Penetapan Kadar Mangan Dan Kromium Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Secara Spektrofotometri

(1)

PENETAPAN KADAR MANGAN DAN KROMIUM PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Oleh:

VANNY FRIDA NIM 072410019

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR MANGAN DAN KROMIUM PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

VANNY FRIDA NIM 072410019

Medan, Juni 2010 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing,

Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP.194810031987012001

Disahkan Oleh Dekan,


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PENETAPAN KADAR MANGAN DAN KROMIUM PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun berkat dorongan, semangat, serta dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya Tugas akhir ini.

Teramat khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta Ayahanda Syafri dan Ibunda Farida Willys yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan moril maupun materil kepada penulis agar terus menggapai cita-cita yang diharapkan. Serta adik penulis Dina Fridani, M. Reza advi dan Devri Taruna yang memberi semangat dan perhatiannya selama ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Lely, selaku Kepala bagian Umum dan Personalia di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli tua.

6. Bapak Subhandi, S.E., selaku Pelaksana Tugas Kepala bagian Pengendalian mutu di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli tua.

7. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku Analis laboratorium di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli tua yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi.

8. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua.

9. Sahabat- sahabat seperjuangan penulis Nia Sya’bani, Milva Mahrina, Meutia Ulfah, yang selalu bersama selama ini. Susah senang kita lalui bersama sampai akhir. Sahabat selamanya.

10. Seluruh anak Croot Community yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, makasih sudah membuat ceria hari-hari penulis selama


(5)

11. Seluruh teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi keberadaan mereka. Tetap semangat teman-teman.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan menulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta insya Allah do’a restu dan budi baik semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, Juni 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Sumber-sumber Air ... 5

2.2.1 Air Laut ... 5

2.2.2 Air Atmosfir ... 6

2.2.3 Air Permukaan ... 6

2.2.3.1 Air Sungai ... 6

2.2.3.2 Air Danau ... 7

2.2.4 Air Tanah ... 7

2.2.4.1 Air Tanah Dangkal ... 8

2.2.4.2 Air Tanah Dalam ... 8

2.2.4.3 Mata Air ... 8


(7)

2.5 Syarat-syarat Air Minum ... 13

2.6 Logam Mangan ... 14

2.6.1 Efek Toksik Mangan ... 16

2.6.2 Penetapan Kadar Mangan Secara Spektrofotometri ... 16

2.7 Logam Kromium ... 17

2.7.1 Efek Toksik Kromium ... 17

2.7.2 Penetapan kadar Kromium Secara Spektrofotometri .. 18

2.8 Teori Umum Spektrofotometri ... 18

BAB III METODOLOGI ... 20

3.1 Alat dan Bahan ... 20

3.1.1 Alat-Alat ... 20

3.1.2 Bahan-Bahan ... 20

3.2 Prosedur Pengujian ... 21

3.2.1 Prosedur Pengujian Mangan ... 21

3.2.2 Prosedur Pengujian Kromium ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Mangan ... 23

4.2 Kromium ... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial, karena merupakan materi yang sangat dibutuhkan. Kebutuhan terhadap air khususnya air minum haruslah sehat artinya tidak tercemar, tidak menimbulkan penyakit dan bebas dari unsur-unsur racun. Air dengan kualitas yang baikpada dewasa ini akan sulit diperoleh karena banyak sumber air telah tercemar akibat berbagai macam kegiatan manusia (Effendi, 2003).

Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air. Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas dan volume, tampungannya (alami maupun buatan), pengaruh iklim, dan tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh


(9)

Secara umum kegunaan air di dalam tubuh dan kehidupan manusia adalah proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan oleh kandungan air. Oleh karena itu penyediaan air bersih merupakan salah satu tuntunan umum bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Effendi, 2003).

Air yang digunakan untuk air minum harus tidak berwarna, jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Pada batas-batas tertentu air minum juga diharapkan mengandung mineral, seperti mangan (Mn) yang penting dan berguna untuk metabolisme dalam tubuh. Dan air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga harus tidak bersifat korosif dan tidak meninggalkan noda pada pakaian serta tidak meninggalkan endapan di seluruh jaringan distribusinya. Maka pada air reservoir yang akan didistribusikan ke rumah-rumah, kadar mangan yang terkandung tidak lebih dari persyaratan air bersih menurut Menkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tanggal 03 september 1990 yaitu 0,1 mg/l, sedangkan pada Kromium yaitu 0,05 mg/l. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang penetapan kadar mangan dan kromium pada sampel air reservoir dengan metode spektrofotometri di PDAM Tirtanadi Deli Tua (Darmono, 1995).


