempat cerpen dengan mengisi angket. Instrumen resepsi siswa berisi unsur


(54)

pembangun dari keempat cerpen dan aspek psikologi serta aspek sosiologi yang berkaitan dengan cerpenis. Instrumen ini mengacu pada beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra, diantaranya adalah Albertine Minderop, Wellek dan Warren, Heru Kurniawan serta Faruk. Beberapa ahli tersebut berpendapat mengenai keterkaitan psikologi dan sosiologi pengarang dengan unsur pembangun cerpen, seperti perwatakan atau penokohan, alur, gaya dan nada, serta tema. Selain itu, instrumen juga menggunakan referensi penelitian yang terdahulu. Adapun kisi-kisi instrumen resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki terdapat padalampiran 5 halaman 153.

Angket ini secara keseluruhan berisi 72 pernyataan tertutup yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu 36 butir pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan 36 butir pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis. Masing-masing angket berisi pernyataan terkait aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen. Keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen terdiri dari 20 butir pernyataan yang menghubungkan antara aspek psikologi dengan watak, tema, alur, serta gaya dan nada. Keterkaitan aspek sosiologi dengan unsur pembangun cerpen terdiri dari 16 butir pernyataan yang menghubungkan antara aspek sosiologi dengan watak, tema, alur, serta gaya dan nada.

Angket resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun berisi keterkaitan empat faktor yang ada dalam aspek psikologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen, seperti (1) keterkaitan kecerdasan emosional dengan watak dan alur; (2) keterkaitan kecerdasan intelektual dengan


(55)

37

watak dan tema; (3) keterkaitan religiusitas dengan watak; dan (4) keterkaitan kreativitas dengan gaya dan nada, serta alur. Sedangkan, angket resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek sosiologi dengan unsur pembangun berisi keterkaitan empat faktor yang ada dalam aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen, seperti (1) keterkaitan kelas sosial dengan tema; (2) keterkaitan latar belakang budaya dengan tema, gaya dan nada serta tema; (3) keterkaitan pendidikan dengan gaya dan nada, serta tema; dan (4) keterkaitan mata pencaharian dengan gaya dan nada, serta tema.

F. Uji Validitas Instrumen

Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi persyaratan penting yaitu valid. Uji coba instrumen yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas instrumen untuk mengetahui validitas instrumen penelitian. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas konstruksi. Validitas konstruksi adalah validitas yang berdasarkan pola pikir.

Instrumen yang sudah jadi kemudian diuji dengan meminta pendapat dari ahli (judgement experts). Validator penelitian ini adalah Beniati L, M.Pd. Peneliti mengkonsultasikan instrumennya pada validator. Validator meminta peneliti melakukan perombakan total instrumen dan memperbaiki instrumen sebanyak satu kali sebelum digunakan sebagai alat pengambilan data. Sebelum dilakukan perombakan total, jumlah pernyataan dalam kuesiner tertutup adalah 60 butir pernyataan yang terdiri atas 16 pernyataan negativa dan 44 pernyataan positiva. Setelah dilakukan perombakan, jumlah pernyataan dalam kuesioner tertutup


(56)

bertambah menjadi 72 butir pernyataan yang dibagi menjadi dua angket, yaitu angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki. Masing-masing angket berjumlah 36 butir pernyataan tertutup yang terdiri dari 20 pernyataan mengenai aspek psikologi dan 16 pernyataan mengenai aspek sosiologi. Angket dengan kuesioner pernyataan tertutup semua butir pernyataannya dinyatakan valid melalui proses validasi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dengan persentase. Langkah analisis data yang dilakukan peneliti, yaitu dengan melakukan penskoran angket resepsi kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki dengan cara memberikan skor pada setiap butir pernyataan yang telah diisi oleh responden atau siswa. Setelah kegiatan penskoran, data ditabulasikan menjadi beberapa klasifikasi kategori. Klasifikasi kategori digunakan untuk mengklasifikasikan kategori resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Klasifikasi kategori resepsi siswa dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.


(57)

39

Tabel 4:Kategori Resepsi Siswa

Norma Kategori

X > M + 1,5 Sd Sangat Tinggi M + 0,5 Sd < X≤ M + 1,5 Sd Tinggi

M - 0,5 Sd < X≤ M + 0,5 Sd Sedang M - 1,5 Sd < X≤ M –0,5 Sd Rendah

X≤ M- 1,5 Sd Sangat Rendah

Rumus:

Mi = 1/2 ((jumlah pernyataan*skor tertinggi ) + (jumlah pernyataan*skor terendah)) Sdi= 1/6 ((jumlah pernyataan*skor tertinggi ) - (jumlah pernyataan*skor terendah))

Keterangan:

Mi:Mean Ideal

Sdi:Standar Deviasi Ideal(Simpangan Baku)

Rumus yang digunakan peneliti untuk memudahkan dalam penghitungan data adalah rumus rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi). Penentuan skor rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi) didasarkan pada skor tertinggi dan skor terendah dari data penelitian yang diperoleh. Klasifikasi kategori resepsi siswa hanya sebagai acuan penyusunan, sedangkan untuk menghitung prosentase responden dan mengetahui besarnya resepsi siswa di setiap butir pernyataan menggunakan rumus sebagai berikut.

