Pemanfaatan kompos ki ambang untuk meningkatkan pertumbuhan jabon (anthocephalus cadamba roxb miq.) di lahan pascatambang pt bukit asam (persero) tbk, sumatera selatan

PEMANFAATAN KOMPOS KI AMBANG UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus
cadamba Roxb Miq.) DI LAHAN PASCATAMBANG PT BUKIT
ASAM (PERSERO) TBK, SUMATERA SELATAN

RIYAN DWI PRIYANTO

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Kompos
Ki Ambang untuk Meningkatkan Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba
Roxb Miq.) di Lahan Pascatambang PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Sumatera
Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Riyan Dwi Priyanto
NIM E44100088

ABSTRAK
RIYAN DWI PRIYANTO. Pemanfaatan Kompos Ki Ambang untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) di
Lahan Pascatambang PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Sumatera Selatan. Dibimbing
oleh IRDIKA MANSUR.
Ki Ambang (Salvinia natans) merupakan salah satu tanaman yang
berpotensi menjadi fitoremediator logam berat dalam pengolahan air asam
tambang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kandungan Fe dan Mn dalam
kompos dan mengetahui pengaruh kompos serta dosis yang tepat terhadap
pertumbuhan jabon. Ki ambang dikomposkan 24 hari dengan dua jenis kombinasi,
yaitu pertama ki ambang yang dikombinasikan dengan urea, serbuk kayu dan
EM4 dan kedua tanpa EM4. Hasil analisis kandungan kompos dengan maupun

tanpa EM4 memiliki kandungan Fe sebesar 12.613 ppm dan 12.349 ppm,
sedangkan Mn 1.308 ppm dan 914 ppm. Kompos ki ambang diberikan ke tanaman
jabon dengan perlakuan kontrol; 2,5 kg kompos ki ambang dengan EM4; 5 kg
kompos ki ambang dengan EM4; 2,5 kg kompos ki ambang tanpa EM4; dan 5 kg
kompos ki ambang tanpa EM4. Uji T menunjukkan bahwa pemberian kompos ki
ambang berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter, tetapi berpengaruh
nyata pada parameter tinggi dan jumlah cabang. Jenis dan dosis kompos terbaik
adalah kompos ki ambang dengan EM4 5 kg.
Kata kunci: Anthocephalus cadamba, fitoremediator, kompos, Salvinia natans

ABSTRACT
RIYAN DWI PRIYANTO. Utilization of Ki Ambang Compost for Increasing
Growth Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) In Post-Mining Land PT
Bukit Asam (Persero) Tbk, South Sumatra. Supervised by IRDIKA MANSUR.
Ki ambang (Salvinia natans) is one of the plants that could potentially be
fitoremediator heavy metals in acid mine water treatment. The purpose of this
study was to determine the content of Fe and Mn in compost and compost as well
as determine the effect of dose on the growth Jabon right. Ki ambang composted
24 days with a combination of two types, namely ki ambang combined with urea,
wood dust and EM4 and second without EM4. The results of the analysis of the

content of the compost with or without EM4 has a Fe content of 12.613 ppm and
12.349 ppm, Mn while 1308 ppm and 914 ppm. Compost ki ambang given to the
control treatment; 2,5 kg compost with EM4 ki ambang; 5 kg compost with EM4
ki ambang; 2,5 kg compost ki ambang without EM4; and 5 kg of compost ki
ambang without EM4. T test showed that the administration of compost ki
ambang no real effect on the ki ambang parameters diameter and number of
branches. The type and dose of the best compost is ki ambang composted with
EM4 5 kg.
Keywords: Anthocephalus cadamba, compost, fitoremediator, Salvinia natans

PEMANFAATAN KOMPOS KI AMBANG UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus
cadamba Roxb Miq.) DI LAHAN PASCATAMBANG PT BUKIT
ASAM (PERSERO) TBK, SUMATERA SELATAN

RIYAN DWI PRIYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pemanfaatan Kompos Ki Ambang untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) di Lahan
Pascatambang PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Sumatera Selatan
Nama
: Riyan Dwi Priyanto
NIM
: E44100088

Disetujui oleh

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan Juni
2014 ini ialah revegetasi lahan pascatambang, dengan judul Pemanfaatan Kompos
Ki Ambang untuk Meningkatkan Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba
Roxb Miq.) di Lahan Pascatambang PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Sumatera
Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Irdika Mansur, MForSc selaku
pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa

dan kasih sayangnya. Terima kasih juga diucapkan kepada PT Bukit Asam
(Persero) Tbk yang telah memfasilitasi penulis selama penelitian serta temanteman Silvikultur 47 yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian karya
ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Riyan Dwi Priyanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Hipotesis

2


METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Bahan

2

Alat

3

Prosedur Penelitian

3


KONDISI UMUM LOKASI

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

8
14
15

Simpulan

15


Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6

Susut ketinggian tumpukan kompos
Kandungan kompos
Rekapitulasi hasil uji T parameter tinggi
Rekapitulasi hasil uji T parameter diameter
Rekapitulasi hasil uji T parameter jumlah cabang
Hasil analisis kandungan tanah pada lokasi penelitian di lapang

8
9
10
11
12
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pencacahan
Pembuatan larutan EM4
Penumpukan bahan
Pemupukan
Pengendalian hama
Lokasi Unit Penambangan Tanjung Enim
Curah hujan
Suhu tumpukan kompos selama proses pengomposan
Hasil akhir kompos tanpa EM4 dan dengan EM4
Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman pada 8 minggu setelah
pemupukan
Pertumbuhan diameter jabon dari 2-8 MSP pemupukan
Rata-rata pertumbuhan diameter tanaman pada 8 minggu setelah
pemupukan
Pertumbuhan jumlah cabang jabon dari 2-8 MSP pemupukan
Rata-rata pertumbuhan jumlah cabang tanaman pada 8 minggu setelah
pemupukan

3
4
4
5
5
7
7
8
9
10
11
12
13
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Kriteria penilaian karakteristik tanah
Lembar hasil pengujian tanah
Hasil analisis kompos ki ambang
Hasil analisis kompos ki ambang parameter C-org, N, Fe dan Mn
Hasil uji T parameter tinggi
Hasil uji T parameter diameter
Hasil uji T parameter jumlah cabang

