Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN

AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI,

KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

BONA PINTO H34096011

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

ii

RINGKASAN

BONA PINTO. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Pengelolaan usahaternak khususnya ayam broiler dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga usahaternak tersebut dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, (2) menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, (3) menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu.

Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yang berlokasi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret sampai Juni 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan dengan pemilik usaha peternakan, kepala kandang, anak kandang, dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Data primer ini diantaranya berupa teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh usaha peternakan Bapak Restu. sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal peternakan ayam, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan LSI IPB, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data jumlah produksi ayam ras pedaging, jumlah populasi ayam ras pedaging, jumlah konsumsi daging ayam, dan laporan keuangan

Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya. Terdapat 4 jenis sumber risiko produksi yaitu kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama predator dan penyakit. Setelah itu dilakukan perhitungan probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko tersebut. Sumber risiko produksi hama predator memiliki tingkat probablitas terbesar yaitu 38,4 persen, kepadatan ruang 33,7 persen, penyakit dengan tingkat probabilitas 33 persen dan yang terkecil adalah perubahan cuaca sebesar 12,5 persen. Sedangkan analisis dampak dari sumber–sumber risiko memakai metode

VaR dengan tingkat keyakinan 95% adalah sumber risiko penyakit memberikan dampak terbesar disusul kepadatan ruang, perubahan cuaca dan hama predator.

Setelah melakukan identifikasi sumber-sumber risiko dan menghitung probabilitas serta dampak dari masing-masing sumber risiko, akhirnya didapat 2 jenis usulan strategi bagi peternakan Bapak Restu, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang diusulkan untuk mengurangi probabilitas terjadinya risiko akibat keberadaan hama predator, kepadatan ruang dan penyakit. Untuk sumber risiko hama predator peneliti mengusulkan agar peternakan Bapak Restu


(3)

iii memasang jaring kawat pada seluruh bagian kandang. Strategi preventif tambahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi probabilitas sumber risiko hama predator adalah dengan pengontrolan terhadap keberadaan dan perkembangbiakan hama khususnya musang karena, musang merupakan hama yang lebih cocok dengan strategi preventif ini. Pengontrolan musang ini dapat dilakukan dengan memburu musang atau menembaknya.

Strategi preventif yang diusulkan peneliti untuk sumber risiko kepadatan ruang adalah pemakaian ventilasi bantuan. Hal ini bertujuan agar udara busuk yang ada di dalam kandang dapat terusir dan tidak mengganggu perkembangan ayam. Usulan strategi preventif berikutnya yaitu untuk mengurangi probabilitas penyakit. Strategi preventif yang diusulkan adalah meningkatkan kedisplinan anak kandang dalam menjaga sarana prasarana seperti sumur sebagai sumber air minum serta menjaga perlakuan yang bersifat operasional agar tetap steril. Selain itu untuk menghindari tumbuh berkembangnya kutu dan parasit lainnya, peternakan Bapak restu disarankan untuk melakukan penyemprotan menggunakan insectysida. Cuaca yang berada pada kuadran 3 juga diusulkan menggunakan strategi preventif, yaitu dengan mendisiplinkan anak kandang dalam buka tutup tirai, hal ini bertujuan perubahan cuaca tidak dirasakan langsung oleh ayam.

Strategi mitigasi juga diusulkan peneliti bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu untuk mengurangi dampak dari sumber risiko penyakit. Strategi tersebut agar peternakan ini menggunakan obat atau vaksin secara selang seling, maksudnya agar menghindari kemungkinan kekebalan virus atau bakteri penyabab penyakit tersebut terhadap 1 jenis obat saja. Selama ini peternakan ayam broiler milik Bapak Restu cenderung memakai 1 jenis obat untuk 1 jenis penyakit.


(4)

iv

AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI,

KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR

BONA PINTO H34096011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

v Judul proposal : Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik

Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor

Nama : Bona Pinto Nrp : H34096011

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc

NIP. 196302281990032001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 195809081984031002


(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Bona Pinto


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh usaha Peternakan Bapak Restu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2011


(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1987 di Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Idham Paguno dan Ibunda Rini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 21 Kuranji pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas diperoleh di SMUN 1 Guguak dan lulus pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program keahlian Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang strata satu di Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.


(9)

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberi nasehat, masukan dan ilmunya selama penulisan skripsi ini.

2. Eva yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, bimbingan selama perkuliahan pada Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah memberikan ilmu, masukan, kritik dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan ilmu, masukan, kritik dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Orang tuaku yang tercinta Ayahanda Idham Paguno dan Ibunda Rini atas segala perhatian, kasih sayang, dukungan, doa serta dorongannya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Saudara-saudaraku tercunta Sendi Banio, Andika Boni, Nilam Titisani, Pandu Buana dan semua keluarga besar yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang.

7. Pihak Peternakan Bapak Restu atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan

8. Dian Ariani yang telah memberikan perhatian, dorongan dan semangat selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis angkatan 7 atas semangat dan sharing selama


(10)

x penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Kegunaan ... 8

1.5 Ruang Lingkup ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Peternakan Ayam Broiler ... 10

2.2 Risiko Produksi ... 11

2.3 Penyakit Ayam Broiler ... 13

2.4 Faktor-Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler ... 13

2.4.1 Lahan ... 14

2.4.2 Kandang dan Peralatan ... 14

2.4.3 DOC ... 16

2.4.4 Pakan ... 16

2.4.5 Obat-Obatan dan Vaksin ... 17

2.4.6 Tenaga Kerja ... 18

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1 Konsep Risiko ... 19

3.1.2 Analisis Risiko ... 20

3.1.3 Karegori Risiko ... 21

3.1.4 Manajemen Risiko ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Lokasi dan Waktu ... 25

4.2 Data dan Sumber Data ... 25

4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

4.4 Metode Analisis Data ... 26

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 27

4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 28

4.4.3 Analisis Dampak Risiko ... 29


(12)

xii

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 33

5.2 Lokasi Perusahaan... 34

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 35

5.4 Kegiatan Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Milik Bapak Restu ... 37

5.4.1 Persiapan Kandang ... 37

5.4.2 Kegiatan Budidaya ... 39

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER ... 45

6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi... 45

6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi ... 54

6.3 Analisis Dampak Risiko Produksi ... 58

6.4 Pemetaan Risiko Produksi ... 61

6.4 Strategi Penanganan Risiko Produksi ... 63

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1 Kesimpulan ... 71

7.2 Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Total Produksi Nasional Daging, Susu, dan Telur Tahun 2001-2009 . . 1 2. Kontribusi Total Kuatitas Daging Ayam Broiler terhadap

Produksi Daging di Jawa Barat ... 2 3. Harga Komoditi Daging Hasil Ternak di Jawa Barat

Tahun 2011 ... 3 4. Populasi Ayam Broiler Tiga Propinsi di Indonesia Tahun 2001-2008 4 5. Kontribusi Populasi Ayam Boiler Jawa Barat terhadap Nasional

Tahun 2001-2008 ... 4 6. Perkembangan Populasi Ayam Broiler (ekor) Tahun 2005-2010

di Kabupaten Bogor ... 5 7. Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler pada Peternakan Milik

Bapak Restu ... 8 8. Pengaruh Kepadatan Ruang terhadap Berat Badan dan Mortalitas ....

