. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Turangie Estate, Pt Pp London Sumatera Indonesia Tbk, Langkat Sumatera Utara

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI TURANGIE ESTATE, PT PP
LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk, LANGKAT,
SUMATERA UTARA

AHMAD HIDAYAT

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Turangie Estate, PT London Sumatera
Indonesia Tbk, Langkat, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Ahmad Hidayat
NIM A24100164

ABSTRAK
AHMAD HIDAYAT. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Turangie Estate, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, Langkat sumatera
Utara. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus mempelajari
manajemen panen kelapa sawit dalam lingkup perkebunan. Data yang diperoleh
merupakan data primer dan data skunder. Pengamatan diuji menggunakan metode
kuantitatif yang terdiri dari penjumlahan, rata-rata dan persentase, sedangkan uji
statistik menggunakan t-student. Kapasitas panen,mutu panen, produktivitas, seks
rasio dan tenaga panen merupakan aspek penting dalam kegiatan panen. Hasil
analisis yang diperoleh adalah nilai seks rasio pada tipe lahan datar dan lahan
miring berbeda nyata yang membuktikan tipe lahan berpengaruh terhadap nilai

seks rasio. Tingkat kapasitas panen antar tiap kemandoran di Divisi Pondok
Kloneng tidak berbeda nyata, hal ini membuktikan bahwa tenaga panen sudah
terdistribusi dengan baik. Mutu panen Divisi Pondok Kloneng sudah tergolong
baik dibuktikan dengan sedikitnya pelanggaran yang terjadi. Produktivitas kelapa
sawit di Divisi Pondok Kloneng belum sesuai standar yang ditetapkan Ditjenbun
dikarenakan kondisi tanaman yang tidak dalam masa puncak panen.
Kata kunci : Kelapa sawit, Manajemen panen, Aspek Panen
ABSTRACT
AHMAD HIDAYAT. THE MANAGEMENT OF PALM OIL HARVEST
(Elaeis guineensis Jacq.) in Turanggie Estate, PT PP London Sumatra Indonesia
Tbk, Langkat Nort Sumatra. Guided by HERDHATA AGUSTA
This apprentice was intended to increase the knowledge of students about
the cultivation of palm oil plants; moreover, this was also intended to study the
management of palm oil harvest in a plantation scope. The data obtained were
primary and secondary data. The observation was examined by using quantitative
method consisting of calculation, average and percentage, while the statistic test
used t-student. The capacity of crop, the quality of crop, productivity, ratio sex,
and the workers were the important aspects in cultivation activity. The result of
analysis obtained was that the value of ratio sex in flat and sloping fields varied
significantly. This proved that the field type influenced the value of ratio sex. The

level of havest capacity among the leaders in Pondok Kloneng Division did not
show any significant difference. This indicated that the harvest workers were
distributed properly. The quality of cultivation in Pondok Kloneng Division has
been quite good. This was showed by few numbers of fouls. The productivity of
palm oil in Pondok Kloneng Division has not reached the standard issued by
Ditjenbun because the plant condition was not in the peak of harvest time.
Key words : Palm Oil, Harvest Management, Harvest Aspects

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI TURANGIE ESTATE, PT LONDON
SUMATERA INDONESIA Tbk, LANGKAT, SUMATERA
UTARA

AHMAD HIDAYAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga penulisan laporan akhir
magang ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Laporan akhir ini
merupakan cakupan beberapa kegiatan yang penulis lakukan selama menjalani
magang di divisi Pondok Kloneng dimana magang ini sendiri bertujuan untuk
mengambil beberapa data yang nantinya dijadikan bahan untuk menyusun skripsi.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua Bapak Mualip, Ibu Winarni dan adik Ade Rahma yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materi serta do’a sehingga penulis
dapat menjalankan kegiatan magang ini. Bapak Dr Ir Herdhata Agusta selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya
selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi bapak Prof Dr Ir Anas D.

Susila, Ms selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama
menjalankan studi. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir Edy
Syahputra selaku Estate Manager di Turangie Estate, Bapak Ir Budi Yansari
selaku Asisten Kepala, Ibu Rita Kaban selaku Estate Administration Assistant,
dan Bapak Ir Ismail A Kaharu selaku Asisten divisi Pondok Kloneng sekaligus
pembimbing penulis selama jalannya kegiatan magang atas ijin, kesempatan dan
bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
magang hingga akhir jadwal yang ditentukan.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Abdus Samad, Bapak Irwansyah , Bapak Apriono, paklek Budi,
paklek Saimun, Ibu Asnilawati, Ibu Suryanita, Ibu Nur Asni, bang Dedi Juniar,
bang Rendra Rio, bang Eco Suharyadi, dan kak Pratiwi Rahayu yang telah
menjadi keluarga baru dan memberikan arahan, bimbingan dan pelajaran kepada
penulis selama melaksanakan kegiatan magang di Turangie Estate. Teman-teman
DR D37 plus, teman-teman AGH 47, Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan
(IMMAM), khususnya teman-teman geng nero dan saudari Devi Qisthina Linati
yang telah memberikan dukungan dan masukannya untuk penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun ke arah yang lebih baik. Semoga laporan akhir magang ini

dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
Ahmad Hidayat

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Asal-usul Tanaman Kelapa Sawit
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan Tanaman
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas Panen
Mutu Panen
Tahun Tanam dan Produktivitas Tanaman
Seks Rasio
Tenaga Panen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
6
6

6
6
6
7
8
8
15
17
17
18
19
20
21
22
22
23
23
24
25
35


DAFTAR TABEL
1 Jumlah tenaga kerja Divisi Pondok Kloneng
2 Dosis pupuk Divisi Pondok Kloneng
3 Tingkat kematangan dan kriteria panen di Turangie Estate
4 Kriteria denda panen Divisi Pondok Kloneng
5 Rata-rata kapasitas panen tiap mandoran Divisi Pondok Kloneng
6 Kesalahan pekerja dalam pelaksanaan panen
7 Produktivitas Divisi Pondok Kloneng sepuluh tahun terakhir
8 Produktivitas tanaman berdasarkan tahun tanam
9 Perbandingan nilai seks rasio pada lahan miring dan datar
10 Perbandingan seks rasio tanaman dengan tahun tanam 1993 dan 1996
11 Tenaga panen dan luas areal panen