18
19
20
21
22
27
32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT Bukit Asam (Persero), Tbk (PTBA) yang berlokasi di Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatra Selatan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang pertambangan batubara. Jenis pertambangan yang digunakan di
perusahaan adalah tambang terbuka atau open pit sehingga dapat mengganggu
lingkungan hidup sekitar tambang baik langsung maupun tidak langsung. Menurut
(Kemenhut 2009) reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai peruntukannya.
Dalam penataan lahan setelah blok selesai ditambang, tanah pucuk yang
disebar sebelum reklamasi sering tercampur dengan lapisan lain sehingga hara
tidak secara optimal dapat dimanfaatkan sebagai pertumbuhan tanaman
revegetasi. Selain kesuburan tanah terdapat masalah lainnya, yaitu air asam
tambang (AAT). Air asam tambang berasal dari mine sump dan limpasan stock
pile. Terdapat dua jenis pengendalian AAT yang dilakukan, yaitu aktif dan pasif.
Pengendalian secara aktif dengan pemberian kapur tohor dan tawas, sedangkan
pengendalian secara pasif melalui pemanfaatan tanaman air yang mampu
mereduksi logam dan penanganan kualitas air sebelum disalurkan ke perairan
umum atau sungai.
Salah satu tanaman air yang digunakan sebagai pengendalian pasif AAT
adalah ki ambang. Ki ambang merupakan tanaman yang berpotensi menjadi
fitoremediator logam berat dalam pengolahan limbah dan air buangan (Choudary
2008). Dengan memanfaatkan sifat pertumbuhannya yang cepat serta bentuk akar
yang panjang, berbulu halus dan masuk ke dalam air diharapkan tanaman tersebut
dapat dimanfaatkan untuk penyerapan logam berat di perairan. Dalam waktu
pemanfaatannya sebagai fitoremediasi daun ki ambang akan mengalami klorosis
dan nekrosis. Klorosis adalah degenerasi klorofil (tidak terbentuk atau kurang
berkembangnya klorofil) sehingga daun menjadi kuning atau terjadi mosaik
dengan warna campuran hijau, kuning dan hitam, sedangkan nekrosis adalah
kematian sel atau jaringan pada organ hidup sehingga timbul bercak dan warna
kecoklatan pada tepi dan ujung daun. Pada umur 3 bulan ki ambang mengalami
nekrosis dan diduga telah jenuh menyerap limbah pada AAT sehingga perlu
diangkat dari kolam untuk dikumpulkan di stock pile ki ambang. Pemindahan ki
ambang dari kolam juga bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ki ambang
muda sehingga dapat menyerap limbah AAT secara optimal. Namun, saat ini
limbah ki ambang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga diperlukan cara
untuk memanfaatkannya.
Salah satu tanaman air yang digunakan sebagai pengendalian pasif AAT
adalah ki ambang. Ki ambang merupakan tanaman yang berpotensi menjadi
fitoremediator logam berat dalam pengolahan limbah dan air buangan (Choudary
2008). Dengan memanfaatkan sifat pertumbuhannya yang cepat serta bentuk akar
yang panjang, berbulu halus dan masuk ke dalam air diharapkan tanaman tersebut
dapat dimanfaatkan untuk penyerapan logam berat di perairan. Dalam waktu
pemanfaatannya sebagai fitoremediasi daun ki ambang akan mengalami klorosis

2
dan nekrosis. Menurut Darmono (1995) klorosis adalah degenerasi klorofil (tidak
terbentuk/kurang berkembangnya klorofil) sehingga daun menjadi kuning atau
terjadi mosaik dengan warna campuran hijau, kuning dan hitam, sedangkan
nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organ hidup sehingga timbul
bercak dan warna kecoklatan pada tepi dan ujung daun. Pada umur 3 bulan ki
ambang mengalami nekrosis dan diduga telah jenuh menyerap limbah pada AAT
sehingga perlu diangkat dari kolam untuk dikumpulkan di stock pile ki ambang.
Pemindahan ki ambang dari kolam juga bertujuan untuk merangsang pertumbuhan
ki ambang muda sehingga dapat menyerap limbah AAT secara optimal. Namun,
saat ini limbah ki ambang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga
diperlukan cara untuk memanfaatkannya.
Limbah ki ambang berpotensi dimanfaatkan untuk kompos yang diperlukan
dalam reklamasi lahan bekas tambang. Informasi mengenai ki ambang dan
pemanfaatannya sebagai bahan kompos sejauh ini masih terbatas. Dengan
demikian, penelitian mengenai pemanfaatan S. natans sebagai kompos perlu
dilakukan dan diharapkan mampu memberi kesuburan terhadap tanah.

Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan Fe dan Mn dalam
kompos dan mengetahui pengaruh kompos serta dosis yang tepat terhadap
pertumbuhan jabon.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi pengaruh pertumbuhan
tanaman jabon terhadap kompos berbahan dasar sehingga yang telah nekrosis
dapat dimanfaatkan sebagai kompos.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 hingga Mei 2014 di PT
Bukit Asam (Persero), Tbk. Lokasi pembuatan kompos terletak di Kolam
Pengendapan Lumpur Stock Pile 1. Bahan pembuatan kompos berasal dari kolamkolam penampungan yang berada di dalamnya. Waktu yang dibutuhkan hingga
kompos siap digunakan mencapai 24 hari. Setelah kompos matang, kompos
diberikan ke tanaman jabon yang terletak di PIT 3 Banko Barat.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kering, effective
microorganism (EM4), air, molase, urea atau CO(NH2)2 dan tanaman jabon

3
berumur 5 bulan. Bahan utama kompos yang digunakan merupakan yang
tersimpan di stock pile setelah mencapai masa jenuh berada dalam kolam ditandai
dengan warna coklat kekuningan. EM4 yang digunakan merupakan produksi PT
Songgolangit Persada, Jakarta. Sedangkan molase dan urea didapatkan dari toko
pertanian yang berada di sekitar PTBA.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kompos crusher (mesin
pencacah) Mitsubishi DI1100, plastik hitam 1 x 5 m, peti berdimensi 1 x 1 x 1 m,
dirigen air, cangkul dan sekop. Sedangkan alat yang digunakan pada pengukuran
pertumbuhan tanaman adalah pulpen, tally sheet, spidol putih, pita meter dan
kaliper digital Nankai dengan range pengukuran 0 – 150 mm/0 – 6 inchi.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Kompos
Persiapan Bahan
Bahan yang digunakan sebagai kompos dijemur bertujuan mengurangi
kadar air yang cukup sehingga memudahkan dalam pengolahan dan aktivitas
mikroba kemudian dicacah menggunakan crusher untuk menghasilkan ukuran
bahan 1 – 5 cm (Gambar 1). Semakin halus ukuran partikel, semakin luas area
bagi mikoorganisme untuk bekerja. Pencacahan dan pelumatan bahan akan
mempercepat proses pengomposan. Ukuran cacahan yang baik antara 1 – 5 cm
bertujuan memudahkan dalam pengolahan kompos.

