Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam Ransum terhadap Karkas Ayam Broiler

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bobot potong ayam broiler (g/ekor)
Ulangan

Perlakuan

Rataan+SD

1

2

3

4

5

6


P0

1.149,33

1.252,33

1.328,00

1.267,66

1.279,33

1.295,00

1.261,94 +60,94

P1

1.373,33


1.241,33

1.344,33

1.171,00

1.354,33

1.192,00

1.279,39

tn

+88,87

1.190,66

tn


+38,03

P2

1.198,33

1.179,66

1.253,66

1.159,66

1.212,33

1.149,33

tn

Lampiran 2. Analisis sidik ragam bobot potong
SK


dB

Perlakuan 2
Galat
15
Total
17

JK

KT

F table
0,05
3,69

F Hit

13527,29 3,04tn

4352,52

26514,58
65287,81
91802,39

0,01
6,36

Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 3. Bobot karkas ayam broiler (g/ekor)
Perlakuan
P0
P1
P2

Ulangan
1
827,66

1.002,66
824,33

2
896,66
898,66
850,00

3
966,66
999,00
883,66

4
911,33
862,33
843,00

5
926,66

999,00
890,33

6
953,33
868,66
883,66

Rataan+SD
913,72 tn+49,48
938,39 tn +68,85
862,50 tn +27,07

Lampiran 4. Analisis sidik ragam bobot karkas
SK

dB

Perlakuan 2
Galat

15
Total
17

JK

KT

F Hit

17982,11
39609,21
57591,32

8991,05
2640,61

3,40tn

F table

0,05
3,69

0,01
6,36

Keterangan: tn = tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Persentase karkas ayam broiler (%)
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
P0
72,16 71,43
72,77

71,90
P1
72,97 72,41
74,29
73,60
P2
73,91 72,75
72,03
72,28

5
72,43
73,83
70,18

6
73,76
72,82
73,81


Rataan+SD
72,41 tn+0,80
73,32 tn +0,70
72,49 tn +1,37

Lampiran 6. Analisis sidik ragam persentase karkas
SK

dB

Perlakuan 2
Galat
15
Total
17

JK

KT

F Hit

3,043478
15,133620
18,177090

1,521739 1,50tn
1,008908

F table
0,05
3,69

0,01
6,36

Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 7. Rekapitulasi bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas
Perlakuan
Parameter
P0
P1
P2
tn
tn
Bobot Potong
1261,94
1190,66 tn
1279,39
Bobot Karkas
913,72 tn
938,39 tn
862,50 tn
tn
tn
Persentase Karkas
72,41
73,32
72,49 tn
Keterangan: tn = tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Grafik rataan bobot potong (g/ekor)

1280

Bobot Potong

1260
1240
1220

1200
1180
1160
1140
1

2

3

Perlakuan

Lampiran 9. Grafik rataan bobot karkas (g/ekor)
940
Bobot Karkas

920
900
880
860
840
820
1

2

3

Perlakuan

Universitas Sumatera Utara

Persentase Karkas

Lampiran 10. Grafik rataan persentase karkas (%)

73,40
73,20
73,00
72,80
72,60
72,40
72,20
72,00
71,80
1

2

3

Perlakuan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter (%)
Bahan

P0

P1

Tepung Jagung

48

48

48

Dedak Padi

5

5

5

Bungkil Kelapa

7

7

7

Tepung Ikan

10

5

0

Tepung Limbah Ikan Gabus

0

5

10

Bungkil Kedelai

26

26

26

Top Mix

1

1

1

Minyak Kelapa

3

3

3

100

100

100

Protein (%)
EM (Kkal/kg)

21.4327
2992.8

21.4327
2980.15

21.8622
3037.5

SK (%)

3.9832

3.9832

3.9832

LK (%)

5.521

5.4125

5.304

Total

P2

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher (%)
Bahan

P0

P1

Tepung Jagung

50

50

Dedak Padi

10

10

10

Bungkil Kelapa

7

7

7

Tepung Ikan

10

5

0

Tepung Limbah Ikan Gabus

0

5

10

Bungkil Kedelai

19

19

19

Top Mix

1

1

1

Minyak Kelapa

3

3

3

100

100

100

Protein (%)
EM (Kkal/kg)

19.0182
2911.4

19.4477
2968.75

19.8772
3026.1

SK (%)

4.3078

4.3078

4.3078

LK (%)

5.899

5.790

5.682

Total

P2
50

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 13. Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi perut) dibersihkan
dari kotoran, plastik dan kayu

Dipanaskan (cooking) pada suhu 60oC selama 15 sampai 20 menit

Ditiriskan

Dioven pada suhu 60oC selama 24 jam

Digrinder (penggilingan)

Tepung limbah ikan gabus pasir

Tepung siap dijadikan bahan pakan

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Triyantini dan H. Setiyanto. 1991. Kondisi Rumah Potong Ayam di
pulau jawa. Pros Sem Pengemb Pet Dlm menunjang Ekon. Nas.
Purwokerto,. 4 Mei. Fapet Unsoed.: 27-30.
Allen, G.R., 1991. Field Guide To The Freshwater Fishes Of New Guinea
Christensen Research Institute, Madang. Papua New Guinea.
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Ketiga. Lembaga Satu
Gunungbudi, Bogor.
Anggorodi, H.R., 1990. Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Anggorodi, H.R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Loka Penelitian Kambing Potong.,
2015. Analisa Sampel. Sei Putih-Galang, Medan.
Bell, D.D., and W.D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg
Production. 5 thn Edition. Springer Sciencer and Business Media, Inc.,
New York.
Blakely, D dan D.H. Bade 1991. Ilmu Perternakan. Edisi ke-4. Penerjemah :
Bambang Srigandono. Gagjah Mada University Press, Yogyakarta.
Brake, J., G. B Havenstein. S. E. Schidelet, P. R. Ferket, dan D.V. River. 1993.
Relationship of sex, Age and Body Weight to Broiler Carcass Yield and
Offal Production. Poult. Sci. 70:680-688.
Boniran, S., 1999. Kualitas Kontrol untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan
Ternak. Kumpulan Makanan Quality Management Workshop.
Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Gordon, S.H., and Charles, D.R., 2002. Niche and Organic Chicken Products:
Their Technology and Scientific Principles. Nottingham University
Press, Definitions: III-X, United Kingdom.
Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor
Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Hanafiah, K. A., 2003. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Palembang.