8
11
12
14
17
18

19
20
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1 Hama ulat pada daun
2 Ciri-ciri serangan hama tikus
3 Kegiatan pemupukan di lapangan
4 Kendaraan pengangkut hasil panen

10
10
11
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian sebagai karyawan di PT PP London Sumatera Indonesia
Tbk, Langkat, Sumatera Utara
2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk, Langkat, Sumatera Utara
3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk, Langkat, Sumatera Utara
4 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk, Langkat, Sumatera Utara (lanjutan)
5 Luas areal dan tata guna lahan Divisi Pondok Kloneng
6 Data curah hujan Turangie Estate tahun 2004-2013
7 Struktur Organisasi Turangie Estate
8 Rotasi panen Divisi Pondok Kloneng
9 Kriteria premi Divisi Pondok Kloneng
10 Kondisi Blok Divisi Pondok Kloneng

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati dan merupakan
tanaman primadona di dunia tanaman perkebunan. Produksi kelapa sawit di
Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan minyak
kelapa sawit dunia. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah
kelapa sawit berupa minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan
minyak inti sawit Palm Kernel Oil (PKO). Perkebunan kelapa sawit di
Indonesia tahun mencapai 10.1 juta ha dan merupakan penghasil areal yang
terluas di dunia. Demikian pula produksi minyak sawit Indonesia tahun
2013 mencapai 27.74 juta ton (Ditjenbun, 2013). Minyak nabati kelapa
sawit banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan
margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan
pelumas), industri tekstil, industri kosmetik, dan sebagai biodiesel
(Sastrosayono 2006).
Pemanenan buah sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas
minyak yang dihasilkan. Selain kegiatan pemanenan, proses pasca panen
juga sangat berpengaruh pada kualitas minyak sawit yang dihasilkan.
Kualitas minyak sawit ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan asam
lemak bebas (ALB). Penentuan saat panen mempengaruhi kandungan ALB
minyak sawit yang dihasilkan. Saat buah mulai masak, kandungan minyak
dalam mesokarp meningkat cepat. Setelah kadar minyak maksimal, buah
akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah
akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar
kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2006).
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik (Fauzi et al.
2008). Rangkaian ketiga kegiatan tersebut harus dilakukan secara terpadu
karena sangat terkait satu sama lainnya. Proses pemanenan harus
memperhatikan kriteria matang buah kelapa sawit tersebut karena buah yang
terlalu matang dan kurang matang kualitas minyak nabatinya akan
berkurang. Keberhasilan dalam manajemen perkebunan kelapa sawit kelapa
sawit dapat dicapai melalui pengelolaan kebun yang baik mulai dari
pembukaan lahan hingga pemanenan dan pasca panen. Baik dan buruknya
pemeliharaan kelapa sawit akan tercermin dari manajemen pemanenan dan
produksi (Lubis 2008).
Tujuan Penelitian
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan kemampuan
dan pemahaman mahasiswa dalam aspek teknis dan manajemen di
perkebunan kelapa sawit serta meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dari setiap tingkat pekerja
(Karyawan Harian Lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping
asisten afdelling). Tujuan khusus magang ini adalah mengetahui dan
mempelajari secara teknis dan manajerial kegiatan pemanenan kelapa sawit

2

di PT PP London Sumatera Indonesia Tbk serta dapat berlatih menganalisis
dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan pemanenan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Asal-usul Tanaman Kelapa Sawit
Taksonomi kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) menurut Lubis
(1992) sebagai berikut :
Divisi
: Tracheophyta
Sub-divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Genus
: Elaeis
Species
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika
Selatan. Tanaman ini justru lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit
kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal dari
Mauritius dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam
di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara
(Lubis 1992)..
Pada tahun 1911 berdirilah perkebunan kelapa sawit pertama yang
berlokasi di daerah pantai timur Sumatera Utara dan Aceh yang luasnya
mencapai 5.123 ha. Perkembangan tanaman kelapa sawit begitu pesat di
Indonesia, bahkan kini telah menjadi primadona komoditi perkebunan.
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk golongan berumah satu, jantan dan betina
terpisah masing-masing, namun masih dalam satu pohon . Bunga tumbuh
disetiap ketiak pelepah, potensinya dapat tumbuh jadi bunga betina atau
jantan sangat tergantung dari faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah
dan umur tanaman. Buah kelapa sawit juga berukuran sekitar 2-5 cm,
berbentuk oval. Buah terdiri dari exocarp (kulit buah), mesokarp yakni
bagian yang mengandung minyak, endocarp atau batok kelapa sawit, dan
endosperm atau buah kelapa sawitnya yang disebut kernel (Hakim 2007).
Akar tanaman kelapa sawit merupakan akar serabut dimana terdiri atas
akar primer, sekunder, dan tersier. Akar primer tumbuh 45° vertikal dari
batang dan mampu tumbuh sedalam 1,5 m, akar sekunder tumbuh horizontal
dari akar primer dan mampu tumbuh hingga 6 meter, sedangkan akar tersier
tumbuh dari akar sekunder dan berada dekat dengan permukaan tanah (Hadi
2004).
Batang tanaman kelapa sawit pada umumnya tumbuh tegak lurus dan
dibungkus oleh pelepah daun. Bagian bawah biasa disebut bongkol batang
atau bowl biasanya memiliki ukuran yang lebih besar. Daun kelapa sawit
memiliki bagian rachis (basic folili), tangkai daun (margo folili), dan daging
daun (intervenium). Dalam satu lingkaran batang atau spiral terdapat 8