Gambar 1 Pencacahan
Persiapan Larutan EM4
Pembuatan aktivator dilakukan beberapa hari sebelum saat penumpukan
bahan kompos. Hal ini diperlukan untuk perkembangbiakan mikroba sehingga
jumlahnya semakin bertambah sehingga siap digunakan. Aktivator yang
digunakan adalah EM4, air dan molase dengan rasio 1:5:1 (Gambar 2).

4

a

b

Gambar 2 Pembuatan larutan EM4 (a) pencampuran EM4 (b) pencampuran
molase
Penumpukkan Bahan
Bahan ditumpuk berukuran panjang x lebar x tinggi = 1 m x 1 m x 0.85
m dengan ketentuan setiap ketinggian 20 cm ditaburkan urea, serbuk kayu dan
larutan EM4 pada peti pertama. Hal yang sama juga dilakukan pada peti kedua
namun tanpa pemberian larutan EM4 (Gambar 3).

a

b

Gambar 3 Penumpukan bahan (a) penebaran urea dan serbuk kayu (b)
penuangan larutan EM4
Peti ditutup dengan plastik untuk menghindari gangguan dari luar dan
proses dekomposisi oleh mikroorganisme. Pembalikan kompos dilakuan untuk
membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan
bahan berguna untuk meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan,
meratakan pemberian air dan membantu penghancuran bahan menjadi partikel
lebih kecil setiap 7 hari.
Pengamatan Kematangan
Setelah 24 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati
suhu ruangan atau suhu di tempat. Terdapat pendekatan yang dapat digunakan
untuk menentukan kematangan dan kestabilan kompos, seperti suhu, nisbah C/N <
20, kehilangan nitrat dan hilangnya ammonia, tidak ada aktivitas serangga dan
larva pada produk akhir, hilangnya bau tidak sedap, muncul warna putih atau abuabu karena pertumbuhan aktinomicetes dan berwarna coklat tua hingga
kehitaman. Pengamatan di lapang menunjukkan kompos telah matang karena
aroma amoniak telah hilang sehingga dapat digunakan namun perlu didiamkan ± 2
jam.

5

Pemupukan
Menurut Mansur (2010) pemberian kompos melalui akar dilakukan
dengan membuat parit sekeliling batang sesuai dengan proyeksi tajuk. Selain itu,
gulma yang terletak di bawah tajuk dibersihkan agar tidak terjadi persaingan unsur
hara dengan tanaman yang akan diberikan kompos (Gambar 4).

a

b

Gambar 4 Pemupukan (a) pembuatan lubang (b) penebaran kompos

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan berupa pembersihan gulma di sekitar
tanaman setiap dua minggu. Pembersihan gulma bertujuan menghilangkan atau
membuang gulma yang tumbuh di sekitar tempat tumbuh jabon. Bila dibiarkan,
gulma akan mengganggu pertumbuhan jabon karena kompetitor yang secara
langsung ikut memanfaatkan cahaya, air, unsur hara dan ruang yang disediakan
untuk menyuplai pertumbuhan jabon.

a

b

Gambar 5 Pengendalian hama (a) jenis insektisida yang dipakai (b) penyemprotan
Selain itu saat daun jabon diserang oleh ulat penggulung dan menyisakan
pertulangan daun, dilakukan penyemprotan insektisida menggunakan sprayer.

6
Insektisida yang digunakan adalah Thiodan 20 WP dan Decis 25 EC (Gambar 5a)
yang dilarutkan pada 15 liter air.

Rancangan Penelitian
Terdapat beberapa variabel yang diukur pada penelitian ini. Variabel
tersebut adalah pertumbuhan diameter batang, pertumbuhan tinggi dan
penambahan jumlah cabang. Setiap variabel ini diukur pada setiap dua minggu
selama delapan minggu. Selanjutnya dilakukan analisis data untuk diketahui
perbedaan sebaran nilai antarperlakuan dengan menggunakan uji T. Rancangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Independent Sample T-Test
dengan 5 kali ulangan.
Perlakuan yang diberikan adalah:
Faktor A : Taraf jenis kompos, terdiri dari:
A0: tanpa pemberian kompos
A1: 2,5 kg kompos dengan EM4
A2: 5 kg kompos dengan EM4
A3: 2,5 kg kompos tanpa EM4
A4: 5 kg kompos tanpa EM4
Hipotesis yang digunakan adalah
H0: Tidak terdapat perbedaan nilai yang signifikan dalam kombinasi antar
perlakuan
H1: Terdapat perbedaan nilai yang signifikan dalam kombinasi antar
perlakuan

KONDISI UMUM LOKASI
Letak dan Posisi Geografis Lokasi PT Bukit Asam (Persero), Tbk
Pertambangan PT Bukit Asam (Persero), Tbk merupakan Badan Usaha
Milik Negara yang terletak di Desa Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Posisi geografis lokasi
WKKP terletak pada posisi 3º40’- 3º45’ LS dan 103º40’-103º48’ BT (Gambar 6).
Batas-batas daerah perencanaannya meliputi: sebelah Utara dibatasi oleh
Kecamatan Muara Enim, sebelah Timur dibatasi oleh Kecamatan Lawang Kidul,
sebelah Selatan dibatasi oleh Kecamatan Tanjung Agung, sebelah Barat dibatasi
oleh Kecamatan Merapi di Kabupaten Lahat. Kondisi topografi penambangan
PTBA merupakan daerah daratan rendah dengan beberapa bukit disekitarnya
dengan ketinggian lokasi 282 mdpl (PTBA 2013).

