Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius: 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap.

ASPEK REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT
Hippa adactyla (Fabricius 1787)
DI PANTAI BERPASIR, KABUPATEN CILACAP

DEWI MASITOH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Reproduksi
Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten
Cilacap adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2015
Dewi Masitoh
NIM C24110010

ABSTRAK
DEWI MASITOH. Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla
(Fabricius: 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap. Dibimbing oleh YUSLI
WARDIATNO dan ISDRADJAD SETYOBUDIANDI
Undur-undur laut (Hippa adactyla) merupakan kepiting dari ordo Decapoda
yang hidup pada sedimen pasir di perairan pantai yang terpengaruh oleh pasang
surut. Undur-undur laut merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang
memiliki nilai ekonomis penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
produksi telur, diameter telur, volume telur dan energi reproduksi undur-undur
laut Hippa adactyla di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Januari hingga Desember 2013 di pantai berpasir, Kabupaten
Cilacap. Hasil jumlah telur total H. adactyla sebanyak 3 200±2 993 butir telur.
Diameter telur rata-rata yang dihasilkan yaitu 0,4409±0,0698 mm dan volume
telur rata-rata 0,0455±0,0205 mm3. Produksi telur yang dihasilkan oleh H.
adactyla memiliki hubungan yang erat dengan panjang karapas. Energi
reproduksi yang berupa penurunan berat kering tubuh betina yaitu sebesar 0,04%.

Kata kunci : Diameter telur, energi reproduksi, Hippa adactyla, produksi telur,
volume telur

ABSTRACT
DEWI MASITOH. Reproduction Aspect of Mole Crabs Hippa adactyla
(Fabricius: 1787) on Sandy Beach, Cilacap.
Supervised by YUSLI
WARDIATNO and ISDRADJAD SETYOBUDIANDI
Mole crab (Hippa adactyla) is a crab species from ordo Decapoda. It lives
on sand coastal water sediment that affect by high and low tide. Mole crab also
considered as one of important economic species. The aim of this research is to
analyze egg productivity, egg diameter, egg volume and production energy of
mole crab H. adactyla on sandy beach, Cilacap. The research was conducted
from January to December 2013 on sandy beach, Cilacap. The total egg number
of H. adactyla is 3 200±2 993 eggs. The average of egg diameter is
0,4409±0,0698 mm and the average of volume is 0,0455±0,0205 mm3. Eggs
production by H. adactyla has high correlation with carapace length. The
production energy in the form of female dry weight reduction is 0,04%.
Keywords: Egg diameter, egg production, egg volume, Hippa adactyla
reproduction energy


ASPEK REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT
Hippa adactyla (Fabricius 1787)
DI PANTAI BERPASIR, KABUPATEN CILACAP

DEWI MASITOH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Aspek
Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius 1787) di Pantai Berpasir,
Kabupaten Cilacap” ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakutas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini, terutama kepada:
1 Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
2 Beasiswa Bidikmisi yang telah memberikan bantuan dana selama
perkuliahan.
3 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak: 2013. 089. 521219, Penelitian
Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB.
4 Dr Etty Riani, selaku pembimbing akademik yang telah memberi saran
selama perkuliahan.

5 Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc dan Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, saran, arahan
serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6 Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir
Niken Tunjung Murti Pratiwi MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan
yang sangat berarti.
7 Papah, Mamah, Kakak, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa,
kasih sayang, dan dukungannya selama ini.
8 Teman-teman MSP 48, APD, Ar-rahmah, tim penelitian di Cilacap
keluarga Bapak Sugeng dan Kebumen keluarga Bapak Sarmo, Bapak Ali,
Kak Agus, Kak Wahyu, Bang Gentha, Kak Febi, Kak Ayu, Kak Yuyun,
Mbak Lella, dan Kak Rurin atas semangat, dukungan, dan bantuannya.
Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Dewi Masitoh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
2
5
7
7
11
13
13
14
14
17

21

DAFTAR TABEL
1 Sidik ragam analisis ragam satu arah
2 Energi reproduksi Decapoda
3 Panjang karapas, jumlah telur total, dan panjang telur Decapoda