3

pelepah daun. Dalam setahun dapat terbentuk 20-30 pelepah daun dan akan
berkurang selaras dengan bertambahnya usia tanaman (Lubis 1992).
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada suhu 270C dengan suhu
maksimum 330C dan suhu minimum 220C. Curah hujan rata-rata tahunan
yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250 – 3 000
mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal sekitar 1 750 – 2 500
mm. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan
kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50 – 90% (optimal 80%).
Elevasi untuk pengembangan kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari
permukaan laut. Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang
memliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung
sampai lempung berliat (Buana dan Siahaan 2003). Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh di berbagai jenis tanah namun akan tumbuh optimum pada
kondisi tanah dengan sifat fisik memiliki solum setebal 80 cm; tekstur
ringan dengan pasir 20-60% , debu 10-40%, dan liat 20-50%; pH 5-5,5; dan
kandungan unsur hara yang tinggi (Lubis, 1992).
Pemanenan Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah setelah berumur 2.5
tahun dan masak dalam waktu 5.5 bulan setelah penyerbukan. Buah kelapa
sawit baru dapat dipanen pada tanaman yang telah berumur 31 bulan atau
sedikitnya 60% buah telah matang. Cara visual lainnya yaitu apabila dari
lima pohon terdapat satu tandan buah matang panen (Kiswanto 2008),
Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan utama di perkebunan kelapa
sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan
melalui penjualan minyak sawit dan inti kelapa sawit. Aspek yang paling
menentukan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi adalah rotasi
panen. Rotasi panen sangat berhubungan erat dengan kualitas buah dan
mempengaruhi mekanisme kerja pemanenan. Rotasi panen harus dijaga
tetap normal, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, dengan memantau
daftar rotasi panen yang terdapat di kantor afdeling, selain melalui informasi
umur tanaman, kerapatan buah, jumlah tenaga potong buah, serta persentase
kapasitas borong (Pahan 2007).
Kegiatan panen diawali dengan melakukan persiapan panen. Persiapan
panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya
panen seminimal mungkin. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum
melakukan kegiatan panen adalah persiapan kondisi areal panen, penyediaan
tenaga panen, pembagian sesi panen, dan penyediaan peralatan kerja. Aspek
lain yang harus diperhatikan adalah organisasi panen. Organisasi panen
penting dalam penyusunan sesi panen sehingga blok/kapel yang akan
dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi. Organisasi panen bertujuan
untuk mempermudah kontrol pekerjaan, meningkatkan output tenaga panen
dan efisiensi transportasi buah, serta memudahkan pengaturan keamanan
produksi. Salah satu bentuk dari organisasi panen adalah sistem hanca
pemanen. Sistem hanca diberlakukan dengan mempertimbangkan kondisi

4

areal setempat dan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu hanca tetap, hanca giring
murni, dan hanca giring tetap per mandoran (Pahan 2007).
Selain itu dalam proses pemanenan harus diperhatikan tingkat
kematangan dari buah kelapa sawit tersebut. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kualitas CPO. Pada tandan buah segar yang terlalu matang prose
enzimatik akan meningkat yang memicu peningkatan kadar ALB, dengan
kata lain mengakibatkan kualitas CPO akan turun (Hakim 2007). Sedangkan
pada buah yang belum mencapai masa tepat matangnya kandungan minyak
yang ada dalam mesokarp masih 73 % dari potensi yang dapat dicapainya,
dengan kata lain 27 % lagi akan terbuang bila dilakukan pemanenan yang
terlalu cepat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008)
Kualitas buah dan kualitas panen merupakan bagian dari kriteria
keberhasilan kegiatan pemanenan di perkebunan kelapa sawit. Pahan (2007),
hasil panen dikatakan baik jika komposisi buah masak mencapai sekitar
98% dan buah mentah serta busuk maksimum hanya 2%. Kualitas buah dan
kualitas panenmenyangkut kualitas pekerjaan panen, pengawasan, dan
pemeriksaan hasil panen. Kualitas pekerjaan panensangat terkait dengan
tugas tenaga panen, yaitu memanen semua tandan buah segar (TBS) masak
dan mengutip bersih seluruh brondolan untuk diletakkan di TPH, serta
menyusun pelepah yang telah dipotong pada gawangan mati. Kualitas
pengawasan dan pemeriksaan ditentukan oleh personil yang bertugas
mengawasi mulai dari asisten afdeling, mandor satu, mandor panen,petugas
sortasi dan kerani buah.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari Februari
sampai Juni 2014 bertempat di kebun Turangie Esate, PT. PP London
Sumatera Indonesia Tbk, Langkat, Sumatera Utara
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan kerja langsung di
lapangan sehingga kegiatan mahasiswa merupakan bagian internal dari
kebun Turangie Estate PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. Kegiatan
mencakup mempelajari pengawasan Peace Work (PW) pada setiap
pekerjaan, mempelajari sistem kerja mandor, mempelajari beberapa
pekerjaan kerani divisi dan asisten divisi, dapat dilihat pada Lampiran 1, 2,
3 dan 4.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Secara garis besar metode pelaksanaan magang di lapangan adalah
pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung
dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan melalui kerja, pengamatan
langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf serta karyawan
kebun.
Metode tidak langsung melalui studi pustaka dan pengumpulan data
sekunder yang ada di kebun. Data sekunder diperoleh dari kebun meliputi

5

lokasi, letak geografis kebun, keadaan iklim, luas kebun, luas areal, tata
guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan serta
organisasi dan manajemen kebun.
Hasil kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder. Data
yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dilakukan analisis secara
deskriptif dan kuantitatif menggunakan norma kerja yang berlaku. Faktor
yang mempengaruhi terhadap produksi yang diamati meliputi :
 Kapasitas Panen. Pengamatan terhadap kapasitas panen antara dua
kemandoran yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas
penyebaran tenaga panen. Pengamatan dilakukan terhadap masingmasing lima orang pemanen dari kedua kemandoran pada
pemanenan tanaman dengan tahun tanam 1996, pengamatan
dilakukan selama empat hari panen pada setiap pemanen dengan
menghitung hasil panen dari tiap pemanen dalam satu hari dan
kemudian diambil rata-rata dari data panen selama empat hari
tersebut . Setelah didapatkan rata-rata hasil panen per hari dari tiap
pemanen di dua kemandoran maka dibandingkan data rata-rata
panen per hari tersebut antara dua kemandoran. Data diambil dari
laporan kerani buah setiap pagi.
 Mutu panen. Pengamatan terhadap mutu panen dilakukan untuk
mengetahui
tingkat pelanggaran dalam proses pemanenan.
Pengamatan dilakukan terhadap dua orang pemanen yang berasal
dari satu kemandoran selama empat minggu. Pengamatan dilakukan
dengan bantuan polisi buah yang bertugas mencatat setiap
pelanggaran pemanen. Parameter pelanggaran yang diamati adalah
berondolan yang tertinggal, buah mentah, long stalk atau tangkai
panjang, dan salah potong dan susun pelepah.
 Tahun tanam dan produktivitas. Pengamatan tahun tanam dan
produktivitas dilakukan dengan membandingkan rata-rata
produktivitas setiap tahun tanam dengan standar yang telah
ditentukan
DITJENBUN.
Pengamatan
dilakukan
dengan
membandingkan data produktivitas pada tahun 2013 setiap tahun
tanam dengan standar yang ditentukan DITJENBUN.
 seks rasio. Pengamatan seks rasio dilakukan dengan menghitung
perbandingan jumlah bunga betina dengan jumlah seluruh bunga
dalam satu pohon pada areal datar dan areal miring. Tanaman contoh
diambil sebanyak 40 tanaman pada setiap tipe areal dengan cara
sampling acak mengkondisikan tipe areal. Pengamatan dilakukan
pada tanaman dengan tahun tanam 1996 yaitu sebanyak lima blok
dengan satu kali pengamatan pada tiap bloknya. Selain
membandingkan tipe areal pengamatan ini juga dilakukan dengan
membandingkan nilai seks rasio antara tanaman dengan tahun tanam
1996 dengan tanaman dengan tahun tanam 1993. Pada pengamatan
ini tanaman dengan tahun tanam 1993 dilakukan pengamatan
terhadap dua blok.
 Tenaga panen. Pengamatan tenaga panen dilakukan dengan
membandingkan jumlah realisasi tenaga panen dengan standar yang
telah ditentukan. Data tenaga panen diperoleh dari data kebun.