Ayam Broiler ... 16 9. Pegangan Berproduksi Ayam Broiler Berdasarkan Konversi Pakan ... 18 10. Metode Analsis untuk Menjawab Tujuan Penelitian ... 30 11. Jumlah Kematian Ayam karena Kepadatan Ruang pada

Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 47 12. Jumlah Kematian Ayam karena Pengaruh Cuaca Ruang pada

Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 50 13. Jumlah Kematian Ayam karena Hama Predator Ruang pada

Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 51 14 Jumlah Kematian Ayam karena Penyakit pada Peternakan Ayam

Broiler Milik Bapak Restu ... 53 15. Hasil Analisis Probabilitas Sumber-Sumber Risiko pada

Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 54 16. Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi pada

Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 60 17. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi pada Peternakan

Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 61


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan ... 21

2. Hubungan Risiko dengan Return ... 22

3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ... 25

4. Kerangka Pemikiran operasional ... 27

5. Peta Risiko ... 34

6. Preventif Risiko ... 35

7. Mitigasi Risiko ... 36

8. Kandang Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 39

9. Struktur Organisasi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 39

10. Spray Tekanan Tinggi ... 42

11. Batu Bara dan Tempat Pemanas ... 43

12. Vigroo, Colistam dan Enro Tylisin ... 45

13. Pakan Starter dan Freeder Tray ... 46

14. Ayam Umur 8 Hari ... 46

15. Pro Bio Herba-C atau Air Jahe ... 48

16. Salah Satu Sumur pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu ... 54

17. Hasil Pemetaan Sumber-Sumber Risiko Produksi ... 62

18. Usulan Strategi Preventif Risiko Produksi ... 65

19. Usulan Strategi Mitigasi Risiko Produksi ... 67


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Layout Lokasi Peternakan Bapak Restu ... 75

2. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Kepadatan Ruang ... 76

3. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Cuaca .. 77

4. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit ... 78

5. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama ... 79

6. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Kepadatan Ruang ... 80

7. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca ... 81

8. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit ... 82

9. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Hama Predator ... 83


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing dipasaran.

Sub sektor peternakan adalah penghasil utama komoditi daging, susu, dan telur. Tiga komoditi ini menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan khususnya di Indonesia. Tabel 1 menggambarkan perkembangan produksi daging, susu dan telur di Indonesia Tahun 2001-2009.

Tabel 1. Total Produksi Nasional Daging, Susu, dan Telur Tahun 2001-2009

Tahun Daging

(000 Ton)

r (%) Telur

(000 Ton)

r (%) Susu

(000 Ton)

r (%)

2001 1.560,6 - 850,3 - 479,9 -

2002 1.769,9 13,41 945,8 11,23 493,4 2,81

2003 1.872,4 5,80 973,5 2,92 553,4 112,16

2004 2.020,4 7,90 1.107,3 13,74 549,9 -0,63

2005 1.817,0 -10,10 1.051,5 -5,04 536,0 -2,52

2006 2.062,9 13,53 1.204,4 14,54 616,5 15,02

2007 2.067,6 0,23 1.382,1 14,75 567,7 -7,92

2008 2.137,5 3,38 1.323,6 -4,23 647,0 13,97

2009 2.204,7 3,14 1.306,8 -1,27 827,2 27,81

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 1, terlihat perkembangan produksi diantara ketiga produk andalan subsektor peternakan yaitu daging, susu, dan telur. Jika diambil perbandingan diantara ketiganya, maka daging merupakan komoditi terbesar dari hasil peternakan. Pada Tahun 2009 kuantitas produksi daging di Indonesia sebesar 2.204.700 ton, lebih besar dari jumlah produksi telur yang hanya sebesar 1.306.800 ton dan produksi susu sebesar 827.200 ton. Total produksi daging selalu mengalami kenaikan setiap tahun, kecuali pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 10,10 persen. Meskipun pernah mengalami penuruan, secara total produksi daging masih lebih besar dibandingkan telur dan susu. Angka statistik pada Tabel 1 juga mengindikasikan bahwa daging merupakan komoditi utama dan terbesar dari sub sektor peternakan. Ayam broiler merupakan salah satu


(17)

2 hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya. Saat ini budidaya ayam broiler semakin digemari karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan sapi ataupun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya . Salah satu sentra pembudidayaan ayam broiler di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 memperlihatkan kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat.

Tabel 2. Kontribusi Total Kuantitas Daging Ayam Broiler Terhadap Produksi Daging di Jawa Barat (dalam satuan ton).

No Tahun Daging Ayam Broiler Produksi Daging Kontribusi (%)

1 2001 163.847 265.523 61,70

2 2002 216.632 340.331 63,65

3 2003 242.990 377.676 64,34

4 2004 263.397 396.537 66,42

5 2005 259.749 363.770 71,40

6 2006 276.195 408.342 67,64

7 2007 279.851 371.143 75,40

8 2008 335.151 436.766 76,73

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 (diolah) Ket : hewan penghasil daging (ayam broiler, sapi, domba, dan kambing)

Berdasarkan Tabel 2, daging yang dihasilkan ayam broiler memberikan kontribusi sangat besar bagi pengadaan daging di Jawa Barat. Pada Tahun 2008 kontribusi daging ayam ras mencapai angka 76,73 persen, hal ini jelas mengindikasikan bahwa ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat penting bagi perekonomian ataupun kehidupan masyarakat. Kuantitas produksi yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler dapat terus berkembang di masa yang akan datang.

Faktor penting lainnya yang menyebabkan ayam broiler tinggi peminatnya adalah harga daging yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging sapi ataupun daging kambing. Tabel 3 menampilkan harga beberapa jenis daging ternak di Jawa Barat, yang dapat menjadi alasan minat masyarakat memilih mengkonsumsi daging ayam.


(18)

3

Table 3. Harga Komoditi Daging Hasil Ternak di Jawa Barat Tahun 2011

Komoditi Harga rata-rata (rupiah/kg)

Produsen Grosir Konsumen

Daging sapi has - 58.000 60.000

Daging sapi bistik - 60.000 62.000

Daging sapi murni - 60.000 62.000

Hati sapi - 50.000 60.000

Daging kambing/ domba 50.000 55.000 58.000

Daging ayam ras 19.000 20.000 22.000

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 (bulan Februari 2011)

Tabel 3 menunjukkan bahwa harga daging ayam broiler lebih murah dibandingkan dengan harga daging sapi maupun daging kambing atau domba. Untuk setiap 1 kilogram daging broiler, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 22.000,00. Harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan harga 1 kilogram daging sapi berbagai jenis dan daging kambing atau daging domba per kilogramnya. Dengan demikian secara ekonomis konsumen lebih cenderung untuk mengkonsumsi daging ayam broiler dari pada daging sapi atau kambing.

Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skala peternakan kecil atau peternakan rakyat. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan populasi ayam broiler khususnya di provinsi yang menjadi sentral produksi. Pada alinea sebelumnya telah dijelaskan bahwa daging ayam broiler merupakan kontribusi terbesar terhadap penyediaan daging. Tentu saja hasil tersebut berbanding lurus dengan peningkatan populasinya, karena dengan peningkatan populasi maka daging yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya apabila populasi ayam broiler tersebut menurun maka akan berdampak besar bagi produksi daging. Berdasarkan fakta seperti itu, sangat penting untuk terus meningkatkan populasi ayam broiler karena kebutuhan daging ayam pada dasarnya akan semakin meningkat pula. Tabel 4 menggambarkan perkembangan populasi ayam broiler di tiga provinsi di Indonesia.


(19)

4

Tabel 4. Populasi Ayam Broiler Tiga Provinsi di Indonesia Tahun 2001-2008

Tahun Provinsi

Jawa barat Pertumbu

han (%)

Jawa Timur Pertumbu

han (%)

Jawa Tengah Pertumbu

han (%)

2001 238.050.365 - 89.706.792 - 53.879.257 -

2002 269.778.372 13,28 153.817.800 71,47 97.485.267 80,93

2003 296.160.072 9,78 185.144.982 20,36 66.646.915 -31,63

2004 328.015.536 10,76 162.781.000 -12,08 50.356.308 -24,44

2005 352.434.300 7,44 142.602.400 -12,40 62.043.412 23,21

2006 343.954.090 -2,41 119.525.124 -16,18 61.258.115 -1,27

2007 377.549.055 9,77 148.854.817 24,54 64.552.829 5,38

2008 417.373.596 10,55 140.005.968 -5,94 54.643.212 -15,35

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4, populasi terbanyak yaitu pada Provinsi Jawa Barat dengan jumlah populasi pada tahun 2008 sebanyak 417.373.596 ekor. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 140.005.968 ekor. Jika dibandingkan antara kedua provinsi terbanyak dalam polulasi tersebut, maka jumlah populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Timur hanya 33,54 persen dari jumlah yang ada di daerah Jawa Barat. Trend kenaikan populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Barat juga terhitung lebih stabil dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dimulai dari tahun 2001-2008 kenaikan populasi ayam broiler di Jawa Barat mencapai 75,33 persen, jauh lebih besar dari peningkatan populasi di Jawa Timur yang hanya sebesar 56,07 persen bahkan untuk populasi di Jawa Tengah hanya meningkat sebesar 1,41 persen. Selain itu dari segi kontribusi, Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi yang sangat tinggi.

Tabel 5. Kontribusi Populasi Ayam Broiler Jawa Barat Terhadap Nasional Tahun 2001-2008

Tahun Jawa Barat (ekor) Nasional (ekor) Kontribusi (%)

2001 238.050.365 621.870.428 38,28

2002 269.778.372 865.074.785 31,18

2003 296.160.072 847.743.895 34,93

2004 328.015.536 778.969.843 42,10

2005 352.434.300 811.188.684 43,45

2006 343.954.090 797.527.446 43,13

2007 377.549.055 891.659.346 42,34

2008 417.373.596 902.052.418 46,27

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 5, tingkat kontribusi populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional sangat tinggi. Jika dilihat dari dua tahun terakhir kontribusinya semakin meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 42,34


(20)

5 persen dan tahun 2008 sebanyak 46,27 persen. Data Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2011 ini mengindikasikan tingginya potensi pengembangan usaha ayam broiler di Jawa Barat.

Provinsi Jawa barat memiliki beberapa kabupaten yang menjadi daerah sentra produksi dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan kepada trend pertumbuhan populasi di daerah ini yang semakin tinggi. Secara statistik populasi ayam broiler sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 terus meningkat. Trend pertumbuhan populasi ayam broiler juga selalu positif sejak tahun 2005. Jika dihitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2010 kenaikkan populasi ayam broiler sudah mencapai 90,99 persen dan rata kenaikan sebesar 18,20 setiap tahun. Angka yang sangat besar ini jelas mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi yang besar terutama secara kuantitas produksi. Angka kenaikkan populasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Populasi Ayam Broiler (ekor) Tahun 2005-2010 di Kabupaten Bogor

Tahun Populasi r (%)

2005 8,257,900 -

2006 11,864,000 43.67

2007 12,756,300 7.52

2008 13,775,475 7.99

2009 14,363,496 4.27

2010 15,771,780 9.8

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2011

Pengembangan usahaternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usahaternaknya dengan baik. Pengelolaan usahaternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, dan manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola seluruh perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang dengan infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukkan dengan kemudahan akses keluar dan masuk peternakan, jaringan listrik dan telepon, sumber air, tersedianya peralatan dan lain-lain.

Usaha peternakan ayam broiler biasanya menjumpai beberapa kendala yang merupakan hambatan. Kendala tersebut dapat berupa tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang sering ditemukan dalam usahaternak ayam broiler ini


(21)

6 adalah risiko produksi, dan risiko harga. Pengelolaan usahaternak khususnya ayam broiler selalu dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen yang diterapkan oleh peternakan Bapak Restu haruslah efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Tingginya tingkat risiko yang dihadapi peternak ayam broiler sangat dirasakan oleh Bapak Restu dan Mas Aleng selaku manajer dan mandor peternakan Bapak Restu di desa Cijayanti, Bogor. Beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini menghadapi tingkat risiko produksi yang cukup tinggi antara lain sumberdaya manusia, faktor alam, input produksi, dan prosedur pelaksanaan kegiatan operasional. Akumulasi dari beberapa faktor penyebab risiko tersebut terlihat dari berfluktuasinya tingkat mortalitas ayam pada petetrnakan milik Bapak Restu.

Usaha peternakan Bapak Restu merupakan golongan usaha kecil peternakan dengan kapasitas 43.000 ekor. Usaha peternakan ini merupakan salah satu peternakan yang dikembangkan oleh PT. Rama Sakti yang merupakan perusahaan peternakan ayam broiler. PT Rama Sakti sendiri telah memiliki beberapa kandang pembudidayaan yang tersebar di daerah sekitar Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Restu, hingga saat ini PT. Rama Sakti memiliki kuantitas produksi ± 250.000 ekor setiap periode.

1.2 Perumusan Masalah

Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini langsung di dikelola oleh Bapak Restu sendiri selaku manajer. Untuk mengurus peternakan sehari-hari Bapak Restu menunjuk seorang mandor yaitu Mas Aleng. Peternakan ini menghadapi berbagai risiko dalam menjalankan usahanya, dan salah satunya adalah risiko produksi. Berdasarkan informasi pihak manajemen perusahaan, risiko produksi merupakan risiko yang berpengaruh signifikan bagi peternakan Bapak Restu. Akan tetapi penanganan untuk risiko produksi masih jauh dari sempurna, hal ini terlihat dari fluktuasi produktifitas yang cukup signifikan.

