DHL. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik konduktor yang baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzena yang tidak
dapat mengalami disosiasi, merupakan penghantar listrik yang jelek. 6.
Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel
mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama
penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga
karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tidak tercakup dalam nilai padatan total.
Padatan tersuspensi total Total Suspended Solid atau TSS adalah bahan–bahan tersuspensi diameter 1µm yang tertahan pada saringan
millipore dengan diamatere pori 0,45 µ m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad – jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah
atau yang terbawa kebadan air. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid atau TDS adalah bahan – bahan
terlarut diameter 10
-6
mm dan koloid diameter 10
-6
– 10
-3
mm yang berupa senyawa – senyawa kimia dan bahan – bahan lain, yang tidak tersaring
pada kertas saring berdiameter 0,45µ mm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion – ion yang biasa ditemukan diperairan.
2.3.2. Parameter kimia
1. pH dan Asiditas
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, asiditas keasaman tidak sama dengan pH. Asiditas melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah
misalnya asam karbonat dan asam asetat, dan konsentrasi ion hidrogen. Mackereth et al berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan
karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar
karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam pH rendah bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium
yang dapat terionisasi banyak ditentukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat toksik innocuous. Namun, pada suasana alkalis pH tinggi lebih
banyak ditemukan amonia yang terionisasi uniozined dan bersifat toksik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
nilai pH 7–8. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokomiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.
2. Alkalinitas Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan sebutan acid-netralizing capacity ANC atau kuantitas anion didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan
sebagai kapasitas penyangga buffer capacity terhadap prubahan pH diperairan. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat,karbonat, dan hidroksida, borat,
silika, fosfat, sulfida dan amonia. Juga memberikan konstribusi terhadap alkalinitas. Namun pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida. Di antara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami.
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya, alkalinitas adalah gambaran pelapukan batuan yang terdapat pada sistem drainase. Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan air yang dapat
melarutkan sedimen batuan karbonat menjadi bikarbonat. Satuan alkalinitas dinyatakan dengan mgliter kalsium karbonat CaCO
3
atau milli ekuivalenliter. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, kekuatan ion. Pada air mendidih, alkalinitas hanya terdiri atas karbonat dan hidroksida. Karbondioksida tidak larut dalam air panas mendidih ,
namun terbawa bersama uap air sehingga nilai pH air mendidih dapat mencapai 11. Nilai alkalinitas perairan alami tidak pernah melebihi 500 mg liter CaCO
3
. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar natrium yang tinggi. Nilai alkalinitas berkaitan erat dengan korosivitas logam
dan dapat menimbulkan permasalah kesehatan pada manusia, terutama yang berhubungan dengan iritasi pada sistem pencernaan gastro intestinal. Jika didihkan
dengan waktu yang lama, perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi akan menghasilkan deposit dan menimbulkan bau yang kurang sedap.
3. Kesadahan Kesadahan hardness adalah gambaran kation logam divalen valensi dua.
Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun soap membentuk endapan presipitsi maupun dengan anion–anion yang terdapat di dalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam. Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium dan
magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas,
yaitu karbonat dan bikarbonat.
Universitas Sumatera Utara
Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam
perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA ethylene diamine tetra acetic acid atau senyawa lain yang bereaksi dengan kalsium
dan magnesium. Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan bebatuan. Air
hujan sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion – ion penyusun kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah dan batuan kapur limestone ,
meskipun memiliki kadar karbondioksida yang relatif tinggi. Larutan ion – ion yang dapat meningkatkan nilai kesadahan tersebut lebih banyak di sebabkan oleh aktivitas
bakteri yang banyak mengeluarkan karbon dioksida. Perairan dengan nilai kesadahan yang tinggi pada umumnya merupakan
perairan yang berada diwilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk top soil tebal dan batuan kapur. Perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah atas tipis
dan batuan kapur relatif sedikit bahkan tidak ada. 4. Bahan Organik
Semua bahan organik mengandung karbon C berkombinasi dengan satu atau lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama sebagai berikut :
1. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid,
selulosa, kanji, gula, dan sebagainya. 2.
Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diperoses oleh manusia. 3.
Fermentesi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam yang semuanya diperoleh oleh aktifitas mikroorganisme.
Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan anorganik adalah sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
1. Mudah terbakar
2. Memiliki titik beku dan titik didih rendah
3. Biasanya lebih sukar larut dalam air
4. Bersifat isomerisme, beberapa jenis bahan organik memiliki rumus
molekul yang sama. 5.
Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
6. Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1.000.
7. Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri.
Penentuan masing – masing bahan organik cukup sulit karena sangat kompleks. Oleh karena itu, ditentukan kandungan total bahan organik atau
TOC Total Organic Carbon . Karbon yang merupakan penyusun utama bahan organik, merupakan elemenunsur yang berlimpah pada semua
makhluk hidup. Senyawa karbon adalah sumber energi bagi semua organisme. Keberadaan karbon anorganik dalam bentuk CO
2
, HCO
3 -
, dan CO
3 2-
mengatur aktivitas biologi diperairan. Selain dengan pengukuran TOC, indikasi keberadaan bahan organik dapat
diukur dengan parameter lain, misalnya kebutuhan oksigen biokimiawi atau BOD Biochemical Oxygen Demand dan kebutuhan oksigen
kimiawi atau COD Chemical Oxygen Demand . Nilai COD biasanya lebih besar daripada BOD, meskipun tidak selalu demikian.
5. Oksigen Terlarut
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi
Universitas Sumatera Utara
air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Setiap peningkatan ketinggian suatu tempat sebesar 100 m
diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg- 9 mm Hg. Pada kolom air, setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan peningkatan
tekanan sebesar 1 atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian diurnal dan
musiman tergantung pada pencampuran mixing dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk kebadan air.
2.4. Proses Pengolahan Air