Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra dan Mandiri di Kabupaten Serang Propinsi Banten

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN
AYAM BROILER BERMITRA DAN MANDIRI DI
KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

FANI PURWANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Di
Kabupaten Serang Propinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor,

Mei 2015

Fani Purwanti
NIM H34110102

ABSTRAK
FANI PURWANTI. Analisis Risiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler
Bermitra Dan Mandiri Di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Dibimbing oleh
YANTI NURAENI MUFLIKH.
Salah satu komoditas peternakan yang banyak dibudidayakan dan
memiliki potensi dalam kontribusi daging nasional ialah peternakan ayam broiler.
Kabupaten Serang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Banten
sehingga mendorong timbulnya perusahaan mitra. PT.Berkah Mitra Sejahtera
(BMS) ialah perusahaan yang menjalin kerjasama dengan tiga peternak ayam

broiler di Kabupaten Serang. Terdapat peternakan ayam broiler mandiri,namun
tidak dalam jumlah banyak.Adanya mortalitas mengindikasikan terjadinya risiko
produksi pada peternakan ayam broiler.Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber risiko produksi peternak ayam broiler bermitra dan
mandiri, menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber
risiko produksi ayam broiler terhadap penerimaan, membandingkan risiko
produksi usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri serta menganalisis
alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler.
Sumber risiko yang ditemukan pada peternakan ayam broiler mitra ialah penyakit
memiliki probabilitas rata-rata 39.43 persen, perubahan cuaca memiliki
probabilitas rata-rata 31.93 persen, kualitas DOC kurang baik memiliki
probabilitas rata-rata 24.23 persen serta predator memiliki probabilitas rata-rata
12.90 persen. Sumber risiko pada peternak mandiri ialah penyakit memiliki
probabilitas 50.00 persen, perubahan cuaca memiliki probabilitas 46.40 persen,
predator memiliki probabilitas 23.30 persen dan kualitas DOC kurang baik
memiliki probabilitas 18.10 persen. Berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan
risiko produksi terbesar dialami peternakan mitra karena p-value yang dihasilkan
> α = 0.05 sehingga terima Ho. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa
terdapat dua strategi, yaitu strategi preventif dan mitigasi. Penyakit merupakan
sumber risiko yang memiliki kemungkinan dan dampak paling besar.

Kata kunci :Ayam broiler, Kemitraan, Mandiri, Risiko produksi,

ABSTRACT
FANI PURWANTI. Risk Production Analysis of Contract Farming and
Independent Broiler Poultrymen in Serang Banten. Supervised by YANTI
NURAENI MUFLIKH.

One of the many farms which has the potential national meat contribution is
broiler chickens farm. Serang Regency is one of the broiler production centers in
Banten, and it encourages the emergence of partner companies. PT.Berkah Mitra
Sejahtera is a company which forms a partnership with three broiler poultrymen in
Serang District. There are few independent broiler chicken farms there. The aim
of the study was to identify the sources of the farm production risks of the
independent or contract farming, to analyze the likelihood of the risks and impacts
of farm production risk sources,to compared risks production broiler chicken farm
of independent or contract farming, to analyze and to analyze alternative strategies

to handle the farm producton risk sources. There were four farm production risk
resources found in the contract farming farms i.e, diseases whose average
probability was 39.43 percent, weather changes - 31.93 percent, poorer DOC

quality - 24.23 percent, and predators - 12.90 percent. Similiarly there were also
four farm production risk resources found in the independent poultryman’s farm,
i.e diseases whose probability of which was 50.00 percent, weather changes 46.40 percent, predators - 23.30 percent, and poorer DOC quality - 18.10
percent.Based on t-test showed the risk production being largest for contract
farming because p-value >α=0.05,so that no reject Ho. Risk mapping results
indicate that there were two strategies, namely preventive and mitigation
strategies. Diseases were a source of risk that had the highest possibility and the
greatest impact.
Keywords

:

Broilers,

Contract

Farming,

Independent,


Production

ris

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN
AYAM BROILER BERMITRA DAN MANDIRI DI
KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

FANI PURWANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler
Bermitra Dan Mandiri Kabupaten Serang Propinsi Banten, sebagai salah satu
syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekonomi, dari Departemen Agribisnis
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang
dilaksanakan di tiga lokasi peternakan mitra PT.Berkah Mitra Sejahtera dan satu
peternakan mandiri, Kabupaten Serang, Propinsi Banten yang dilaksanakan sejak
bulan Oktober hingga Desember 2014.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis
sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta ketiga adik tercinta
yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis
pada satu titik menuju masa depan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti
Nuraeni Muflikh, SP,M.Agribus sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan mendukung sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Ir.Narni Farmayanti,M.Sc dan Etriya,SP,MM, selaku dosen penguji pada
ujian sidang skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.Penghargaan tidak lupa penulis sampaikan
kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada
penulis, keluarga besar peternak,Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD
Peternakan dan Agus Miharja,S.Pt selaku penyuluh Dinas Peternakan yang telah
memberikan sarannya, TS pihak PT.Berkah Mitra Sejahtera yaitu Asmat yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah
membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,

Mei 2015

Fani Purwanti

vi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

viii
viii
viii
1
1

Perumusan Masalah

6

Tujuan Penelitian

9


Manfaat Penelitian

9

Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA

10
10

Usaha Peternakan Ayam Broiler

10

Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler

11

Sumber – Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler


15

Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler

16

Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler

18

Pola Kemitraan (Contract Farming)

19

Pola Mandiri

19

KERANGKA PEMIKIRAN


20

Kerangka Pemikiran Teoritis

20

Konsep Risiko
Sumber – Sumber Risiko
Manajemen Risiko
Teknik Pemetaan Risiko
Kerangka Pemikiran Operasional

20
22
25
27
28

METODE PENELITIAN

31

Lokasi dan Waktu

31

Jenis dan Sumber Data

31

Metode Pengumpulan Data

32

Metode Analisis Data

33

Analisis Deskriptif

34

Analisis Pengukuran Risiko
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Analisis Dampak Risiko
Pemetaan Risiko
Penanganan Risiko