Sumber risiko produksi adalah perubahan cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu sebagai dampak dari global warming. Perubahan cuaca dan iklim


(22)

7 yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan kematian dengan tingkat mortilitas yang cukup tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk pemeliharaan ayam broiler adalah sebesar 180-210 C (Rasyaf 2007).

Sumber risiko produksi selain cuaca dan iklim adalah penyakit dan parasit yang berbahaya. Ayam broiler sangat rentan terhadap gangguan dari berbagai macam penyakit dan parasit. Salah satu penyebab rentannya ayam broiler terhadap penyakit adalah karena perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu akhir-akhir ini. Penyakit yang menyerang ayam broiler pada usaha peternakan Bapak Restu adalah cronic respiratory disease, infectious bursal disease,

colibacillosis, dan newcastle disease. Tabel 7 di bawah ini akan menggambarkan fluktuasi tingkat mortalitas ayam broiler pada Peternakan Bapak Restu pada 10 periode terakhir yang secara umum bersumber dari perubahan cuaca dan beberapa penyakit yang menyerang setiap musimnya.

Tabel 7. Fluktuasi Tingkat Mortalitas pada Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Restu

Periode Waktu Jumlah DOC

awal (ekor) Jumlah Panen (ekor) Jumlah kematian (ekor) Tingkat mortalitas (%)

1 12/6/2009 s/d 21/7/2009 38.000 36.934 1.066 2,81

2 7/8/2009 s/d 12/9/2009 40.000 38.108 1.892 4,73

3 5/10/2009 s/d 14/11/2009 38.000 35.214 2.786 7,33

4 11/12/2009 s/d 21/1/2010 40.000 38.303 1.697 4,24

5 22/2/2010 s/d 5/4/2010 38.000 35.642 2.358 6,21

6 3/5/2010 s/d 13/6/2010 43.000 40.126 2.874 6,68

7 13/7/2010 s/d 18/8/2010 43.000 41.300 1.700 3,95

8 24/9/2010 s/d 8/11/2010 43.000 40.266 2.734 6,36

9 11/12/2010 s/d 21/1/2010 43.000 40.781 2.219 5,16

10 11/2/2011 s/d 22/3/2011 43.000 39.475 3.525 8,20

Sumber: Manajemen Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu

Tingkat fluktuasi mortalitas ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu terhitung sangat tinggi. Pada musim terakhir yaitu periode 11 Februari 2011 sampai 22 Maret 2011 angka tingkat mortalitas sampai 8,20 persen. Dibandingkan dengan standar yang menjadi patokan berproduksi, tingkat mortalitas yang diperbolehkan hanya sebesar 5 persen (Rasyaf 2007). Tingginya angka mortalitas tersebut menjadi dasar untuk melakukan penelitian analisis risiko


(23)

8 pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Berdasarkan kondisi peternakan yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu?

2. Barapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi dalam kegiatan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu?

3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu

3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara lain:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dalam mengambil suatu keputusan bisnis, sehinga usaha ini dapat mengambil keputusan yang stategis dan tepat sasaran.

2. Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dimana penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi berkaitan dengan penulisan ilmiah khususnya tentang risiko dalam usaha peternakan ayam broiler.

Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan menulis dan menganalisis terhadap suatu permasalahan yang kompleks terkait dengan agribisnis, khususnya dibidang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah


(24)

9 penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan di masa yang akan dating.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada peternakan Bapak Restu yang merupakan salah satu kandang budidaya ayam broiler milik PT. Rama Sakti. Hingga saat ini PT. Rama Sakti telah membudidayakan sekitar 250.000 ekor ayam broiler di beberapa daerah yang ada di Provinsi Jawa Barat seperti Bogor dan Sukabumi. Akan tetapi penelitian ini dibatasi untuk pembudidayaan ayam broiler milik PT. Rama Sakti yang berlokasi di Desa Cijayanti dan penelitian ini dibatasi hanya menganalisis risiko produksi saja. Hal ini bertujuan agar penelitian ini lebih fokus dan memberikan hasil yang maksimal.


(25)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peternakan Ayam Broiler

Usaha peternakan ayam broiler saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Banyak pelaku usaha dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler memakai sistem mandiri maupun plasma. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha ini antara lain, jumlah permintaan daging ayam yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses mendapatkan input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini.

Usaha peternakan dapat digolongkan kedalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan1.

Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem agribisnis peternakan yaitu hulu, budidaya, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan serta peralatan- peralatan peternakan. Sub sistem budidaya ternak berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh subsistem hulu untuk menghasilkan

1


(26)

11 output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub sistem penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem diatas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank mapun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

2.2 Risiko Produksi

Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan hal wajib yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha akan sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Risiko dalam agribisnis diantaranya risiko produksi, disini dapat dilihat dalam hal produk yaitu produk tersebut gagal panen, dan rendahnya kualitas produk. Selanjutnya risiko pasar dapat terjadi karena rendahnya harga jual, bargaining position perusahaan yang rendah dan ketidaktersediaan pasar. Selanjutnya risiko dalam hal teknologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian. Selain itu risiko yang sering dihadapi oleh dunia agribisnis yaitu risiko pendanaan seperti kredit macet.

Khusus untuk risiko produksi sering kali menjadi risiko yang paling berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Ada banyak sumber risiko produksi diantaranya cuaca dan iklim. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini 2003) tentang risiko peternakan sapi perah. Pada penelitian ini, sumber risiko produksi yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan adalah musim hujan dan musim kemarau. Selain itu pengaruh fluktuasi harga jual susu, pakan, serta pengaruh saluran pemasaran juga berdampak pada pendapatan usaha ini. Hasil analisis risiko pada penelitian ini didapatkan nilai return sebesar Rp 1.623.216,9 dimana nilai tersebut merupakan rata-rata pendapatan bersih selama 12 periode.nilai simpangan baku sebesar Rp 398.441,4 artinya nilai risiko yang harus dihadapi sebesar Rp 398.441,4 (cateris paribus). Nilai koefisien variasi sebesar 0,2 yang berarti bahwa risiko atau fluktuasi pendapatan bersih yang ditanggung oleh peternak sebesar 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh. Sedangkan nilai pendapatan bersih terendah sebesar Rp 826.334,00


(27)

12 artinya bahwa peternak paling sedikit mendapatkan keuntungan sebesar Rp 826.334,00.

Agribisnis peternakan khususnya beternak ayam broiler cenderung memiliki tingkat risiko yang tinggi. Fluktuasi harga input maupun output menjadi faktor yang paling besar penyebab risiko. Penelitian yang dilakukan (Robi’ah 2006) dan (Herawati 2001) sesuai dengan pernyataan diatas dimana penelitian robi’ah menyatakan bahwa tingginya tingkat risiko yang dihadapi usahaternak ayam broiler pada Sunan Kudus Farm (SKF) adalah sebesar 1,3. Tingginya tingkat risiko tersebut dikarenakan fluktuasi harga input (pakan dan DOC) dengan struktur pasar oligopoly, fluktuasi harga output dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna serta fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam yang menyebabkan risiko yang dihadapi tinggi. Penelitian (Herawati 2001) juga menyatakan bahwa biaya biaya paling besar yang dikeluarkan CV Pekerja Keras dalam produksinya adalah biaya pakan sebesar 62,55 persen dan DOC sebesar 29,23 persen. Sedangkan biaya obat dan vaksin, biaya tenaga kerja, biaya sewa kandang dan biaya lain-lain relatif kecil yaitu sebesar 4,06 persen, 1,34 persen, 1,23 persen dan 0,33 persen.