7
12
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

9
10
11

Peta lokasi penelitan
Alat bantu penangkapan undur-undur laut H. adactyla
Pengukuran panjang total dan panjang karapas H. adactyla
Stadia telur H. adactyla
Jumlah telur rata-rata per bulan H. adactyla
Hubungan stadia telur dengan jumlah telur rata-rata H. adactyla
Hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total H. adactyla
Diameter telur rata-rata H. adactyla
Volume telur rata-rata H. adactyla
Energi reproduksi rata-rata H. adactyla
Hubungan stadia telur dengan energi reproduksi rata-rata H.
adactyla

3
3
4

4
7
8
8
9
10
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Analisis varian satu faktor panjang karapas dengan jumlah telur total
H. adactyla

Hubungan panjang total dengan jumlah telur total H. adactyla
Hubungan berat kering tanpa telur dengan jumlah telur total H.
adactyla
Hubungan panjang karapas dengan berat kering tanpa telur H.
adactyla
Hubungan panjang karapas dengan berat kering individu total H.
adactyla
Hubungan jumlah telur total dengan berat kering tanpa telur H.
adactyla
Analisis varian satu faktor stadia telur dengan jumlah telur total H.
adactyla

17
17
18
18
19
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undur-undur laut atau kepiting pasir (mole crab) merupakan kepiting dari
ordo Decapoda yang hidup pada sedimen pasir di perairan pantai yang
terpengaruh oleh pasang surut (Boyko dan Harvey 1999). Undur-undur laut
merupakan salah satu potensi perikanan yang sudah dikenal dan belum
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Undur-undur laut dapat ditemukan
di daerah swash zone wilayah intertidal. Swash zone merupakan wilayah pasang
surut yang bergantian terendam dan terpapar oleh gelombang atau dapat disebut
dengan daerah pencucian (McArdle dan McLachlan 1991). Hewan yang hidup di
daerah ini beradaptasi dengan meliangkan dirinya untuk bertahan hidup.
Salah satu wilayah penyebaran undur-undur laut di perairan Indonesia, yaitu
pantai Cilacap. Undur-undur laut yang ditemukan di Cilacap terdapat tiga jenis
yaitu, Emerita emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta. Undur-undur
laut dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan yutuk. Yutuk biasanya
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan jajanan khas Cilacap dan
juga sebagai umpan untuk memancing. Selain itu, undur-undur laut juga dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran karena memiliki sifat-sifat seperti,
distribusi yang luas, fisiologinya yang resisten serta mudah ditangkap, dan dekat
dengan aktivitas manusia (Boere et al. 2011).
Penelitian undur-undur laut di dunia sudah banyak dilakukan, mulai dari
komposisi spesies (Boonruang dan Phasuk 1975), kebiasaan makanan (Wenner
1977), pertumbuhan (Fusaro 1977, Sastre 1991), distribusi (Boyko dan Harvey
1999), dinamika populasi (Defeo dan Cardoso 2002), filogenetik molekuler (Haye
et al. 2002), dan reproduksi (Kanagalakshmi 2011). Di Indonesia penelitian
undur-undur laut yang sudah dilakukan, aspek pertumbuhan mole crab (Mashar
dan Wardiatno 2013), aspek pertumbuhan H. adactyla (Mashar dan Wardiatno
2013), identifikasi molekuler (Hakim 2014), keanekaragaman sand crab dan
pengkajian genetik (Wardiatno et al. 2015), H. adactyla (Ardika et al. 2015), serta
rasio panjang-lebar karapas dan faktor kondisi (Muzammil et al. 2015).
Keberadaan undur-undur laut sangat penting dalam rantai makanan karena
berperan sebagai konsumer tingkat pertama dalam tingkat trofik. Selain itu
undur-undur laut juga sebagai penyedia bahan makanan untuk masyarakat sekitar.
Undur-undur laut yang banyak tertangkap oleh nelayan merupakan undur-undur
yang dalam kondisi bertelur. Hal ini karena undur-undur yang dalam kondisi
bertelur menyukai zona pantai (Megawati 2012) sehingga hasil tangkapan lebih
banyak yang dalam kondisi bertelur. Penangkapan undur-undur yang dilakukan
setiap harinya akan menyebabkan berkurangnya jumlah undur-undur laut.
Informasi mengenai undur-undur laut di Indonesia masih sangat minim. Oleh
karena itu, perlu dilakukan studi mengenai aspek reproduksi sebagai input dalam
penyusunan rencana pengelolaan undur-undur laut secara berkelanjutan,
khususnya di pesisir Kabupaten Cilacap.