34
36
37
38
38

vii

Uji-t
HASIL DAN PEMBAHASAN

39
40

Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra

40

Proses produksi peternakan ayam broiler yang bermitra
Persiapan Kandang
Proses Pembudidayaan
Proses Panen Ayam Broiler Bermitra
Pasca Panen
Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri

44
44
47
50
51
51

Proses Panen Ayam Broiler Mandiri
Saluran Pemasaran Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra

54
54
55

Risiko Produksi
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri

57

60

Risiko Produksi
Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler
Bermitra

61

Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler
Mandiri

67

Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra

70

Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri

75

Analisis Perbandingan Tingkat Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler
Bermitra dan Mandiri

78

Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra

78

Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri

82

Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra

85

Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri

89

SIMPULAN DAN SARAN

60

93

Simpulan

93

Saran

94

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

94
97
125

viii

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB
Nasional
2 Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging
3 Tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009 - 2013
4 Produksi daging ternak ayam (kg) di Propinsi Banten tahun 2009-2013
5 Populasi ternak ayam (ekor) di Kabupaten Serang tahun 2009-2013
6 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Berkah Mitra
Sejahtera
7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mandiri
8 Jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya
9 Proses pengolahan data
10 Waktu produksi peternakan ayam broiler Ibu Lisda
11 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Hajiji
12 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Marfu
13 Waktu produksi peternakan ayam broiler mandiri
14 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam
broiler peternakan Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor
15 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam
broiler peternakan Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor
16 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam
broiler peternakan Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor
17 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi
peternakan ayam broiler mandiri pada skala usaha 5000 ekor
18 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi
peternakan ayam broiler Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor
19 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi
peternakan ayam broiler Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor
20 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi
peternakan ayam broiler Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor
21 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi ayam
broiler peternak mandiri pada skala usaha 5000 ekor
22 Status risiko pada masing-masing sumber risiko produksi peternak
mitra
23 Status risiko pada setiap sumber risiko produksi ayam broiler peternak
mandiri

1
2
3
4
5
8
8
13
33
56
57
57
60
63
65
67
69
72
73
75
77
79
83

ix

DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan risiko dengan return pandangan lama : semakin tinggi risiko
semakin tinggi tingkat keuntungan
2 Risk-Uncertainty continoum
3 Proses pengelolaan risiko perusahaan
4 Peta risiko
5 Alur kerangka pemikiran operasional
6 Strategi preventif dan mitigasi risiko
7 Alur pemasaran usaha peternakan ayam broiler mandiri
8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda
9 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji
10 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu
11 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan mandiri
12 Penanganan sumber risiko melalui strategi preventif
13 Penanganan sumber risiko melalui strategi mitigasi
14 Penanganan risiko produksi dengan strategi preventif
15 Penanganan risiko produksi dengan strategi mitigasi

21
21
25
27
30
39
55
81
81
82
84
87
88
91
92

DAFTAR GRAFIK
1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten
2 Tingkat mortalitas ayam broiler (persen) di Propinsi Banten

4
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data populasi ternak ayam (ekor) di Propinsi Banten Tahun 2009-2013
2 Gambar struktur organisasi ketiga peternak mitra
3 Kontrak peternakan ayam broiler bermitra dengan PT.Berkah Mitra
Sejahtera
4 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda
5 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji
6 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu
7 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan ayam broiler
mandiri
8 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Ibu Lisda
9 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Hajiji
10 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Marfu
11 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan ayam broiler
mandiri
12 Hasil Uji-T
13 Data kematian ayam pada tiap peternak

98
99
100
104
106
108
110
112
114
116
118
120
121

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris, yang mampu menghasilkan
berbagai macam produk pertanian. Beberapa produk pertanian yang dihasilkan
berupa padi, sayuran, buah – buahan, hasil hutan, hasil tambang dan hasil
peternakan. Sektor pertanian juga dapat memberikan kontribusi terbesar terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. PDB dalam sektor pertanian mengalami
peningkatan dalam periode 2004 - 2009 sebesar 13.9 persen per tahun, kemudian
pada periode 2010 – 2013 juga mengalami peningkatan sebesar 14.9 persen.
Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB
Nasional
Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2010
2011
2012
2013
1.
Tanaman Bahan
%
7.5
7.1
7.0
7.5
Makanan
2.
3.

Perkebunan
Peternakan
hasilnya

4.
5.

Kehutanan
Perikanan
Pertanian

dan

%
%

2.1
1.9

2.1
1.7

1.9
1.8

2.0
1.8

%
%
%

0.8
3.1
15.3

0.7
3.1
14.7

0.7
3.1
14.4

0.6
3.2
15.1

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Adanya peningkatan kontribusi hasil pertanian terhadap PDB Nasional
dapat memberikan peluang yang sangat besar bagi berbagai sub sektor pertanian
untuk menjalankan usaha, sektor pertanian Indonesia terbagi dalam empat sub
sektor yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, hortikultura dan
subsektor peternakan. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah subsektor peternakan.
Hal ini pun dapat didukung dengan adanya peningkatan volume ekspor
dalam sub sektor peternakan pada bulan Agustus hingga September 2013. Seperti
daging ayam meningkat sebesar 460 kg dengan nilai US$ 1 752, Susu dan kepala
susu sebesar 27 632 811 kg dengan nilai US$ 53 131 475 dan telur unggas sebesar
400 kg dengan nilai US$ 3 0761.
1

Pusdatin Setjen Pertanian.2013.Kementrian Republik Indonesia.[Internet]Terhubung berkala.
http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/kategori1-44-analisis-pdb.html. (di unduh pada tanggal 09
Mei 2015).