Risiko produksi pada peternakan ayam broiler tergolong besar, perubahan cuaca dan penyakit menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap risiko produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Aziz 2009) tentang analisis risiko dalam usaha ternak ayam broiler studi kasus peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di Desa Tapos Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah usaha tersebut memiliki risiko harga, produksi dan sosial yang berakibat pendapatan berfluktuasi tajam. Khusus untuk risiko produksi disebabkan oleh cuaca, iklim dan penyakit. Pada dasarnya risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dan keadaan cuaca tidak hanya menyerang usahaternak ayam broiler akan tetapi hal ini juga terdapat pada usaha agribisnis secara keseluruhan.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas merupakan referansi bagi peneliti, atau tolak ukur dalam melakukan penelitian ini. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko produksi khususnya pada sub sektor peternakan cenderung dipengaruhi oleh cuaca, karena cuaca berpengaruh langsung terhadap kehidupan ternak. Selain itu berbagai jenis penyakit ternak juga sangat berpengaruh signifikan bagi risiko produksi peternakan.


(28)

13

2.3 Penyakit Ayam Broiler

Penyakit pada ayam broiler selalu menjadi kendala dalam pengembangan bisnis ini, atau dengan kata lain usaha ini tidak terlepas dari beberapa penyakit ayam. Penyebab dari penyakit cukup kompleks, mulai dari bakteri, virus, protozoa, dan parasit. Beberapa penyakit ayam yang popular di Indonesia antara lain Cronic respiratory disease, coryza, Newcastle disease (ND) atau sering disebut tetelo, gumboro, berak darah, colibacillosis, dan avian influenza yang menjadi musuh menakutkan bagi peternak akhir-akhir ini (Rasyaf 2007). Akan tetapi pada setiap peternakan jenis penyakit yang menyerang tidak selalu sama. Ini terjadi pada penelitian (Solihin 2009) dan (Aziz 2009). Penelitian (Solihin 2009) dilakukan pada peternakan ayam broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng , Sukabumi. Jenis penyakit yang menyrang ayam pada peternakan ini antara lain

cronic respiratory disease atau penykit pernafasan, colibasilus yang disebabkan oleh oksigen dalam kandang yang berkurang baik karena manajemen kandang terutama manajemen buka tutup tirai, sehingga sirkulasi udara kurang lancar dan ayam menghirup oksigen yang mengandung amoniak. Penyakit colibasilus juga disebabkan oleh sekam atau alas lantai yang basah. Penyakit lain terjadi pada masim pancaroba adalah ND atau tetelo, CRD kompleks dan coccidiosis, runting stunting syndrome (kekerdilan) yang timbul lebih disebabkan karena kualitas DOC yang kurang baik.. Sedangkan pada penelitian (Aziz 2009) pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, penyakitnya yang menyerang ayam broiler pada peternakan ini yaitu

nutritional deficiency (penyakit defisiensi nutrisi), pullorum disease (penyakit berak putih), coccidiosis (berak darah), flowl cholera (berak hijau), dan ND atau tetelo.

2.5 Faktor- Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Sedangkan faktor produksi variabel terdiri dari DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, sekam, air, listrik, bahan bakar untuk pemanas dan tenaga kerja (Murtidjo 1990 dalam Aziz 2009).


(29)

14

2.5.1 Lahan

Pemilihan lokasi lahan peternakan penting untuk kelangsungan usaha agar berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh peternak, sebab akhir-akhir ini lokasi peternakan sudah berebut areal dengan kepentingan lain seperti perumahan dan industri berbagai macam barang. Panduan penetuan lokasi peternakan sesuai dengan kriteria-kriteria yang baik sesuai panduan beternak ayam pedaging (Rasyaf 2007).

a Lokasi lahan untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan atau dipilih tempat yang sunyi. Suasana yang tenang sangat diperlukan oleh ayam yang pada dasarnya mudah terkejut dan stress. Tujuan dari pemilihan lokasi jauh dari perumahan penduduk adalah agar penduduk tidak mengganggu peternakan yang membutuhkan ketenangan serta sebaliknya keberadaan peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi.

b Lokasi lahan peternakan sebaiknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. Hal ini berhubungan dengan dengan akses transportasi. Apabila akses sudah baik, maka persyaratan ini tidak terlalau penting.

c Lokasi lahan yang dipilih untuk peternakan sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran. Hal ini sebaiknya disesuaikan dengan peraturan daerah setempat.

2.5.2 Kandang dan peralatan kandang

Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya adalah arah kandang, ukuran kandang, ventilasi kandang, dan sistem alas kandang. Arah kandang sebaiknya mengarah ke timur atau terbit matahari dan sisi lainya menghadap arah terbenam matahari. Penyesuaian arah ini bertujuan untuk mengurangi kepengapan dalam kandang dan mencegah pertumbuhan bibit penyakit, kutu atau kelembaban yang disebabkan alas lantai yang basah.

Ukuran kandang dapat dibagi menjadi luas ruang kandang, lebar kandang dan tinggi kandang. Luas ruang kandang untuk ayam broiler di Indonesia adalah 10 ekor/m2. Dengan demikian luas ruang yang disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam kandang tersebut (Rasyaf 2007).


(30)

15 Sebagai contoh, apabila direncanakan akan memelihara 1.000 ekor ayam broiler, maka luas lantai yang akan dibutuhkan sebagai berikut.

Lebar kandang maksimal 4 m, kecuali bila di tengah-tengah kandang terdapat jalan tengah maka dapat lebih lebar, akan tetapi maksimal kandang memiliki lebar 11 m. Kandang dengan jalan tengah biasanya digunakan untuk peternakan ayam broiler bibit, tetapi peternakan ayam broiler komersial (final stock) jarang mempergunakan jalan tengah. Sedangkan untuk tinggi kandang berkaitan erat dengan besarnya kandang. Ketinggian kandang dari lantai sampai atap teratas minimal 7 m, dan ketinggian kandang dari lantai sampai tinggi atap terendah minimal 4 m. Ketinggian kandang mempengaruhi ventilasi, temperatur kandang, dan biaya pembuatan kandang. Tabel 8 menggambarkan pengaruh kepadatan ruang dalam kandang terhadap berat badan dan mortalitas ayam broiler.