Universitas Sumatera Utara

Jull, M.A. 1979. Poultry Nutrition. 5th Edition. Tata McGraw-Hill Publishing.Co.
Inc. New Delhi.
Kartadisastra, H.R., 1994. Pengolahan Pakan Ayam.Kosius. Yogyakarta.
Mahfudz,

L.D., 2009. Ampas tahu tingkatkan produksi broiler.
http://www. Poulty indonesia.com.modules.
Maynard, L. A. dan J. K. Loosli., 1969. Animal Nutrition. 6th Ed., Mc Graw Hill
Book Company, New Delhi.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 1992. Pedoman Berternak Ayam Broiler. Kanisius. Jakarta.
Murtidjo. B., 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
NRC. (ed.), 1994. Nutrient reguirements of poultry. 9th. National Acedemy of
Science. Yogyakarta.
Presdi, H., 2001. Pengaruh Pemberian Tepung Bulu Ayam Dalam Ransum
Terhadap Persentase Karkas Ayam Buras Umur 16 Minggu. Skripsi
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Rasyaf, M., 1990. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1992. Beternak Ayam pedaging. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Press. Padang.
Sembiring, P., 1993. Penuntun Praktikum Produksi Ternak Unggas, Jurusan
Peternakan FP USU. Medan.
Sinurat, Arnold P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, N. Bermawie, M.
Raharjo dan M. Rizal. 2009. Pemanfatan kunyit dan temulawak
sebagai
imbuhan
pakan
untuk
ayam
broiler.
JITV Vol. 14 No. 2 Th. 2009: 90-96.
Simanjuntak, O.F.M., 1997, Pengaruh Metoda Pemberian Ransum Secara
All Mash, Mash Grain, dan Cafetaria Terhadap Karkas, Organ Bagian
Dalam Serta Hasil Ikutannya Pada Ayam Buras Umur 8-16 Minggu,
Jurusan Peternakan, FP-USU, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Siregar, A.P., 1980. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Merdie
Group, Jakarta.
Siregar, A.P., 1983. Pengaruh Pemberian Sludge Terhadap Pertambahan Berat
Badan Ayam Buras Fase Grower, Fakultas Peternakan Universitas
HKBP Nomensen, Medan.
Siregar, S. B., 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
1994. Tehnik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Merdie Group,
Jakarta.
Siregar, Z., 2009. Pemanfaatan Hasil Samping Perkebunan dengan Penambahan
Mineral dan Hidrolisat Bulu Ayam. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
SNI., 1996. Persyaratan Mutu Tepung Ikan. Dewan Standar Nasional Indonesia.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Tekhnologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Srigandono, B., 1998. Beternak Itik Pedaging. Trubus Agriwidya, Ungaran.
Stevie, P. K., Wardhani, R., Budi, P.J., 2009. Rancangan Mesin Penggiling
Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Kapasitas 118,8 Kg/Jam.
http//www. Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan.
Tillman, A. D.,H. Hartadi, S.Reksohadiprojo, S.Prawirokusumo, S.Lepdosoekojo.
1986. Ilmu Ternak Dasar. Fakultas Peternakan, UGM-Press,
Yogyakarta.
Vidiana, T. S., Hesti, T.W., Hakim, A. D., Hasnudi., Hutasoit, L. 2014. Utilizing
The Waste of Gabus Pasir (Butis amboinensis) in Effort to Producing
Economically Valuable Feed for Ducks. Faculty of Agriculture in North
Sumatra University, medan.
Wahyu,

J., 1992. Ilmu
Press,Yogyakarta.

Nutrisi

Unggas.

Gadjah

Mada

University

Wahyu,

J., 1997. Ilmu
Press,Yogyakarta.

Nutrisi

Unggas.

Gadjah

Mada

University

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Binjai. Penelitian ini berlangsung
selama 5 minggu dimulai dari bulan Agustus 2015 sampai dengan September
2015.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu ayam broiler umur 1 hari Day Old Chicken
(DOC) sebanyak 90 ekor,bahan penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi,
bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir
(Butis amboinensis); top mix, air minum memenuhi kebutuhan air dalam tubuh
yang diberikan secara ad libitum, air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan
transportasi, rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan
minum, formalin 40% dan KMnO4 (Kalium Permanganate) untuk fumigasi
kandang, vitamin dan suplemen tambahan seperti Vitachick, vaksin ND strain
Lasota.

Alat
Alat yang digunakan adalah kandang model panggung sebanyak 18 plot,
masing-masing dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 72 cm dan tinggi 100 cm
peralatan kandang terdiri dari 18 unit tempat pakan dan 18 unit tempat minum dan
timbangan salter digital kapasitas 3000 g untuk menimbang bobot badan ayam
dan menimbang ransum, alat penerang dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 18 buah, termometer sebagai pengukur suhu kandang. Alat pencatat data
seperti buku data, alat tulis dan kalkulator, alat pembersih kandang berupa sapu,
ember, sekop dan hand sprayer, alat lain berupa plastik, ember dan pisau.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan dimana setiap ulangan terdiri atas
5 ekor ayam broiler. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:
P0 = Kontrol (Ransum dengan tepung ikan komersil)
P1 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 50%
P2 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 100%

Dengan susunan sebagai berikut:
P0U2

P2U3

P1U3

P0U3

P2U6

P1U6

P2U1

P1U2

P0U4

P2U5

P1U5

P0U5

P1U4

P0U1

P2U2

P1U1

P0U6

P2U4

Pengacakan Perlakuan dan Ulangan
Model matematik percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL)
Yij

= µ + σi + ∑ij

Keterangan :
Yij
µ
σi
∑ij

= Nilai pengamatan yang diperoleh dari satuan percobaan dari perlakuan
ke-i dan ulangan ke-j
= Nilai tengah umum
= Efek dari perlakuan ke-i
= Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
(Hanafiah, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Parameter Penelitian
1. Bobot potong (g)
Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot
ayam setelah dipuasakan selama 12 jam.
2. Bobot karkas (g)
Merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah dipisahkan
kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, bulu, darah, serta isi
rongga bagian dalam kecuali ginjal dan paru-paru. Karkas dipotong dengan
diambil 3 ekor di setiap plot.
3. Persentase karkas (%)
Persentase karkas adalah perbandingan bobot karkas dengan bobot potong
dikalikan 100%

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung, terdiri dari 18 plot,
setiap plot terdapat 5 ekor DOC. Sebelum DOC dimasukkan, kandang dibersihkan
dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan rodalon dan
fumigasi menggunakan formalin 40% dan KMnO4. Kandang harus dilengkapi
dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat kandang
dilakukan selama 1 minggu. Air gula diberikan ke DOC pada saat baru tiba untuk
mengurangi stres selama perjalanan.