(10)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar Mangan dan Kromium yang terkandung pada sampel air reservoir di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan secara spektrofotometri sinar tampak.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar Mangan dan kromium yang terkandung dalam air reservoir, maka kita dapat mengetahui kualitas air tersebut dan hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi kapada masyarakat.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan, dan tanaman yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, antara lain mandi, membersihkan ruangan tempat tinggalnya, dan menyiapkan makanan dan minuman (Slamet, 1994).

Umumnya air mengandung bermacam-macam kotoran dalam jumlah yang berbeda-beda tergantung pada sumbernya, hal ini disebabkan karena air suatu zat pelarut yang baik. Secara umum kegunaan air dalam tubuh dan kehidupan manusia adalah untuk proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan oleh kandungan air. Oleh karena itu penyediaan air bersih merupakan salah satu tuntutan umum bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Effendi, 2003).

Ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor karena lebih dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar–benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%,


(12)

meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh yang ada (Effendi, 2003).

Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi (Effendi, 2003).

2.2 Sumber–sumber Air

Menurut Sutrisno (1991), sumber–sumber air meliput i: 1. Air laut

2. Air atmosfir 3. Air permukaan 4. Air tanah

2.2.1 Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl, dan memiliki kadar garam NaCl yang tinggi dibandingkan dengan air daratan. Kadar garam NaCl dalam air laut adalah 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 1991).


(13)

2.2.2 Air Atmosfer

Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah, dapat pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menampung air hujan dan dipergunakan saat kekurangan air (Sitepoe, 1997).

Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa–pipa penyalur maupun bak–bak reservoir, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 1991)

2.2.3 Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang–batang kayu, daun–daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, untuk masing–masing air permukaan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteri (Sutrisno, 1991).

Air permukaan ada 2 macam yakni: 2.2.3.1 Air Sungai

Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh–tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan (Sitepoe, 1997).


(14)

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali (Sutrisno, 1991).

2.2.3.2 Air Danau

Air permukaan yang tertampung di danau–danau dapat ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti eceng gondok, dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi pertumbuhannya. Kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya (Slamet, 1994).

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali

(anaerob), maka unsur–unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2 (Sutrisno, 1991).

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada di permukaan air (Sutrisno, 1991).

2.2.4 Air Tanah

Menurut Sutrisno (1991), air tanah terbagi atas: 1. Air tanah dangkal

2. Air tanah dalam 3. Mata air


(15)

2.2.4.1 Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur–unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah (Sutrisno, 1991).

Air tanah dangkal dapat berkualitas baik jika tanah disekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya. Karena banyak zat yang terlarut ataupun tersuspensi di dalamnya selama perjalanannya menuju ke laut (Slamet, 1994).

2.2.4.2 Air Tanah Dalam

Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun, kadar kimia air tanah dalam tergantung dari cara atau pengaliran air tersebut. Pada proses ini, mineral–mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Slamet, 1994).

2.2.4.3 Mata Air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam (Sutrisno, 1991).


(16)

2.3 Peranan Air dalam Tubuh

Menurut Almatsier (2004), air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:

1. Sebagai pelarut dan alat angkut

Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat–zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan–bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon–hormon. Zat–zat gizi dan hormon ini dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Di samping itu air, sebagai pelarut mengangkut sisa–sisa metabolisme, termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru–paru, kulit, dan ginjal. 2. Sebagai katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.

3. Sebagai pelumas

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. 4. Sebagai pengatur suhu

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 370C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim–enzim di dalam tubuh.


(17)

2.4 Deskripsi Unit- Unit Tempat Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan Deskripsi Unit-Unit Tempat Pengolahan air di PDAM Tirtanadi Medan meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine sreen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing- masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor.

Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m,tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, 2 buah outlet gate dan pintu bilas 2 buah yang berfungsi sebagai tempat pengendapan Lumpur, pasir, dan lain-lain yang bersifat sedimen.