Tabel 8. Pengaruh Kepadatan Ruang Terhadap Berat Badan dan Mortalitas Ayam Broiler

Kepadatan ruang (m2/ekor)

Rata-rata Berat badan ayam (kg)

Mortalitas (%)

0,09 1,87 2,1

0,08 1,86 2,3

0,07 1,84 2,6

0,06 1,82 3,0

0,05 1,79 3,6

0,04 1,75 4,5

0,03 1,70 5,8

Sumber : Rasyaf 2007 disederhanakan dari North 1978

Berdasarkan Tabel 8, dapat dijelaskan bahwa berat badan ayam harus selalu terkontrol agar tingkat mortalitas ayam tidak tinggi. Apabila berat badan ayam 1,70 kg dengan kepadatan kandang 0,03 m2/ekor akan menimbulkan tingkat mortalitas 5,8 persen. Angka tersebut cukup tinggi karena apabila dimisalkan dalam suatu kandang terdiri dari 1.000 ekor ayam maka 60 ekor ayam diprediksi akan mati.

Siklus udara dalam kandang juga sangat penting, karena itu keberadaan ventilasi merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang. Ada dua macam ventilasi bantuan atau ventilasi tambahan yaitu ventilasi bantuan negatif dan ventilasi bantuan positif. Ventilasi bantuan negatif adalah penambahan kipas yang berfungsi menyedot udara busuk dari sisi kandang sementara udara segar masuk dari sisi lain. Ventilasi bantuan positif adalah penambahan kipas yang berfungsi menghembuskan angin segar ke dalam kandang


(31)

16 dan udara busuk di dalam kandang kemungkinan akan terdesak ke luar (Rasyaf 2007).

Sistem alas lantai untuk pemeliharaan anak ayam dikenal dengan tiga macam sistem lantai yang dapat digunakan, antara lain sistem alas litter, sistem alas berlubang dan sistem campuran. Sistem alas litter berupa lantai semen atau tanah yang dipadatkan kemudian di atasnya ditaburkan kulit padi atau sekam padi. Sistem alas berlubang terbuat dari bahan kawat atau bambu. Sistem lantai ini jarang digunakan untuk peternakan ayam broiler, namun mengingat semakin terbatasnya tanah sistem ini diperkirakan akan semakin digemari peternak.

2.5.3 DOC

Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Rasyaf 2007). Salah satu cirri khas yang dimiliki komoditas ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. DOC merupakan faktor produksi utama dalam usaha ternak ayam broiler. Beberapa ciri DOC yang berkualitas baik diantaranya adalah bebas dari penyakit, bobot tidak kurang dari 37 gram, DOC terlihat aktif, berbulu cerah, kakinya besar dan basah, tampak segar, tidak ada cacat fisik, dan tidak ada lekatan tinja di duburnya. DOC yang baik akan menghasilkan ayam broiler dewasa yang baik pula, dimana daging ayam broiler mengandung protein hewani yang tinggi. Selain itu DOC yang berkualitas juga dapat dilihat dari tingkat mortalitas yang rendah, dengan standar tingkat mortalitas sebesar 4-5 persen dari total populasi per periode (Fadilah et al 2007).

2.5.4 Pakan

Pakan tergolong faktor produksi yang penting dalam usahaternak ayam broiler. Menurut (Rasyaf 2007) pakan untuk ayam broiler di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua bentuk sesuai dengan masa pemeliharaannya, yaitu pakan untuk ayam broiler masa awal (ransum starter) dan ransum untuk ayam broiler masa akhir (ransum finisher). Kedua ransum tersebut terlihat sama tetapi kandungan gizinya berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari 4 minggu diberi ransum starter,

sedangkan bila berumur diatas 4 minggu diberi ransum finisher. Indicator penggunaan pakan yang efektif dapat diukur dengan nilai Feed Convertion Ration

(FCR). FCR adalah rasio perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam yang dihasilkan. Tabel 9 di bawah ini mununjukkan


(32)

17 tentang pegangan berproduksi ayam broiler dengan melihat standar conversi pakan.

Tabel 9. Pegangan Berproduksi Ayam Broiler Berdasarkan Konversi Pakan

Umur (minggu) Pertambahan berat

ayam (kg)

Konsumsi pakan seminggu (kg)

Konversi pakan (kg)

1 0.08 0,14 -

2 0,14 0,21 1,52

3 0,20 0,34 1,72

4 0,24 0,45 1,90

5 0,27 0,53 1,97

6 0,37 0,69 2,11

7 0,33 0,76 2,31

8 0,33 0,83 2,53

Sumber : Rasyaf 2007 dikutuip dari North 1978 (disederhanakan)

Tabel 9 menunjukkan tingkat konversi pakan ayam broiler dari minggu pertama hingga minggu kedelapan. Berdasarkan nilai konversi pakan, pada akhir periode pemeliharaan jumlah pakan yang dikonsumsi ayam menjadi bertambah besar. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai konversi pakan yang semakin besar. Penggunaan pakan yang efektif apabila nilai konversi pakan lebih kecil dari nilai standar.

2.5.5 Obat-obatan, vaksin dan Vitamin

Ayam broiler yang sehat selain dipelihara dengan benar juga membutuhkan obat-obatan, vaksin dan vitamin agar terhindar dari penyakit atau apabila sudah terkena penyakit ayam dapat sembuh kembali. Antibiotika adalah kelompok obat-obatan yang umum dipakai di Indonesia. Antibiotika dapat membasmi hampir semua penyakit, akan tetapi pemakaiannya harus dihindari seminggu sebelum ayam dijual. Antibiotika terdiri dari beberapa jenis diantaranya

bacitracin, chlortetracycline, dihydrostreptornycin, penicilin, tylosin, neomycin. Penggunaan obat-obatan ini sangat mudah yaitu dengan air minum, suntikan dan melalui ransum. Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit, terutama penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung dan mulut, air minum dan penyemprotan (Rasyaf

2007).

2.5.6 Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangat diperlukan untuk kegiatan operasional kandang seperti persiapan kandang, pemberian pakan, pelaksanaan vaksinasi, dan tugas


(33)

18 harian lainnya. Jumlah pemakaian tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara dan juga pemakaian alat-alat otomatis akan sangat mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Pada dasarnya usahaternak ayam broiler mempunyai kesibukan yang temporer, oleh karena itulah di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja (Rasyaf 2007).

a. Tenaga kerja tetap

Umumnya tenaga kerja ini adalah staf teknis atau peternak itu sendiri. Tenaga kerja inilah yang sehari-hari berada di peternakan dan yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Di dalam peternakan kecil tenaga kerja tetap umumnya dijabat oleh pemilik modal itu sendiri, sedangkan untuk peternakan menengah dan besar dijabat oleh orang yang ahli pada bidangnya.

b. Tenaga kerja harian

Tenaga kerja ini umumnya sebagai tenaga kasar pelaksana kandang, misalnya membersihkan kandang usai produksi, membersihkan tempat pakan dan minum, mengangkut karung makanan dan menjalankan tugas kasar rutin lainnya.

c. Tenaga kerja harian lepas dan kontrak

Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan di peternakan ayam broiler sebagai akibat masa produksi yang hanya 5-6 minggu saja. Sesuai dengan namanya para pekerja ini hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada hubungan lagi. Tenaga kerja ini cukup murah, tidak banyak persoalan perburuhan dan dapat disisihkan apabila biaya produksi membengkak merupakan beberapa keuntungan pemakaian tenaga kerja ini.