Universitas Sumatera Utara

Pengacakan Day Old Chicken (DOC)
Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan,
terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot badan
awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random)
untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing
plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.

Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)
Pendahuluan penelitian dengan menggunakan tiga metode, dimana di
antara tiga metode yang dianalisis, bahan pakan yang terbaik adalah metode
pengukusan. Pembuatan tepung diawali dengan membersihkan limbah ikan gabus
pasir dengan air, kemudian ditiriskan, lalu ikan dikukus selama 15 menit ± 60ºC,
lalu dipress limbah tersebut dan diovenkan dengan suhu 60ºC selama 8 jam.

Penyusunan Ransum
Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari jagung, dedak padi,
bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir
(Butis amboinensis) dan top mix.
Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai
komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap
perlakuan.

Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara

manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya
ketengikan pada ransum.

Universitas Sumatera Utara

Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter
Bahan

P0

P1

Tepung Jagung

48

48

48

Dedak Padi

5

5

5

Bungkil Kelapa

7

7

7

Tepung Ikan

10

5

0

Tepung Limbah Ikan Gabus

0

5

10

Bungkil Kedelai

26

26

26

Top Mix

1

1

1

Minyak Kelapa

3

3

3

100

100

100

Protein (%)
EM (Kkal/kg)

21.4327
2992.8

21.4327
2980.15

21.8622
3037.5

SK (%)

3.9832

3.9832

3.9832

LK (%)

5.521

5.4125

5.304

P0

P1

P2

Tepung Jagung

50

50

Dedak Padi

10

10

10

Bungkil Kelapa

7

7

7

Tepung Ikan

10

5

0

Tepung Limbah Ikan Gabus

0

5

10

Bungkil Kedelai

19

19

19

Top Mix

1

1

1

Minyak Kelapa

3

3

3

100

100

100

Protein (%)
EM (Kkal/kg)

19.0182
2911.4

19.4477
2968.75

19.8772
3026.1

SK (%)

4.3078

4.3078

4.3078

LK (%)

5.899

5.790

5.682

Total

P2

Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher
Bahan

Total

50

Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan Ayam Broiler
Semua perlakuan terdiri atas 18 kandang, masing-masing plot berisi 5 ekor
ayam

broiler,

setiap

plot/kandang

diberi

pemanas

dan

penerangan

(lampu pijar 40 watt). Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum.

Pengambilan Data
Data diambil setelah ayam mencapai umur pemotongan karkas yaitu umur
5 (lima) minggu. Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur
parameter bobot potong, bobot karkas, persentase karkas.

Analisis Data
Data dianalisis dengan sidik ragam guna mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap parameter penelitian antara lain bobot potong, bobot karkas,persentase
karkas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Sidik Ragam dan
besaran F-tabel diperoleh dari Tabel F dengan derajat bebas yang sesuai dengan
taraf nyata yang diinginkan. Bila nilai F-hitung > F-tabel pada taraf α = 0,05
dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut berbeda nyata. Apabila F-hitung lebih
besar dari F-tabel pada taraf α = 0,01 dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut
berbeda sangat nyata. Apabila F-hitung lebih kecil dari F-tabel, H0 diterima.
Berarti pengaruh perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Jika semua data telah
diperoleh maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan karkas
Pemotongan karkas dilakukan di tempat yang bersih, cukup air yang
berasal dari sumber air berkualitas baik dan khusus, cara pemotongan mengikuti
persyaratan agama Islam, pengeluaran darah (bleeding) harus tuntas sehingga
ayam benar-benar mati, sebelum pencabutan bulu ayam diseduh (scalding)
dengan temperatur 520-600 C selama 3-5 menit, setelah dilakukan pencabutan bulu
kemudian karkas ayam dicuci dengan air yang mengalir atau didinginkan
(chilling) dengan temperatur 00-50 C (Dewan Standarisasi Nasional-DSN). Setelah
penyembelihan tubuh ayam broiler dipotong, dimana kepala, kaki, serta
dipisahkan organ dalam kecuali paru-paru dan ginjal, lalu ditimbang berat karkas.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong
Bobot potong di peroleh dengan cara penimbangan bobot akhir ayam
broiler setelah di puasakan selama 12 jam dengan pemberian air minum secara
adlibitum dan perlu diperhatikan karena bobot potong berpengaruh terhadap
kualitas karkas ayam broiler. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat
data bobot potong pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot potong ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)
Ulangan

Perlakuan

Rataan+SD

1

2

3

4

5

6

P0

1.149,33

1.252,33

1.328,00

1.267,66

1.279,33

1.295,00

1.261,94 +60,94

P1

1.373,33

1.241,33

1.344,33

1.171,00

1.354,33

1.192,00

1.279,39 +88,87

P2

1.189,33

1.179,66

1.253,66

1.159,66

1.212,33

1.149,33

1.190,66 +38,03

tn
tn

tn

Ket : tn = tidak berbeda nyata

dari Tabel 5

dapat dilihat bahwa rataan bobot potong ayam broiler selam

penelitian adalah tidak berbeda nyata anatar perlakuan (P0,P1,P2). Bobot potong
tertinggi tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (ransum dengan 50% tepung ikan
komersil dan 50% tepung ikan gabus pasir ) sebesar 1.279,39 g sedangkan bobot
potong terendah pada perlakuan P2 (ransum dengan 100% tepung ikan gabus
pasir) sebesar 1.190,66 g.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir
terhadap bobot potong, maka dilakukan analisis sidik ragam seperti yang tertera
pada Lampiran 2. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
tepung limbah ikan gabus dalam ransum tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap
bobot potong. Rataan bobot potong ayam broiler yang diperoleh antar perlakuan
tidak terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Tidak adanya pengaruh yang