2

Adapun subsektor yang bergerak dalam menangani bidang bisnis pertanian
ini ialah dalam bidang agribisnis. Agribisnis tersebut merupakan salah satu bidang
yang sangat penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan
sebagai penggerak utama ekonomi nasional. Salah satu sektor dalam bidang
agribisnis yang dapat meningkatkan ekonomi pedesaan dan pendapatan
masyarakat ialah dalam sektor peternakan. Usaha peternakan bahkan mampu
meningkatkan ekonomi pedesaan dan sekaligus meningkatkan pendapatan
masyarakat desa (Sutawi, 2007).
Sub sektor peternakan Indonesia sendiri sangat potensial untuk
dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan
karena sub sektor ini dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi pertanian
Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia
ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha
peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasar. Terkait dengan
hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan
adalah yang mampu bersaing dan menghasilkan produk – produk di pasar dan
mampu berkembang secara berkelanjutan.
Melihat hal tersebut, sub sektor peternakan Indonesia merupakan sub sektor
peternakan yang menghasilkan daging, susu dan telur. Tiga komoditi ini
merupakan tolak ukur dan andalan bagi perkembangan peternakan khususnya di
Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia memilih asupan gizi yang berasal dari
daging hewan ternak seperti daging sapi, daging kambing daging kerbau, daging
itik, daging domba dan daging ayam. Namun jika dilihat dari tingkat kandungan
gizinya asupan protein sangat diperlukan oleh tubuh manusia karena dapat diolah
menjadi energi serta menurut (Iriani,2005) protein juga diperlukan terus-menerus
untuk pertumbuhan dan metabolisme dalam tubuh. Untuk itu pada tabel 2,
disajikan perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging.
Tabel 2 Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging
No.
Komoditi
Kalori (%)
Protein (%)
1. Daging sapi
207
18.8
2. Daging kerbau
85
18.7
3. Daging kambing
154
16.6
4. Daging ayam
206
18.2
5. Daging itik
302
16.0
6. Daging domba
326
17.1

Lemak (%)
14
0.5
9.2
25
28.6
14.8

Sumber : Karyadi dan Muhilal (2010

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kandungan protein paling besar
pada daging sapi kemudian daging kerbau lalu daging ayam. Meskipun

-[Artikel] Sutawi.2007.Peluang,Ancaman, Kekuatan dan Kelemahan pada Subsistem
Agribisnis.[internet].Terhubung berkala.
http://www.rabiatulhadawiyah.wordpress.com/2012/12/04/peluangancaman-kekuatan-dankelemahan-usaha-itik-petelur-pada-berbagai-subsistem-agribisnis/(di unduh pada tanggal 18
Desember 2014).

3

kandungan protein pada daging sapi dan kerbau lebih besar,banyak dari
masyarakat yang tidak mampu untuk membeli daging tersebut, dan mensubtitusi
pada daging ayam broiler. Hal ini dikarenakan harga pada daging sapi dan daging
kerbau per kg nya cukup tinggi. Akibatnya tingkat konsumsi daging ayam broiler
per kapita memiliki nilai yang besar dibandingkan dengan tingkat konsumsi
daging peternakan lainnya. Berikut disajikan rincian mengenai tingkat konsumsi
produk peternakan per kapita tahun 2009-2013 pada tabel 3.
Tabel 3 Tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009 - 2013
No
Komoditi Daging Segar
Tahun (kg/kapita/tahun)
2009
2010
2011
2012
2013
1.
Sapi
0.313
0.365
0.417 0.365
0.261
2.
Kerbau
0.000
0.000
0.000 0.000
0.000
3.
Kambing
0.000
0.000
0.052 0.000
0.000
4.
Babi
0.209
0.209
0.261 0.209
0.209
5.
Ayam ras/broiler
3.076
3.546
3.650 3.494
3.650
6.
Ayam kampung
0.521
0.626
0.626 0.521
0.469
7.
Unggas lainnya
0.052
0.052
0.052 0.052
0.052
8.
Daging lainnya
0.052
0.052
0.052 0.052
0.052
Sumber : Departemen Pertanian RI (2014)

Melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang mengkonsumi daging ayam
khususnya daging ayam broiler maka masyarakat mulai tertarik dalam bidang
pertanian terutama pada subsektor peternakan. Sub sektor peternakan yang marak
dikembangkan adalah usaha peternakan ayam broiler. Usaha peternakan ayam
broiler ini sudah lama berkembang di Indonesia dan menjadi pusat perhatian
pemerintah. Dengan adanya perkembangan usaha peternakan ayam broiler ini,
banyak masyarakat yang mencoba untuk melakukan usaha tersebut, meskipun
dengan skala kecil namun usaha peternakan ini dapat memberikan kontribusi
besar terhadap perekonomian Indonesia. Banyak hal yang dilakukan pemerintah
agar usaha tersebut tetap berjalan, salah satunya dengan menerapkan kebijakan
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) sesuai dengan Keppres No.50 Tahun 1981. Hasil
kajian Saptana (1999) pada saat krisis moneter menunjukkan adanya penurunan
skala usaha pada peternakan plasma sebesar 40 persen. Oleh karena itu kebijakan
pemerintah mengenai PIR ini digantikan dengan model sistem pertanian kontrak
(contract farming). Pada model ini terjadi hubungan kerjasama antara kelompok
peternak dengan perusahaan inti yang dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak
jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu. Mengingat untuk melakukan
usaha tersebut memerlukan sejumlah modal besar, maka para pelaku usahanya
lebih memilih untuk menerapkan contract farming tersebut.
Terdapat beberapa daerah di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan
usaha peternakan ayam broiler. Salah satunya adalah propinsi Banten. Propinsi
Banten dikenal luas sebagai salah satu wilayah penghasil peternakan ayam broiler
yang dapat memproduksi dalam jumlah besar. Hal ini diperkuat dengan kondisi
iklim di propinsi Banten yang dipengaruhi oleh Angin Monson dan gelombang La
Nina sehingga mempunyai cuaca berkisar antara 22.1 -33.7 dengan keadaan
cuaca yang demikian maka sangat cocok untuk dilakukan bisnis peternakan ayam

4

broiler. Sehingga hal tersebut senada dengan besarnya tingkat populasi ternak
ayam broiler di Propinsi Banten. Berikut disajikan pada grafik 1 yang
memperlihatkan tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten.