(34)

19

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini disusun melalui kerangka pemikiran, yang berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Berikut adalah kerangka pemikiran teoritis yang akan dijelaskan secara terperinci.

3.1.1 Konsep Risiko

Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportinitiy), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan

(Basyib 2007) mendefenisikan risiko itu sendiri sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial.


(35)

20

3.1.2 Analisis Risiko

Analisi risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Hanafi 2006). Analisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) melainkan kepuasan (utility).

Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan dapat dilihat pada Gambar 1, dimana jika pendapatan meningkat maka tingkat kepuasan yang akan diperoleh juga akan meningkat.hal ini disebut dengan hubungan searah.

Utility (U) 1 Margin utility (MU) 2

3 1

2 Income (I) Expected Income

(EI) 3

Gambar 1. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan Sumber : Hanafi, 2006

Jika dilihat dari sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Hanafi 2006) yaitu sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang akan diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikkan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.


(36)

21 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikkan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui terlebih dahulu besar ragamnya (variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat ataupun sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 2. Return Expected Return

Risiko

Gambar 2. Hubungan Risiko dengan Return Sumber : Hanafi, 2006

Babarapa ukuran risiko yang dapat digunakan adalah nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi. Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai

variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard deviation dengan expected return (Hanafi 2006).

3.1.3 Kategori Risiko

Risiko dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan (Kountur 2006), namun pada sub bab ini hanya akan menjelaskan tentang risiko berdasarkan sudut pandang penyebabnya saja, karena penelitian ini lebih mendekati sudut pandang tersebut.

1. Risiko dari sudut pandang penyebab

Risiko jika dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkaban oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan nilai tukar. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan


(37)

22 alam. Suatu perusahaan akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam risiko operasional seperti kualitas produk, produk yang rusak atau mati, bencana alam, hujan badai dan lain-lain. Oleh sebab itu manusia, teknologi dan alam dapat dikatakan sebagai sumber risiko operasional.

3.1.4 Manajemen Risiko

Manajemem risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang di tetapkan oleh (Darmawi 2005).

Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menanganirisiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan.


(38)

23

Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber: (Kountur 2008)

Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak.

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Hal utama yang menjadi alasan peternak untuk mengembangkan usaha ini adalah karena faktor ekonomis, sebab ayam ini memiliki siklus produksi yang relatif pendek dan relatif menguntungkan. Kebutuhan masyarakat akan daging juga menjadi pemicu pertumbuhan usaha peternakan ayam broiler.

Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berlokasi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat memiliki jumlah populasi ayam broiler sebanyak 43.000 ekor dengan jumlah kandang sebanyak 10 buah diatas lahan seluas ± 2,5 ha. Setiap kandang ditugaskan 1 orang anak kandang untuk melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Kegiatan operasional mulai dari pemberian pakan, minuman, obat-obatan, pengaturan suhu kandang dan pengaturan sirkulasi udara kandang.

Perusahaan ini dalam menjalankan usahaternak ayam broiler ini menghadapi kendala dalam kegiatan budidayanya yaitu risiko produksi, hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama penyakit dan parasit. Indikasi

Evaluasi

Penanganan Risiko Pengukuran Risiko Identifikasi Risiko


(39)

24 risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dilihat dari adanya fluktuasi tingkat mortalitas ayam.

Untuk mengetahui tingkat risiko dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis risiko dengan mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko produksi. Untuk meminimalkan risiko yang ada, dapat dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya dianalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang baik dan efektif bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu agar permasalahan yang terkait dengan risiko produksi dapat diminimalkan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis risiko

1. z-score 2. VaR

Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu

Risiko produksi ayam broiler 1. Kepadatan ruang

2. Kondisi cuaca

3. Hama penyakit dan hama parasit Fluktuasi tingkat mortalitas pada Peternakan

ayam broiler milik Bapak Restu mengindikasikan adanya risiko produksi

Analisis deskriptif

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam


(40)

25

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yang beralamat di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu sentra produksi peternakan ayam ras pedaging di desa Cijayanti yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Berdasarkan informasi dari anak kandang dan warga sekitar kapasitas produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu sebanyak 43,000 ekor merupakan kapasitas terbesar yang ada di Desa Cijayanti tersebut. Sejak berdiri sampai sekarang belum ada penelitian mengenai analisis risiko pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, sehingga penelitian analisis risiko ini menjadi sangat menarik. Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Juni.

4.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan dengan pemilik usaha peternakan, kepala kandang, anak kandang, dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Data primer ini diantaranya berupa teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh usaha peternakan. sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal peternakan ayam, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan LSI IPB, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data jumlah produksi ayam ras pedaging, jumlah populasi ayam ras pedaging, jumlah konsumsi daging ayam, harga DOC, pakan, dan obat-obatan, harga jual output, dan laporan keuangan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berupa laporan biaya per periode produksi, laporan pendapatan per periode produksi.


(41)

26

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan melalui kuesioner. Proses pengambilan data dilakukan secara sengaja (purposive), sedangkan untuk pengambilan responden juga dilakukan dengan pendekatan (purposive) dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas untuk memberikan data-data yang akurat. Beberapa pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain, manajer yang menjadi sumber untuk mendapatkan data produksi dan pendapatan peternakan. Sumber kedua yaitu mandor yang menjadi kepala kandang, karena mandor merupakan orang yang mengawasi perkembangan pada setiap harinya sehingga memiliki kapabititas untuk memberikan data mengenai pemakaian input-input produksi seperti pakan, obat-obatan, vaksin ayam dan beberapa input lainnya. Sedangkan responden terakhir yaitu anak kandang yang memiliki pengalaman dalam teknik pemeliharaan ayam.

Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang aktifitas bisnis perusahaan dan berbagai kendala risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan. Wawancara, diskusi, dan pengisian kuesioner dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang telah dijalankan perusahaan, data harga-harga input dan output, serta data-data keuangan perusahaan seperti laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan perusahaan. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh risiko terhadap pendapatan dan strategi mengatasi risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu.

4.4 Metode Analisi Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan ukuran dalam penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 10.


(42)

27

Tabel 10. Metode Analsis untuk Menjawab Tujuan Penelitian

No Tujuan Penelitian Jenis Data Suber Data Metode

Analisis

1 Mengidentifikasi

sumber-sumber risiko peternakan Bapak Restu

Kualitatif Wawancara,

kuesioner, diskusi

Analisis Deskriptif

2 Menganalisis seberapa besar

probability dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan Bapak Restu

Kuantitatif Laporan biaya,

penerimaan, dan pendapatan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu per perode

Analisis Risiko

3 Menganalisis alternatif

manajemen risiko yang

diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi usaha peternakan Bapak Restu

Kualitatif Wawancara,

kuesioner, diskusi

Analisis Deskriptif

Berdasarkan Tabel 10, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar probability dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, data untuk analisis ini menggunakan data kuantitatif. Sumber data kuantitatif adalah laporan biaya, penerimaan dan pendapatan usaha per periode. Laporan ini dapat memberikan informasi mengenai data yang dicari, karena penilaian risiko dugunakan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu

asset. Return dihitung dari rata-rata pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dari seluruh periode pengamatan yaitu sebanyak 10 periode. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif. Sumber data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak perusahaan.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian peternak sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan


(43)

28 risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu.