Universitas Sumatera Utara

nyata terhadap bobot potong ayam broiler antar perlakuan dipengaruhi oleh
kandungan nutrisi ransum yang hampir sama pada tiap perlakuan. Dimana,
kebutuhan nutrisi yang terpenuhi untuk ayam broiler berupa protein yang sudah
mencukupi untuk ternak tersebut. Protein yang terkandung dalam P0 (tepung ikan
komersil) dapat dilihat dalam hasil Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak
(2015) berjumlah 45,7%, sedangkan protein yang terkandung dalam P2
(100% tepung limbah ikan gabus pasir) dapat dilihat dalam hasil Laboratorium
Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak (2015) berjumlah 53,59%. Hal ini menunjukkan
bahwa ransum perlakuan P1 dan P2 mempunyai kandungan nutrisi yang sama
baiknya dengan ransum perlakuan P0 sehingga bobot potong tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata.
Apabila dilihat secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bobot
potong yang masih dibawah standard, dimana menurut Murtidjo (1992), bahwa
bobot potong untuk ayam broiler umur 5 minggu sebesar 1,56 kg. Keadaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor selam penelitian, antara lain konsumsi ransum,
kesehatan dan suhu lingkungan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
Rasyaf (1992), mengatakan bahwa pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi
oleh konsumsi ransum, kesehatan, suhu lingkungan dan jenis kelamin.

Bobot Karkas
Bobot karkas merupakan bobot tubuh ayam yang telah disembelih setelah
dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut
dan organ dalam kecuali ginjal dan paru-paru (Murtidjo, 1992). Dari hasil
penelitian diperoleh rataan bobot karkas pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Rataan bobot karkas ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)
Perlakuan

1

2
P0
827,66
896,66
P1
1.002,66 898,66
P2
824,33
850,00
Ket : tn = tidak berbeda nyata

Ulangan
3
966,66
999,00
883,66

4
911,33
862,33
843,00

5
926,66
999,00
890,33

6
953,33
868,66
883,66

Rataan+SD
913,72 tn+49,48
938,39 tn +68,85
862,50 tn +27,07

Berdasarkan tabel diatas rataan bobot karkas tertinggi yang diperoleh dari
hasil penelitian terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 938,39 g dan terendah
pada perlakuan P2 sebesar 862,50 g. Ukuran bobot karkas P0, P1, P2 yang
diperoleh dari hasil penelitian masuk dalam kriteria bobot karkas ukuran kecil.
Hal ini sesuai pernyataan Sembiring (1993), yang menyatakan bahwa ukuran
karkas ditentukan berdasarkan bobot, bobot individual ditentukan oleh bobot
karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya adalah : ukuran kecil 0,8 kg-1,0 kg,
ukuran sedang 1,0 kg-1,2 kg, ukuran besar 1,2 kg-1,5 kg.
Pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir dalam ransum tidak
berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas. Penelitian ini memberikan hasil
bahwa ayam broiler yang memiliki bobot potong terendah memiliki bobot karkas
yang rendah juga. Bisa dilihat pada perlakuan P2, rataan bobot potong P2 lebih
rendah dibandingkan rataan bobot potong P0 dan P1, hal ini dikarenakan P2
memiliki bobot potong yang rendah yang dapat mempengaruhi bobot karkas. Hal
ini dapat diasumsikan karena setiap perlakuan mengandung konsumsi pakan yang
sama sehingga pakan setiap perlakuan memberikan respon yang sama kualitasnya
terhadap bobot karkas. Hal ini sesuai sengan pernyataan Soeparno (2005), yang
menyatakan produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup, peningkatan
bobot hidup akan di ikuti dengan peningkatan bobot karkas.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian ransum yang berenergi tinggi dengan imbangan yang baik
antara protein, vitamin dan mineral akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Nataamidjaya et al., (1995) yang
menyatakan bahwa produksi karkas sangat erat kaitanya dengan bobot badan,
dimana pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun
ransum. Adapun bahan-bahan penyusun ransum dilakukan satu kali seminggu,
sehingga ketengikan pakan tersebut dapat dihindari.

Persentase Karkas
Persentase karkas diperoleh dari bobot karkas dibagi dengan bobot potong
dikali 100 persen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat rataan
persentase karkas pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)
Ulangan
Perlakuan
Rataan+SD
1
2
3
4
5
6
P0
72,16 71,43 72,77 71,90 72,43 73,76 72,41 tn+0,80
P1
72,97 72,41 74,29 73,60 73,83 72,82 73,32 tn +0,70
P2
73,91 72,75 72,03 72,28 70,18 73,81 72,49 tn +1,37
Ket : tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa rataan persentase karkas tertinggi
terdapat pada perlakuan kontrol yaitu P1 sebesar 73,32%, sedangkan persentase

terkecil pada P0 sebesar 72,41%. Penelitian ini memberikan hasil bahwa ayam
broiler yang memiliki bobot karkas besar tidak selamanya memiliki persentase
karkas yang besar juga. Bisa dilihat pada perlakuan P0, rataan bobot karkas P0
lebih tinggi dibandingkan rataan bobot karkas P2 tetapi jika dilihat rataan
persentase karkas, perlakuan P2 lebih tinggi dibandingkan P0. Hal ini dipengaruhi
oleh persentase karkas terbesar tidak dihasilkan dari bobot karkas yang terbesar
dan non karkas ayam broiler sendiri, hal itu juga dikarenakan ayam broiler