(18)

4. Raw water pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan alum, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 L/det.

5. Clearator

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 L/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut :

Primary Reaction Zone Secondary Reaction Zone Return Reaction Zone Clarification Reaction Zone Concentrator.

6. Filter

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui


(19)

pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA.

Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut :

− Pasir kwarsa, 0,45-1.20 mm, dengan ketebalan 61 cm. − Pasir kwarsa, 1.80-2.00 mm, dengan ketebalan 15 cm. − Kerikil halus, 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. − Kerikil sedang, 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. − Kerikil sedang, 10,00-20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. − Kerikil kasar, 20,00-40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan elektromotor.

7. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih/air olahan setelah melewati kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.

8. Finish Water Pump (FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang


(20)

melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 L/det.

9. Slude Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa slude lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

2.5 Syarat-Syarat Air Minum

Menurut Gabriel (2001), air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant Level).

Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut :

− Harus jernih, transparan dan tidak berwarna

− Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik − Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum − Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard − Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman


(21)

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukkan dan Lingkungan hidup Nomor KEP-02/MEN KLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Air, maka air dapat dibagi atas beberapa kriteria yaitu:

− Golongan A: Yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tapa pengolahan terlebih dahulu.

− Golongan B: Yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

− Golongan C: Yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

− Golongan D: Yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air

Standar kualitas air minum menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 (terlampir) Lampiran I

2.6 Logam Mangan

Kadar mangan pada kerak bumi sekitar 950 mg/kg. Mangan merupakan salah satu logam yang biasa digunakan dalam industri baja, baterai, gelas, keramik, cat (Effendi, 2003).

Sumber Mn dapat diperoleh dari dalam biji-bijian (beras,gandum) yang belum diolah. Apabila sudah diolah menjadi tepung gandum kadar dari mangan akan menurun. Jenis makanan yang kaya akan Mn adalah teh kering, kopi, tepung, coklat, gandum dan lain-lain (Winarno, 1992).


(22)

Mangan adalah logam berwarna putih keabu-abuan, yang penampilannya serupa besi-tuang. Merupakan logam keras, mudah retak, serta mudah teroksidasi. Ia melebur pada suhu kira-kira 12500C. Ia bereaksi dengan air hangat membentuk mangan (II) hidroksida dan hidrogen (vogel, 1990).

Mn + 2H2O → Mn(OH)2 ↓ + H2 ↑

Asam mineral encer dan juga asam asetat melarutkannya dengan menghasilkan garam mangan (II) dan hidrogen:

Mn + 2H+ → Mn2+ + H2↑

Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Jika dibiarkan di udara terbuka dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar mangan (Mn2+) tinggi akan membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami presipitasi membentuk warna coklat gelap sehingga air menjadi keruh (Effendi, 2003).

Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2

dan pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn2- atau dalam air yang kekurangan oksigen. Oleh karena itu pemakaian air dari suatu sumber air, sering ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi (Effendi, 2003).

Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang membantu bermacam proses metabolisme. Enzim-enzim lain yang berkaitan dengan mangan juga berperan dalam sintesis ureum, pembentukan jaringan ikat serta pencegahan peroksidasi lipida oleh radikal bebas (Almatsier, 2004).


(23)

2.6.1 Efek Toksik Mangan

Defisiensi (kekurangan) mangan akan mengakibatkan kekurangan darah, perubahan tulang pada anak-anak, dan lupus erythematous. Tetapi jarang dijumpai adanya keracunan Mn dari air minum. Paparan Mn lewat kulit bisa mengakibatkan tremor, kegagalan koordinasi dan dapat mengakibatkan munculnya tumor (Sitepoe, 1997).

Kelebihan mangan dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi oleh mangan. Pekerja tambang yang mengisap mangan yang ada pada debu tambang untuk jangka waktu lama, menunjukkan gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku abnormal (Almatsier, 2004).

Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda

yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman (Sutrisno, 1991).

Pada kadar tertentu Mn dalam air minum akan mengakibatkan korosi pipa penyalur air dan terjadi persipitasi yang hitam sebagai tempat perkembangbiakan bakteri sehingga air lebih keruh, berwarna dan perubahan rasa (Sitepoe, 1997).