6

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, didirikan pada tanggal 18
Desember 1926 dengan Akte Notaris Raden Kardiman di Jakarta, yang
Berkantor Pusat di jalan Jenderal Ahmad Yani No. 2 Medan. Kebun
Turangie Estate terletak pada ketinggian ± 150 mdpl secara administratif
terletak di Desa Turangie, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara. Lokasi kebun berjarak kurang lebih ± 75 km dari pusat kota
Medan sebagai Ibukota provinsi Sumatera Utara,. Areal Kebun Turangie
Divisi Pondok Kloneng tempat dilakukannya kegiatan magang berada pada
koordinat 03°25’0” LU sampai 03°30’0” LU dan 98°11’0” BT 98°16’0”
BT .
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas total area divisi Pondok Kloneng adalah 764,85 ha yang terdiri
dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 692,51 ha, tanaman belum
menghasilkan (TBM) tidak ada, dan luas areal yang tidak ditanami 72,34 ha.
Luas areal dan tata guna lahan di Turangie Estate dapat dilihat pada
(Lampiran 5).
Berdasarkan data pada lampiran 1 areal TM terdiri atas 90% dari total
areal yang ada di divisi Pondok Kloneng dengan rincian tanaman tahun
1993 seluas 6,3 %, tanaman tahun 1994 seluas 29,6%, tanaman tahun 1995
seluas 18,4%, dan tanaman tahun 1996 seluas 45,7% dari total areal yang
ditanami seluas 692,51 ha. Total areal yang tidak ditanami seperti
perumahan, jalan, dan konservasi terdiri atas 10 % dari total areal kebun.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2004-2013
Divisi Pondok Kloneng memiliki curah hujan rata-rata 4071 mm tahun-1
dengan hari hujan 192 hari tahun-1. Jumlah rata-rata bulan basah sebanyak
12 bulan tahun-1 dan tidak ada bulan kering. Berdasarkan klasifikasi
Schmidth-Ferguson, Divisi Pondok Kloneng termasuk tipe iklim A, yaitu
tipe daerah sangat basah. Topografi areal perkebunan Divisi Pondok
Kloneng adalah datar hingga berbukit dengan rincian 401,18 ha lahan datar
dan 291,33 ha lahan berbukit. Jenis tanah Divisi Pondok Kloneng pada
umumnya adalah tanah Red Brown Podsolic, Yellow Brown Podsolic dan
Yellow Red Podsolic dengan tekstur Sandy day, Sandy Day Loam dan
Sandy Loam. (lampiran 6 ).
Keadaan Tanaman
Tanaman kelapa sawit di turangie estate divisi pondok kloneng
didominasi oleh tanaman menghasilkan dengan tahun tanam 1993 -1996.
Varietas yang digunakan adalah BLRS yang berasal dari Balias yang
merupakan pusat riset PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk.
Penanaman kelapa sawit dengan jarak tanam 9,25 m x 8,01 m. Tanaman
kelapa sawit di divisi Pondok Kloneng terdiri dari 26 blok dengan perincian

7

tanaman dengan tahun tanam 1993 sebanyak dua blok dengan luas 43.75 ha,
tanaman dengan tahun tanam 1994 sebanyak delapan blok dengan luas
204.77 ha, dan tanaman dengan tahu tanam 1995 sebanyak empat blok
dengan luas 127.62 ha. Sedangkan tanaman pada tahun tanam 1996
memiliki areal terluas dengan jumlah 316.43 ha.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Turangie dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun. Manajer membawahi seorang
asisten kepala, lima asisten divisi, dan seorang asisten administrasi.
Seorang asisten administrasi memimpin kegiatan administratif di kantor
besar.
Pengelolaan kebun dilakukan oleh manajer dibantu oleh asisten kepala,
asisten divisi dan asisten administrasi. Manajer mengelola kebun mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan
manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan
kebun.
Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer
jika tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi,
klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab
kepada manajer. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan
dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.
Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi,
mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan
peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor satu, krani divisi,
mandor perawatan, mandor panen, krani buah serta membantu manajer
dalam pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan
lapangan asisten dibantu oleh seorang mandor satu. Pelaksanaan
administrasi asisten dibantu oleh krani divisi yang dibawahinya. Struktur
organisasi kebun Turangie Estate dapat dilihat pada (Lampiran 7).
Situasi ketenagakerjaan di Divisi Pondok Kloneng dibagi menjadi
staf/pimpinan Monthly Rate Payment (MRP), Daily Rate Payment (DRP),
Pekerja Kontrak Waktu Tertentu (PKWT) dan Peace Work (PW). Staff yang
ada di Divisi Pondok Kloneng hanya seorang asisten. MRP terdiri dari
mandor, kerani dan beberapa petugas kesehatan yang terdapat di Divisi
Pondok Kloneng, DRP terdiri dari pemanen dan pekerja pemeliharaan,
PKWT biasanya terdiri dari pekerja di bidang administrasi, sedangkan PW
terdiri dari pekerja seperti pekerja pemupukan, pekerja sensus, dan pekerja
pengendalian gulma. Standard Indeks Tenaga Kerja (ITK) untuk
perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2 (Pahan 2007). Nilai ITK Divisi
Pondok Kloneng adalah 0,19, nilai tersebut sudah memenuhi tingkat
standar tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.