4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi ayam broiler dari 10 periode terakhir. Menurut (Kountur 2006), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha ayam broiler peternakan ayam broiler milik Bapak Restu adalah:

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (kematian ayam)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kematian ayam broiler yang diproduksi adalah:

Dimana:

= = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

xi = Nilai per periode kejadian berisiko

n = Jumlah data

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

Dimana:

s = Standar deviaasi dari kejadian berisiko

xi = nilai per periode dari kejadian berisiko = = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko


(44)

29 3. Menghitung z-score

Dimana:

z = Nilai z-score dari kejadian berisiko

x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

s = Standar deviasi dari kejadian berisiko

jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z=score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari produksi ayam broiler di peternakan ayam broiler milik Bapak Restu diketahui, maka, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi ayam broiler mendatangkan kerugian.

4.4.3 Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi ayam broiler pada peternakan Bapak Restu. kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari trjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah kematian ayam setiap periode. Jumlah kematian ayam broiler tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut (Kountur 2006), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut:


(45)

30 Dimana:

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi nirmal dengan alfa 5 persen

s = standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko

4.4.4 Pemetaan Risiko

Menurut (Kountur 2006), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 5. Peta Risiko Sumber : (Kountur 2006)

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya diatas 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20 persen dianggap sebagai kemungkina kecil (Kountur 2006).

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3


(46)

31

4.4.5 Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2006). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 6.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 6. Preventif Risiko Sumber : (Kountur 2006)

2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7.

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3


(47)

32

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 7. Mitigasi Risiko Sumber : (Kountur 2006) Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3


(1)

78

Lampiran 4.

Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit

Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam (ekor)

1 12/6/2009 s/d 21/7/2009 0

2 7/8/2009 s/d 12/9/2009 0

3 5/10/2009 s/d 14/11/2009 2.090

4 11/12/2009 s/d 21/1/2010 0

5 22/2/2010 s/d 5/4/2010 1.769

6 3/5/2010 s/d 13/6/2010 2.156

7 13/7/2010 s/d 18/8/2010 0

8 24/9/2010 s/d 8/11/2010 2.051

9 11/12/2010 s/d 21/1/2010 1.654

10 11/2/2011 s/d 22/3/2011 2.644

Total 12.364

Rata-rata 1.236

Standar deviasi 1.095

X 1.720

Z 0,44

Nilai pada table z 0,330


(2)

79

Lampiran 5.

Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama

Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam (ekor)

1 12/6/2009 s/d 21/7/2009 53

2 7/8/2009 s/d 12/9/2009 95

3 5/10/2009 s/d 14/11/2009 139

4 11/12/2009 s/d 21/1/2010 85

5 22/2/2010 s/d 5/4/2010 118

6 3/5/2010 s/d 13/6/2010 144

7 13/7/2010 s/d 18/8/2010 85

8 24/9/2010 s/d 8/11/2010 137

9 11/12/2010 s/d 21/1/2011 111

10 11/2/2011 s/d 22/3/2011 176

Total 1.143

Rata-rata 114

Standar deviasi 36

X 100

Z -0,39

Nilai pada table z 0,384


(3)

80

Lampiran 6

. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Kepadatan Ruang

Periode

Waktu pemeliharaan

Jumlah Kematian

(ekor)

Harga (Rp/kg)

Berat

rata-rata (kg) Kerugian (Rp) 1 12/6/09-21/7/09 1.013 13.569 2,07 28.452.972 2 7/8/09 -12/9/09 1.797 12.714 1,41 32.214.352

3 5/10/09

-14/11/09 140 12.402 1,97 3.420.472

4 11/12/09

-21/1/10 1.612 9.950 2,06 33.041.164

5 22/2/10 -5/4/10 354 11.188 2,24 8.871.636

6 3/5/10 -13/6/10 143 14.132 1,98 4.001.334

7 13/7/10 -18/8/10 1.615 15.814 1,87 47.759.071 8 24/9/10 -8/11/10 546 10.313 2,23 12.556.903

9 11/12/10

-21/1/10 122 13.312 2,06 3.345.572

10 11/2/11-22/3/11 176 13.007 1,55 3.548.310

Jumlah 177.211.786

Rata-rata 17.721.179

s 16.218.841

z 1,645


(4)

81

Lampiran 7

. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca

Periode

Waktu pemeliharaan

Jumlah Kematian

(ekor)

Harga (Rp/kg)

Berat

rata-rata (kg) Kerugian (Rp) 3 5/10/09-14/11/09 417 12.402 1,97 10.188.119

6 3/5/10-13/6/10 431 14.312 1,98 12.213.575

9 11/12/10-21/1/11 332 13.312 2,06 9.104.343

10 11/2/11-22/3/11 529 13.007 1,55 10.665.090

Jumlah 42.171.127

Rata-rata 10.542.782

s 1.291.175

z 1,645


(5)

82

Lampiran 8

. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit

Periode

Waktu pemeliharaan

Jumlah Kematian

(ekor)

Harga (Rp/kg)

Berat

rata-rata (kg) Kerugian (Rp) 3 5/10/09-14/11/09 2.090 12.402 1,97 51.062.755 5 22/2/10-5/4/10 1.769 11.188 2,24 44.333.121 6 3/5/10-13/6/10 2.156 14.132 1,98 60.327.812 8 24/9/10-8/11/10 2.051 10.313 2,23 47.168.877 9 11/12/10-21/1/11 1.654 13.312 2,06 45.357.179 10 11/2/11-22/3/11 2.644 13.007 1,55 53.305.287

Jumlah 301.555.032

Rata-rata 50.259.172

s 7.030768

z 1,645


(6)

83

Lampiran 9

. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Hama Predator

Periode

Waktu pemeliharaan

Jumlah Kematian

(ekor)

Harga (Rp/kg)

Berat

rata-rata (kg) Kerugian (Rp)

1 12/6/09-21/7/09 53 13.569 2,07 1.488.656

2 7/8/09 -12/9/09 95 12.714 1,41 1.703.040

3 5/10/09

-14/11/09 139 12.402 1,97 3.396.040

4 11/12/09

-21/1/10 85 9.950 2,06 1.742.245

5 22/2/10 -5/4/10 118 11.188 2,24 2.957.212

6 3/5/10 -13/6/10 144 14.132 1,98 4.029.316

7 13/7/10 -18/8/10 85 15.814 1,87 2.513.635

8 24/9/10 -8/11/10 137 10.313 2,23 3.150.725

9 11/12/10

-21/1/10 111 13.312 2,06 3.043.922

10 11/2/11-22/3/11 176 13.007 1,55 3.548.310

Jumlah 27.573.101

Rata-rata 2.757.310

s 842.294

z 1,645