7

Gambar 6 Lokasi Unit Penambangan Tanjung EniM
Iklim dan Curah Hujan

Curah hujan (mm)

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, tipe iklim di wilayah
Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat mempunyai tipe iklim A. Sebaran
curah hujan bulanan dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata
bulan basah adalah 5,5%. Suhu udara maksimum di daerah penelitian adalah
berkisar 33,90 C pada bulan Februari dan suhu udara minimum adalah 20,80 C di
bulan November. Kelembaban udara maksimum berkisar antara 95–98% dan
kelembaban udara minimum adalah 35-46%. Curah hujan rata-rata tahunan untuk
daerah Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim tempat PTBA berada, yaitu
sebesar 2.500 mm sampai dengan 3.500 mm per tahun. Berikut curah hujan aktual
saat penelitian (Gambar 7).
600
500
400
300
200
100
0
Pebruari

Mar

Apr

Bulan
Gambar 7 Curah hujan

Mei

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengomposan
Pada awal proses pengomposan suhu tumpukan kompos berkisar 26,5 –
o
28 C. Selama proses pengomposan suhu tumpukan kompos mengalami kenaikan
pada hari ke-1 sebesar 37 – 38 oC kemudian menurun hingga hari ke-24 pada
akhir proses pengomposan, yaitu 31 oC mendekati suhu lingkungan (Gambar 8).
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20

Ki ambang tanpa EM4
Ki ambang dengan EM4

0 1 2 3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 22 23 24

Hari Setelah Perlakuan (HSP)
Gambar 8 Suhu tumpukan kompos selama proses pengomposan
Pemberian aktivator EM4 menyusutkan bobot kompos setelah 24 hari
sebesar 22,35% sedangkan tanpa pemberian aktivator EM4 mampu mereduksi
kompos 15,88% dari bobot awal (850 kg) tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Susut ketinggian tumpukan kompos
Ketinggian Penyusutan (%)
Jenis Kompos
7 HSP
14 HSP
24 HSP
7,06
11,76
15,88
Ki ambang tanpa EM4
11,76
15,29
22,35
Ki ambang dengan EM4
Pada 24 HSP untuk semua semua perlakuan menunjukkan indikator
kematangan secara fisik, yaitu kompos telah berwarna hitam, aroma amoniak
telah hilang, tidak ada aktivitas lalat di sekitar kompos dan suhu kompos
mendekati suhu lingkungan (Gambar 9).

9

Gambar 9 Hasil akhir kompos tanpa EM4 dan dengan EM4
Analisis Kompos
Kompos buatan yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis
kesuburannya untuk mengetahui kandungan unsur hara. Sampel kompos dianalisis
setelah pembuatan selesai. Sampel kompos dianalisis di Laboratorium Pengujian
PT Bukit Asam (Persero), Tbk, sedangkan parameter N, Fe dan Mn dianalisis di
Laboratorium SEAMEO BIOTROP. Hasil analisis kesuburan kompos yang
digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kandungan kompos
No
Parameter
tanpa EM4
78,27
1 Kadar air (%)
6,96
2 pH
49,61
3 Kadar abu (%)
19,32
4 Kadar bahan organik (%)
11,21
5 Kadar C-organik (%)
9,75
6 C/N
1,15
7 N (%)*
19,34
8 P (mg/100gr)
835,84
9 K (mg/100gr)
914
10 Mn (ppm)*
12.349
11 Fe (ppm)*

dengan EM4
79,58
6,86
45,94
20,31
11,78
10,51
1,12
8,93
515,15
1.308
12.613

*Sampel dianalisis di Laboratorium SEAMEO BIOTROP

Pertumbuhan Jabon
Parameter pertumbuhan untuk jabon telah diukur selama penelitian.
Rekapitulasi hasil uji T dari parameter tinggi jabon dapat dilihat pada Tabel 3.

10
Tabel 3 Rekapitulasi hasil uji T parameter tinggi (A0=kontrol, A1=2,5 kg kompos
dengan EM4, A2=5 kg kompos dengan EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa
EM4 dan A4=5 kg kompos tanpa EM4)
No. Antarperlakuan Perbedaan
1
A1 - A4
tn
2
A2 - A1
tn
3
A2 - A3
*
4
A2 - A0
*
5
A4 - A1
tn
6
A4 - A3
tn
7
A4 - A0
*
8
A1 - A3
tn
9
A1 - A0
*
10
A3 - A0
*

Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)

Berdasarkan pengamatan selama 8 minggu, perlakuan pemupukan
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi pohon. Pemberian 5 kg kompos
beraktivator EM4 atau A2 menghasilkan nilai tinggi pohon tertinggi sebesar 34,8
cm (Gambar 10).

40

34,8

35
30

26,9

26,1

25
20
15
10

16,8
9,9

5
0
A0

A1

A2
Jenis kompos

A3

A4

Gambar 10 Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman pada 8 minggu setelah
pemupukan (A0=kontrol, A1=2,5 kg kompos dengan EM4,
A2=5 kg kompos dengan EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa
EM4 dan A4=5 kg kompos tanpa EM4).
Perlakuan pemberian kompos yang diberikan tidak menunjukkan perbedaan
nilai terhadap diameter sejak minggu pertama pengukuran sampai dengan minggu
ke-8 (Tabel 4). Pertumbuhan diameter dari 2 - 8 MSP dapat dilihat pada Gambar
11.

11
Tabel 4 Rekapitulasi hasil uji T parameter diameter (A0=kontrol, A1=2,5 kg
kompos dengan EM4, A2=5 kg kompos dengan EM4, A3=2,5 kg
kompos tanpa EM4 dan A4=5 kg kompos tanpa EM4)
No. Antarperlakuan Perbedaan
1
A4 - A2
tn
2
A4 - A3
tn
3
A4 - A1
tn
4
A4 - A0
tn
5
A2 - A3
tn
6
A2 - A1
tn
7
A2 - A0
tn
8
A3 - A1
tn
9
A3 - A0
tn
10
A1 - A0
tn

Pertumbuhan diameter (mm)

8
7
6
5
4
3
2
1
0

2

4
6
Pengukuran minggu keKontrol
A1
A2
A3

8
A4

Gambar 11 Pertumbuhan diameter jabon dari 2-8 MSP pemupukan
(A0=kontrol, A1=2,5 kg kompos dengan EM4, A2=5 kg
kompos dengan EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa EM4 dan
A4=5 kg kompos tanpa EM4).