8

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja Divisi Pondok Kloneng
Uraian
Staff
MRP
DRP
PKWT
PW
Total
ITK
Sumber : Kantor Divisi Pondok Kloneng (2014)

Total (Orang)
1
21
85
7
37
151
0,19

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan kegiatan magang di kebun Turangie Estate divisi Pondok
Kloneng terbagi atas dua kelompok kerja, yaitu pengamatan kegiatan aspek
teknis dan aspek manajerial. Kegiatan pengamatan aspek teknis meliputi
setiap kegiatan teknis di lapangan, dan kegiatan pengamatan manajerial
meliputi setiap kegiatan manajerial baik di lapangan maupun administrasi di
kantor divisi
Aspek Teknis
Pekerjaan di lapangan dilaksanakan mulai pukul 06.30 WIB hingga
pukul 14.00 WIB setiap hari dan diawasi oleh mandor-mandor setiap
kegiatan, yaitu mandor pemeliharaan dan mandor panen. Dalam setiap
kegiatan diberikan waktu untuk istirahat atau yang biasa disebut dengan
wolon selama setengah jam, wolon dimulai pukul 09.30 WIB dan berakhir
pada pukul 10.00 WIB.
Pengendalian Gulma di Piringan
Pengendalian gulma piringan merupakan kegiatan pemeliharaan dari
gangguan gulma yang dapat mengganggu proses produksi. Urutan kegiatan
pengendalian dimulai dengan :
- Para pekerja menukar pakaian dengan Alat Pelindung Diri (APD) di
kantor divisi
- Pekerja diberi makanan tambahan di kantor divisi
- Pencampuran pestisida dengan air dan pestisida lain menjadi suatu
larutan
- Memasukkan larutan knapsack sprayer
- Knapsack sprayer digendong atau dipikul
- Pekerja berjalan mengaplikasikan pestisida ke areal
- Pekerja bekerja berdasarkan barisan atau areal yang telah ditentukan
mandor
- Pekerja kembali dan membersihkan diri
Untuk kebutuhan tenaga biasanya seorang pekerja mampu
menyelesaikan lahan seluas 4 ha hari-1. Penentuan dosis didasarkan pada
kalibrasi alat dan kondisi gulma dominan di lapangan. Pestisida yang
digunakan adalah pestisida dengan merk dagang Elang berbahan aktif
glyphosat dengan konsentrasi 480 cc/liter. Selain itu digunakan juga

9

pestisida dengan merk dagang Lindomine berbahan aktif dimetil amina
dengan konsentrasi 865 cc/liter. Pada aplikasi di lapangan digunakan
pestisida Elang dengan dosis 25 cc/liter air dan Lindomine dengan dosis 5
cc/liter air.
Nozzle dikatakan normal apabila output yang dihasilkan berkisar 160190 cc/menit,apabila sudah melebihi angka tersebut maka diperlukan
penggantian nozzle. Kalibrasi dilaksanakan setiap hari sabtu. Satu knapsack
sprayer dengan kapasitas lima liter cukup untuk aplikasi 75 pohon. Kendala
yang dihadapi saat aplikasi pengendalian gulma di piringan seperti hujan
yang menyebabkan pestisida tidak bereaksi secara maksimal, nozzle yang
sudah tidak sesuai dengan standart yang dapat menyebabkan penggunaan
pestisida yang berlebihan. Total pestisida yang terpakai sekitar 150 cc untuk
satu hektarnya dengan rincian 125 cc Elang dan 25 cc Lindomine, sehingga
terdapat 60 cc glyphosat dan 21,6 cc dimetil amina dalam aplikasi tiap
hektarnya.
Penunasan
Penunasan adalah kegiatan membersihkan pelepah yang dianggap
tidak diperlukan dan dapat menghambat kegiatan panen. Tujuan dari
kegiatan penunasan ini untuk memudahkan proses pemanenan dan
optimalisasi pertumbuhan buah. Periode penunasan diakukan 2.5 kali
setahun, artinya 2 kali penunasan total keseluruhan area dan satu kali
setengah dari total keseluruhan area yang di anggap masih perlu dilakukan
penunasan.
Kriteria pelepah yang dipotong pada saat penunasan seperti pelepah
sengkleh dan pelepah yang di luar songgo satu pada tanaman menghasilkan
dewasa sedangkan songgo dua pada tanaman menghasilkan muda. Sekitar
46 pelepah yang tersisa pada tanaman menghasilkan dewasa dan 56 pelepah
yang tersisa untuk tanaman menghasilkan muda.
Sistematika proses penunasan dilakukan dengan memotong pelepah
ke arah yang berlawanan dengan arah spiral pohon. Khusus untuk daerah
terasan pelepah yang sudah dipotong disusun di bibir teras dengan posisi
terbalik, hal ini bertujuan untuk konservasi tanah yaitu mencegah longsor.
Pada daerah datar pelepah disusun di areal gawangan mati. Sebelum disusun
pelepah terlebih dahulu dipotong menjadi 3 bagian dengan 2 bagian tidak
berduri dan satu bagian berduri. Setelah itu pekerja harus melakukan
timbang air atau melihat apakah pelepah yang di potong sudah seimbang
atau belum, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya
pertumbuhan batang yang tidak normal seperti tumbuh condong.
Satu pekerja biasanya mendapat borongan sekitar 57 pohon per hari
atau 2,3 pekerja untuk satu hektarnya. Biasanya pekerja terdiri dari dua
orang dimana satu orang bertugas untuk memotong pelepah dari pohon dan
satu orang lagi bertugas untuk menyusun pelepah yang sudah diturunkan
dari pohon. Namun apabila yang bekerja sebanyak dua orang maka
borongan pohon akan menjadi 114 pohon.

10

Deteksi Hama Ulat dan Tikus
Deteksi hama pada suatu areal dilakukan untuk mengetahui hama apa
saja yang menyerang tanaman sawit pada areal tersebut, sehingga dapat
diketahui bagaimana cara mengendalikan hama tersebut. Deteksi hama
dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Deteksi hama ulat dilakukan
terhadap tanaman yang sudah ditetapkan sebagai tanaman contoh untuk
diambil satu pelepah dari tanaman tersebut dan dilihat hama apa yang
terdapat pada pelepah tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh tiga orang
pekerja yaitu seorang mandor dan dua orang merupakan pekerja di bawah
kemandoran P&D. Mandor bertugas mengamati dan mencatat hama yang
terdapat pada pelepah, satu orang bertugas mengambil pelepah dan satu
orang bertugas menyusun pelepah yang telah diturunkan pada gawangan
mati. Hasil dari deteksi hama akan menjadi rekomendasi untuk
pengendalian agar pengendalian tepat sasaran.