2.6.2 Penetapan Kadar Logam Mangan secara Spektrofotometri

Logam mangan termasuk logam kelompok mikroelemen, sehingga jumlahnya sangat sedikit sekali dalam kondisi normal sehingga berat sampel yang lebih besar (2-3 gr) dan pengenceran yang sedikit (5 ml) sehingga logam akan dapat terdeteksi. Larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer (Darmono, 1995).


(24)

Jika sampel mengandung kobalt atau nikel warna ion-ion ini menggangu dalam penetapan mangan. Gangguan ini dapat dimatikan dengan menambahkan standar dengan kuantitas yang sama dengan yang ada pada sampel dan kemudian digunakan sebagai blanko dalam menetapkan spektrofotometer untuk pembacaan absorbans 0 (Underwood, 1986).

2.7 Logam Kromium

Logam berat kromium (Cr) biasanya berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilap, keras, memiliki titik cair 1.8570C dan titik didih 2.6720C, bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet), membentuk senyawa-senyawa berwarna. Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai katasilator. Kromium merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup yang terlibat dalam produksi insulin, menghasilkan energi dari glukosa, metabilisme karbohidrat, kofaktor insulin, tetapi bersifat toksik dalam jumlah besar.

Beberapa jenis polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, selain gas beracun, adalah logam kimia berbahaya jenis logam berat, seperti tembaga (Cu), kobalt (Co), timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium (Cr), mangan (Mn), merkuri (Hg), dan nikel (Ni).

2.7.1 Efek Toksik Kromium


(25)

dan akhirnya diakumulasi di dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia secara berurutan, tidak bersifat iritatif, serta tidak korosif.

Kromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyamanya sangat iritan dan kososif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr ini dapat menimbulkan kanker. Cr bersifat karsinogenik terhadap alat pernapasan, bersifat toksik terhadap kulit, mata, alat pencernaan, serta bisa ditransfer ke embrio melalui plasenta.

2.7.2 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Spektrofotometri

Logam Kromium termasuk logam kelompok mikroelemen, sehingga jumlahnya sangat sedikit sekali dalam kondisi normal. Larutan kromium dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer.

Cara pengujian kadar kromium di dalam air dengan menggunakan alat spektrofotometer DR 2800 pada panjang gelombang 590 nm. Kromium dan logam lain dalam sampel bereaksi dengan penambahan Croma Ver 3 yang berisikan magnesium sulfat dan potassium pyrosulfate. Larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer.

2.8 Teori Umum Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan


(26)

kuantitatif. Spektrofometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm (Rohman, 2007).

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu. Instrument ini digunakan adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Bassett, 1994).


(27)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

− Spektrofotometer DR2800 − Kuvet

− Beaker glass 500 ml − Pipet volume 25 ml − Pipet volume 10 ml − Botol semprot − Batang pengaduk 3.1.2. Bahan-bahan

− Ascorbic Acid Powder

− Larutan Alkaline Cyanide, yang berisikan: − Demineralized Water

Sodium hydroside Sodium Cyanide

− Larutan Indikator PAN, yang berisikan: − Octylphenoxypolyethoxyethanol ammonium acetate

N,N- Dimetylformamide Demineralized water


(28)

− Croma Ver 3, yang berisikan: − Magnesium sulfat Potassium pyrosulfate − Akuades

3.2 Prosedur Pengujian

3.2.1 Prosedur Pengujian Mangan

Penentuan kadar mangan dalam sampel air reservoir Sungai Pamah di PDAM Tirtanadi dengan alat spektrofotometri pada panjang gelombang 560 nm.