Grafik 1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten
Sumber :Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (2014)

Berdasarkan grafik 1 menunjukkan tingkat populasi ternak ayam broiler di
Propinsi Banten selama 5 tahun, mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Adanya peningkatan populasi ternak ayam broiler ini, semakin menunjukkan
bahwa prospek kegiatan usaha peternakan ayam broiler di Propinsi Banten sangat
baik, dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satu daerah di
Propinsi Banten yang berpotensi untuk menghasilkan produksi ternak ayam
broiler ialah di Kabupaten Serang. Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik diatas,
menunjukkan bahwa setiap tahunnya populasi ternak ayam broiler di Kabupaten
Serang mengalami peningkatan cukup positif. Adapun rincian mengenai tingkat
populasi ternak ayam di Propinsi Banten dapat dilihat pada Lampiran 1. Adanya
peningkatan populasi ternak ayam broiler tersebut, senada dengan produksi
daging ternak ayam broiler yang dihasilkan di Propinsi Banten, hal ini dapat
dilihat pada tabel 4 menunjukkan produksi daging ternak ayam (ton) di Propinsi
Banten tahun 2009-2013.
Tabel 4 Produksi daging ternak ayam (kg) di Propinsi Banten tahun 2009-2013
Tahun

Ayam Buras

Ayam Petelur

Ayam Ras Pedaging
/ Ayam Broiler

Itik

2009

12 041 923

1 894 053

53 089 163

3 363 877

2010

14 400 961

1 558 310

86 089 067

3 489 973

2011

9 559 484

2 547 016

111 669 673

4 788 697

2012
2013

8 825 086
8 874 756

1 104 449
2 147 886

111 159 290
109 028 799

3 021 429
4 195 361

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Banten (2014

5

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa produksi daging ayam terbesar
yang dihasilkan di Propinsi Banten adalah ayam ras pedaging/ayam broiler,
dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Ini merupakan suatu hal positif
dimana Propinsi Banten merupakan salah satu propinsi yang berpotensi untuk
dilakukan usaha ternak ayam broiler. Namun di tahun 2012 dan 2013 terjadi
penuruan produksi pada usaha daging ayam broiler. Penurunan jumlah produksi
pada daging ayam broiler ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan usaha
peternakan ayam broiler cukup berisiko, karena adanya tingkat kematian yang
tinggi. Kematian (mortalitas) merupakan suatu kejadian yang tidak dapat
dihindarkan oleh para peternak ayam broiler, mengingat bahwa dalam melakukan
usaha peternakan ayam broiler membutuhkan strategi penanganan khusus, agar
kegiatan usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Adanya jumlah produksi daging ayam broiler yang tinggi di propinsi
Banten, menyebabkan banyak daerah di Propinsi Banten berpotensi untuk
menghasilkan ayam broiler dengan populasi yang tinggi salah satunya adalah di
Kabupaten Serang, seperti yang telah digambarkan pada grafik 1 diatas.
Kabupaten Serang merupakan kabupaten yang mempunyai tempat ketinggian
yang baik untuk diusahakan peternakan ayam broiler yaitu sekitar 0 – 200m dpl.
Akibatnya banyak dari masyarakat di Kabupaten Serang, lebih memilih untuk
melakukan ternak ayam broiler. Sehingga hal ini mengakibatkan tingginya jumlah
populasi ternak ayam broiler dibandingkan dengan ternak jenis ayam lainnya di
Kabupaten Serang. Berikut disajikan tabel 5 populasi ternak ayam di kabupaten
Serang tahun 2009 – 2013.
Tabel 5 Populasi ternak ayam (ekor) di Kabupaten Serang tahun 2009-2013
Tahun
Jenis
Total
Ternak
2009
2010
2011
2012
2013
Ayam
Buras

1 427 922

1 574 364

1 790 629

1 942 589

1 866 022

8 601 526

Ayam
Broiler
Ayam
Petelur

1 600 822

1 636 810

8 605 000

11 039 256

3 140 273

26 022 161

663 018

1 509 389

1 284 629

155 569

1 139 425

4 752 030

Sumber : Dinas Peternakan Kab.Serang (2014)

Berdasarkan data pada tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat populasi ayam
broiler lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ayam buras dan ayam petelur.
Dengan tingginya angka populasi ayam broiler di Kabupaten Serang maka hal ini
mendorong banyak masyarakat untuk melakukan usaha peternakan ayam broiler.
Namun peternak ayam broiler di Indonesia masih terkendala dengan modal yang
terbatas untuk kelangsungan usahanya termasuk para peternak di Kabupaten
Serang. Maka hal ini mendorong banyak perusahaan mitra untuk membantu
kelangsungan usaha para peternak. Tujuan perusahaan mitra mendorong peternak
bekerjasama untuk meningkatkan kualitas sumber daya, meningkatkan
pendapatan serta meningkatkan skala usaha yang dijalankannya. Selain itu tujuan
utama peternak bermitra dengan perusahaan inti ialah untuk meminimalisir risiko
yang terjadi.