Rumus:

P= x 100 %

Keterangan:

P= Angka Persentase

F= Frekuensi


(58)

40

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mendeskripsikan resepsi siswakelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen. Unsur pembangun cerpen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perwatakan atau penokohan, alur, gaya dan nada, serta tema. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Hasil penelitian diperoleh melalui hasil analisis data secara kuantitatif dan dibahas secara kualitatif.

Data penelitian ini terdiri dari tiga instrumen penelitian yakni angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan, angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dan angket pertanyaan terbuka. Angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi cerpenis perempuan dengan unsur pembangun cerpen. Angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi dan sosiologi cerpenis laki-laki dengan unsur pembangun cerpen. Angket pertanyaan terbuka berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat siswa terkait unsur pembangun cerpen dan pengalaman siswa.


(59)

41

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta, tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 260 siswa, dengan sampel 96 siswa yang berasal dari 3 kelas dengan jurusan yang berbeda, yaitu kelas XI IPA 4, kelas XI IPS 1, dan XI IPS 3 (Kelas Khusus Olahraga). Dari 96 sampel yang sudah ditentukan, peneliti hanya mendapatkan 92 responden. Hal ini dikarenakan empat responden berhalangan hadir ketika peneliti mengambil data. Berikut deskripsi hasil dan pembahasan penelitian mengenai resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan berisi resepsi siswa terhadap cerpen yang berjudulPemanggil Bidadari karya Noviana Kusumawardhani dan Ayah Pulang karya Ratna Indraswari Ibrahim, sedangkan angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki berisi resepsi siswa terhadap cerpen yang berjudul Seragamkarya Aris Kurniawan Basuki dan Kain Perca Ibu karya Andrei Aksana. Berikut data hasil penelitian angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan

Deskripsi data hasil penghitungan statistik diolah menggunakan program SPSS versi 22.0. Penghitungan hasil penelitian mengacu pada tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3 digunakan untuk kriteria skor penilaian angket, sedangkan tabel 4 digunakan untuk menentukan kategori resepsi siswa.


(60)

Tabel 5: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan

No. Statistik Resepsi Siswa terhadap Cerpen

Karya Cerpenis Perempuan

1. Mean (M) 96,32 2. Median (Me) 96

3. Modus (Mo) 96

4. Std. Deviasi (SD) 4,76

5. Range (R) 31

6. Nilai Maksimal (Max) 114 7. Nilai Minimal (Min) 83 8. Jumlah (Sum) 8862

Secara keseluruhan angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan berjumlah 36 butir pernyataan yang terdiri atas 27 pernyataan positiva dan 9 pernyataan negativa. Setiap jawaban responden memiliki nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 1, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

Mi= 1/2 ((36*4)+(36*1)) = 1/2 (144+36) = 90 SDi = 1/6 ((36*4)-(36*1)) = 1/6 (144-36) = 18

Setelah mendapatkan hasil Mi dan Sdi dapat dikategorikan ke dalam tabel tingkat kecenderungan resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan. Tabel ini digunakan untuk menentukan tingkat kategori resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan.

Tabel 6: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan

No. Interval Skor Kelas

Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. X > 117 118 – 144 Sangat Tinggi 0 0% 2. 99 < X≤ 117 100–117 Tinggi 27 29,35% 3. 81 < X≤ 99 82–99 Sedang 65 70,65% 4. 63 < X≤ 81 64–81 Rendah 0 0% 5. X≤ 63 36–63 Sangat Rendah 0 0%


(61)

43

Tabel di atas menunjukkan bahwa 65 siswa (70,65%) memperoleh skor berkisar 82 hingga 99. Tidak ada resepsi siswa yang termasuk kategori tinggi sekali, rendah, dan sangat rendah. Tabel 7 tidak hanya ditunjukkan dengan tabel, tetapi disampaikan juga dengan histogram. Berikut histogram resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan.

