Kondisi Business as Usual BaU

49 a. Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat energi; b. Penerapan program kemitraan konservasi energi; c. Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga; d. Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi, seperti PLTP, PLTMH, PLTM, PLTS, PLT hybrid, PLT biomassa, dan DME; e. Pemanfaatan biogas; f. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan; g. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa; h. Reklamasi lahan pascatambang; i. Pemanfaatan biodiesel; j. Penerapan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang penghematan energi dan air; k. Aksi mitigasi sektor ketenagalistrikan, seperti pembangunan PLTA, penggunaan CCT pada pembangkit listrik, dan penggunaan cogeneration pada pembangkit listrik; dan l. Program konversi kerosin ke LPG. Emisi GRK sektoral ditambah dengan pembangkit listrik yang telah dihitung sebelumnya digunakan untuk memproyeksikan emisi GRK hingga tahun 2030. Gambar berikut gambar 4.9 menjelaskan secara rinci hasil proyeksi emisi GRK sektoral diakumulasikan dengan pembangkit listrik pada kondisi BaU hingga tahun 2030. 49 50 Gambar 4.9. Proyeksi Emisi GRK Kondisi BaU Pada titik awal tahun 2000, emisi GRK sektoral ditambah dengan pembangkit listrik mencapai 249 juta ton CO 2 dan meningkat menjadi 438 juta ton CO 2 pada tahun 2015. Angka ini diproyeksikan akan terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2030 menjadi 998 juta ton CO 2 . Semakin banyaknya proyek pembangunan infrastruktur ekonomi yang berjalan hingga beberapa tahun ke depan dan membutuhkan banyak energi menjadi faktor penyebab pertumbuhan emisi GRK pada kondisi BaU. Mega proyek yang menjadi sorotan adalah pembangunan pembangkit listrik sebesar 35 GW yang ditargetkan selesai pada 2019. Proyek ini didominasi oleh energi fosil sebagai bahan bakar yang tentunya akan menyumbang emisi GRK secara signifikan.

4.2.2. Skenario Pengembangan

Pembangkit listrik merupakan sektor penghasil emisi GRK terbesar bagi sektor energi. Oleh karena itu, skenario pengembangan yang dipilih berasal dari aksi mitigasi sektor ketenagalistrikan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam penurunan emisi GRK. 200 400 600 800 1.000 1.200 JUT A T ON CO 2 Historis Proyeksi 50 51 Konsumsi batubara pada pembangkit listrik terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 9,41 per tahun. Selain itu, batubara mendominasi bauran energi pembangkit listrik setiap tahunnya. Hingga saat ini dan beberapa tahun ke depan, batubara masih menjadi andalan bagi PLN dalam proses pembangkitan listrik. Jika hal ini terus terjadi, maka dua hal yang patut diantisipasi adalah pasokan batubara akan semakin menipis dan emisi GRK yang dihasilkan oleh pembangkit listrik akan semakin besar. Oleh karena itu, aksi mitigasi di sektor pembangkit listrik berbahan bakar batubara diperlukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Dengan pemilihan skenario penggunaan CCT pada pembangkit listrik, dapat dilihat seberapa besar kontribusi penurunan emisi GRK dan penghematan konsumsi batubara yang dapat dilakukan. Di dalam RUPTL PLN tahun 2016-2025, disebutkan bahwa PLN akan menambah kapasitas PLTU berteknologi CCT pada sistem kelistrikan Jawa-Bali dan Sumatera. Untuk sistem kelistrikan Jawa- Bali, PLN merencanakan pembangunan PLTU batubara dengan kelas kapasitas 1.000 MW menggunakan teknologi ultra super critical USC yang merupakan salah satu bentuk teknologi CCT. Kemudian, untuk sistem kelistrikan Sumatera, PLN berencana untuk membangun PLTU batubara berteknologi CCT dengan kelas kapasitas 600 MW. Beberapa proyek pembangunan pembangkit listrik tersebut antara lain a. PLTU Jambi, dengan kapasitas sebesar 2 × 600 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2019; b. PLTU Riau, dengan kapasitas sebesar 1 × 600 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2019; c. PLTU Sumsel-8, dengan kapasitas sebesar 2 × 600 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2019; d. PLTU Sumsel-9, dengan kapasitas sebesar 2 × 600 MW, yang akan beroperasi masing-masing pada tahun 2020 dan 2021; e. PLTU Sumsel-10, dengan kapasitas sebesar 1 × 600 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2020; f. PLTU Indramayu, dengan kapasitas sebesar 1 × 1000 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2019; g. PLTU Jawa-1, dengan kapasitas sebesar 1 × 1000 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2019; h. PLTU Jawa-4, dengan kapasitas sebesar 2 × 1000 MW, yang akan beroperasi pada tahun 2019; 51