6

Perusahaan inti semakin lama semakin berkembang, seiring bertambahnya
jumlah permintaan masyarakat terhadap konsumsi ayam broiler dan hal ini
menyebabkan banyak peternakan ayam broiler yang mencoba untuk melakukan
kemitraan. Salah satunya ialah PT Berkah Mitra Sejahtera (BMS) merupakan
perusahaan inti yang berada di Parung Bogor. Kewajiban dari PT Berkah Mitra
Sejahtera ialah memenuhi segala kebutuhan input peternak mulai dari DOC,
pakan, obat-obatan dan vitamin serta menjaminnya pemasaran atas produk yang
dihasilkan. Meskipun peternak melakukan kemitraan namun risiko yang terjadi
selama kegiatan produksi dilakukan tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan
risiko yang muncul ditimbulkan dari faktor lingkungan, tenaga kerja dan sarana
produksi yang digunakan. Salah satu sumber risiko yang paling tidak dapat
dihindari oleh peternak adalah sumber risiko penyakit.
Selain adanya peternakan bermitra yang menghadapi sumber risiko, hal
yang sama pun dialami oleh peternakan mandiri. Peternakan mandiri merupakan
peternakan yang tidak melakukan kemitraan dengan perusahaan inti, sehingga
semua sumber risiko dan dampak yang ditimbulkannya dialami secara
mandiri/individu. Sumber risiko yang tidak dapat dihindari oleh peternakan
mandiri pun sama halnya dengan peternakan bermitra yaitu sumber risiko
penyakit. Penyakit yang menyerang unggas ditimbulkan dari beberapa faktor.
Namun jika diamati perkembangan penyakit yang menyerang unggas dari tahun
ke tahun kerap menunjukkan hal yang sama, baik pada peternakan bermitra
maupun peternakan mandiri.
Sumber risiko yang dialami kedua pola peternakan ayam broiler selama
produksi berlangsung bukan hanya penyakit, masih terdapat sumber risiko lain
yang dapat menyebabkan kematian pada ayam broiler. Oleh karena itu diperlukan
adanya analisa untuk mengetahui sumber risiko apa saja yang mempengaruhi
kedua pola peternakan tersebut selama melakukan kegiatan produksi, menganalisa
seberapa besar dampak yang harus ditanggung oleh kedua jenis pola peternakan
tersebut, kemudian menentukan bentuk pola peternakan ayam broiler manakah
yang mempunyai kemungkinan risiko produksi paling kecil, serta menentukan
strategi yang harus dijalankan agar kegiatan peternakan ayam broiler ini masih
dapat berjalan di tengah menjamurnya persaingan usaha peternakan.

Perumusan Masalah
Berkembangnya perusahaan mitra bidang peternakan ayam broiler di
Indonesia disebabkan oleh peternak memiliki keterbatasan modal dalam
menjalankan usahanya, sehingga peternak memilih untuk melakukan kemitraan.
Tujuan para peternak melakukan kemitraan adalah mendapatkan jaminan pasar,
mendapatkan alur pemasaran yang tepat, meningkatkan pendapatan serta
meminimalkan risiko yang terjadi. Risiko yang harus dihadapi oleh peternak ayam
broiler ialah risiko adanya kematian (mortalitas) yang kerap terjadi saat kegiatan
proses produksi berlangsung, mengingat usaha yang dilakukan merupakan usaha
dengan komoditi makhluk hidup. Adanya kematian tersebut menyebabkan tingkat
kematian (mortalitas) ayam broiler di propinsi Banten berfluktuatif selama lima

7

tahun dimulai sejak tahun 2009 hingga 2013. Fluktuatifnya angka kematian
(mortalitas) ayam broiler di propinsi Banten dapat dilihat pada grafik 2

Grafik 2 Tingkat mortalitas ayam broiler (persen) di Propinsi Banten
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (2013)

Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian ayam broiler di
propinsi Banten cukup berfluktuatif, hal ini mengindikasikan bahwa dalam
melakukan usaha peternakan ayam broiler sangat berisiko. Melihat tingkat
mortalitas ayam broiler yang cukup berfluktuatif maka beberapa peternak di
propinsi Banten melakukan kegiatan kemitraan dengan perusahaan inti salah
satunya PT.Berkah Mitra Sejahtera. PT Berkah Mitra Sejahtera merupakan
perusahaan inti bidang peternakan yang menjalin kemitraan dengan beberapa
peternak ayam broiler di propinsi Banten yang tersebar di beberapa desa
diantaranya desa Cibuah peternakan milik ibu Lisda, desa Buah Gede peternakan
milik bapak Hajiji dan desa Cisitu peternakan milik bapak Marfu. Hal tersebut
para peternak lakukan karena peternak ingin meminimalisir risiko yang terjadi,
sebab risiko yang kerap dialami oleh peternak bermitra berasal dari berbagai
sumber risiko. Indikasi adanya risiko yang dialami para peternak mitra selain
karena adanya kematian ditandai pula dengan terjadinya fluktuasi produksi selama
peternak melakukan kemitraan dengan Berkah Mitra Sejahtera.
Sumber risiko yang kerap dialami oleh para peternak disebabkan oleh
penyakit. Sumber risiko karena penyakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor lingkungan, faktor kebersihan kandang dan faktor sumber daya
manusia. Penyakit yang sering menyerang peternakan ayam broiler diantaranya
penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD), Newcastle Disease (tetelo).
Infection Bursal Disease (gumboro), Omphalitis, Colibacillosis dan Aspergillosis.
Selain adanya sumber risiko penyakit, sumber risiko yang kerap dialami oleh para
peternak adalah sumber risiko perubahan cuaca, dimana dengan adanya cuaca
yang kerap berubah tidak menentu menyebabkan suhu yang dibutuhkan oleh
ayam untuk berkembang pun menjadi tidak stabil, hal ini mengakibatkan ayam
menjadi stress dan mati.
Adanya kerugian yang dialami peternak bermitra akibat sumber risiko
tersebut dapat dilihat dari tingginya kematian (mortalitas) yang dialami oleh salah
satu peternak mitra PT.Berkah Mitra Sejahtera yang sudah menjalin kemitraan
selama 3 tahun. Tingkat mortalitas ayam broiler milik salah satu peternak mitra
BMS disajikan pada 7 periode sejak tahun 2013 hingga 2014 secara umum

8

disebabkan oleh beberapa penyakit dan perubahan cuaca yang menyerang di
setiap periodenya.
Tabel 6 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Berkah Mitra Sejahtera
Jumlah
Jumlah
Tingkat
Jumlah panen
Periode
DOC awal
kematian
mortalitas
(ekor)
(ekor)
(ekor)
(%)
1 (Apr-Mei 2013)
5000
3820
1180
23.6
2 (Agt-Sep 2013)
5000
3376
1624
32.48
3 (Okt-Nov 2013)
5000
4875
125
2.5
4 (Feb-Apr 2013)
5000
4684
316
6.32
5 (Mei-Jun 2013)
5000
3215
1785
35.7
6 (Agt-Sept 2013)
5000
4516
484
9.68
7 (Okt-Nov 2013)
5000
4444
556
11.12
Sumber : Berkah Mitra Sejahtera (2014) (data diolah)

