Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Ayah tadi tidak dapat memelihara anaknya, dan anak tidak diakui keluarga ayahnya. Hal ini akan membuat kedudukan anak diragukan serta pengalaman sosialisainya tidak lengkap. Oleh karena itu, pada setiap masyarakat dijumpai norma-norma keabsahan norms of legitimacy, yaitu kelahiran di luar nikah tidak dibenarkan. Setiap masyarkat mengatur siapa boleh menikah dengan siapa, dan menentang kehamilan insidental atau hasil hubungan seks kebetulan. Dalam kumpulan cerpen Kompas tahun 2007-2011 karya cerpenis- cerpenis perempuan memang tidak dijumpai kekacauan seperti itu. Namun, dalam beberapa cerpen dijumpai hal-hal yang setidaknya mendekati kekacauan seperti yang disebutkan di atas. Penyebab kekacauan dalam cerpen-cerpen tersebut adalah perselingkuhan dan kehamilan di luar nikah. Hanya saja dalam kasus perselingkuhan di dalam cerpen-cerpen yang terkumpul dalam kumpulan cerpen Kompas tahun 2007-2011 karya cerpenis-cerpenis perempuan tidak berakibat fatal seperti mempunyai anak yang tidak memiliki ayah yang sah. Secara umum pengaturan seksual bertujuan untuk menghindari terjadinya hidup bersama atas dasar suka sama suka kumpul kebo, pergundikan, perzinahan, incest. Fungsi pengaturan seksual juga berbanding lurus dengan fungsi reproduksi dan pemuas kebutuhan perseorangan. Fungsi reproduksi dalam keluarga berfungsi untuk mengatur jumlah kelahiran anak. Pengaturan jumlah kelahiran diharapkan mampu untuk mengurangi jumlah populasi penduduk dalam sebuah negara. Pengaturan jumlah kelahiran didukung dengan berkembangnya teknologi kedokteran, terutama dalam penyediaan alat kontraseptif. Selain beberapa fungsi tersebut, fungsi lain keluarga meliputi fungsi sosialisasi, fungsi pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, dan kontrol sosial. Kontrol sosial dalam keluarga, menurut Soelaeman 1998:60, berfungsi dalam mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai masyarakat melalui peran sosial keluarga agar terbentuk kelangsungan hidup dan kesatuan keluarga dengan masyarakat serta proses pembentukan kepribadian, sesuai dengan keinginan masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut secara umum berfungsi sebagai tindakan untuk menghindari disorganisasi keluarga. Disorganisasi keluarga, menurut Soekanto 1999: 411, adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota- anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. William J. Goode via Soekanto, 1999: 412 berpendapat bahwa secara sosiologis bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara lain sebagai berikut. Pertama, unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan. Walaupun dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu keluarga, tetapi bentuk ini digolongkan sebagai disorganisasi keluarga. Sebab ayah biologis gagal dalam mengisi peranan sosialnya dan demikian juga halnya dengan keluarga pihak ayah maupun keluarga pihak ibu. Kedua, disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian, perpisahan tempat tidur, dan seterusnya. Ketiga, adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi antara anggota-anggotanya. Keempat, krisis keluarga, oleh karena salah-satu yang bertindak sebagai kepala keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga, mungkin karena meninggal