2
Perumusan Masalah
Undur-undur laut merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang
memiliki nilai ekonomis penting.
Undur-undur laut dapat secara bebas
dimanfaatan oleh masyarakat sebagai bahan makanan karena termasuk jenis
makanan yang digemari. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan undur-undur
laut.
Kegiatan penangkapan undur-undur laut di pantai berpasir, Kabupaten
Cilacap dilakukan setiap hari. Hasil tangkapan didominasi oleh undur-undur yang
dalam kondisi bertelur. Seiring dengan pemanfaatan undur-undur laut yang
semakin meningkat menyebabkan berkurangnya jumlah undur-undur laut.
Kegiatan penangkapan yang tidak terkendali dapat mengancam keberadaan dan
mengganggu fungsi ekologi undur-undur laut. Oleh karena itu, diperlukan studi
tentang aspek reproduksi sebagai input dalam rencana pengelolaan sumberdaya
undur-undur laut di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi telur, diameter telur,
volume telur, dan energi reproduksi undur-undur laut Hippa adactyla di pantai
berpasir, Kabupaten Cilacap.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pantai berpasir, Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah. Pengambilan contoh dilakukan pada bulan Januari hingga
Desember 2013 dengan frekuensi pengambilan contoh yaitu setiap dua minggu
sekali. Analisis laboratorium dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2015
di Laboratorium Biologi Perikanan dan Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan serta
Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis data dilakukan pada bulan April
hingga Mei 2015. Peta lokasi pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

Pengumpulan Data
Pengambilan contoh
Data yang digunakan pada penelitian adalah data primer yang diperoleh dari
contoh undur-undur laut pantai berpasir, Kabupaten Cilacap. Pengambilan contoh
undur-undur laut dilakukan dengan cara menyusur pasir pantai sepanjang ±2
kilometer (1 kilometer dengan 1 kali ulangan) menggunakan alat yang dinamakan
sorok. Sorok terbuat dari bambu dan berbentuk seperti huruf T (Gambar 2). Alat

3
tangkap ini memiliki panjang ±2 meter dan lebar ±1 meter. Pengoperasian alat
tersebut yaitu dengan cara di dorong menyusur pasir pantai seperti pengoperasian
garuk pada penjemur padi. Contoh undur-undur laut yang diperoleh kemudian
diawetkan dengan menggunakan alkohol 96%.

Gambar 1 Peta lokasi penelitan

Gambar 2 Alat bantu penangkapan undur-undur laut H. adactyla
Analisis contoh undur-undur laut
Analisis contoh di laboratorium dilakukan untuk mengetahui panjang, berat
basah, berat kering, jumlah telur, diameter telur, dan volume telur. Contoh undurundur laut yang dianalisis merupakan undur-undur laut Hippa adactyla betina
yang dalam kondisi bertelur. Analisis panjang yang dilakukan yaitu pengukuran
panjang total dan panjang karapas. Pengukuran panjang total dan panjang karapas
dibantu dengan menggunakan benang yang diukur melengkung mengikuti bentuk
tubuh undur-undur laut. Pengukuran panjang total dimulai dari bagian anterior