Tingginya nilai mortalitas yang dialami oleh salah satu peternak ayam
broiler mitra BMS mengindakasikan bahwa adanya risiko produksi yang dialami
oleh peternak ayam broiler mitra perusahaan BMS. Tingginya nilai mortalitas
tersebut dialami oleh peternak saat periode kedua sebesar 32.48 persen.
Selain dari peternak bermitra yang kerap mengalami risiko selama kegiatan
produksi berlangsung, hal sama pun dialami oleh salah satu peternak ayam broiler
mandiri yang berada di desa Sindang Mulya. Dimana risiko selama melakukan
produksi berlangsung tidak dapat dihindari. Sumber risiko yang dialami oleh
peternak mandiri pun mempunyai hal yang sama dengan peternak bermitra
disebabkan karena sumber risiko penyakit dan perubahan cuaca. Adanya tingkat
kematian (mortalitas) yang dialami oleh peternak mandiri dapat dilihat pada tabel
7 selama 7 periode peternak melakukan kegiatan produksi dimulai tahun 2013
hingga 2014.
Tabel 7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mandiri
Jumlah
Jumlah
Jumlah panen
Tingkat
Periode
DOC awal
kematian
(ekor)
mortalitas (%)
(ekor)
(ekor)
1 (Mei-Jun 2013)
5000
4837
163
3.26
2 (Agt-Sep 2013)
5000
4884
116
2.32
3 (Nov-Des 2013)
5000
4767
233
4.66
4 (Feb-Mar 2013)
5000
4716
284
5.68
5 (Mei-Jun 2013)
5000
4900
100
2
6 (Agt-Sep 2013)
5000
4795
205
4.1
7 (Nov-Des 2013)
5000
4736
264
5.28
Sumber : Peternak ayam broiler mandiri (2014) (data diolah)

Pada tabel 7 menunjukan bahwa risiko produksi pada usaha peternakan
ayam broiler tidak hanya dialami oleh peternak bermitra namun peternak mandiri
pun mengalami hal yang sama.Adanya tingkat mortalitas yang tinggi
menyebabkan peternak mandiri kerap mengalami kerugian yang amat tinggi pula,

9

mengingat usaha yang dilakukannya tersebut tidak menjalin kemitraan dengan
perusahaan inti, maka peternak harus menanggung kerugian secara mandiri.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada kedua pola peternakan ayam
broiler baik mitra maupun mandiri, risiko produksi merupakan suatu kejadian
yang tidak dapat dihindari oleh para pelaku usaha. Akibat yang ditimbulkan dari
risiko produksi ini ialah adanya tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi baik
yang dialami oleh peternak mitra maupun mandiri. Mengingat kedua peternakan
tersebut memiliki pola yang berbeda dalam melakukan kegiatan usahanya maka
diperlukan sebuah analisa untuk mengetahui sumber risiko yang terjadi pada
kedua pola peternakan ayam broiler tersebut. Berdasarkan kondisi yang telah
dijelaskan, maka beberapa permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
1. Apa sajakah sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam
broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ?
2. Berapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber
risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di
Kabupaten Serang ?
3. Apa bentuk pola peternakan yang mempunyai kemungkinan risiko
produksi paling kecil di Kabupaten Serang ?
4. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi
ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di
Kabupaten Serang ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi
pada usaha
peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.
2. Menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumbersumber risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler bermitra
dan mandiri di Kabupaten Serang.
3. Membandingkan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler
bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.
4. Menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko
produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan
mandiri di Kabupaten Serang.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
berbagai pihak diantaranya :
1. Sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan bagi para
peternak bermitra serta pihak perusahaan PT.BMS dalam mengambil
keputusan bisnis, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga
penelitan selanjutnya dapat menganalisis lebih mendalam mengenai
analisis peternakan ayam broiler.

10

3.
4.

Sebagai bahan untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi
peneliti dalam bidang agribisnis khususnya peternakan.
Dapat mengetahui diantara kedua pola peternakan tersebut yang
memiliki kemungkinan risiko terkecil selama kegiatan produksi
berlangsung.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian mengenai analisis risiko produksi pada usaha
peternakan ayam broiler adalah :
1. Komoditas yang diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang
diusahakan oleh tiga peternak bermitra yang menjalin kerjasama dengan
PT.BMS dan seorang peternak mandiri.
2. Data yang digunakan merupakan data primer hasil wawancara dan diskusi
langsung dengan pihak PT.BMS diwakili oleh Technical Service (TS),
peternak ayam broiler dan data sekunder berupa data produksi ayam
broiler selama periode peternak mitra menjalin kerjasama dengan
PT.BMS.
3. Data yang digunakan pada peternak mandiri merupakan data primer hasil
wawancara dan diskusi langsung dengan peternak mandiri, akan tetapi
karena adanya keterbatasan dalam pembukuan data mengenai harga dari
peternak mandiri yang diteliti, maka peneliti mewawancarai peternak
mandiri lain untuk melengkapi data-data yang diperlukan.
4. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta
alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam Broiler
Ayam ras pedaging atau disebut juga dengan ayam broiler merupakan salah
satu jenis komoditi dari sub sektor peternakan yang memiliki pertumbuhan cepat
dan dapat mengonversi pakan yang dikonsumsi secara optimal menjadi daging.
Karena kemudahan dan kecepatannya dalam berkembang tersebut banyak dari
masyarakat di Indonesia yang mulai melakukan bisnis usaha peternakan ayam
broiler. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dikemukakan oleh
Tombuku,Rawung dkk. (2014) dan Siregar (2005) menjelaskan kelebihan yang
dimiliki oleh ayam broiler adalah memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat,
pada umur 5-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen serta memiliki daging
lembut, empuk, dan gurih dengan bobot hidup berkisar antara 1,5-2,0 kg/ekor.
Selain itu harga daging ayam broiler ini sangat terjangkau bagi masyarakat, maka
tidak sedikit masyarakat yang mengkonsumsi daging ayam broiler.