− Tekan “PRGM” dan “43” untuk analisa mangan − Tekan “Enter”,layar akan menunjukkan mg/L Mn

− Isi kuvet sampel pertama (sebagai blanko) dengan 10 ml air akuades dan kedua (sebagai sampel) dengan 10 ml sampel air − Tambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid ke dalm masing- masing

kuvet blanko dan sampel, aduk hingga larut

− Tambahkan 15 tetes larutan Alkaline-cyanide ke dalam blanko dan sampel,aduk hingga homogen

− Tambahkan 21 tetes larutan PAN indikator ke dalam kuvet blanko dan sampel, aduk hingga homogen

Tekan “Timer” dan “Enter”,tunggu selama 2 menit

− Masukkan kuvet blanko ke dalam tempat sampel dan tutup − Tekan “Zero” layar akan menunjukkan 0,000 mg/L Mn − Masukkan sampel ke dalam tempat sampel dan tutup


(29)

3.2.2. Prosedur Pengujian Kromium

Penentuan kadar kromium dalam sampel air reservoir Sungai Pamah di PDAM Tirtanadi dengan alat spektrofotometri pada panjang gelombang 590 nm.

− Tekan “PRGM” dan “13” untuk analisa kromium − Tekan “Enter”,layar akan menunjukkan mg/L Cr6+

− Isi kuvet sampel pertama (sebagai blanko)dan kedua (sebagai sampel) dengan 10 ml sampel air

− Tambahkan 1 bungkus Croma Ver 3 ke dalam kuvet kedua, aduk hingga larut

Tekan “Timer” dan “Enter” tunggu selama 5 menit − Masukkan blanko ke dalam tempat sel dan tutup

Tekan “Zero” kemudian layar akan menunjukkan 0,00 mg/L Cr6+ − Masukkan sampel ke dalam sel dan tutup


(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mangan

Hasil pemeriksaan kadar mangan pada sampel air reservoir Sungai Pamah di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 15, 20, 25 Januari dan 03, 08 Februari 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan sampel Air Reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan Kadar Mangan yang diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 15 Januari 2010 0,106 0,004

2 20 Januari 2010 0,111 0,003

3 25 Januari 2010 0,196 0,005

4 03 Februari 2010 0,081 0,008

5 08 Februari 2010 0,082 0,005

Kadar Mangan yang diperoleh dari pengujian air reservoir tersebut, pada tanggal 15 Januari adalah 0,004 mg/l, 20 Januari adalah 0,003 mg/l, 25 Januari adalah 0,005 mg/l, 03 Februari adalah 0,008 mg/l dan 08 Februari adalah 0,005 mg/l, dan menurut DepKes RI No.907/MenKes/SK/VII/2002 tanggal 29 juli 2002, kadar maksimum mangan yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,1 mg/l dan menurut DepKes RI No.416/MenKes/Per/IX/1990 tanggal 03 september 1990, kadar mangan yang diperbolehkan untuk air bersih adalah 0,5 mg/l. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar mangan dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh


(31)

Kadar Mangan yang diperoleh dari air reservoir I, II, III, IV, dan V sudah memenuhi syarat dikarenakan air reservoir telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih, sehingga kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat.

Perbedaan kadar mangan (Mn) pada air reservoir I, II, III, IV,dan V dapat dikarenakan oleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan air. Jika air baku ini tidak menjalani proses pengolahan air pasti kadar mangan di dalam air akan sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan toksik dalam tubuh. Dapat kita lihat kadar mangan yang diperoleh dari pengujian air baku, pada tanggal 15 Januari adalah 0,106 mg/L, 20 Januari adalah 0,111 mg/L, 25 Januari adalah 0,196 mg/L, 03 Februari adalah 0,081 mg/L dan 08 Februari adalah 0,082mg/L. Jadi kita dapat melihat perbandingan kadar mangan yang terkandung dalam air baku dengan air reservoir yang sudah memenuhi syarat dikarenakan air baku yang belum mengalami pengolahan lebih besar kadar nya dibandingkan dengan air reservoir yang telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.

Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan endapan mangan akan meninggalkan warna


(32)

kecoklat-coklatan pada pakaian cucian yang berwarna putih, dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 1991).

Pada kadar tertentu Mn dalam air minum akan mengakibatkan korosi pipa penyalur air dan terjadi persipitasi yang hitam sebagai tempat perkembangbiakan bakteri sehingga air lebih keruh, berwarna dan perubahan rasa (Sitepoe, 1997).

4.2 Kromium

Hasil pemeriksaan kadar Kromium pada sampel air reservoir Sungai Pamah di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 20 Januari dan 08 Februari 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan sampel Air Reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan Kadar Kromium yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 20 Januari 2010 0,022 0.019

2 08 Februari 2010 0,026 0,016

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya harus memenuhi standard yang berlaku. Untuk Perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitasnya sebelum di distribusikan ke pelanggan.