Gambar 1 Hama ulat pada daun

Gambar 2 Ciri-ciri serangan hama tikus
Deteksi hama tikus dilakukan dengan mengamati tanda-tanda adanya
serangan hama tikus pada pohon yang sudah ditetapkan sebagai pohon
sample. Tanda tanda serangan tikus seperti bekas gigitan pada buah atau
berondolan. Selain memakan buah atau berondolan tikus juga menyerang
bunga jantan dan betina. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian
musuh alaminya yaitu burung hantu atau dengan pemberian Klerat RM-B.
Pada masa sembilan bulan setelah pemberian klerat biasanya populasi tikus
kan kembali pada populasi awal sebelum dilakukan pengendalian.
Pengendalian yang dilakukan di Divisi Pondok Kloneng hanya sebatas
pemberian musuh alami dikarenakan serangan tikus masih dalam kategori
wajar.

11

Pemupukan
Praktik pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam
meningkatkan produksi kualitas panen dihasilkan. Salah satu efek
pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu membantu pertumbuhan tanaman.
Aplikasi pemupukan dilakukan sebanyak satu kali dalam setahun. Dosis
pemupukan yang dianjurkan merupakan hasil dari analisis daun dan analisis
produksi. Penaburan pupuk urea, MOP dan Dolomite dilakukan di dalam
piringan, sedangkan pupuk RPH dilakukan di luar piringan.

Gambar 3. Kegiatan pemupukan dilapangan
Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan,
pemupukan perlu dilakukan dengan sistem untilan. Sistem untilan
merupakan metode aplikasi pupuk dengan membuat kemasan pupuk yang
berukuran 50 kg menjadi kemasan pupuk yang yang diisi sesuai dengan
kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan. Berat
pupuk untuk tiap untilnya beragam tergantung jenis pupuk yang akan
diaplikasikan esok hari untuk memudahkan operasional pemupukan di
lapangan, biasanya antara 10-12,5 kg per untilan.
Tabel 2 Dosis pupuk Divisi Pondok Kloneng
Jenis Pupuk
Urea
RPH
MOP
Dolomite
Sumber : Kantor Divisi Pondok Kloneng

Dosis
(gr pohon-1)
700
600
560
700

Pada aplikasi pemupukan di lapangan untuk memupuk areal seluas
dua ha dibutuhkan satu orang tenaga kerja. Dalam pengaplikasiannya
pemupukan dilakukan dengan membagi pekerja dalam beberapa kelompok
yang disebut geng. Dalam satu geng terdiri dari empat orang penabur dua
orang pelangsir pupuk, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar jalannya
proses pemupukan karena satu orang pelangsir hanya akan melayani dua
orang penabur. Dalam dua geng yang bekerja ada satu orang yang bertugas
untuk mengumpulkan karung bekas untilan.

12

Panen
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
dari pohon ke TPH serta ke pabrik. Kegiatan pemanenan panen yang perlu
diperhatikan adalah sistem panen, kriteria panen, rotasi dan sesi panen,
kerapatan buah masak, tenaga panen, basic dan premi panen, dan denda
panen. Sasaran utama pekerjaan panen yaitu mencapai produksi per hektar
yang tinggi, biaya per kg yang rendah, dan mutu produksi yang baik berupa
asam lemak bebas yang rendah.
Sistem Panen
Sistem panen yang diterapkan pada Divisi Pondok Kloneng adalah
hanca giring tetap yang berarti hanca tiap pemanen tetap setiap rotasinya
pada kondisi normal dan dapat berubah sesuai instruksi asisten dan mandor
sesuai dengan kondisi buah yang akan dipanen. Pada sistem hanca giring
tetap hanca setiap pemanen setiap sesi panen ditentukan sesuai dengan
kerapatan buah. Kelebihan dari sistem hanca giring tetap adalah
menghindari kecemburuan di antara karyawan karena hanca dapat ditukar
dari rotasi yang satu ke rotasi berikutnya.
Kriteria Panen
Derajat kematangan buah dapat ditentukan berdasarkan warna buah
dan buah yang membrondol. Tingkat kematangan dan kriteria panen di
Turangie Estate dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat kematangan dan kriteria panen di Turangie Estate
Jumlah Brondolan

Kategori Buah

50% dari total tandan
Over Ripe
Sumber: Kantor Besar Turangie Estate
Rotasi dan Sesi Panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen bergantung
pada kerapatan panen, kapasitas pemanenan, dan keadaan pabrik. Rotasi
panen juga dipengaruhi oleh iklim yang menimbulkan adanya panen puncak
dan panen kecil. Rotasi panen merupakan faktor paling menentukan
terhadap kualitas buah.
Rotasi yang berlaku di divisi Pondok Kloneng adalah 6/7 yang berarti
setiap sesi panen akan dipanen setiap 7 hari dan hari panen selama 6 hari.
Luasan setiap sesi panen ditentukan berdasarkan perhitungan potensi
produksi masing-masing blok dari hasil sensus produksi semester (Pahan
2007). Tabel rotasi panen Divisi Pondok Kloneng dapat dilihat pada
(Lampiran 8).
Kerapatan Buah Masak (KBM)
Penghitungan KBM bertujuan untuk memperkirakan berapa buah
yang akan dipanen esok hari, berapa tonase yang akan didapat esok hari dan
berapa jumlah pekerja yang akan digunakan untuk kegiatan panen esok hari.
KBM juga dapat dijadikan acuan target yang harus didapatkan.
Penghitungan KBM dilakukan dengan menghitung buah yang telah masak

13

pada pohon yang telah ditetapkan sebagai pohon sample, jumlah pohon
sample biasanya 100 pohon pada tiap bloknya, namun ada beberapa blok
yang lebih dari 100 buah. KBM dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Setelah KBM didapat maka tonase dapat dihitung dengan rumus:

KBM = Kerapatan Buah Masak
BJR = Berat Janjangan Rata-rata
Contoh perhitungan nilai KBM dan Tonase:
Jika dari penghitungan kerapatan buah masak terhadap 100 tanaman
contoh pada blok 96111001 dengan luas 21,67 hektar dan rata-rata jumlah
pohon dalam satu hektar adalah 120 pohon didapatkan 20 janjang buah yang
dapat dipanen esok hari dan BJR seberat 24 kg maka akan didapatkan KBM
dan tonase sebesar:

= 20%
= 12481,9 kg
Tenaga Pemanen
Tenaga pemanen harus dipersiapkan dengan baik sehingga kualitas
buah dan kualitas hanca tetap terjaga. Selain itu akan memudahkan
penilaian kerja, baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk menghitung
jumlah pekerja digunakan rumus

Contoh perhitungan tenaga panen:
Jika dari hasil penghitungan KBM pada blok 96111001 didapatkan
tonase sebesar 12482 kg. Basic yang diterapkan adalah sebesar 75 janjang
dan BJR sebesar 24 kg. Maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah
sebanyak:

= 6,9 = 7 orang
Basic dan Panen
Basic panen pada divisi Pondok Kloneng dibedakan berdasarkan
tahun tanam. Pada tanaman dengan tahun tanam 1993 sampai 1995 basic
yang ditetapkan adalah sebesar 50 buah, sedangkan tanaman tahun tanam

14

1996 basic yang ditetapkan sebesar 75 buah. Pada hari jum’at basic panen
akan lebih sedikit bila dibandingkan pada hari biasa. Jika pada hari biasa
basic yang ditetapkan sebesar 50 buah maka akan diturunkan menjadi 35
buah, dan basic yang pada hari biasa sebesar 75 buah maka akan diturunkan
menjadi 50 buah.
Premi yang didapatkan oleh pemanen adalah buah yang merupakan
kelebihan dari basic yang ditentukan dan brondolan yang didapatkan.
Besarnya premi tergantung group, level dan topografi. Penentuan group
berdasarkan basic, penentuan level premi berdasarkan jumlah kelebihan
buah dari basic yang di dapatkan, dan topografi terbagi atas datar dan bukit.
Tabel golongan premi dapat dilihat pada (lampiran 9)
Contoh kasus:
Jika seorang pemanen mendapatkan hasil sebanyak 120 janjang dan
brondolan sebanyak 100 kg pada basic 75 dan memanen pada lahan datar
maka premi yang didapatkan adalah:
Kelebihan buah yang didapatkan : 120 - 75= 45 buah,
(maka termasuk group IIIB level 3)
Premi brondolan : 100 x Rp 195,- = Rp 19,500,Premi janjangan : 45 x RP 373,- = Rp 16,785,Total Premi : 19,500 + 16,785 = Rp 36,285,Denda Panen
Denda akan diberikan kepada pemanen apabila melakukan beberapa
hal, seperti : memanen buah mentah, meninggalkan berondolan di bawah
pohon, meninggalkan buah yang matang dipohon, meninggalkan buah yang
sudah di turunkan dari pohon, menyisakan tangkai buah yang terlalu
panjang (>2.5 cm), dan salah memotong pelepah (sengkleh) atau menyusun
pelepah tidak pada tempat yang ditentukan.
Tabel 4. Kriteria denda panen Divisi Pondok Kloneng
Keterangan
Unripe (mentah): kurang dari 5 brondolan per
janjang.
Long Stalk : tangkai panjang lebih dari 2.5 cm
Berondolan tertinggal tidak dikutip.
Tidak memotong buah masak atau meninggalkan
buah masak yang telah dipotong di hanca
Salah memotong pelepah (sengkleh) atau menyusun
pelepah tidak pada tempat yang ditentukan

Penalty
2000,-/ janjang
2000,-/ janjang
20,-/biji
2000,-/ janjang
2000,-/ pelepah

Sumber: kantor besar turangie estate

Pengangkutan Buah ke Pabrik
Pada umumnya pengangkutan buah kelapa sawit menggunakan truck
(dump truck atau light truck) dan pengangkutan pada divisi pondok kloneng
menggunakan dump truck. Apabila medan yang tempat pengangkutan buah
terlalu berat maka akan digunakan traktor. Pengangkutan buah merupakan

15

salah satu kegiatan yang penting dalam pengelolaan perkebunan kelapa
sawit. Semakin cepat buah sampai di pabrik dan diolah maka hasil sawit
akan semakin baik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengangkutan
buah kelapa sawit, seperti: kondisi jalan, jenis alat transportasi dan kondisi
banyaknya buah. Perawatan jalan sangatlah menentukan cepat atau
lambatnya pengangkutan hasil panen ke pabrik.
Kerusakan pada jalan akan sangat menghambat jalannya
pengangkutan hasil panen, bahkan pada kondisi terparah tidak jarang harus
mendapat bantuan dari alat berat. Jenis angkutan tidak kalah penting dengan
perawatan jalan, kapasitas dan jenis alat transportasi harus disesuaikan
dengan kondisi perkebunan. Pada divisi pondok kloneng digunakan truck
jenis dump truck yang memiliki kapasitas sekitar delapan ton.

Gambar 4. Kendaraan pengangkut hasil panen
Kondisi jumlah buah pada hari itu juga akan menentukan lama
waktu dalam satu kali untuk memenuhkan muatan. Jika pada hari itu kondisi
buah sedang banyak maka tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk
mendapatkan satu trip pengangkutan, tetapi butuh waktu yang lebih lama
untuk menyelesaikan pengangkutan seluruh hasil panen pada hari tersebut,
dan begitu juga keadaan sebaliknya. Dalam kondisi buah seperti sekarang
ini pengangkutan buah bisa diselesaikan dalam empat trip. Waktu yang
dibutuhkan dalam satu trip pengangkutan buah adalah sekitar dua jam,
waktu ini dihitung mulai dari truck kosong sampai buah diantar ke pabrik.
Dalam satu kelompok pengangkutan terdiri dari satu orang supir, dua
orang pengangkut buah, dan satu orang kerani buah. Supir bertugas untuk
mengendarai truck yang digunakan untuk mengangkut hasil panen dan
mengatur saf buah di dalam bak. Pengangkut buah atau yang biasa disebut
kernet bertugas untuk mengangkat buah dari TPH ke bak truck, dan kerani
buah bertugas untuk mencatat berapa buah yang di angkut pada hari itu dan
mencatatnya pada surat pengantar buah sawit (SPBS)
Aspek Manajerial
Dalam satu divisi dikepalai oleh seorang asisten divisi yang dibantu
oleh beberapa karyawan non staf. Manajemen tingkat karyawan non staf
adalah karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik kebun
maupun pada administrasi kantor. Karyawan yang termasuk tenaga kerja
tingkat non staf terdiri atas mandor satu, kerani divisi, kerani absent,kerani
buah,mandor panen,mandor perawatan dan mandor pest and disease (P&D)
Kegiatan yang diikuti pada aspek manajerial yaitu mempelajari
kegiatan mandor satu, kerani divisi, kerani absent,kerani buah,mandor
panen,mandor perawatan,mandor P&D,mandor harian dan asisten divisi.