11

Melihat adanya beberapa keunggulan dalam pemeliharaan usaha peternakan
ayam broiler, maka usaha peternakan ayam broiler ini sudah mulai diterapkan
oleh masyarakat Indonesia (Rasyaf 2005). Terdapat dua pola yang dilakukan oleh
masyarakat dalam kegiatan usaha ini yaitu kemitraan dan mandiri. Pola kemitraan
yaitu kerjasama yang terjadi antara peternak dengan pihak perusahaan (inti)
dengan maksud ingin mendapatkan keuntungan, hal ini serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Farida (2012) yang menyatakan bahwa pola kemitraan
dilakukan selain untuk memperoleh keuntungan juga untuk memperoleh
kesejahteraan serta menanggung risiko bersama. Bentuk usaha peternakan pola
kemitraan ini ialah inti-plasma dimana peternak mitra bertindak sebagai plasma
dan perusahaan mitra bertindak sebagai inti. Hal ini senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kusumah (2008) mengenai kemitraan antara Tunas Mekar
Farm sebagai perusahaan inti dan 22 orang peternak mitranya sebagai plasma.
Pada pola kemitraan terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh peternak
jika ingin melakukan kemitraan, hal ini dilakukan sesuai dengan ketetapan pihak
perusahaan. Sebagaimana pada penelitian Dewi (2006) menjelaskan adanya syarat
yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin bermitra dengan PT.XYZ yaitu harus
memiliki kandang sendiri, survey dari pihak perusahaan mengenai kandang dan
kelengkapannya serta adanya jaminan surat tanah atau uang Rp.10.000 per ekor
ayam.
Usaha peternakan pola mandiri adalah usaha yang dilakukan oleh peternak
dimulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran produksinya secara mandiri
tanpa melibatkan pihak luar, hal ini pun senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh Farida (2012). Pada pola mandiri tidak ada perusahaan yang melakukan
kerjasama dengan para peternaknya serta tidak ada pula penetapan sejumlah
syarat tertentu seperti yang dilakukan oleh peternak mitra. Pola budidaya yang
dilakukan oleh peternak mandiri maupun mitra menggunakan sistem “all in-all
out”, atau sistem dimana ternak ayam ras pedaging dipelihara sejak awal dari bibit
(DOC) hingga panen berada hanya pada satu kandang, hal ini dikemukakan pada
penelitan Farida (2012).
Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler
Kegiatan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler tidak pernah luput
dari adanya faktor – faktor yang mempengaruhi usaha tersebut. Faktor-faktor
tersebut bisa dalam bentuk tetap dan variabel. Pendapat demikian serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Murtidjo (1990) dalam Gustriyeni (2007), faktor –
faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua,
yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap
terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Adapun faktor produksi variabel terdiri
dari DOC, pakan, obat – obatan, vaksin, vitamin, sekam, air , listrik, bahan bakar
untuk pemanas dan tenaga kerja.
Dalam kegiatan budidaya terdapat beberapa faktor produksi yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Lahan atau lokasi usaha peternakan
Pemilihan lokasi lahan peternakan penting untuk kelangsungan usaha agar
berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh

12

peternak, sebab akhir – akhir ini lokasi peternakan sudah berebut areal dengan
kepentingan lain seperti perumahan, real estate, perhotelan, dan industri berbagai
macam barang. Pendapat Rasyaf (2007) menyatakan bahwa penentuan lokasi
peternakan harus sesuai dengan kriteria – kriteria yang baik dan sesuai panduan
beternak ayam pedaging. Kriteria yang disesuaikan dengan panduan beternak
ayam pedaging menetapkan bahwa lokasi lahan yang digunakan sebaiknya jauh
dari keramaian dan pemukiman penduduk, jarak ideal sebaiknya 250 m dari
peternakan lain dan 1 km dari peternakan bibit ayam. Hal tersebut senada dengan
penelitian yang diungkapkan Arwinta (2013) lokasi peternakan ayam yang
ditelitinya berada di ketinggian sekitar 118 m – 1 335 m dari permukaan laut, serta
mempunyai jarak tempuh dari pusat kota sekitar 30 km. Begitupun dengan lokasi
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2011) dan Putra (2010) kedua lokasi
peternakan yang diteliti berjarak 12 km dari pusat kota dan jauh dari jalan raya
serta pemukiman penduduk. Hal ini dilakukan agar penduduk tidak mengganggu
peternakan yang membutuhkan ketenangan, begitupun sebaliknya keberadaan
peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi udara.
2. Peralatan dan Kandang
Selain lokasi peternakan, hal lain yang harus diperhatikan adalah peralatan
dan kandang. Peralatan yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah
tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, ember, waring dan lain-lain.
Begitupun pada penelitian Solihin (2009), Pinto (2011) dan Arwita (2013),
peralatan kandang yang disiapkan terdiri dari tempat pakan, tempat minum, drum,
ember dan lain-lain. Peralatan yang digunakan haruslah terjaga kesterilannya,
pada penelitian Solihin (2009) dan Arwita (2013) kebersihan tempat pakan dan
minum dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri, pada penelitian Solihin (2009)
tempat minum otomatis atau belldrinker terindikasi menjadi tempat untuk
berkembangnya bakteri karena sisa – sisa serbuk tersebut mengendap pada tempat
air minum otomatis dan dalam waktu singkat dapat timbulnya kerak berwarna
hijau atau lumut yang dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri Escherichia Coli
oleh karena itu pada tahap pembersihannya,semua peralatan kandang dicuci
menggunakan air yang telah dicampurkan virukill, hal senada dilakukan pula pada
penelitian Arwita (2013) di lokasi peternakan ayam broiler Bapak Syafril.
Tempat pakan yang sering digunakan pada awal proses produksi adalah
freeder tray kemudian setelah ayam berumur lebih dari 7 hari tempat pakan
diganti menjadi hanging feed, hal ini pun senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pinto (2011) dan Arwita (2013) pada masing-masing lokasi
penelitiannya. Untuk peralatan pemanas selama periode pemanasan (umur 1 -14
hari) yang terdiri dari lingkaran pelindung dan pemanas (brooder). Jenis pemanas
sangat beragam tergantung dari sumber energi yang digunakan. Tabel 8
memperlihatkan jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya.