12

Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)

Berdasarkan pengamatan selama 8 minggu, perlakuan pemupukan tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter pohon (Gambar 12).
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

92,36
71,22
49,36

47,68
36,16

A0

A1

A2

A3

A4

Jenis kompos
Gambar 12 Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman pada 8 minggu setelah
pemupukan (A0=kontrol, A1=2,5 kg kompos dengan EM4, A2=5
kg kompos dengan EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa EM4 dan A4=5
kg kompos tanpa EM4).
Sedangkan perlakuan pemberian kompos yang diberikan menunjukkan
perbedaan nilai terhadap jumlah cabang. Perbedaan nilai terjadi antara perlakuan
A4 dengan A3 (Tabel 5). Rata-rata pertumbuhan diameter dan jumlah cabang dari
2 - 8 MSP dapat dilihat pada Gambar 12.
Tabel 5 Rekapitulasi hasil uji T parameter jumlah cabang (A0=kontrol,
A1=2,5 kg kompos dengan EM4, A2=5 kg kompos dengan
EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa EM4 dan A4=5 kg kompos
tanpa EM4)
No. Antarperlakuan Perbedaan
1
A4 - A1
tn
2
A4 - A2
tn
3
A4 - A0
tn
4
A4 - A3
*
5
A1 - A2
tn
6
A1 - A0
tn
7
A1 - A3
tn
8
A2 - A0
tn
9
A2 - A3
tn
10
A0 - A3
tn

13

Pertumbuhan jumlah cabang

7
6
5
4
3
2
1
0
2
A0

4
6
Pengukuran minggu keA1
A2
A3

8
A4

Gambar 12 Pertumbuhan jumlah cabang jabon dari 2-8 MSP pemupukan
(A0=kontrol, A1=2,5 kg kompos dengan EM4, A2=5 kg
kompos dengan EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa EM4 dan
A4=5 kg kompos tanpa EM4).
Berdasarkan pengamatan selama 8 minggu, perlakuan pemupukan
memberikan perbedaan nilai terjadi antara perlakuan A4 dengan A3 terhadap
pertumbuhan jumlah cabang (Gambar 12).
6,60

Rata-rata pertumbuhan jumlah cabang

7,00
5,60

6,00

4,60

5,00
4,00

4,00

3,60

3,00
2,00
1,00
0,00
A0

A1

A2

A3

A4

Jenis kompos
Gambar 12 Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman pada 8 minggu setelah
pemupukan (A0=kontrol, A1=2,5 kg kompos dengan EM4,
A2=5 kg kompos dengan EM4, A3=2,5 kg kompos tanpa
EM4 dan A4=5 kg kompos tanpa EM4).

14
Hasil Analisis Tanah
Sampel tanah diambil pada awal penelitian. Hasil analisis sifat kimia tanah
seperti pH tanah, kandungan C organik, N total, rasio C/N, kandungan P tersedia,
kandungan K dan KTK tanah disajikan pada Tabel 6. Lapisan tanah telah
tercampur akibat dari kegiatan pengerukan, penimbunan dan pemadatan tanah.
Pengambilan sampel tanah ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesuburan
tanah pascatambang dan dapat digunakan sebagai acuan untuk kegiatan reklamasi
lahan pascatambang.
Tabel 6 Hasil analisis kandungan tanah pada lokasi penelitian di lapang
No Parameter Pengujian
Kriteria *)
Satuan
Sampel tanah
1 pH
Sangat masam
H2O (1:1)
4
Sangat masam
CaCL2 (1:1)
3,7
2 C-organik
Sangat rendah
%
0,43
3 N Total
Sangat rendah
%
0,05
4 Rasio C/N
Rendah
9
5 P2O5 Tersedia
Sangat rendah
ppm
3,2
6 Ca
Sangat rendah
cmol/kg
0,35
7 Mg
Sedang
cmol/kg
1,81
8 K
Rendah
cmol/kg
0,17
9 Na
Rendah
cmol/kg
0,28
10 KTK
Rendah
cmol/kg
7,78
11 KB
Rendah
%
33,55
3+
12 Al
me/100g
6,24
+
13 H
me/100g
4,28
14 Pasir
%
29,5
15 Debu
%
13,2
16 Liat
%
57,3
Sampel dianalisis di Laboratorium SEAMEO BIOTROP; *) Kriteria penilaian sifat kimia
tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2010)

Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tentang pertumbuhan tanaman pionir
di lahan pascatambang batubara. Jenis yang ditanam digunakan dalam penelitian
ini adalah jabon. Menurut Mansur (2010) jabon merupakan salah satu jenis
tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam
pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti penghijauan,
reklamasi lahan bekas tambang dan pohon peneduh. Kegiatan revegetasi
dihadapkan oleh kondisi tanah yang miskin unsur hara dan kondisi keasaaman
tinggi sehingga diperlukan upaya dalam penyediaan hara dengan pemupukan
kompos . Perlakuan pada penelitian ini membedakan jenis dan dosis pupuk yang
digunakan untuk pemupukan jabon di lahan bekas tambang PTBA.
Pemupukan dalam penelitian ini dilakukan dengan kompos
yang
dikomposkan dalam waktu 24 hari. Pada awal proses pengomposan suhu

