55
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini proses pembuatan spesimen, pengujian korosi dan proses pengujian mekanik dapat berjalan dengan baik. Proses pembuatan spesimen
dilakukan secara manual. Peleburan aluminium dan paduannya menggunakan burner dengan bahan bakar solar. Pengecoran dilakukan menggunakan cetakan
gerabah. Proses machining dilakukan dengan gergaji dan mesin bubut. Dari proses tersebut, menghasilkan 30 buah spesimen yang terdiri dari 15 buah spesimen
aluminium kondisi awal dan 15 buah spesimen aluminium paduan Al -8,5Si - 2Cu. Semua spesimen ditimbang di Lab. Analisa Pusat, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, kemudian diberi nomor. Pada tanggal 15 Desember 2015 spesimen mulai diberi perlakuan korosi dengan ditinggal di Pantai Pelangi,
Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap tanggal 15, 3 buah spesimen diambil sebagai data korosi. Spesimen ditimbang di Lab. Analisa Pusat
serta diuji tarik di Lab 2. Ilmu Logam, Fakultas Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma pada 2 hari setelahnya.
Proses pengambilan di pantai dilakukan sebanyak 4 kali berutut-turut setiap tanggal 15, untuk data bulan ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4. Pengambilan data korosi
berakhir pada tanggal 15 April 2016.
4.2.1 Pembahasan Pengujian Massa Jenis
Pada tabel 4.4 dan 4.5 massa jenis menunjukan perbedaan rata-rata aluminium kondisi awal yaitu 2675,89 grdm
3
dan paduan Al -8,5Si -2Cu yaitu 2715,65 grdm
3
. Selisih peningkatan massa jenis antara Al kondisi awal dan paduan Al - 8,5Si sebesar 39,76 grdm
3
. Peningkatan massa jenis dari paduan Al-Si-Cu dikarenakan 2 massa aluminium digantikan oleh 2 massa tembaga, dari massa
jenis tembaga teoritis yaitu 8930 grdm
3
. Massa jenis paduan Al-Si-Cu ini juga dipengaruhi 8,5 massa Silikon yang menggantikan 8,5 massa aluminium
dengan massa jenis silikon teoritis 2329 grdm
3
. Perbedaan massa jenis aluminium kondisi awal sebelum proses pengecoran
yaitu 2698,51 grdm
3
, dan sesudah proses pengecoran yaitu 2675,89 grdm
3
disebabkan karena proses pengecoran yang dilakukan secara manual. Pengecoran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
secara manual memiliki kemungkinan adanya udara yang terjebak saat pengecoran dan menyebabkan adanya vacancy atau kekosongan pada batas butir sehingga
menyebabkan turunnya massa jenis. 4.2.2
Pembahasan Pengujian Tegangan Tarik Terhadap Korosi Pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 nilai tegangan tarik menunjukan perbedaan
antara Al kondisi awal dan paduan Al -8,5Si -2Cu, maupun nilai tegangan tarik
tiap bulannya, seperti disajikan pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Hubungan Tegangan Tarik dan Lama Perlakuan Korosi antara
Al kondisi awal dengan Al Paduan Al -8,5Si -2Cu.
Gambar 4.2 didapatkan dengan menentukan rata-rata data perbulan, kemudian
diurutkan menurut bulannya, dan dibandingkan antara Al murni dan paduan Al - 8,5Si -2Cu.
Pada Gambar 4.2 dapat diamati kekuatan tarik sebelum perlakuan korosi Al
paduan Al -8,5Si -2Cu, lebih tinggi daripada Al kondisi awal. Pada kondisi 0 bulan kekuatan tarik dari Al kondisi awal adalah 112,71 MPa dan paduan Al -
8,5Si -2Cu sebesar 130,04 MPa.
20 40
60 80
100 120
140
1 2
3 4
T e
gan gan
T ar
ik MPa
Lama Perlakuan Korosi bulan
Al kondisi awal Al -8,5Si -2Cu
57
Dapat diamati pula, antara Al kondisi awal dan paduan Al -8,5Si -2Cu bahwa keduanya mengalami penurunan kekuatan tarik. Namun pada paduan Al -
8,5Si -2Cu terdapat penurunan yang sangat drastis pada bulan ke-2, bulan ke- 3, dan ketidakstabilan data dikarenakan peningkatan kekuatan tarik pada bulan ke-
4. Pada Tabel 4.7 data pada bulan ke-2 nomor spesimen 7, 8, 9, 10, 11 dan 12
berturut-turut memiliki kekuatan tarik 130,85 Mpa; 118,27 Mpa; 28,94 Mpa; 61,27 Mpa; 110,15 Mpa dan 34,66 Mpa. Pada data nomor 9, 10 dan 12 memiliki
kejanggalan. Dapat dilihat pula pada massa jenis Al -8,5Si -2Cu Tabel 4.3
nomor 9, 10 dan 12 berturut memiliki massa jenis 2540,26 grdm
3
; 2646,71 grdm
3
dan 2455,29 grdm
3
. Pada pembuktian data Tabel 4.7 dan Tabel 4.3 penulis
menyimpulkan adanya ketidaksempurnaan pengecoran sehingga terjadi vacancy yang dapat mengurangi massa jenis serta sangat mempengaruhi berkurangnya
kekuatan tarik spesimen.
Gambar 4.3 Perbaikan Hubungan Tegangan Tarik dan Umur antara Al murni
dengan Al Paduan Al -8,5Si -2Cu. Dengan mencoba menghilangkan data nomor spesimen 9, 10, 12 dari grafik
seperti disajikan pada Gambar 4.3, didapatkan kekuatan tarik Al paduan Al -
8,5Si -2Cu perbulannya secara berturut-turut adalah 130,04 MPa; 124,74 MPa;
124,56 MPa; 110,15 MPa dan 122,63 MPa. Pada Gambar 4.3 nilai kekuatan tarik
20 40
60 80
100 120
140
1 2
3 4
T e
gan gan
ta ri
k MPa
Umur bulan
Al kondisi awal Al -8,5Si -2Cu
58
yang kurang baik dihilangkan, sehingga gambar menunjukan penurunan yang tidak
signifikan. Pada Gambar 4.3 Analisa yang dapat diambil adalah perlakuan korosi
selama 4 bulan masih belum berikan hasil yang signifikan pada kekuatan tarik Al paduan Al -8,5Si -2Cu dikarenakan kadar 8,5 Silikon yang dapat
meningkatkan ketahanan korosi material. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada Al kondisi awal dikarenakan
kondisi udara di pinggir pantai yang bersifat korosif. Kadar garam atau NaCl pada udara pinggir pantai sangat mudah bereaksi dengan aluminium dan menghasilkan
Aluminium Klorida AlCl
3
. Aluminium klorida berbentuk seperti butiran berwarna putih dan menempel pada permukaan. Pada saat udara menjadi lembab atau saat
pagi hari udara menghasilkan embun. Terjadi reaksi kimia seperti � � +
→ � +
� Dapat disimpulkan ketika Aluminium klorida bereaksi dengan uap air tidak
terbentuk Aluminium oksida yang bersifat melindungi spesimen dari korosi. Sehingga terjadi pengikisan pada permukaan selama perlakuan korosi di pinggir
pantai. Permukaan spesimen yang terkikis ini menyebabkan penurunan kekuatan tarik yang sangat signifikan. Pada hasil penelitian data menunjukkan, secara
keseluruhan pada Al kondisi awal dan Al paduan Al -8,5Si -2Cu tetap mengalami penurunan kekuatan tarik.
4.2.3 Pembahasan Pengujian Korosi