Universitas Sumatera Utara

tersebut mendeposisikan protein berbeda-beda. Hal ini sesuai yang dikemukakan
oleh Maynard dan Loosli (1969), bahwa meningkatkan kandungan protein dalam
karkas dan meningkatnya deposisi protein yang merupakan indikasi dari proses
pemanfaatan protein pakan. Deposisi protein yang bernilai positif, berarti ternak
tersebut memanfaatkan protein yang tinggal di tubuh untuk meningkatkan bobot
badan dan pemberian pakan dengan kadar protein tinggi diharapkan dapat
meningkatkan jumlah protein yang terdeposisi di dalam tubuh.
Pemberian tepung limbah ikan gabus dalam ransum tidak berbeda nyata
(P>0,05) terhadap persentase. Hal ini disebabkan bobot potong dan bobot karkas
sangat mempengaruhi besar kecilnya persentase karkas. Pendapat ini juga
didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Soeparno (2005), bahwa semakin
bertambahnya bobot potong maka produksi karkas semakin meningkat.
Persentase karkas hasil penelitian ini berkisar antara 72,49 – 73,32%. Hasil
ini sejalan dengan pendapat Jull (1979), bahwa persentase karkas ayam broiler
bervariasi antara 66 – 76% dari bobot hidup. Berdasarkan hasil penelitian
Mahfudz (2009), Persentase karkas bagian tubuh ayam broiler berkisar 65-75%
dari bobot hidupnya. Hal ini disebabkan oleh hasil bobot badan akhir yang
diperoleh selaras dengan bobot karkas, sehingga persentase karkas ayam broiler
yang dicapai relatif sama. Komponen karkas yang relatif sama dan sebanding
dengan pertambahan bobot badan akan menghasilkan persentase karkas yang
tidak berbeda. Persentase karkas ditentukan oleh besarnya bagian tubuh yang
terbuang seperti kepala, leher, kaki, viscera, bulu dan darah.

Universitas Sumatera Utara

Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi penelitian terhadap bobot potong, bobot karkas dan
persentase karkas dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Rekapitulasi bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas selama
penelitian
Perlakuan
Parameter
P0
P1
P2
tn
tn
Bobot Potong
1261,94
1279,39
1190,66 tn
Bobot Karkas
913,72 tn
938,39 tn
862,50 tn
Persentase Karkas
72,41 tn
73,32 tn
72,49 tn
Keterangan: tn = tidak nyata

Dari hasil data rekapitulasi hasil penelitian diatas, ketiga perlakuan yaitu
P0 (tepung ikan komersil), perlakuan P1 (tepung limbah ikan gabus pasir 50%),
dan perlakuan P2 (tepung limbah ikan gabus pasir 100%) menghasilkan bobot
potong, bobot karkas dan persentase karkas yang tidak berbeda nyata.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat menggantikan
tepung ikan komersil sebagai campuran didalam pembuatan ransum hingga
batas ketentuan maksimal pemberian tepung ikan terhadap karkas ayam broiler.

Saran
Tepung limbah ikan gabus pasir dapat diberikan sebanyak 100% dalam
ransum ayam broiler.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang
sangat baik untuk ternak khususnya ayam broiler. Secara umum tepung ikan
memiliki kandungan protein yang tinggi antara 50-70%. Kandungan protein
tepung ikan memang relatif tinggi, protein hewani tersebut disusun oleh asamasam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino Lisin dan
Methionin. Disamping itu, juga mengandung mineral Calsium dan Phospor serta
vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 (Murtidjo, 2001).
Tepung ikan dapat juga digunakan sebagai kalsium. Kandungan protein
tepung ikan sangat dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan dalam proses
pembuatannya. Pemanasan yang berlebih akan membuat tepung ikan menjadi
berwarna cokelat dan kadar proteinnya cenderung menurun atau bisa menjadi
rusak (Boniran, 1999).

Ikan Gabus Pasir

Ikan gabus pasir (Butis amboinensis) merupakan ikan predator
(pemangsa), ikan ini mencari makanan sebagian besar pada malam hari dengan
pola samar untuk membantu ikan tersebut berbaur dengan lingkungan untuk
mendapatkan mangsa. Ikan ini juga dapat meringankan dan menggelapkan
pewarnaan tubuh, memiliki kebiasaan menyelaraskan diri dengan permukaan
padat baik horizontal, vertikal atau terbalik dan sering berenang di posisi terbalik.
Spesies ikan ini mendiami pesisir sungai, muara dan hutan bakau di New Guinea

Universitas Sumatera Utara

telah tercatat 300 kilometer ke arah hulu dari muara sungai ikan gabus pasir
ditemukan di atas lumpur berpasir (Allen, 1991).
Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut;
Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis
amoinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih datar, lebar
badan 5-5, 5 kali lebih pendek dari panjang standard, 6-7 kali lebih pendek dari
panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala
bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan depan tidak
membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).
Tabel 1. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir
Jenis Nutrisi
Gross Energi (K.cal/g)
Kadar air (%)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Bahan kering (%)
Abu (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)

Kandungan
3,4902
4,71
59,09
6,25
92,82
30,44
5,86
0,026

Sumber: Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2015).

Tabel 2. Kandungan nutrisi tepung ikan komersial
Nutrisi
Energi metabolis (Kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)

Kandungan
2565
55
8
1

Sumber : Siregar (2009).

Limbah ikan gabus pasir terdiri atas kepala, isi perut. Limbah ikan gabus
pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing, dioven
dan digrinder menjadi tepung ikan. Tepung ikan mengadung protein yang tinggi
dan

dapat

meingkatkan

produksi

dan

nilai

gizi

telur

dan

daging

(Stevie et al., 2009).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir yang terbaik adalah
dengan metode pengukusan. Nilai nutrisi dengan metode pengukusan dapat dilihat
pada Tabel 2. Hasil ini sudah sesuai dengan standar SNI (1996) nilai nutrisi
tepung ikan gabus pasir dengan metode pengukusan termasuk kriteria kualitas
sedang (Vidiana et al., 2014). Menurut SNI (1996) sedang standar persyaratan
mutu tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen
yaitu Air 10 %, lemak 8 %, protein 65%, abu 20 %, serat kasar 1,5 % sedangkan
standar persyaratan mutu tepung ikan yang berkualitas rendah yaitu air 12 %,
lemak 12%, protein 45%, abu 30 % dan serat kasar 3%.

Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara
bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi
terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam broiler unggul ini
merupakan final stock yang didatangkan dari luar negeri. Secara umum, ayam
broiler memiliki faktor keturunan atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya
bertubuh besar, memiliki pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur
tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk protein
(daging dan telur) tinggi (Gordon dan Charles 2002).
Ayam broiler merupakan strain ayam hibrida modern yang berjenis
kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakan oleh perusaahaan pembibitan
khusus (Gordon dan Charles 2002). Menurut Bell dan Weaver (2002), banyak
jenis strain ayam broiler yang beredar di pasaran yang pada umumnya perbedaan
tersebut terletak pada pertumbuhan ayam, konsumsi pakan dan konversi pakan

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Performans Broiler
Usia
(Minggu)
1
2
3
4
5
6
7
8

Berat Badan
(Kg)
0,159
0,418
0,813
1,265
1,765
2,255
2,715
3,135

KonversiPakan
(Gram)
0,92
1,23
1,40
1,52
1,65
1,79
1,93
2,07

Sumber : Murtidjo (1987).

Nutrisi Ayam Broiler
Nutrisi merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
komposisi karkas, terutama terhadap proporsi kadar lemak, konsentrasi energi dan
rasio energi terhadap protein pakan, bahan alternatif serta proporsi kandungan gizi
pakan dapat merubah komposisi karkas. Respon ternak terhadap manipulasi
nutrisi yang diberikan juga menentukan hasil akhir komposisi karkas
(Soeparno, 1994).
Penyusunan ransum ayam broiler memerlukan informasi mengenai
kandungan nutrisi dari bahan-bahan penyusun sehingga dapat mencukupi
kebutuhan nutrisi dalam jumlah dan persentase yang diinginkan (Amrullah, 2004).
Nutrisi tersebut adalah energi, protein, serat kasar, kalsium (Ca) dan fosfor (P).
Sumber energi utama yang terdapat ransum ayam broiler adalah karbohidrat dan
lemak.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Kebutuhan nutrien pakan ayam broiler
Umur
(Minggu)

Protein

0-3

23

3-6
6-8

ME (Kkal/kg) Ca

(%)

Pospor

(%)

(%)

3200

1,00

0,45

20

3200

0,90

0,35

18

3200

0,80

0,30

Sumber : NRC (1994)

Energi metabolisme yang diperlukan ayam broiler berbeda-beda , sesuai
tingkat umurnya, jenis kelamin dan cuaca. Semakin tua ayam membutuhkan
energi metabolisme lebih tinggi (Fadilah, 2004). Menurut Wahyu (1992), energi
yang dikonsumsi oleh ayam broier umumnya digunakan untuk pertumbuhan
jaringan tubuh, produksi, menyelenggarakan aktivitas fisik dan mempertahankan
temperatur tubuh yang normal. Fadilah (2004), menyatakan bahwa kebutuhan
energi untuk ayam broiler periode starter 2.900-3.200 kkal/kg ransum pada tingkat
protein 21-23%, sedangkan periode finisher 2.900-3.200 kkal/kg ransum pada
tingkat protein 19-21%. Kebutuhan protein untuk ayam broiler yang sedang
bertumbuh relatif lebih tinggi karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan
yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan pertumbuhan bulu

(Wahyu,

1992). Rasyaf (1992), menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis
berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting
pada pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan. Rasyaf (1990),
menyatakan bahwa penggunaan serat kasar dalam ransum ayam broiler adalah
sebesar 5%.
Menurut Wahyu (1992), persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh
ternak ayam broiler sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat

Universitas Sumatera Utara

kompleks. Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrisi lain yang keluar
bersama feses. Anggorodi (1990), menambahkan bahwa kesanggupan ternak
dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki
oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari mikroorganisme yang terdapat dalam
alat pencernaan. Ayam broiler tidak dapat memanfaatkan serat kasar sebagai
sumber energi. Serat kasar ini masih dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh unggas
yang berperan sebagi bulky, yaitu untuk memperlancar pengeluaran feses
(Rizal, 2006). Rasyaf (1990) menambahkan, serat kasar yang berlebihan akan
mengurangi efisiensi penggunaan nutrien-nutrien lainnya, sebaliknya apabila serat
kasar yang terkandung dalam ransum terlalu rendah, maka hal ini juga membuat
ransum tidak dapat dicerna dengan baik.

Ransum Ayam Broiler
Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh
ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai
kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang
digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang
digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan tehnik penyusunan
ransum (Rasyaf, 2004).
Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Selain itu, air juga sangat penting untuk mengatur temperatur
tubuh. Bila ayam hanya diberi air dan tidak diberi makan dapat hidup lebih lama.
Kekurangan air hanya untuk satu hari saja dapat menyebabkan perubahan

Universitas Sumatera Utara

fisiologis dan sangat menurunkan kecepatan pertumbuhan ayam broiler (Wahyu,
1997).
Energi yang umum digunakan dalam pakan unggas adalah energi
metabolisme. Tinggi rendahnya energi metabolisme dalam pakan ternak unggas
akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi pakan. Pakan yang
energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila
energi pakan rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi
kebutuhannya (Murtidjo, 1992).

Bobot Potong Ayam Broiler
Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot
ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Pemuasaan mempunyai tujuan agar
saluran pencernaan relatif sudah kosong sehingga pada saat proses pemotongan,
karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran saluran pencernaan ayam broiler
(Srigandono, 1998). Bobot potong perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari
ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik
(Blakely dan Bade, 1991).

