Tata Cara Pengumpulan Data

E. Tata Cara Pengumpulan Data

1. Analisis situasi Dilakukan dengan mencari data dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang jumlah apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan penelusuran pustaka. Pada analisis situasi juga dilakukan pencarian data jumlah apoteker secara langsung di setiap Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pemastian data yang diperoleh sebelumnya. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah : Tabel I. Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta No. Nama rumah sakit Jumlah apoteker populasi 1 RSUD Kota Yogyakarta 3 2 RSUD Sleman 2 3 RSUD Wonosari 3 4 RSUD Wates 2 5 RSU Penembahan Senopati Bantul 2 Total 12 Data jumlah apoteker melalui pencarian langsung adalah : Tabel II. Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta No. Nama rumah sakit Jumlah apoteker populasi Jumlah yang bersedia diteliti responden 1 RSUD Kota Yogyakarta 5 5 2 RSUD Sleman 2 2 3 RSUD Wonosari 3 3 4 RSUD Wates 2 2 5 RSU Penembahan Senopati Bantul 2 Total 14 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pencarian data subyek penelitian dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta cq. BAPEDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan kemudian ijin dari setiap Pemerintah Daerah yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perijinan dilakukan bulan April 2008 dan terdapat salah satu Rumah Sakit Umum Daerah yang tidak bersedia untuk diteliti tanpa memberikan alasan yang yang jelas. Penolakan penelitian dikomunikasikan melalui telepon, 2 minggu setelah proses pemasukkan syarat-syarat. Sevilla, Ochave, Punsalon, Regala, and Uriarte 1993 menyebutkan bahwa ukuran minimum jumlah subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif adalah 10 dari populasi, untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20. Namun demikian tidak ada satu formula pun yang dapat digunakan secara umum untuk semua penelitian Pratiknya, 2001. Berdasarkan penjelasan di atas, maka subyek penelitian sebanyak 12 apoteker telah memenuhi persyaratan. 2. Pembuatan kuesioner Kuesioner merupakan suatu instrumen pengumpulan data dalam penelitian sosial. Dengan kuesioner tersebut peneliti menggali informasi dari responden orang yang menjadi subyek penelitian Adi, 2004. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang di dalamnya memuat sejumlah pertanyaan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan harus dijawab secara tertulis oleh responden. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Pengujian kuesioner a. Uji validitas isi Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Azwar, 2003. Suatu alat ukur dikatakan valid benarsahih jika alat ukur tersebut jitu untuk mengukur konsepvariabel yang diukur Adi, 2004. Validitas yang diukur dalam kuesioner ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan tingkat representativitas isi atau substansi pengukuran terhadap konsep pengertian variabel sebagaimana dirumuskan Praktiknya, 1991. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi teskuisioner dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana pertanyaan dalam teskuisioner mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur” atau sejauh mana isi teskuisioner mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Isi dari kuisioner tersebut tidak saja harus komprehensif akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur Azwar, 2003. Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butir-butir soal instrumen penelitian, terlebih dahulu harus ditelaah dan dinyatakan baik. Penelaah harus dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan, atau yang dikenal dengan istilah penilaian oleh ahlinya Expert judgment Nurgiyantoro, 2002. b. Uji pemahaman bahasa Merupakan uji pendahuluan yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana bahasa penyusun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dipahami oleh responden, termasuk di dalamnya kesalahan pengetikan, pengejaan kata-kata dan susunan kalimat. Uji pemahaman bahasa diasumsikan telah terwakili dengan dilakukan uji validitas isi. c. Uji reliabilitas Suatu alat ukur dikatakan reliable dapat dipercaya jika alat ukur tersebut mantap, tepat dan homogen. Suatu alat ukur dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, alat ukur tersebut memberikan hasil yang sama, dengan syarat kondisi pengukuran tidak berubah. Suatu pertanyaan alat ukur dikatakan tepat apabila pertanyaan tersebut mudah dimengerti dan terperinci. Suatu alat ukur dikatakan homogen apabila pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk mengukur suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu sama lain Adi, 2004. Reliabilitas kuesioner penelitian ini tidak perlu diuji lagi karena pertanyaan dalam angketkuesioner berupa pertanyaan yang langsung terarah pada informasi mengenai data yang hendak diungkap yang berpedoman pada Kepmenkes RI Nomor 1197MenkesSKX2004. 4. Penyebaran kuesioner Kuesioner langsung disebarkan kepada responden sesuai jadwal yang disepakati oleh responden dan peneliti. Peneliti dapat menunggu jika responden menginginkan agar dapat dilakukan wawancara setelah pengisian kuesioner. Jika responden berhalangan mengisi saat itu juga, maka kuesioner tersebut akan ditinggal selama beberapa waktu untuk kemudian diambil kembali setelah diisi oleh responden. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Pengumpulan kuesioner Kuesioner langsung dikumpulkan saat itu juga atau diambil setelah beberapa waktu. Periode penyebaran hingga pengumpulan kuisioner yaitu Mei-Juni 2008. Jumlah kuesioner yang dikumpulkan kembali sebanyak 12, sama dengan jumlah kuesioner yang disebarkan. 6. Wawancara Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula Nawawi, 1998. Wawancara dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh Mardalis, 2006. Pada penelitian ini dilakukan wawancara tentang hambatan pelayanan farmasi dan wawancara yang meliputi pekerjaan apoteker pada fungsi pelayanan maupun fungsi manajerial serta wawancara terbuka yang dapat memperjelas jawaban kuisioner. Dilakukan wawancara kepada 2 responden masing-masing Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil wawancara dapat dilihat pada bagian lampiran 5 dan pembahasan. . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Anggaran Pemerintah Daerah (Pemda) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie Tahun 2009

1 60 117

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1350/MENKES/SK/XII/2004 tentang Rumah sakit umum daerah Jampangkulon Kabupaten Sukabumi - [PERATURAN]

0 2 2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13/MENKES/SK/I/2004 Peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Mataram milik pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat - [PERATURAN]

0 3 2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 428/MENKES/SK/III/2004 tentang Rumah sakit umum daerah Landak milik pemerintah Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat - [PERATURAN]

0 3 2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 778/MENKES/SK/VII/2004 tentang Peningkatan kelas rumah sakit umum daerah Pemerintah Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur - [PERATURAN]

0 2 2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 931/MENKES/SK/2003 Tentang Rumah Sakit Umum Daerah Balung Kabupaten Jember - [PERATURAN]

0 2 2

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO. 1197/MENKES/ SK/X/2004 PADA RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH WONOGIRI BULAN JUNI 2008.

0 0 11

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1197/MENKES/SK/X/2004 PADA RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BULAN JULI 2008.

0 2 13

Pendapat dokter umum di Rumah Sakit Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap peran apoteker : berdasarkan keputusan menteri kesehatan nomor 1197/Menkes/SK/2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit - USD Repository

0 0 112

Kesesuaian pelaksanaan standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 di Rumah Sakit umum daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 99