15
tumpukan kompos berkisar 26,5 – 28 oC. Selama proses pengomposan suhu
tumpukan kompos mengalami kenaikan pada hari ke-1 sebesar 37 – 38 oC
kemudian menurun hingga hari ke-24 mendekati suhu lingkungan. Menurut Wong
et al. (2001) merombak bahan organik disertai dengan pelepasan sejumlah energi
dalam panas dapat menyebabkan peningkatan suhu kompos. Suhu tumpukan
kompos yang tinggi pada awal pengomposan menunjukkan mikroorganisme aktif
mendekomposisi bahan organik. Menurut Djuarnani dkk (2005) suhu optimum
yang dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35 – 55 oC.
Kemudian, pemberian aktivator EM4 menyusutkan bobot kompos setelah 24 hari
sebesar 22,35% sedangkan tanpa pemberian aktivator EM4 mampu mereduksi
kompos 15,88% dari bobot awal (850 kg). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
EM4 mampu mereduksi lebih tinggi dibanding tanpa pemberian EM4. Menurut
Djuarnani dkk (2005) effective microorganism (EM4) merupakan bahan yang
mengandung beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses
pengomposan.
Berdasarkan hasil uji T menunjukkan bahwa pemberian beda jenis kompos
dan dosis memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter pada
minggu ke-2 hingga minggu ke-8 setelah pemupukan. Sedangkan berdasarkan
hasil uji T parameter tinggi dan jumlah cabang kompos memberikan perbedaan
nilai. Hasil uji T menunjukkan jenis dan dosis pupuk 5 kg kompos beraktivator
EM4 menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi pohon tertinggi sebesar 34,8 cm.
Namun, nilai A2 tidak berbeda terhadap A1 sehingga pemberian 2,5 kg kompos
beraktivator EM4 memiliki keuntungan secara ekonomis. Hal ini menunjukkan
bahwa perbedaan jenis dan dosis kompos memberikan respon berbeda pada
masing-masing parameter. Tidak berpengaruhnya parameter diameter setelah
pemberian kompos diduga karena umur tanaman jabon yang berusia 5 bulan
sehingga pertumbuhan berfokus kepada tinggi terlebih dulu.
Selain itu, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dapat dikelompokkan menjadi faktor lingkungan di atas tanah dan unsur penyusun
tanah (Sitompul dan Guritno 1995). Faktor lingkungan yang berada di atas tanah
antara lain sinar matahari, suhu, udara, dan air (Hardjowigeno 2010).
Kondisi lahan bekas tambang yang digunakan dalam penelitian ini sangat
masam dan miskin unsur hara. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rata-rata pH
tanah ini adalah 4 (H2O) dan nilai KTK tanah yaitu 7,78 cmol/kg. Berdasarkan
kriteria penilaian sifat kimia tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam
Hardjowigeno (2010), pH (H2O) tanah di bawah 4,5 tergolong dalam kriteria
tanah sangat masam dan KTK di bawah 5 – 16 cmol/kg tergolong rendah.
Menurut Munawar (2011) pengaruh pH terhadap ketersediaan hara bagi tanaman
menjadi sangat penting bagi pengelolaan tanah yang tepat.
Unsur Fe diperlukan untuk berfungsinya sejumlah enzim di dalam
tanaman, terutama yang terlibat di dalam reaksi oksidasi dan reduksi di dalam
respirasi dan fotosintesis. Mangan penting bagi pembentukan kloroplas dan
terlibat di dalam aktivitas enzim pada fotosintesis, respirasi dan metabolisme N
(Munawar 2011). Hasil analisis kandungan kompos dengan EM4 maupun tidak
bahwa Fe 12613 ppm dan 12.349 ppm, sedangkan Mn 1.308 ppm dan 914 ppm.
Menurut standar mutu Pupuk Organik dari Instalasi Pengelolaan Air Limbah
sesuai Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011tentang

16
Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenahan Tanah kandungan Fe maksimal
8.000 ppm dan kandungan Mn maksimal 5.000 ppm. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kedua kompos memiliki kandungan Fe berlebih namun Mn yang sesuai
klasifikasi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diambil
simpulan bahwa penambahan EM4 dapat mereduksi kompos mencapai 22,35%
dari bobot awal. Uji T menunjukkan bahwa pemberian kompos ki ambang
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter, tetapi memiliki nilai yang
berbeda pada parameter tinggi. Jenis dan dosis kompos terbaik adalah 5 kg
kompos ki ambang dengan EM4. Kemudian, berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk
Hayati dan Pembenahan Tanah kandungan Mn telah memenuhi standar mutu,
sedangkan kandungan Fe terlalu tinggi sehingga tidak memenuhi standar mutu
pada kedua jenis kompos ki ambang.

Saran
Dari hasil yang telah didapatkan setelah pengamatan maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut, perlunya dilakukan penelitian
selanjutmya tentang analisis tanaman, agar mengetahui kandungan Fe dan Mn
yang terserap oleh tanaman jabon.
Perlunya dilakukan penyemprotan insektisida lambung untuk mengatasi
serangan hama yang menyerang daun terutama bagian pucuk. Perlunya
pengamatan respon akar terhadap perlakuan pemupukan.

DAFTAR PUSTAKA
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian
Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta: Kemenhut.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2011. Peraturan Menteri Pertanian
No.70/Permentan/SR.140/10/2011tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan
Pembenahan Tanah. Jakarta: Kementan.
[PT BA] PT Bukit Asam. 2013. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan. Muara
Enim (ID): PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
Choudary MI, Naheed N. 2008. Phenolic and other constituents of fresh water
fern Salvinia molesta. Phytochemistry 69 (4): 1018-23.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Air. Jakarta: UI Press.
Djuarnani N, Kristian, Setiawan B S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

17
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Presindo
Mansur I, Tuheteru F D. 2010. Kayu Jabon. Jakarta: Penebar Swadaya.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanag dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB Press.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
Wong J W C et al. 2001. Co-composting of soybean and leaves in Hong Kong.
Bioresource Technol. Vol.76. p:99-106.

18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kriteria penilaian karakteristik tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah
1983 dalam Hardjowigeno 2010)

19
Lampiran 2 Lembar hasil pengujian tanah

20
Lampiran 3 Hasil analisis kompos ki ambang

21
Lampiran 4 Hasil analisis kompos ki ambang parameter C-org, N, Fe dan Mn

22
Lampiran 5 Hasil uji T parameter tinggi
A2-A4
Independent Samples Test

Sig
F .

95% Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2Mean
Error
Difference
tailed Differenc Differenc
df
)
e
e
Lower Upper

t

TINGGI Equal
1
variance
.04 .83 .89
s
4 9 6
assume
d
Equal
variance
s not
assume
d

28.2268
8 .396 7.90000 8.81476 12.4268
7
7

.89 7.99
28.2280
.396 7.90000 8.81476 12.4280
6
7
6
6

A2-A1
Independent Samples Test

F

Sig
.

t

TINGGI Equal
2
varianc
1.08 .32 1.09
es
8 7
9
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d
A2-A3
Independent Samples Test

95%
Confidence
Sig.
Std.
(2Mean
Error Interval of the
Difference
tailed Differen Differen
df
)
ce
ce
Lower Upper
26.9524
8 .304 8.70000 7.91518 9.5524
3
3

1.09 7.63
27.1039
.305 8.70000 7.91518 9.7039
9
8
0
0

23

F

Sig
.
t

df

TINGGI Equal
3
varianc
24.23 .00 2.84
es
8
0
1 3
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper

.022

18.0000
3.4009 32.5990
6.33088
0
7
3

2.84 4.40
18.0000
1.0432 34.9567
.042
6.33088
3
6
0
1
9

A2-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

df

TINGGI Equal
4
varianc
13.34 .00 3.75
es
8
4
6 6
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d
A4-A1
Independent Samples Test

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper

.006

24.9000
9.6123 40.1876
6.62948
0
9
1

3.75 5.19
24.9000
8.0452 41.7547
.012
6.62948
6
1
0
9
1

24

F

Sig
.
t

df

TINGGI Equal
5
variance
.24 .63 .10
s
8
4 5 0
assume
d
Equal
variance
s not
assume
d

95% Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
Difference
tailed Differenc Differenc
)
e
e
Lower Upper

.923 .80000

19.2581
8.00437 17.6581
2
2

.10 7.58
.923 .80000
0 2

19.4369
8.00437 17.8369
1
1

A4-A3
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

TINGGI Equal
6
varianc
8.52 .01
es
2
9
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

1.56
8
8

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
24.9553
.156 10.10000 6.44205 4.7553
9
9

1.56 4.39
27.3745
.186 10.10000 6.44205 7.1745
8
1
3
3

A4-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

df

Sig.
(2- Mean
tailed Differen
)
ce

Std.
Error
Differen
ce

95%
Confidence
Interval of the
Difference

25
Lower Upper
TINGGI Equal
7
varianc
4.72 .06
es
3
2
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

2.52
8
4

.036 17.00000 6.73573

1.4673 32.5326
9
1

2.52 5.15
34.1640
.052 17.00000 6.73573
4
0
.16403 3

A1-A3
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

TINGGI Equal
8
varianc
20.62 .00
es
8
2
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

1.80
8
8

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
21.1596
.108 9.30000 5.14296 2.5596
8
8

1.80 4.62
22.8452
.135 9.30000 5.14296 4.2452
8
9
7
7

A1-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

df

TINGGI Equal
9
varianc
9.02 .01 2.94
es
8
3
7 2
assume
d

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper

.019 16.20000 5.50636

3.5023 28.8976
1
9

26
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

TINGGI Equal
9
varianc
9.02 .01
es
3
7
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

2.94
8
2

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper

.019 16.20000 5.50636

3.5023 28.8976
1
9

2.94 5.79
2.6103 29.7896
.027 16.20000 5.50636
2
5
2
8

A3-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

TINGGI1 Equal
0
varianc
2.43 .15
es
3
7
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

2.47
8
9

95%
Confidence
Interval of the
Sig.
Std.
Difference
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Lowe
)
ce
ce
r
Upper

.038 6.90000 2.78388

.4803 13.3196
6
4

2.47 6.40
.1907 13.6092
.045 6.90000 2.78388
9
3
5
5

27
Lampiran 6 Hasil uji T parameter diameter
A4-A2
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

DIAMETE Equal
R1
varianc
.75 .41
es
2 1
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

.65
8
9

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
9.5093
.528 2.11400 3.20699 5.2813
3
3

.65 6.61
9.7875
.532 2.11400 3.20699 5.5595
9 6
1
1

A4-A3
Independent Samples Test

F

Sig
. t

DIAMETE Equal
R2
varianc
1.18 .30
es
3
8
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

1.34
8
3

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
taile Differen Differen Difference
d)
ce
ce
Lower Upper
11.683
.216 4.30000 3.20168 3.083
09
09

1.34 6.59
11.966
.224 4.30000 3.20168 3.366
3
2
91
91

A4-A1
Independent Samples Test

F

Sig
. t

df

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
taile Differen Differen Difference
d)
ce
ce
Lower Upper

28
DIAMETE Equal
R3
varianc
3.57 .09
es
0
6
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

1.55
8
4

11.096
.159 4.46800 2.87444 2.1604
46
6

1.55 4.81
11.945
.183 4.46800 2.87444 3.0090
4
1
09
9

A4-A0
Independent Samples Test

F

Sig
. t

DIAMETE Equal
R4
varianc
3.13 .11
es
5
5
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

1.93
8
0

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
taile Differen Differen Difference
d)
ce
ce
Lower Upper
12.335
.090 5.62000 2.91217 1.095
47
47

1.93 5.03
13.090
.111 5.62000 2.91217 1.850
0
5
45
45

A2-A3
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

df

DIAMETE Equal
R5
varianc
.24 .63 .92
es
8
4 4 8
assume
d

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
7.6168
.380 2.18600 2.35509 3.2448
4
4

29
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

DIAMETE Equal
R5
varianc
.24 .63
es
4 4
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

.92
8
8

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
7.6168
.380 2.18600 2.35509 3.2448
4
4

.92 8.00
7.6168
.380 2.18600 2.35509 3.2448
8 0
8
8

A2-A1
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

DIAMETE Equal
R6
varianc
4.51 .06
es
4
6
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

1.24
8
8

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
taile Differen Differen Difference
d)
ce
ce
Lower Upper
6.7037
.247 2.35400 1.88628 1.9957
7
7

1.24 6.04
6.9609
.258 2.35400 1.88628 2.2529
8
7
7
7

A2-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

df

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
taile Differen Differen Difference
d)
ce
ce
Lower Upper