16

Mandor Satu
Mandor satu bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi
kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor
satu yang membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, dan
mandor panen. Kegiatan yang dilakukan mandor satu adalah mengawasi
kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah
ditetapkan berjalan dengan baik. Selain itu, mandor satu juga dapat menegur
dan membenarkan pekerjaan yang tidak sesuai rencana.
Kerani Divisi
Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti
laporan produksi, laporan penggunaan tenaga kerja, laporan penggunaan
bahan, laporan hanca dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari
melaporkan pasca panen ke kantor besar. Kerani divisi dalam melakukan
tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan krani panen. Kerani divisi juga
membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan.
Mandor Panen
Mandor panen bertugas untuk mengabsensi pemanen, memberikan
instruksi pekerjaan, mengatur hanca pemanen, menghitung KBM,
mengawasi pekerjaan, memberikan petunjuk teknis, memastikan pemanen
menerapkan standar keamanan dan keselamatan kerja, mencatat dan
melaporkan hasil pekerjaan dalam buku kerja mandor (BKM), menentukan
jumlah pemanen, jumlah janjangan dan tonase. Pekerjaan mandor panen
spesifik ke arah pemanenan, Seorang mandor panen harus dapat
meningkatkan hasil kerja pemanen agar dapat mencapai target yang
diinginkan.
Mandor Perawatan
Mandor perawatan bertugas untuk mengontrol setiap pekerjaan yang
berkaitan dengan pemeliharaan lahan secara manual. Contoh tugas mandor
perawatan seperti mengawasi kegiatan pembabatan gulma,pemeliharaan
piringan, pembersihan jalanan panen, dan pendongkelan anak kayu atau
biasa disebut weeding. Hal ini ditujukan untuk mempermudah proses
pemanenan seperti pengangkutan buah, pengutipan brondolan dan
mengurangi persaingan penyerapan unsur hara oleh gulma di piringan.
Tenaga kerja yang dipakai oleh mandor perawatan sesuai kebutuhan,
apabila pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu yang singkat karena
sesuatu hal yang mendesak, maka jumlah pekerja akan ditambah. Jika
pekerjaan yang dilakukan hanya pemeliharaan rutin maka tenaga yang
dipakai berkisar 4-6 orang
Mandor P&D
Mandor P&D bertugas untuk mengontrol setiap pekerjaan seperti
forecasting, pembasmian hama, aplikasi herbisida, sensus pohon, Leaf
Sampling Unit (LSU), dan pemupukan. Tugas mandor P&D diawali dengan
membagi hanca setiap pekerja sesuai pekerjaan yang akan dikerjakan pada
saat itu dan memeriksa alat yang akan digunakan, misalnya pada kegiatan
aplikasi herbisida mandor bertugas memeriksa kelengkapan APD dan
kondisi knapsack sprayer serta memberi instruksi dosis herbisida yang akan
digunakan. Pengawasan dilakukan agar setiap pekerjaan dapat berjalan
sesuai rencana kerja.

17

Mandor Harian
Mandor harian adalah mandor yang bertugas mengawasi pekerjaan
yang dilakukan oleh pegawai harian atau biasa disebut PW. Hampir sama
dengan tugas mandor lainnya tugas mandor diawali dengan pembagian
hanca setiap pekerja dan pemeriksaan peralatan dan APD pekerja, kemudian
dilanjutkan dengan pengawasan pekerja.
Asisten Divisi
Asisten divisi bertugas merencanakan setiap program kerja dan
anggaran biaya yang akan dilaksanakan dilaksanakan di divisi tersebut
dibantu oleh kerani divisi dan para mandor. Selain itu asisten juga bertugas
mengawasi jalannya setiap pekerjaan baik yang menyangkut administrasi
ataupun pekerjaan lapangan. Setiap pekerjaan yang menyangkut
administrasi maka asisten dibantu oleh kerani divisi, dan untuk pengawasan
pekerjaan di lapangan maka asisten dibantu oleh mandor satu.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas Panen
Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan pencapaian
produktivitas suatu unit kebun, keberhasilan pemanenan akan menunjang
pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya kegagalan pemanenan akan
menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan
tanaman yang sudah baku dan potensi produksi tanaman yang tinggi, tidak
ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal.
Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi ha-1
yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon,
insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen
puncak dan musim panen rendah (Lubis 2008). Nilai kapasitas panen dari
setiap pemanen antar tiap-tiap kemandoran akan menunjukkan apakah
tenaga pemanen sudah terdistribusi dengan baik atau belum. Dari
pengamatan yang dilakukan terhadap masing-masing lima orang pemanen
dari kedua kemandoran pada pemanenan tanaman dengan tahun tanam 1996,
pengamatan dilakukan selama empat hari panen pada setiap pemanennya.
Maka diperoleh rata-rata kapasitas panen seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Kapasitas Panen Tiap Mandoran Divisi Pondok Kloneng.
Rata-rata Out put per hari
Rata-rata Out put per hari
Pemanen
Mandoran A (kg)
Mandoran B (kg)
1
1440
1688
2
1992
1920
3
1840
1760
4
1848
1992
5
1920
1896
tn
Rata-rata
1808
1851.2tn
Sumber: Kantor Besar Turangie Estate

18

Pada tanaman tahun tanam 1996 diterapkan basic sebesar 75 janjang,
maka dengan berat janjang rata-rata (BJR) 24 kg maka hasil yang diperoleh
menurut basic ± 1800 kg. Dari kedua kemandoran didapatkan rata-rat

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dan Plastik Polipropilen (PP) Terhadap Fungi Pelapuk Kayu(Pycnophorus sanguinius FR dan Schizophyllum commune FR)

2 61 68

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan

0 52 93

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Manajemen pemanenan dan pengelolaan limbah pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk, Sumatera Selatan

0 7 99