Sampel yang mengandung Kromium, jika ditambahkan dengan Chroma Ver 3 reagent powder pillow tidak terjadi perubahan warna. Kadar Kromium yang diperoleh dari pengujian tersebut, pada tanggal 20 Januari adalah 0,019 mg/l, dan pada 08 Februari adalah 0,026 mg/l dan persyaratan kadar maksimum pada air reservoir atau air minum (Kepmenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal 29


(33)

kromium dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan air. Jika air baku ini tidak menjalani proses pengolahan air pasti kadar kromium di dalam air akan sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan toksik dalam tubuh. Dapat kita lihat kadar kromium yang diperoleh dari pengujian air baku, pada tanggal 20 Januari adalah 0,022 mg/L dan 08 Februari adalah 0,026 mg/L. Jadi kita dapat melihat perbandingan kadar kromium yang terkandung dalam air baku dengan air reservoir yang sudah memenuhi syarat dikarenakan air baku yang belum mengalami pengolahan lebih besar kadar nya dibandingkan dengan air reservoir yang telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.

Logam Cr adalah bahan kimia yang bersifat persisten, bioakumulatif, dan toksik, yang tinggi serta tidak mampu terurai di dalam lingkungan, sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi di dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia secara berurutan, tidak bersifat iritatif, serta tidak korosif.

Kromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan kososif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr ini dapat menimbulkan kanker.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

− Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan Mangan dan Kromium pada air reservoir Sungai Deli tidak melebihi dari persyaratan Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002, dimana kadar maksimum yang diijinkan pada mangan adalah 0,1 mg/l sedangkan pada Kromium adalah 0,05 mg/l.

− Air reservoir Sungai Pamah layak untuk dikonsumsi.

5.2 Saran

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang diproduksi.

− Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi untuk lebih melengkapi fasilitas uji mikrobiologi.

− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keempat: Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 221, 225.

Bassett, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 809.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 153.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 1, 5, 25, dan 79.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 50. Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Widiasarana Indonesia. Halaman 145.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Halaman 81-82, 108, 117.

Sutrisno, C. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 31-32.

Underwood, L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 56-58.

Vogel. (1990). Analisis Anorganik Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Kalman Media Pustaka. Halaman 115.

Winarno, F. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Halaman 209.


(36)

Lampiran 1

Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah:

1. Bakteriologis

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Total Bakteri Coliform Jumlah per 100

ml sampel

0

2. Kimiawi

2.1. Bahan kimia Anorganik yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Antimon (mg/liter) 0,005

Air Raksa (mg/liter) 0.001

Arsenic (mg/liter) 0,01

Barium (mg/liter) 0,7

Boron (mg/liter) 0,3

Kadmium (mg/liter) 0,003

Kromium (mg/liter) 0,05

Tembaga (mg/liter) 2

Sianida (mg/liter) 0,07

Flourida (mg/liter) 1,5

Timbal (mg/liter) 0,01

Molybdenum (mg/liter) 0,07

Nikel (mg/liter) 0,02

Nitrat (mg/liter) 50

Nitrit (mg/liter) 3


(37)

2.2. Bahan Kimia Anorganik yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Ammonia (mg/liter) 1,5

Aluminium (mg/liter) 0,2

Klorida (mg/liter) 250

Tembaga (mg/liter) 1

Kesadahan (mg/liter) 500

Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0,05

Besi (mg/liter) 0,3

Mangan (mg/liter) 0,1

pH (mg/liter) 6,5-8,5

Sodium (mg/liter) 200

Sulfat (mg/liter) 250

Total zat padat terlarut (mg/liter) 1000

Seng (mg/liter) 3

3. Fisik

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

Warna TCU 15

Rasa dan Bau - - Tidak berbau dan berasa Temperatur 0C Suhu udara ± 30C


(1)

kecoklat-coklatan pada pakaian cucian yang berwarna putih, dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 1991).

Pada kadar tertentu Mn dalam air minum akan mengakibatkan korosi pipa penyalur air dan terjadi persipitasi yang hitam sebagai tempat perkembangbiakan bakteri sehingga air lebih keruh, berwarna dan perubahan rasa (Sitepoe, 1997).