Karkas Ayam Broiler
Karkas merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, tanpa isi
rongga bagian dalam sel darah dan bulu (Rasyaf, 1992).
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan
antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan pakan
serta proses setelah pemotongan, diantaranya adalah metode pelayuan, stimulasi

Universitas Sumatera Utara

listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan termasuk enzim
pengempuk daging, hormon, antibiotik, lemak intramuskular atau marbling,
metode penyimpanan serta macam otot daging (Abubakar et al., 1991).
Soeparno (2005), menyatakan produksi karkas erat hubungannya dengan bobot
hidup, peningkatan bobot hidup akan di ikuti dengan peningkatan bobot karkas.
Hasil dari komponen tubuh broiler berubah dengan meningkatnya umur dan bobot
badan (Brake et al., 1993).
Untuk

ayam

broiler

rata-rata

berat

karkasnya

antara

65-75%

(Murtidjo, 1987) dan menurut Siregar (1980) adalah 60-75% dan hasil penelitian
Simanjuntak (1997), bobot karkas yang diperoleh adalah sebesar 868,50 atau
sekitar 63,13%. Ukuran karkas ditentukan berdasarkan bobot, dimana bobot
individual ditentukan oleh bobot karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya
adalah : ukuran kecil 0,8 kg-1,0 kg, ukuran sedang 1,0 kg-1,2 kg, ukuran besar 1,2
kg-1,5 kg (Sembiring, 1993).
Karkas yang baik berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan
kulit ataupun dagingnya. Sedangkan untuk karkas yang tidak baik mempunyai
daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan
kurus. Pada dasarnya mutu dan konversi karkas dipengaruhi oleh galur murni,
jenis kelamin, umur, bobot dan kualitas maupun kuantitas makanan yang
diberikan (Siregar, 1983).

Persentase Karkas Ayam Broiler
Menurut Murtidjo (1987), menyatakan bahwa persentase karkas
merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi
erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot

Universitas Sumatera Utara

hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat. Hal ini ditegaskan juga
oleh Presdi (2001), menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan
menghasilkan persentase karkas yang tinggi.
Ayam broiler sudah dapat dipotong dan dikonsumsi pada umur 30 hari.
Pada umur tersebut rata-rata berat badan pada umumnya mencapai 0,72 kg, pada
umur 35 hari mencapai 1,3 kg, pada umur 42 hari beratnya 1,75 kg, pada umur 49
hari beratnya 2,1 kg dan pada umur 56 hari beratnya dapat mencapai 2,5 kg.Bobot
karkas normal adalah 60-75 % dari berat tubuh. Sedangkan persentase karkas
adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100 %
(Siregar, 1994). Menurut Soeparno (2005), bobot karkas meningkat

seiring

dengan meningkatnya bobot hidup, tetapi persentase non karkas seperti kulit,
darah, usus halus dan hati menurun.
Meningkatnya kandungan protein dalam karkas dan meningkatnya
deposisi protein yang merupakan indikasi dari proses pemanfaatan protein pakan.
Deposisi protein yang bernilai positif, berarti ternak tersebut memanfaatkan
protein yang tinggal di tubuh untuk meningkatkan bobot badan dan pemberian
pakan dengan kadar protein tinggi diharapkan dapat meningkatkan jumlah protein
yang terdeposisi di dalam tubuh (Maynard dan Loosli, 1969).
Menurut Kartadisastra (1994), bahwa persentase karkas dapat diperoleh
dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot kosong atau tubuh ternak
setelah dipuasakan. Karkas yang baik harus mengandung banyak daging, bagian
yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak begitu tinggi
(Sembiring, 1993).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang
sangat baik bagi ayam. Tepung ikan juga merupakan sumber kalsium dan fosfor
yang baik. Tepung ikan juga mengandung senyawa-senyawa esensial asam amino,
lisin dan metionin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam broiler.
Tepung ikan sebagai sumber protein sampai saat ini masih sulit digantikan
kedudukannya oleh bahan baku lain. Keberadaan tepung ikan di pasar yang cukup
mahal mendorong peneliti untuk berusaha menekan biaya ransum dengan
mengadakan berbagai penelitian agar dapat menyusun ransum bernilai gizi tinggi
dan diharapkan dapat menggantikan tepung ikan dengan harga relatif murah dan
mengefisiensi pakan.
Karena tingginya harga tepung ikan komersial tersebut, maka dicari salah
satu upaya untuk menggantikan keberadaan tepung ikan komersil adalah dengan
menggunakan bahan pakan berasal dari limbah pertanian, perikanan dan industri
(Anggorodi, 1990). Salah satu limbah perikanan yang berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan pakan adalah limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) karena
ketersediaannya melimpah dan penggunaannya tidak bersaing dengan keperluan
manusia. Limbah ikan gabus terdiri dari kepala ikan dan isi perut yang tidak
dimanfaatkan di tempat pelelangan ikan atau gudang ikan. Limbah ikan gabus
pasir dapat diolah menjadi tepung untuk menjadi pakan ternak yang bernilai
ekonomis dan murah.

Universitas Sumatera Utara

Ikan gabus pasir banyak dijumpai didaerah Sumatera Utara khususnya
Medan Belawan yang berada di Jalan Gabion, Kec. Medan Belawan bertempat
TPI (Tempat Pelelangan Ikan) KUD (Koperasi Unit Desa). Jarak tempuh antara
kota medan dengan kota Belawan + 25 km dari kota Medan. Daging ikan gabus
dimanfaatkan menjadi bakso dan siomay oleh masyarakat dan juga ikan ini
dikirim ke negara Malaysia untuk dijadikan bahan makanan olahan di negara
tersebut. Sedangkan kepala ikan gabus beserta isi perutnya atau limbahnya akan
disimpan sampai beberapa hari dalam tempat penyimpanan ikan. Produksi dari
limbah ikan tersebut dalam satu hari berjumlah 500 kg sampai dengan 1 ton dan
dalam seminggu bisa mencapai 7-8 ton limbah ikan gabus pasir, ini mengartikan
bahwa limbah perikanan yang dihasilkan TPI Belawan begitu besar dan bisa
dimanfaatkan limbahnya berupa kepala, isi perut. Limbah olahan ikan gabus pasir
bisa menjadi komoditi yang bisa dimanfaatkan jadi pakan pengganti tepung ikan
dipasar, karena mengandung protein yang sangat tinggi.
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi pada usaha produksi ayam
broiler adalah tidak efisiennya dalam memanfaatkan pakan (Sinurat et al ., 2009),
sehingga biaya produksi pakan menjadi tinggi. Tepung ikan komersial bisa
mencapai harga Rp 7500-8000/kg di pasar, oleh karena itu perlu diupayakan cara
untuk menggantikan tepung ikan agar biaya produksi pakan tidak tinggi dan
mudah didapat serta efisiensi tepung ikan gabus pasir diharapkan dapat
berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas dan persentase karkas ayam
broiler juga terhadap konsumsi ransum ayam broiler.