4
karapas hingga bagian telson. Sedangkan pengukuran panjang karapas dimulai
dari bagian anterior karapas hingga bagian posterior karapas (Gambar 3).
Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan mengeluarkan seluruh telur
pada pleopod yang ada di bawah telson ke dalam cawan petri, kemudian diberi
sedikit air untuk memudahkan dalam menghitung. Penghitungan jumlah telur dan
berat telur yaitu menggunakan seluruh stadia telur (stadia 1, stadia 2, dan stadia 3).
Penghitungan dilakukan dengan membagi egg mass menjadi tiga bagian. Masingmasing bagian dari egg mass diambil 100 telur dan dihitung menggunakan
bantuan alat penghitung (counter). Setelah penghitungan selesai, telur ditimbang
berat basahnya kemudian dilakukan pengecekan stadia telur. Pengecekan stadia
telur dilakukan dengan mengamati menggunakan mikroskop dan mengambil
contoh telur sebanyak 20 butir stadia 1 setiap individu untuk diamati panjang dan
lebarnya (Gambar 4).

Gambar 3 Pengukuran panjang total dan panjang karapas H. adactyla
a-b: panjang karapas, a-c: panjang total (Chan et al. 2010)
Stadia telur pada Decapoda dapat dibagi menjadi tiga yaitu stadia 1, stadia
2, dan stadia 3. Stadia 1 ditandai dengan warna telur yang kuning cerah dan
masih berbentuk bulat telur (Gambar 4a). Stadia 2 ditandai dengan warna telur
yang sudah kecoklatan serta sudah terdapat rongga disekeliling telur (Gambar 4b).
Stadia 3 ditandai dengan adanya bintik mata pada telur (Gambar 4c) (Bakir et al.
2009).

a

b

c

Gambar 4 Stadia telur H. adactyla
a= stadia 1, b= stadia 2, c= stadia 3
Pengukuran berat kering dilakukan dengan cara mengeringkan contoh telur
semua stadia dan undur-undur laut menggunakan oven. Pengovenan dilakukan
selama 48 jam pada suhu 65°C. Setelah itu contoh didinginkan menggunakan
desikator dan ditimbang dengan timbangan digital.

5
Prosedur Analisis Data
Berat telur
Penghitungan berat telur ini menggunakan berat kering. Penghitungan berat
telur dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Hernáez et al. 2008):
(1)
Keterangan:
E
= Berat telur (mg)
S
= Rata-rata berat subcontoh (mg)
Jumlah telur total
Penghitungan jumlah telur total yang dihasilkan oleh undur-undur laut yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut (Hernáez et al. 2008):
N

(2)

Keterangan:
NE = Jumlah telur (butir)
OM = Berat total egg mass (mg)
E
= Berat telur (mg)
Volume telur
Penghitungan volume telur dilakukan dengan menggunakan telur stadia 1.
Analisis data volume telur menggunakan rumus sebagai berikut (Turner dan
Lawrence 1979 in Hernáez et al. 2008):
(3)

a b

Keterangan:
EV = Volume telur (mm3)
a
= Panjang telur (mm)
b
= Lebar telur (mm)
= 3,14
Energi reproduksi
Energi reproduksi adalah energi yang disumbangkan oleh Decapoda untuk
melakukan reproduksi yaitu berupa massa (spesifik berat telur). Analisis energi
reproduksi menggunakan berat kering dari undur-undur laut tanpa telur dan egg
mass. Penghitungan energi reproduksi menggunakan rumus sebagai berikut
(Clarke et al. 1991):
erat kering
erat kering indi idu tanpa

Keterangan:
RO = Energi reproduksi

(4)

6
Energi reproduksi juga dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan
penurunan berat kering tubuh individu betina. Persen penurunan berat kering
betina untuk menghasilkan telur dihitung dengan menggunakan rumus (Morizur et
al. 1981, Somerton dan Meyers 1983 in Thessalou-Legaki 1997):
[

]

(5)