4.2 Kromium

Hasil pemeriksaan kadar Kromium pada sampel air reservoir Sungai Pamah di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 20 Januari dan 08 Februari 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan sampel Air Reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan Kadar Kromium yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 20 Januari 2010 0,022 0.019

2 08 Februari 2010 0,026 0,016

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya harus memenuhi standard yang berlaku. Untuk Perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitasnya sebelum di distribusikan ke pelanggan.

Sampel yang mengandung Kromium, jika ditambahkan dengan Chroma Ver 3 reagent powder pillow tidak terjadi perubahan warna. Kadar Kromium yang diperoleh dari pengujian tersebut, pada tanggal 20 Januari adalah 0,019 mg/l, dan pada 08 Februari adalah 0,026 mg/l dan persyaratan kadar maksimum pada air reservoir atau air minum (Kepmenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002) adalah 0,05 mg/l, dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar


(2)

kromium dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan air. Jika air baku ini tidak menjalani proses pengolahan air pasti kadar kromium di dalam air akan sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan toksik dalam tubuh. Dapat kita lihat kadar kromium yang diperoleh dari pengujian air baku, pada tanggal 20 Januari adalah 0,022 mg/L dan 08 Februari adalah 0,026 mg/L. Jadi kita dapat melihat perbandingan kadar kromium yang terkandung dalam air baku dengan air reservoir yang sudah memenuhi syarat dikarenakan air baku yang belum mengalami pengolahan lebih besar kadar nya dibandingkan dengan air reservoir yang telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.

Logam Cr adalah bahan kimia yang bersifat persisten, bioakumulatif, dan toksik, yang tinggi serta tidak mampu terurai di dalam lingkungan, sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi di dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia secara berurutan, tidak bersifat iritatif, serta tidak korosif.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

− Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan Mangan dan Kromium pada air reservoir Sungai Deli tidak melebihi dari persyaratan Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002, dimana kadar maksimum yang diijinkan pada mangan adalah 0,1 mg/l sedangkan pada Kromium adalah 0,05 mg/l.

− Air reservoir Sungai Pamah layak untuk dikonsumsi.

5.2 Saran

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang diproduksi.

− Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi untuk lebih melengkapi fasilitas uji mikrobiologi.

− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keempat: Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 221, 225.

Bassett, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 809.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 153.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 1, 5, 25, dan 79.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 50. Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Widiasarana Indonesia. Halaman 145.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Halaman 81-82, 108, 117.

Sutrisno, C. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 31-32.

Underwood, L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 56-58.

Vogel. (1990). Analisis Anorganik Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Kalman Media Pustaka. Halaman 115.

Winarno, F. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Halaman 209.


(5)

Lampiran 1

Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah:

1. Bakteriologis

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Total Bakteri Coliform Jumlah per 100

ml sampel

0

2. Kimiawi

2.1. Bahan kimia Anorganik yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Antimon (mg/liter) 0,005

Air Raksa (mg/liter) 0.001

Arsenic (mg/liter) 0,01

Barium (mg/liter) 0,7

Boron (mg/liter) 0,3

Kadmium (mg/liter) 0,003

Kromium (mg/liter) 0,05

Tembaga (mg/liter) 2

Sianida (mg/liter) 0,07

Flourida (mg/liter) 1,5

Timbal (mg/liter) 0,01

Molybdenum (mg/liter) 0,07

Nikel (mg/liter) 0,02

Nitrat (mg/liter) 50

Nitrit (mg/liter) 3


(6)

2.2. Bahan Kimia Anorganik yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen

Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Ammonia (mg/liter) 1,5

Aluminium (mg/liter) 0,2

Klorida (mg/liter) 250

Tembaga (mg/liter) 1

Kesadahan (mg/liter) 500

Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0,05

Besi (mg/liter) 0,3

Mangan (mg/liter) 0,1

pH (mg/liter) 6,5-8,5

Sodium (mg/liter) 200

Sulfat (mg/liter) 250

Total zat padat terlarut (mg/liter) 1000

Seng (mg/liter) 3

3. Fisik

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

Warna TCU 15

Rasa dan Bau - - Tidak berbau dan berasa

Temperatur 0C Suhu udara ± 30C