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh
pemberian tepung limbah ikan gabus pasir dalam ransum terhadap karkas (bobot
potong, bobot karkas dan persentase karkas) ayam broiler.

Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir
(Butis amboinensis) dalam ransum terhadap terhadap bobot potong, bobot karkas,
persentase karkas ayam broiler.

Hipotesis Penelitian
Tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat menggantikan
tepung ikan komersial dan berpengaruh positif terhadap karkas (bobot potong,
bobot karkas, persentase karkas) ayam broiler.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
peternak ayam broiler dan masyarakat tentang pemanfaatan tepung limbah ikan
gabus pasir (Butis amboinensis) dalam ransum terhadap karkas ayam broiler, juga
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ROSNIKAH MANULLANG, 2015. “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus
Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum
Terhadap Karkas Ayam Broiler”, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan
NURZAINAH GINTING.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah
ikan gabus pasir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam
broiler. Penelitian ini dilakukan di Jln Pelita Baru, Binjai pada bulan
Agustus – September 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap
ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri atas P0 (tepung ikan
komersil), P1 (50% tepung limbah ikan gabus pasir), P2 (100% tepung limbah
ikan gabus pasir).
Hasil penelitian menunjukan Rataan bobot potong (g) secara berturut- turut
untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar ; (1261,94, 1279,39 dan 1190,66). Bobot
karkas (g) ; (913,72, 938,39 dan 862,50). Persentase karkas (%) ; (72,41, 73,32
dan 72,49). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter bobot
potong, bobot karkas dan persentase karkas tidak berbeda nyata (P>0,05).
Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan dalam
ransum untuk menggantikan tepung ikan komersil pada level 100% dalam ransum.

Kata kunci : Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir, Karkas, Ayam Broiler.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ROSNIKAH MANULLANG, 2015. “The Utilization of Gabus Pasir Waste Meal
(Butis amboinensis) as Substitution of Comercial Fish Meal in Broiler Chickens
Rations on Carcass”. Supervised by TRI HESTI WAHYUNI and
NURZAINAH GINTING.
The research aimed to determine the utilization of gabus pasir waste meal
on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of broiler chickens.
The research was conducted in Jl. Pelita, Binjai, from Agustus until September
2015. The design was used completely randomized design (CRD) with 3
treatments and 6 replications each replications consist of 5 weaning day old
chicken (DOC). Treatments were consisted of P0 (fish meal comercil);
P1 (50 % waste of gabus pasir meal); P2 (100 % waste of gabus pasir meal).
The result showed the average slaughter weight (g/head) for the
treatments of P0, P1 and P2 were (1261,94; 1279,39 and 1190,66, respectively).
Average carcass (g/head) weight (913,71; 938,39 and 862,50, respectively).
Average carcass percentage (%) (72,41; 73,32 and 73,81, respectively).
Test statistic the results showed that the indicate on slaughter weight, carcass
weight and carcass percentage were not significant (P>0,05). The conclusion of
this research that of waste of gabus pasir meal can be used up to 100% level of
fish meal in broiler chickens ration.
Keywords : of waste of gabus pasir meal, Carcass, broiler chickens

Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR
(Butis amboinensis) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG
IKAN DALAM RANSUM TERHADAP
KARKAS AYAM BROILER

SKRIPSI

Oleh :
ROSNIKAH MANULLANG
110306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR
(Butis amboinensis) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG
IKAN DALAM RANSUM TERHADAP
KARKAS AYAM BROILER
SKRIPSI

Oleh :
ROSNIKAH MANULLANG
110306025/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama
NIM
Program Studi

: Pemanfaatan
Tepung
Limbah
Ikan
Gabus
Pasir
(Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam
Ransum terhadap Karkas Ayam Broiler
: Rosnikah Manullang
: 110306025
: Peternakan

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc
Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si
Ketua Program StudiPeternakan

TanggalACC:

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ROSNIKAH MANULLANG, 2015. “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus
Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum
Terhadap Karkas Ayam Broiler”, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan
NURZAINAH GINTING.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah
ikan gabus pasir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam
broiler. Penelitian ini dilakukan di Jln Pelita Baru, Binjai pada bulan
Agustus – September 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap
ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri atas P0 (tepung ikan
komersil), P1 (50% tepung limbah ikan gabus pasir), P2 (100% tepung limbah
ikan gabus pasir).
Hasil penelitian menunjukan Rataan bobot potong (g) secara berturut- turut
untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar ; (1261,94, 1279,39 dan 1190,66). Bobot
karkas (g) ; (913,72, 938,39 dan 862,50). Persentase karkas (%) ; (72,41, 73,32
dan 72,49). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter bobot
potong, bobot karkas dan persentase karkas tidak berbeda nyata (P>0,05).
Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan dalam
ransum untuk menggantikan tepung ikan komersil pada level 100% dalam ransum.

Kata kunci : Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir, Karkas, Ayam Broiler.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ROSNIKAH MANULLANG, 2015. “The Utilization of Gabus Pasir Waste Meal
(Butis amboinensis) as Substitution of Comercial Fish Meal in Broiler Chickens
Rations on Carcass”. Supervised by TRI HESTI WAHYUNI and
NURZAINAH GINTING.
The research aimed to determine the utilization of gabus pasir waste meal
on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of broiler chickens.
The research was conducted in Jl. Pelita, Binjai, from Agustus until September
2015. The design was used completely randomized design (CRD) with 3
treatments and 6 replications each replications consist of 5 weaning day old
chicken (DOC). Treatments were consisted of P0 (fish meal comercil);
P1 (50 % waste of gabus pasir meal); P2 (100 % waste of gabus pasir meal).
The result showed the average slaughter weight (g/head) for the
treatments of P0, P1 and P2 were (1261,94; 1279,39 and 1190,66, respectively).
Average carcass (g/head) weight