13

Tabel 8 Jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya
Kapasitas Jenis
No.

Sumber Energi

Alat Pemanas

Pemanas
(Ekor)
1 000 – 1 500

1.

Gas LPG

Gasolek dan Regulator

2.

Batu Bara

Kompor

750 – 1 200

3.

Minyak Tanah

Kompor

250 – 700

4.

Sekam

Kompor

100 – 500

5.

Listrik

Lampu 40 – 100 watt

100 – 250

Sumber : Fadilah et al, 2007

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan ayam broiler
adalah keberadaan kandang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pendirian kandang diantaranya arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan
konstruksi kandang, ventilasi kandang, luas lantai dan sistem alas kandang.
Pentingnya perhatian terhadap keberadaan kandang tersebut sesuai dengan
apa yang dilakukan pada penelitian Aziz (2009),Solikhin (2011) dan Yemima
(2014) yang menyatakan bahwa kandang yang baik yaitu kandang dengan bentuk
panggung karena adanya kemudahan dalam mekanisme kandang, tidak diperlukan
biaya untuk pembelian litter dan mengurangi kontak ayam dengan feses. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010) pada penelitiannya
menjelaskan bahwa tipe kandang tertutup lebih intensif digunakan sebab
memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya,
mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi.
3. Bibit Ayam atau DOC
Bibit ayam atau Day Old Chicken (DOC) merupakan faktor produksi utama
dalam usaha peternakan ayam broiler. Pentingnya identifikasi terhadap faktor
produksi bibit DOC ini diterapkan pada penelitian Aziz (2009), Solihin (2009)
dan Putra (2010) yang menyatakan bahwa DOC merupakan komoditas unggulan
perunggasan hasil persilangan dari jenis – jenis ayam berproduktifitas tinggi yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada penelitian Putra (2010) bibit DOC yang
diperoleh berasal dari PT.Cibadak Indah Sari Farm dengan bobot rata-rata yaitu
40.07 gram,DOC yang digunakan tampak lincah dan aktif serta warna bulu
terlihat cerah. Hal ini berbeda pada penelitian Solihin (2009) bibit DOC yang
digunakan pada peternakan CV AB Farm mudah terserang penyakit yaitu
penyakit Newcastle Disease dan Runting Stunting Syndrome (kekerdilan) yang
timbul pada peternakan ini tidak terlepas dari kualitas pengadaan DOC yang
kurang baik. DOC yang baik akan menghasilkan ayam broiler yang baik pula,
dimana daging ayam broiler memiliki ciri khas rasa dagingnya yang enak dan
empuk serta memiliki kandungan gizi protein hewani yang banyak.

14

4. Pakan
Keberhasilan suatu produksi ayam broiler dapat dilihat dari hasil output
ayam yang diperoleh mempunyai kondisi fisik yang baik dan sehat serta bobot
ayam broiler yang sesuai tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sekitar 1,5 kg –
2,0 kg. Pernyataan demikian sesuai dengan apa yang terdapat pada penelitian
Pinto (2011) dan Nugraha (2011) dimana pada awal DOC masuk pemberian
pakan sangat intensif dilakukan, karena pada masa tersebut sangat menentukan
perkembangan bobot ayam selama masa produksi. Pinto (2011) pada
penelitiannya melakukan pemberian pakan selama 3-4 jam setelah DOC minum
tetapi pada penelitian Nugraha (2011) pemberian pakan dilakukan pada pagi,
siang dan sore hari dengan adanya pengontrolan yang ketat dari anak kandang.
Pada kedua penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu pakan yang paling
diutamakan adalah pakan starter sebab kaya akan protein dan sangat penting untuk
kekebalan tubuh DOC juga sangat menentukan kualitas output dari ayam yang
dihasilkan pada saat panen tiba.
5. Obat – obatan,Vitamin dan Vaksin
Ayam broiler merupakan salah satu komoditi unggas yang sangat rentan
terhadap penyakit. Jenis penyakit yang sering menyerang unggas ini diantaranya

Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside,
Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Akibat dari banyaknya penyakit
yang menyerang unggas tersebut diperlukanlah penanganan khusus dalam
pemberian obat-obatan dan vaksin terhadap unggas terutama ayam broiler.
Perhatian secara intensif terhadap pemberian obat-obatan dan vaksin dilakukan
oleh Pinto (2011) dan Arwita (2013). Pemberian vaksinasi dilakukan melalui tetes
mata, tetes hidung, mulut dan suntik. Vaksinasi diberikan kepada ayam umur 5,912 dan 18 hari. Vaksin pada ayam 5 hari adalah vaksin tetelo 1 (ND live) dan
diberikan melalui tetes mata. Vaksin pada umur 9-12 hari adalah vaksin gumboro
(IBD Live). Sedangkan vaksin pada ayam umur 18 hari adalah vaksin tetelo 2
(ND Live) yang diberikan melalui air minum. Akan tetapi pada penelitian Pinto
(2011) masih terdapat tambahan vaksin lain yaitu pemberian vaksin AI agar tidak
terserang penyakit flu burung dan sekarang sudah tidak pernah mendapatkan
vaksin AI kembali karena tidak terkena virus H5N1.
6. Tenaga Kerja
Dalam menjalankan kegiatan usaha peternakan ayam broiler diperlukan
sejumlah tenaga kerja untuk kegiatan pengelolaannya. Oleh karena itu keberadaan
tenaga kerja sangatlah dibutuhkan. Pentingnya keberadaan tenaga kerja ini sangat
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2009) dan Pinto (2011).
Berdasarkan hasil penelitian Aziz (2009) adanya tenaga kerja sangat dibutuhkan
untuk kegiatan operasional kandang seperti pemberian pakan, pemberian minum,
pelaksanaan vak