Keterangan:
ao
= Nilai intersep hubungan panjang karapas dengan berat betina yang dalam
kondisi bertelur
an
= Nilai intersep hubungan panjang karapas dengan berat betina yang dalam
kondisi tidak bertelur
Regresi linier sederhana
Regresi linier sederhana adalah persamaan yang menggambarkan
hubungan antara satu peubah bebas (X, independence variable) dan satu peubah
tak bebas (Y, dependence variable). Hubungan keduanya dapat digambarkan
sebagai suatu garis lurus (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Oleh karena itu, dalam
menentukan hubungan antara panjang karapas dan panjang total dengan jumlah
telur total, hubungan jumlah telur total dengan berat kering tanpa telur, serta
hubungan antara panjang karapas dan panjang total dengan berat kering tanpa
telur diperlukan pengujian menggunakan regresi linier sederhana. Berdasarkan
hal tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi peubah bebas adalah panjang
karapas dan panjang total, sedangkan yang menjadi peubah tak bebasnya adalah
nilai dari jumlah telur total dan berat kering tanpa telur. Model untuk menentukan
hubungan regresi adalah:
y
Keterangan:
y
= Peubah tak bebas (jumlah telur total dan berat kering tanpa telur)
= Peubah bebas (panjang karapas dan panjang total)
= Intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak
= Kemiringan atau gradien

(6)

Analisis ragam satu arah
Analisis ragam satu arah digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
faktor (panjang karapas dan stadia telur) yang diberikan terhadap unit uji (jumlah
telur total). Tabel 1 merupakan sidik ragam analisis ragam satu arah.
Hipotesis 1
H0: Panjang karapas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total
H1: Sekurang-kurangnya ada satu panjang karapas yang berpengaruh nyata
terhadap jumlah telur total
Hipotesis 2
H0: Stadia telur berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total
H1: Sekurang-kurangnya ada satu stadia telur yang tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah telur total

7
Tabel 1 Sidik ragam analisis ragam satu arah
Jumlah
Sumber
Derajat
Kuadrat
kuadrat
Keragaman
Bebas
Tengah (KT)
(JK)
Faktor
p-1
JKP
KTP
Sisa
p(q-1)
JKS
KTS
Total
pq-1
JKT

Fhitung

Ftabel

KTP/KTS

(,dbp,dBS)

Sumber: Yitnosumarto 1991

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah telur
Telur yang dihasilkan oleh H. adactyla disimpan pada pleopod yang
terletak dibawah telson. Pleopod atau tempat menempelnya telur berupa benangbenang halus yang berjumlah 3 pasang. Jumlah telur tersebut dapat mengalami
pengurangan dengan bertambahnya stadia. Hasil penghitungan jumlah telur yang
dihasilkan oleh H. adactyla pada setiap bulan disajikan dalam Gambar 5.

Jumlah telur rata-rata (butir)

35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0

Bulan

Gambar 5 Jumlah telur rata-rata per bulan H. adactyla
Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa jumlah telur rata-rata yang
dihasilkan oleh H. adactyla setiap bulan berbeda-beda. Jumlah telur rata-rata
yang dihasilkan selama satu tahun pengambilan contoh yaitu 3 200±2 993 butir
telur. Jumlah telur rata-rata tertinggi berada pada bulan September dan terendah
yaitu pada bulan Juli. Hal ini dapat diduga bulan September sedang terjadi
rekruitmen untuk undur-undur laut H. adactyla. Selain itu tingginya jumlah telur
dapat disebabkan oleh panjang karapas betina yang bertelur dan faktor alam.
Berikut merupakan hasil penghitungan antara stadia telur dengan jumlah telur
rata-rata (Gambar 6).

Jumlah telur rata-rata (butir)

8
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1

2
Stadia telur

3

Gambar 6 Hubungan stadia telur dengan jumlah telur rata-rata H. adactyla
Hasil penghitungan yang disajikan dalam Gambar 6 menunjukkan bahwa
jumlah telur rata-rata didominasi oleh stadia 1, namun jumlah telur yang
dihasilkan oleh undur-undur laut H. adactyla mengalami penurunan dengan
bertambahnya stadia. Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan, jumlah
telur rata-rata dari stadia 1 ke stadia 2 mengalami penurunan sebesar 5,63%.
Sedangkan penurunan jumlah telur dari stadia 2 ke stadia 3 sebesar 51,67%.
Penurunan jumlah telur total dari stadia 1 ke stadia 3 yaitu sebesar 54,39%.
Hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total
Panjang karapas yang dimiliki oleh undur-undur laut dapat mempengaruhi
jumlah telur yang dihasilkan. Hasil analisis hubungan panjang karapas dengan
jumlah telur total disajikan dalam Gambar 7.
4,5
Jumlah telur total (butir)