Gambar 1:Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan

Setelah diketahui perolehan skor resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan, kemudian dilakukan penskoran pada resepsi siswa dilihat dari aspek psikologi dan sosiologi cerpenis perempuan. Disampaikan hasil penghitungan statistik deskriptif, konversi rerata dan distribusi frekuensi, serta tingkat kecenderungan pada aspek psikologi dan aspek sosiologi.

a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat

dari Aspek Psikologi Cerpenis

Data resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen

0 27 65 0 0 0 10 20 30 40 50 60 70

Tinggi Sekali Tinggi Sedang Rendah Rendah Sekali

118 144 100 117 82 99 64 81 36 63

F R E K U E N S I INTERVAL


(62)

menggunakan angket pernyataan tertutup dengan jumlah pernyataan 20 butir. Pernyataan tersebut terdiri dari 13 pernyataan positiva dan 7 pernyataan negativa. Setiap jawaban responden memiliki nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 1. Penghitungan hasil penelitian mengacu pada tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3 digunakan sebagai kriteria skor penilaian angket, sedangkan tabel 4 digunakan sebagai menentukan kategori resepsi siswa.

Tabel 7: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan

Pada aspek psikologi cerpenis perempuan terdiri atas 20 butir pernyataan dengan nilai tertinggi 4 dan terendah 1, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.

Mi = 1/2 ((20*4) + (20*1)) = 1/2 (80+20) = 50 SDi = 1/6 ((20*4)–(20*1)) = 1/6 (80-20) = 10

Setelah mendapatkan hasil Mi dan SDi maka dapat dikategorikan ke dalam tabel tingkat kecenderungan resepsi siswa. Tabel tingkat kecenderungan resepsi siswa digunakan untuk mengetahui tingkat resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari aspek psikologi cerpenis.

No. Statistik Resepsi Siswa terhadap Psikologi Cerpenis Perempuan

1. Mean (M) 53,07

2. Median (Me) 53,00 3. Modus (Mo) 53,00 4. Std. Deviasi (SD) 3,42 5. Range (R) 18,00 6. Nilai Maksimal (Max) 62,00 7. Nilai Minimal (Min) 44,00 8. Jumlah (Sum) 4883,00


(63)

45

Tabel 8: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan

No. Interval

Skor Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. X > 65 66 – 80 Sangat Tinggi 1 1,35% 2. 55 < X≤ 65 56–65 Tinggi 39 42,68% 3. 45 < X≤ 55 46–55 Sedang 47 50,55% 4. 35 < X≤ 45 36–45 Rendah 5 5,42% 5. X≤ 35 20–35 Sangat Rendah 0 0%

Tabel di atas menunjukkan bahwa 47 siswa (50,55%) memperoleh skor berkisar 46 hingga 55. Tidak ada resepsi siswa yang termasuk kategori tinggi sekali dan sangat rendah. Tabel 8 tidak hanya ditunjukkan dengan tabel, tetapi disampaikan juga dengan histogram. Berikut histogram resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen.

Gambar 2: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis

0 17 74 1 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tinggi Sekali Tinggi Sedang Rendah Rendah Sekali

66 80 56 65 46 55 36 45 20 35

F R E K U E N S I INTERVAL


(64)

Selain itu, pada aspek psikologi cerpenis perempuan terdapat empat faktor, yaitu faktor kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, religiusitas, dan kreativitas. Keterkaitan faktor kecerdasan emosional dengan unsur pembangun cerpen terdiri atas 4 butir pernyataan dengan nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 1, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.

Mi = 1/2 ((4*4) + (4*1)) = 1/2 (16+4) = 10 SDi = 1/6 ((4*4)–(4*1)) = 1/6 (16-4) = 2

Setelah mendapatkan hasil Mi dan SDi maka dapat dikategorikan ke dalam tabel tingkat kecenderungan resepsi siswa. Tabel tingkat kecenderungan resepsi siswa digunakan untuk mengetahui tingkat resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari aspek psikologi cerpenis, khususnya faktor kecerdasan emosional yang dikaitkan dengan unsur pembangun cerpen. Tabel 9: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Perempuan

No. Interval

Skor Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. X > 13 14 – 16 Sangat Tinggi 1 1,1% 2. 11 < X≤ 13 12–13 Tinggi 56 60,9% 3. 9 < X≤ 11 10–11 Sedang 35 38,0% 4. 7 < X≤ 9 8–9 Rendah 0 0% 5. X≤ 7 4–7 Sangat Rendah 0 0%

Tabel di atas menunjukkan bahwa 56 siswa (60,9%) memperoleh skor berkisar 12 hingga 13. Tidak ada resepsi siswa yang termasuk kategori rendah dan sangat rendah.Berikutnya, faktor kecerdasan intelektual dalam aspek psikologi cerpenis perempuan. Pada faktor ini terdiri atas 6 pernyataan dengan nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 1, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.


(1)

(2)

(3)

(4)

;86


(5)

(6)

=88