30
DIAMETE Equal
R7
varianc
3.14 .11
es
4
4
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

1.80
8
4

.109 3.50600 1.94329

7.9872
.97524 4

1.80 6.51
8.1716
.117 3.50600 1.94329 1.1596
4
4
6
6

A3-A1
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

DIAMETE Equal
R8
varianc
.65 .44
es
1 3
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper

.931 .16800

4.4969
1.87725 4.1609
4
4

.08 6.06
.932 .16800
9 8

4.7489
1.87725 4.4129
8
8

.08
8
9

A3-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

df

DIAMETE Equal
R9
varianc
.45 .51 .68
es
8
5 9 2
assume
d

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
5.7810
.514 1.32000 1.93452 3.1410
2
2

31
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

DIAMETE Equal
R9
varianc
.45 .51
es
5 9
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

.68
8
2

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
tailed Differen Differen Difference
)
ce
ce
Lower Upper
5.7810
.514 1.32000 1.93452 3.1410
2
2

.68 6.53
5.9608
.518 1.32000 1.93452 3.3208
2 8
5
5

A1-A0
Independent Samples Test

F

Sig
.
t

DIAMETER Equal
10
varianc
.03 .86
es
2 3
assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

df

.87
8
0

95%
Confidence
Sig.
Std.
Interval of the
(2- Mean
Error
taile Differen Differen Difference
d)
ce
ce
Lower Upper
4.2060
.410 1.15200 1.32439 1.9020
4
4

.87 7.87
4.2143
.410 1.15200 1.32439 1.9103
0 8
0
0

32
Lampiran 7 Hasil uji T parameter jumlah cabang
A4-A1
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
1 variance 2.66 .14
s
3
1
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.598

1.00000

1.82209

5.2017
3.2017
4
4

.54 6.49
.601
9 2

1.00000

1.82209

5.3778
3.3778
2
2

.54
8
9

A4-A2
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
2 variance 2.89 .12
s
9
7
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

1.89
8
0

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.095

1.89 6.21
.106
0
6

2.00000

2.00000

1.05830

4.4404
.4404
5
5

1.05830

4.5679
.5679
1
1

A4-A0
Independent Samples Test

F

Sig. t

df

JC Equal
3 variance .34 .57 1.35
8
s
2 5 9
assumed

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.211

2.60000

1.91311

7.0116
1.8116
5
5

33
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
3 variance .34 .57
s
2 5
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.211

2.60000

1.91311

7.0116
1.8116
5
5

1.35 6.24
.221
9
5

2.60000

1.91311

7.2370
2.0370
0
0

1.35
8
9

A4-A3
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
4 variance 2.89 .12
s
9
7
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

2.83
8
5

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.022

3.00000

1.05830

.5595 5.4404
5
5

2.83 6.21
.029
5
6

3.00000

1.05830

.4320 5.5679
9
1

A1-A2
Independent Samples Test

F

Sig. t

df

JC Equal
5 variance 8.83 .01 .60
8
s
4
8 6
assumed

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.561

1.00000

1.64924

4.8031
2.8031
6
6

34
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
5 variance 8.83 .01
s
4
8
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.561

1.00000

1.64924

4.8031
2.8031
6
6

.60 4.83
.572
6 6

1.00000

1.64924

5.2830
3.2830
7
7

.60
8
6

A1-A0
Independent Samples Test

F

Sig. t

df

95% Confidence
Interval of the
Sig.
(2Mean
Std. Error Difference
tailed) Difference Difference Lower Upper

JC6 Equal
variances .132 .726 .698 8
.505
assumed
Equal
variances
.698 7.967 .505
not
assumed

1.60000

2.29347

6.88875
3.68875

1.60000

2.29347

6.89260
3.69260

A1-A3
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
7 variance 8.83 .01
s
4
8
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

1.21
8
3

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.260 2.00000

1.21 4.83
.281 2.00000
3
6

1.64924

5.8031
1.8031
6
6

1.64924

6.2830
2.2830
7
7

35
A2-A0
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
8 variance 1.62 .23
s
0
9
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.740

.60000

1.74929

4.6338
3.4338
6
6

.34 4.73
.746
3 7

.60000

1.74929

5.1729
3.9729
7
7

.34
8
3

A2-A3
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC Equal
9 variance .00 1.00
s
0 0
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

1.38
8
7

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.203

1.38 8.00
.203
7
0

1.00000

1.00000

.72111

2.6628
.6628
8
8

.72111

2.6628
.6628
8
8

A0-A3
Independent Samples Test

F

Sig. t

df

JC1 Equal
0
variance 1.62 .23 .22
8
s
0
9 9
assumed

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.825 .40000

1.74929

4.4338
3.6338
6
6

36
Independent Samples Test

F

Sig. t

JC1 Equal
0
variance 1.62 .23
s
0
9
assumed
Equal
variance
s not
assumed

df

95%
Confidence
Sig.
(2Mean
Std. Error Interval of the
tailed Differenc Differenc Difference
)
e
e
Lower Upper
.825 .40000

1.74929

4.4338
3.6338
6
6

.22 4.73
.829 .40000
9 7

1.74929

4.9729
4.1729
7
7

.22
8
9

37

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 16 Agustus 1992 dari pasangan Supriono dan
Nani Riyanti sebagai putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Jakarta pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis lolos seleksi
masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI). Penulis diterima di
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
Selama masa perkuliahan di IPB penulis juga aktif di berbagai kegiatan nonakademis antara lain sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Futsal IPB pada
tahun 2010-2014. Selain itu penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Tree
Grower Community sebagai anggota Divisi Human Reaserch and Development
pada tahun 2012 dan sebagai anggota Divisi Business Development pada tahun
2013. Pada kepanitiaan penulis juga pernah menjadi anggota medis dalam Masa
Perkenalan Fakultas (MPF) Fakultas Kehutanan pada tahun 2012 dan anggota
medis dalam Masa Perkenalan Departemen (MPD) Silvikultur pada tahun 2012.
Pengalaman penulis dalam hal akademis, penulis melakukan Magang
Pengelolaan Hutan Lestari di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa
Barat (2012); Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Papandayan-Sancang Timur,
Jawa Barat (2012); Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung
Walat, Sukabumi, Jawa Barat (2013) dan Praktik Kerja Profesi di PT Bukit Asam
(Persero) Tbk, Sumatera Selatan (2014).