4
3,5
3

y = 5,3494x - 4,5114
R² = 0,8789
n= 12

2,5
2
1,5
1
0,5
0
1,35

1,4

1,45
1,5
1,55
Panjang karapas (mm)

1,6

Gambar 7 Hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total H. adactyla
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa adanya keterkaitan antara
panjang karapas dengan jumlah telur total. Nilai jumlah telur total memiliki
perbedaan setiap panjang karapas (p Ftab (tolak H0)
Kesimpulan:
Panjang karapas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total H.
adactyla α
, 5.
Lampiran 2 Hubungan panjang total dengan jumlah telur total H. adactyla
4,5
Jumlah telur total (butir)

4
3,5
3
2,5
y = 3,9902x - 3,496
R² = 0,8999
n= 12

2
1,5
1
0,5
0
1,6

1,7
1,8
Panjang total (mm)

1,9

F tabel
4,3009

18
Lampiran 3 Hubungan berat kering tanpa telur dengan jumlah telur total H.
adactyla

Jumlah telur total (butir)

4
3,5
3
2,5
2

y = 0,4037x + 1,7122
R² = 0,4558
n=12

1,5
1
0,5
0
0

2
4
Berat kering tanpa telur (mg)

6

Lampiran 4 Hubungan panjang karapas dengan berat kering tanpa telur H.
adactyla

Berat kering tanpa telur (mg)

4
3,5
3
2,5
2

y = 2,8708x - 1,213
R² = 0,6426
n= 57

1,5
1
0,5
0
0

0,5
1
1,5
Panjang karapas (mm)

2

19
Lampiran 5 Hubungan panjang karapas dengan berat kering individu total H.
adactyla

Berat kering individu total (mg)

4
3,5
3
2,5
2

y = 2,8696x - 1,1877
R² = 0,6597
n= 57

1,5
1
0,5
0
0

0,5
1
1,5
Panjang karapas (mm)

2

Lampiran 6 Hubungan jumlah telur total dengan berat kering tanpa telur H.
adactyla

Berat kering tanpa telur (mg)

4
3,5
3
2,5
y = 0,4037x + 1,7122
R² = 0,4558
n= 12

2
1,5
1
0,5
0
0

1

2
3
4
Jumlah telur total (butir)

5

20
Lampiran 7 Analisis varian satu faktor stadia telur dengan jumlah telur total H.
adactyla
Hipotesis yang diuji
H0: Stadia telur berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total
H1: Sekurang-kurangnya ada satu stadia telur yang tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah telur total
Sumber
keragaman
Faktor
Sisa
Total

Jumlah
kuadrat
25247321
617483001
642730322

Derajat
bebas
2
62
64

Kuadrat
tengah

F hitung P-value

12623660,63 1,267512 0,288724
9959403,242

Keputusan:
Fhit < Ftab ( gagal tolak H0)
Kesimpulan:
Stadia telur yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total H.
adactyla α
, 5.

F tabel
3,145258

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dewi Masitoh lahir di Sri
Rejosari pada tanggal 13 Desember 1993, merupakan anak
kedua dari dua bersaudara. Putri dari Abdul Ghofur dan Sri
Ngatun. Penulis mulai mengikuti pendidikan sekolah dasar di
MIMU Sumberejo dan lulus pada tahun 2005. Melanjutkan di
SMPN 1 Way Jepara dan lulus pada tahun 2008 serta
dilanjutkan di SMAN 1 Way Jepara dan lulus pada tahun 2011.
Penulis lulus seleksi menjadi mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan pada tahun 2011 sebagai
mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan akademik di luar
perkuliahan yang pernah dilakukan oleh penulis adalah menjadi asisten mata
kuliah Ekologi Perairan 2013-2014 dan asisten mata kuliah Ilmu Tumbuhan Air
dan Makroalga tahun 2014-2015.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Aspek eproduksi Undur-undur
Laut Hippa adactyla Fabricius 787 di Pantai erpasir, Kabupaten Cilacap”.